Anda di halaman 1dari 21

Isu-Isu Dalam Pelayanan Kebidanan dan Sejarah

Perkembangan Pelayanan Kebidanan


DISUSUN OLEH KELOMPOK :

ADE ANJARWATI P0 5140320 051


ADESTIANA P0 5140320 052
AIDA FIKHRIATI P0 5140320 053
ANGGI PUSPITASARI P0 5140320 054
ANITA DWI WAHYUNI P0 5140320 055
ANNISA MUTHMAINAH P0 5140320 056
ANNISA RIMA PATIMBANG P0 5140320 057
BELLA RAHAYU P0 5140320 058
BERLIANA FEBRIANTI P0 5140320 059
CINDY FITRI YANTI P0 5140320 060
Isu- Isu Pelayanan Kebidanan

Isu adalah masalah pokok yang berkembang


dimasyarakat atau suatu lingkungan yang belum tentu
benar,serta membutuhkan pembuktian. Bidan dituntut
berperilaku hati-hati dalam setiap tindakannya dalam
memberikan asuhan kebidanan dengan menampilkan
perilaku yang etis profesional
Biasanyan beberapa contoh mengenai isu etik dalm
pelayananan kebidanan adalah berhubungan dengan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Agama /kepercayaan.
2. Hubungan denganpasien.
3. Hubungan dokter denganbidan.
4. Kebenaran.
5. Pengambilankeputusan.
6. Pengambilandata.
7. Kematian.
8. Kerahasiaan.
9. Aborsi.
10. AIDS.
11. In_Vitrofertilization
1. Issue etik dalam kebidanan
a. Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien,keluarga, masyarakat Issue
etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat
mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu
tindakan.
b. Issue etik yang terjadi antara bidan dengan teman sejawat. Issue etik adalah
topic yang cukup penting untuk dibicarakan sehingga mayoritas individu akan
mengeluarkan opini terhadap masalah tersebut sesuai dengan asas ataupun
nilai yang berkenaan dengan akhlak, niali benar salah yang dianut suatu
golongan ataumasyarakat.
c. Issu Etik Bidan dengan Team Kesehatan Lainnya Yaitu perbedaan sikap etika
yang terjadi pada bidan dengan tenaga medis lainnya. Sehingga menimbulkan
ketidaksepahaman atau kerenggangan social.
Contoh Kasus :
Disuatu desa yang ada sebuah BPS, suatu hari ada seorang Ibu berusia 35 Tahun
keadaannya sudah lemah. bidan menanyakan kepada keluarga pasien apa yang terjadi
pada pasien. Dan suami pasien menjawab ketika dirumah Px jatuh &terjad
iperdarahanhebat. Setelahitubidan memberikan pertolongan , memberikan infuse dst….
Bidan menjelaska n pada keluarga, agar istrinya di bawa ke rumah sakit untuk dilakukan
curretase.Kemudian keluarga pxmenolak saran bidan tsb, dan meminta bidan yang
melakukan currentase. selang waktu 2 hari pxmenga lami perdarahan lagi kemudian
keluarga merujuk ke RS.Dokter menanyaka n kapeda suami px, apa yang sebenarnya
terjadi dan suami px menjelaska n bahwa 3 hari yang lalu istrinya mengalamikeguguran&
di currentase bidan didesany. dokter mendatangi bidanterebut. MakaTerjadilah konflik
antara bidan &dokter.
• Issue Etik :
Mall Praktek Bidan melakukan tindakan diluar wewenangnya.

• Konflik :
Bidan melakukan currentase diluar wewenangnya
sehinggaterjadilahkonflik antara bidan &dokter.

• Dilema :
Jika tidak segera dilakukan tindakan takutnya merenggut nyawa
px karena BPS jauh dari RS. Dan jika dilakukan tindakan bidan merasa
melanggar kode etik kebidanan & merasa melakukan tindakan diluar
wewenangnya.
d. Issue Etik Yang Terjadi Antara Bidan Dan Organisasi Profesi Adalah suatu topic masalah
yang menjadi bahan pembicaraan antara bidan dengan organisasi profesi karena
terjadinya suatu hal-hal yang menyimpang dari aturan-aturan yang telahditetapkan.

Kasus
Seorangibu yang ingin bersalin di bps pada bidan a sejak awal kehamilan ibutersebut memang
sudah sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil pemeriksaanbidan ibu tersebut
mempunyai riwayat hipertensi. Maka kemungkinan lahir pervaginanyasa ngat beresiko saat
persalinan tiba. Tekanandarahibu menjadi tinggi jika tidak dirujuk maka beresiko terhadap janin
dan kondisi si ibu itu sendiri. Resiko pada janin bisa terjadi gawat janin dan perdarahan pada
ibu. Bidan a sudah mengerti resiko yang akan terjadi. Tapi ia ebih mementingkan egonya sendiri
karena takut kehilangan komisinya dari pada dirujuk kermah sakit. Setelah janin lahir ibu
mengalami perdarahan hebat, sehingga kejang-kejang dan meninggal. Saaat berita itu
terdengar organisasi profesi ( ibi ), maka ibu memberikan sanksi yang setimpal bahwa dari
kecerobohannya sudah merugikan orang lain. Sebagai gantinya,ijin praktek (bps) bidan a
dicabut dan dikenakan denda sesuai dengan pelanggaran tersebut.
• Issue etik :
Terjadi malpraktek
Pelangaran wewenang Bidan

• Dilema etik :
Warga yang mengetahui hal tersebut segera melaporkan
kepada organisasi profesi dan diberikan penangan
e. Issue Moral Dalam Praktek Kebidanan
Moral merupakan pengetahuan atau keyakian tentang adanya hal yang baik dan buruk
yang mempengaruhi siakap seseorang. Kesadaran tentang adanya baik buruk
berkembang pada diri seseorang seiring dengan pengaruh lingkungan, pendidikan, sosial
budaya, agama, dll. Hal ini yang disebut kesadaran moral.
Isu moral dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang
berhubungan dengan benar dan salah sebagai contoh nilai-nilai yang berhubungan dalam
kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan pelayanan kebidanan menyangkut kasus
abortus, euthanasia,keputusan untuk terminasi kehamilan.
Beberapa contoh isu moral dalam kehidupan sehari-hari:
1) Kasus abortus.
2) Euthanansia
3) Keputusan untuk terminasi kehamialn.
4) Isumoral juga berhubungan dengan kejadian luar biasa dalam kehidupan sehari-hari,
seperti yang menyangkut konflik danperang.
Dilema muncul karena terbentur pada konflikmoral,pertentangan batin, atau
pertentangan antara nilai- nilai yang diyakini bidan dengankenyataan yang ada. Ketika
mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung jawab
profesional,yaitu:
• Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan kesejahteraan pasien
atauklien.
• Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian [omission],
disertai ras tanggung jawab memperhat ikan kondisi dan keamanan pasien atauklien.
Tuntukan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan salah satunya adalah karena
bidan merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat
berhubungan dengan klien serta harus mempunyai tanggung jawab moral terhadap
keputusan yang di ambil. Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik tidak
hanya dibutuhka n pengetahuan klinik yang baik, serta pengetahuan yang up to date,
tetapi bidan juga harus mempunyai pemahaman isu etik dalam pelayanan kebidanan.
SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN KEBIDANAN
Pelayanan kebidanan adalah semua tugas yang menjadi tanggung jawab
praktik profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan
meningkatkan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana dalam rangka
mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarkat. Berikut adalah sejarah
perkembangan pelayanan kebidanan yang ada di Indonesia maupun di
dunia internasional.
1. Sejarah Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Dalam Negeri
(Indonesia)
Perkembangan pelayanan kebidanan dimulai ketika Belanda menjajah
Indonesia. Pada masa pemerintahan Belanda, Indonesia masih mengikuti
kebiasaan lama,ibu ditolong oleh dukun paraji. Persalinan oleh dukun
menggunakan mantra-mantra dan mengurut perut ibu.
Perkembangan pelayanan kebidanan di Indonesia menurut catatan dimulai pada
tahun1807 ketika angka kematian ibu dan bayi tinggi sehingga dukun dilatih untuk
pertolongan persalinan di zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Dandels, tetapi
keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Adapun
pelayanan kebidanan hanya diperuntukan bagi orang Belanda yang ada di Inonesia. Tahun
1849 dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia tepatnya di Rumah Sakit Militer Belanda
sekarang RSPAD Gatot Subroto. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut,
pada tahun 1851,dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang
dokter militer Belanda W.Bosch. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak
dilakukan oleh dukun dan bayi.
Pada tahun 1952 ,mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolongan persalinan, pelatihan untuk dukun masih berlangsung
sampai sekarang yang diberikan oleh bidan. Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun
1953 di Yogyakarta dilakukan pula di kota-kota besar di nusantara. Seiring pelatihan
tersebut, didirikan pula Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dengan bidan sebagai
penangung jawab.
Pelayanan yang diberikan mencakup antenatan, postnatal, pemeriksaan bayi
dan anak.Pada tahun 1957 bermula dari BKIA, kemudian terbentuklah sustu pelayanan
terintegrasi bagi masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Pelayanan yang diberikan yaitu kesehatan ibu dan anak, serta keluarga berencana.
Pelayanan kebidanan di Posyandu mencakup pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga
berencana, imunisasi gizi, dann kesehatan lingkungan.
Titik tolak Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 menekankn
pada kesehatan reproduksi, memperluasa area garapan pelayanan kebidanan.
Area tersebut meliputi :
1. Safe motherhood termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus.
2. Keluarga berencana.
3. Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi.
4. Kesehatan reproduksi remaja
5. Kesehatan reproduksi orang tua.Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi, dan
tugasnya didasarkan pada kemampuan serta kewenangan yang diatur melalui
Peraturan Menteri Kesehatan (Permekes).
Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai
kebutuhan dan perkembangan masyarakat serta kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat.
Permenkes tersebut terdiri atas :
1. Permenkes No. 5380/IX/1963 yang menyatakan wewenang bidan terbatas pada
pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas lain.
2. Permenkes No. 363/IX/1980 diubah menjadi Permenkes No. 326 /1989 bahwa
wewenang bidan dibagi menjadi wewenang umum dan khusus. Dalam wewenang
khusus ditetapkan bahwa bidan melaksanakan tindakan dibawah pengawasan dokter. 
3. Permenkes No. 527/VI/1996 mengatur tentang registrasi dan praktik kebidanan. Bidan
dalam melaksanakan praktiknya diberikan kewenangan yang mandiri yang disertai
kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup :
a. Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak
b. Pelayanan keluarga berencana
c. Pelayanan kesehatan masyarakat
4. Permenkes No. 900/Menkes/SK/XII/2002 mengatur tentang
registrasi dan praktik bidan. Bidan dalam praktiknya diberi
kewenangan  untuk memberikan pelayanan yang meliputi :
a) Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan pranikan,
antenatal, intranatal,, postnatal, bayi baru lahir, dan balita.
b) Pelayanan keluarga berencana yang meliputi pemberian obat
dan alat kontrasepsi melalui oral, suntikan, pemasangan dan
pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan alat
kontrasepsi bawah kulit (AKBR) tanpa penyulit.
2. Situasi Perempuan pada multi periode di Indonesia
Kedaulatan budaya perempuan dalam konteks kebudayaan besar Indonesia,
mencakup kebudayaan leluhur bangsa Indonesia yang berakar dari tradisi dan budaya
suku-suku peninggalan terdahulu budaya nusantara yang tersebar di seluruh provinsi
Indonesia. Edward B. Taylor mengungkapkan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,  kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang
sebagai anggota masyarakat. 
Dalam beberapa tatanan budaya masyarakat Indonesia, terdapat realitasbahwa
perempuan berada pada posisi kedua dan terpinggirkan. Melihat konstruksi sosial pada
zaman dulu dalam kehidupan rumah tangga, perempuan bekerja mengurus rumah
tangga sedang laki-laki bekerja di luar rumah.Namun seiring kemajuan
zaman, perempuan kemudian memilih berkarier di luar rumah untuk mencukupi keuangan
serta kebutuhan lainnya. 
3. Terbelenggunya  Perempuan dalam Budaya
Kebudayaan Indonesia yang memarginalkan peran
perempuan berpengaruh pada pembentukan karakter bangsa. Sebagai
contoh dalam perspektif perempuan, pelanggaran norma seperti yang
diatas perlu disosialisasikan dan dikuatkan saat ini, yakni fenomena
kekerasan berbasis komunitas atas nama adat  dan syariat. Wacana HAM
sepertinya menawarkan lingkup terbesar  dalam penerimaan pluralisme
gender. Wacana HAM adalah isu pertarungan yang sengit di Indonesia,
sebagaimana ditunjukkan di atas dengan adanya kelompok-kelompok
Muslim yang menyediakan interpretasi mengenai hak. Ini juga berkaitan
dengan persoalan pemberlakuan syariat Islam di Aceh
dalam hukuman cambuk, yang masih menimbulkan  dua pandangan yang
berbeda.
Salah satu poin dari Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia adalah setiap manusia
dijamin atas hak kebebasan beragama dan melaksanakan keyakinan agama yang
dimilikinya. Perbedaan gender telah melahirkan ketidakadilan (gender inequality) baik bagi
laki-laki maupun perempuan. Usaha untuk menghentikan bias gender terhadap seluruh
aspek kehidupan antara lain dengan cara pemenuhan kebutuhan praktis gender (pratical
gender needs). Kebutuhan ini bersifat jangka pendek dan mudah dikenali hasilnya.
Namun usaha untuk melakukan pembongkaran bias gender harus dilakukan mulai
dari rumah tangga dan pribadi masing-masing hingga sampai pada kebijakan pemerintah
dan negara, penafsiran agama serta epistemologi ilmu pengetahuan. Merujuk pada Inpres
No 9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, dalam
strategi ini upaya mencapai kesetaraan dan keadilan gender didorong melalui proses
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi seluruh sektor pembangunan, oleh
sebab itu proses tersebut akan dapat berjalan baik dengan melihat kuantitas perempuan
sehingga keadilan gender atas gender budgeting dapat berjalan dengan baik.
4. Realitas Kebangkitan Perempuan 
Sampai saat ini berbagai instrumen yuridis nasional dan internasional telah
dibuat untuk mendukung terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender
(KKG) di Indonesia (KemNeg PP dan BPS, 2006). Komitmen pemerintah
melalui Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan untuk
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender juga sangat tinggi.Perjuangan
gerakan perempuan telah dilakukan melalui Kongres Perempuan
pertama yang diadakan di Yogyakarta pada tanggal 22 Desember
1928,  sekaligus sebagai upaya konsolidasi berbagai organisasi perempuan
di Indonesia. Saat ini, jenis gerakan perempuan semakin berkembang dan
semakin terbuka wawasannya dalam melakukan pembelaan terhadap
perempuan.
Perjuangan perempuan yang berat untuk mencapai suatu kedudukan,
disebabkan karena masih banyak masyarakat Indonesia yang masih
menganut paham patriarki, sehingga menghasilkan keputusan dan sikap
yang bias gender. Keadaan ini menjadi lebih parah dengan adanya
penafsiran yang salah dari hukum agama yang mempertajam keadaan bias
gender. Pembangunan Indonesia yang lambat selama hampir 70 tahun
dikarenakan  kaum perempuan kurang berperan atau tidak diberi
kesempatan untuk berperan dalam pembangunan, baik nasional
maupun intenasional. Persoalan ini dapat merugikan perempuan serta
pembangunan dalam berbagai sektor. Dalam melaksanakan program
pembangunan, dibutuhkan perempuan yang mempunyai kualitas hidup
yang optimal, sehingga perempuan akan dapat bekerjasama dengan baik
sebagai mitra sejajar laki-laki dalam pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai