DISUSUN OLEH :
NIM : 042023710
Kasus :
Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua orang
bidan yaitu bidan “S” dan bidan “D” yang sama-sama memiliki BPM (Bidan
Praktik Mandiri) dan ada persaingan di antara dua bidan tersebut. Pada suatu hari
datang seorang ibu hamil ke BPM bidan D untuk melakukan tindakan aborsi
namun bidan D menolaknya setelah di tolak oleh bidan D pasien ini langsung
pergi ke BPM bidan S dan bidan D mengetahui bahwa pasien tersebut pergi ke
BPM bidan D ingin melakukan aborsi karna kehamilan tersebut terjadi sebelum
pernikahan, bidan S pun awalnya menjelaskan bahwa hal tersebut tidak
diperbolehkan dan bidan S menolak permintaan pasien tersebut. Kemudian pasien
tersebut menawarkan bayaran yang sangat besar asalkan bidan S mau melakukan
tindakan tersebut. Bidan S lngsung berpikir uang tersebut bisa ia gunakan untuk
melengkapi fasililitas di BPM nya sehingga jadi lebih lengkap dari BPM bidan D,
tapi jika dia melakukan tindakan aborsi bidan S akan dilaporkan oleh bidan D
karena melakukan tindakan aborsi ke pada pasien.
Isu : Seorang bidan melakukan tindakan Aborsi kepada pasiennya.
Konflik : Melakukan tindakan aborsi untuk mendapatkan uang atau di laporkan
oleh bidan D
Dilema : Bidan “S” tidak melakukan tindakan aborsi tersebut namun kehilangan
uang. Bidan “S” menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh bidan
“D” dengan dilaporkan ke lembaga yang berwenang
Kasus :
Konflik : Bidan lalai karena memberikan obat keras kepada pasien padahal
seharusnya bidan tersebut tidak boleh memberikan resep obat keras itu ke
pasien karena obat tersebut dapat mengakibatkan ketuban pecah, sehingga
air ketuban habis dan dapat membuat bayi mengalami masalah serius
apalagi bidan sudah mengetahui kondisi ibunya mengalami kehamilan lewat
bulan serta tapsiran berat bayi sangat besar yaitu 4,5 kg yang dapat
menyebabkan terjadinya distosia bahu dan bidan juga lalai karena
mengulur-ulur waktu dengan membiarkan jabang bayi macet di jalan lahir.
Kasus :
Seorang perempuan umur 40 tahun G4P3A0 hamil 39 minggu datang ke
Puskesmas Wolo Kabupaten Kolaka dengan keluhan perutnya terasa
mengencang sejak 3 jam yang lalu. Setelah dilakukan VT, pembukaan
lengkap,tetapi pantat bayi masih berada di pintu dua ( hodge 2) , janin letak
sunsang. Bidan tetap merencanakan merujuk ke rumah sakit. Keluarga klien
terutama mertua menolak untuk di rujuk dengan alasan yang terdahaulunya
mertuanya biasa membantu melahirkan dengan posisi demikian karena
mertua pasien ini merupakan seorang dukun . Dan suami pasien juga
mengkitu kemauan orang tuanya agar istrinya tidak di rujuk. Bidan
memberikan penjelasan persalinan anak letak sungsang bukankewenangannya
dan menyampaikan tujuan dirujuk demi keselamatan. bayi dan juga ibunya,
tetapi keluarga tetap ingin ditolong oleh bidan di puskesmas. Karena keluarga
memaksa, dan kondisi juga sudah kasep akhirnya bidan menuruti kemauan
klien dan keluarga untuk menolong persalinan. Persalinan berjalan sangat
lama karena kepala janin tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi
meninggal. Keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tidak dapat bekerja
secara professional dan dalam masyarakat pun tersebar bahwa bidan tersebut
dalam melakukan tindakannya sangat lambat dan tidak sesuai prosedur.