NIM : 17710005
Prodi : S2 Kebidanan
Semester : 2 (dua)
Fakta adanya pendidikan kebidanan yang sampai saat ini sebagian besar pada level
vokasi menyebabkan pengembangan profesi bidan berjalan sangat lambat karena terbatasnya
jumlah bidan yang memenuhi kualifikasi untuk melakukan penelitian. Selain itu lulusan yang
dihasilkan oleh pendidikan vokasi lebih bersifat trained labour dengan minimnya
keterampilan clinical reasoning dan clinical judgemnent sehingga tidak memenuhi standar
kompetensi dan profil bidan. UU sisdiknas No 20 tahun 2003 menetapkan bahwa pendidikan
profesi diperoleh melalui pendidikan setelah strata satu. Kongres ICM pada tahun 2008
memutuskan standar global pendidikan profesi bidan minimal strata satu profesi (S1–Profesi)
dan diselenggarakan di universitas. Diharapkan dengan meningkatnya pendidikan bidan baik
melalui pendidikan formal maupun non formal , bidan mampu berpikir lebih kritis dan lebih
profisien dan patien safety dalam melaksanakan praktik kebidanan sehingga mampu
memberikan pelayanan yang lebih baik untuk melindungi masyarakat dan dapat bersaing
dalam era pasar bebas.
Contoh kasus :
Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih selama
satu tahun. Pada suatu hari datang seorang klien bernama Ny ‘A’ usia kehamilan 38 minggu
dengan keluhan perutnya terasa kenceng kenceng dan terasa sakit sejak 5 jam yang lalu.
Setelah dilakukan VT, didapatkan hasil pembukaan 3 dan ternyata janin dalam keadaan letak
sungsang. Oleh karena itu bidan menyarankan agar di Rujuk ke Rumah Sakit untuk
melahirkan secara operasi SC. Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di Rujuk
dengan alasan tidak punya biaya untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha
untuk memberi penjelasan bahwa tujuan di Rujuk demi keselamatan janin dan juga ibunya
namun jika tetap tidak mau dirujuk akan sangat membahayakan janin maupun ibunya.
Karena keluarga tetap memaksa, akhirnya bidan pun menuruti kemauan klien serta
keluarga untuk menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala
janin tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi sudah meninggal. Dalam hal ini
keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam
masyarakatpun juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat lambat
dan tidak sesuai prosedur.
a) Konflik
b) ISSU
c) DILEMA
Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua orang bidan
yaitu bidan “A” dan bidan “B” yang sama – sama memiliki BPS dan ada persaingan di antara
dua bidan tersebut.Pada suatu hari datang seorang pasien yang akan melahirkan di BPS bidan
“B” yang lokasinya tidak jauh dengan BPS bidan “A”. Setelah dilakukan pemeriksaan
ternyata pembukaan masih belum lengkap dan bidan “B” menemukan letak sungsang dan
bidan tersebut tetap akan menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa hal
tersebut melanggar wewenang sebagai seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk
bersaing dengan bidan “A”.Sedangkan bidan “A” mengetahui hal tersebut. Jika bidan “B”
tetap akan menolong persalinan tersebut,bidan “A” akan melaporkan bidan “B” untuk
menjatuhkan bidan “B” karena di anggap melanggar wewenang profesi bidan.
d) ISSU MORAL
e) KONFLIK MORAL
f) DILEMA MORAL:
1. Bidan “B” tidak melakukan pertolongan persalinan sungsang tersebut namun bidan
kehilangan satu pasien.
2. Bidan “B” menolong persalinan tersebut tapi akan dijatuhkan oleh bidan “A” dengan di
laporkan ke lembaga yang berwewenang
Pengertian : Yaitu perbedaan sikap etika yang terjadi pada bidan dengan tenaga medis
lainnya. Sehingga menimbulkanketidak sepahaman atau kerenggangan social.
Kasus
Disuatu desa yang ada sebuah BPS, suatu hari ada seorang Ibu berusia 35 Tahun
keadaannya sudah lemah. bidan menanyakan kepada keluarga pasien apa yang terjadi pada
pasien. Dan suami pasien menjawab ketika dirumah Px jatuh & terjad iperdarahan hebat.
Setelahitu bidan memberikan pertolongan, memberikan infuse dll. Bidan menjelaskan pada
keluarga, agar istrinya di bawa ke rumah sakit untuk dilakukan curretase.Kemudian keluarga
pxmenolak saran bidan tsb, dan meminta bidan yang melakukan currentase. selang waktu 2
hari pxmengalami perdarahan lagi kemudian keluarga merujuk ke RS.Dokter menanyakan
kapeda suami px, apa yang sebenarnya terjadi dan suami px menjelaskan bahwa 3 hari yang
lalu istrinya mengalami keguguran & di currentase bidan didesany. dokter mendatangi bidan
terebut. Maka Terjadilah konflik antara bidan & dokter.
ISSUE ETIK
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan
pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya
adlah kepuasaan pasien yang dilayani oleh bidan. Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam
menjalankan tugasnya di suatu institusi mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah
disetujui oleh antar profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis.
Sedangkan kata Legal sendiri berasal dari kata leggal (bahasa Belanda) yang artinya
adalah sah menurut undang-undang. Atau menurut kamus Bahasa Indonesia, legal diartikan
sesuai dengan undang-undang atau hukum. Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat
disimpulkan, pengertian Aspek Hukum Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan Norma
hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu menjadi sumber hukum yang
paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan membantu memenuhi kebutuhan
seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan dalam upaya peningkatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.
1. UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap warga negara Indonesia melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas.dengan adanya arus globalisasi salah satu fokus utama agar mampu mempunyai
daya saing adalah bagaiamana peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber
daya manusia dibentuk sejak janin didalam kandungan, masa kelahiran dan masa bayi serta
masa tumbuh kembang balita. Hanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki
pengetahuan dan kemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi
perubahan serta mampu bersaing.
2. UUD 1945
Amanat & pesan mendasar dari UUD 1945 ad/ upaya pembangunan nasional yaitu
pembangunan di segala bidang guna kepentingan, keselamatan, kebahagiaan & kesejahteraan
seluruh rakyat Indonesia secara terarah, terpadu & berkesinambungan.
3. Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia. Karena pelayanan
bidan meliputi kesehatan reproduksi wanita, sejak remaja, masa calon pengantin,masa hamil,
masa persalinan, masa nifas, periode interval, masa klimakterium dan menoupause serta
memantau tumbuh kembang balita serta anak pra sekolah.
II. Registrasi
A. Definisi
Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhaap
bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kopetensi inti atau standar penampilan
minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan
praktik profesinya. (Registrasi menurut keputusan menteri kesehatan republik
indonesia nomor 900/MENKES/SK/VII/2002)
· Registrasi menurut keputusan menteri kesehatan reublik Indonesia nomor 1976 tahun
2011 adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat
kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum
untuk menjalankan praktik dan atau pekerjaan profesinya.
· Registrasi bidan. Proses pendaftraan, pendokumentasian dan pengakuan terhadap
bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau standar minimal yang
ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mempu melaksanakan praktek profesi
· Surat Tanda Registrasi (STR) bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada
tenaga kesehatan yang telah memiliki sertikfikat kompetensi. (Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 1976/PER/VIII/2011)
· MTKI (Majeli Tenaga Kerja Kesehatan Indonesia) adalah lembaga yang berfungsi
untuk menjamin mutu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkan haknya untuk
ijin praktik ( lisensi ) setelah memenuhi beberapa persyaratan administrasi untuk lisensi.
B. Kegunaan Registrasi
Untuk memperoleh STR yaitu salah satu dasar untuk menerbitkan surat ijin kerja
bidan (SIKB), adalah bukti tertulis yang diberikan kepada bidan yang sudah memenuhi
persyartan untuk bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan dan Surat Ijin Praktik Bidan (SIPB)
adalah bukti tertulis yang diberikan kepada bidan uyang sudah memenuhi persyartan untuk
menjalankan praktik bidan mandiri.
SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar untuk penerbitan lisensi
praktik kebidanan atau SIPB ( surat ijin praktik bidan ). SIB tidak berlaku lagi karena: dicabut atas
dasas ketentuan perundang-undangan yang berlaku, habis masa berlakunya dan tidak mendaftar ulang,
dan atas permintaan sendiri.
Pada dasarnya masih ada beberapa bidan paraktik mandiri yang STRnya sudah mendekati
habis tetapi belum diperbaharui, padahal menurut pasal 7 BAB 11 pada perizinan bidan dijelaskan
bahwa STRnya harus diperbaharui jika mendekati habis masa berlakunya dan pada pasal 8 sendiri
dinyatakan SIKB/SIPB dinyatakan tidak berlaku apabila : masa berlakunya habis dan tidak
diperbaharui.
Contoh kasusnya :
Bidan T juga diduga lakukan praktik aborsi
Kamis, 19 September 2013 − 16:03 WIB
Sebuah artikel tentang kebidanan 2030 yang di tulis oleh Petra ten Hoope-Bender, et
all, menjelaskan tentang pathway perempuan terhadap kesehatan dengan mempertimbangkan
empat tahapan kehidupan reproduksi wanita yaitu : Pra kehamilan, hamil, persalinan dan
kelahiran serta Postnatal serta menjelaskan perlunya pelayanan kesehatan pada masa remaja.
Realisasi Pathway perempuan untuk kesehatan memerlukan perubahan dalam visi
kesehatan. The Midwifery 2030 Pathway mengusulkan pendekatan berbasis hak asasi
manusia yang melampaui pelayanan kesehatan, menggabungkan bidang-bidang seperti
pendidikan dan pemberdayaan ekonomi yang bersinggungan dengan kesehatan melalui
pelayanan kebidanan profesional sepanjang empat tahap kehidupan. Visi terpadu yang
menempatkan perempuan dan keluarga mereka di titik pusat diharapkan memiliki efek positif
yang ketat, seperti tingkat pendidikan yang lebih tinggi, kesehatan umum yang lebih baik dan
kemampuan ekonomi yang lebih besar.
Realisasi Pathway akan membutuhkan pendekatan yang komprehensif, kolaboratif
dan baik, diartikulasikan antara para pemangku kepentingan yang berbeda dari berbagai
sektor dan daerah, yaitu hak asasi manusia, tata kelola, kebijakan, akuntabilitas, model
peayanan, profesionalisasi asosiasi professional dan peneliti, dan lainnya. Terdapat beberapa
hal yang dapat mendukung dan membuat Pathway tersebut menjadi kenyataan yaitu :
1. Setiap wanita usia reproduksi mulai dari remaja mempunyai akses terhadap 14 pelayanan
kebidanan kapanpun diperlukan.
2. Pengumpulan dan analisis data telah tertanam dalam pelayanan kesehatan dan
pengembangan pelayanan tersebut.
3. Pelayanan kebidanan dilakukan dengan kolaborasi praktik dengan melibatkan berbagai
profesional tenaga kesehatan.
4. Pelayanan kebidanan tingkat pertama harus dekat dengan wanita dan keluarga.