Anda di halaman 1dari 32

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup

kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. ( Rustam Muchtar,
1998 )

Dalam persalinan dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi
pembukaan 10 cm. kala I dinamakan pula dengan kala pembukaan. Kala II disebut pula
kala pengeluaran, oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin di
dorong ke luar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding
uterur dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Dalam
kala itu di amati apakah tidak terjadi perdarahan post partum. ( Sarwono Prawirohardjo,
2005 )

Pada kala I, mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan
multigravida. Pada yang pertama, ostium uteri internum akan membuka lebi dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Daru kemudian ostium uteri eksternum
membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit membuka. Ostium uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang
sama. Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hamper atau telah lengkakp.
Tidak jarang ketuban harus di pecahkan ketika pembukaan hamper lengkap atau telah
lengkap. Bila ketuban tela pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut dengan
ketuban pecah dini. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005 )

1. KETUBAN PECAH DINI ( Spontaneus/ early/ Premature of the Membrane )

Pengertian

Adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan
pada multipara kurang dari 5 cm. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005 )

Prinsip dasar

 Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung
 Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric berkaitan dengan
penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis,
yang meningkatkaan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
ibu.

 Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktjor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
dan serviks.

 Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya


infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. ( Sarwono
Prawirohardjo, 2002 )

Etiologi

Penyebab dari PROM tidak / belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali
usaha menekan infeksi.

Patogenesis

TAYLOR menyelidiki bahwa ada hubungan dengan hal-hal berikut :

Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis dan vaginitis terdapat
bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.

Selaput ketuban terlalu tipis ( kelainan ketuban )

Infeksi ( amnionitis atau korioamnionitis )

Factor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara, malposisi,


disproporsi, cervix incompetent dan lain-lain.

Ketuban pecah dini artificial ( amniotomi ), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.

Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah atau
belum, apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil. Cara menentukannya
adalah :
Memeriksa cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo atau bila
telah terinfeksi berbau

Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis
servikalis dan apakah ada bagian yang sudah pecah

Gunakan kertas lakmus ( litmus )

Bila menjadi biru ( basa ) = air ketuban

Bila menjadi merah ( asam ) = air kemih ( urin )

Pemeriksaan pH forniks posterior pada PROM pH adalah basa ( air ketuban )

Pemeriksaan histopatologi air ( ketuban )

Aborization dan sitologi air ketuban

Penilaian kllinik

o Tentukan pecahnya selaput ketuban

o Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG

o Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi : bila suhu ibu > 38 ˚C, air ketuban
yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA

( Lekosit Esterase ) Lekosit darah > 15.000 / mm 3. janin yang mengalami takhikardi,
mungkin infeksi intrauterine.

o Tentukan tanda-tanda in partu, tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam
dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif ( terminasi kehamilan ) antara lain
untuk menilai untuk menilai skor pelvic.

Pengaruh PROM

a. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intrauterine terlebih dahulu terjadi ( amniotomi,
vaskulitis ) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi, akan meninggikan mortallitas dan
morbiditas perinatal.

b. Terhadap ibu

Karena jalan lahir telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila
terlalu sering periksa dalam. Selain itu juga daapt dijumpai infeksi puerpuralis
( nifas ), peritonitis dan septicemia, serta dry-labor.

Ibu akan merasa lelah karena berbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama,
maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejal infeksi.

Prognosis

Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul


serta umur dari kehamilan.

Pimpinan persalinan

Ada beberapa macam pendapat mengenai penatalaksanaan dan pimpinan persalinan


dalam menghadapi PROM :

a) Bila anak belum viable ( kurang dari 36 minggu ), penderita dianjurkan untuk
beristirahat di tempat tidur dan berikan obat-obat antibiotic profilaksis,
spasmolitika dan roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak
viable.

b) Bila anak sudah viable ( lebih dari 36 minggu ) lakukan induksi partus 6-12 jam
setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu
dimanaa induksi partus dengan PGE2 dan atau drips sintosinon gagal, maka
lakukan tindakan operatif.

Jadi pada PROM penyelesaian persalinan bisa :

Partus spontan
Ekstraksi vakum

Ekstraksi forsep

Embriotomi bila anak sudah meninggal

Seksiosesarea bila ada indikasi obstetric

Komplikasi

o Pada anak

IUFD dan IPFD, asfiksia dan prematuritas

o Pada ibu

Partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan postpartum atau infeksi nifas.

Penanganan

a. Konservatif

Rawat di RS

Berikan antibiotika ( ampisilin 4 x 500 mg atau eritomisin bila tak tahan ampisilin )
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.

Jika umur kehamilan <>

Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes busa
negative : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejateraan
janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.

Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi , berikam
tokolitik ( salbutamol ), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.

Jika usia kehamilan 32-37, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi.

Nilai tanda-tanda infeksi ( suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi interauterin ).


Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru
janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingiomielin tiap
minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametaon IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

,b. Aktif

Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, induksi dengan oksitosin, bila
gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.

Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri :

Bila skor pelvic <>

Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan

2. SEKSIO SESAREA

Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan latin caedere yang artinya
memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law ( Lex regia ) dan
Emperor’s law ( Lex Caesarea ) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya janin
dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus di keluarkan dari dalam rahim. Jacob
nufer tercatat pertama kali melakukan seksio sesarea pada istrinya, dia adalah seorang
pemotong babi.

Definisi

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding perut atau vagina ( suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam
rahim ).

Istilah

Seksio sesarea primer ( efektif )


Dari semula telah direncankan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesarea, tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit ( CV kecil dari 8 cm )

Seksio sesarea sekunder

Mencoba menunggu kelahiran biasa ( partus percobaan ), bila tidak ada kemajuan
persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea.

Seksio sesarea ulang ( repeat caecarean section )

Ibu yang pada kehamilan lalu mengalami seksio sesarea ( previous caesarean section )
dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.

Seksio sesarea histerektomi ( caecarean section hysterectomy )

Suatu operasi dimana setela dilahirkan dengan seksio sesarea, langsung dilakukan
histerektomi oleh karena sesuatu indikasi.

Operasi Porro ( Porro operation )

Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri 9 tentunya janin sudah mati )
dan langsung dilakukan histerektomi, misalnnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

Seksio sesarea postmortem ( postmortem caesarean section ) adalah seksio sesarea


segera pada ibu hamil cukukp bulan yang meninggal tiba-tiba sedangkan janin masih
hidup.

Indikasi

a. Ibu
 Disproporsi kepala panggul ( CPD/ FPD )

 Disfungsi uterus

 Distosia jaringan lunak

 Plasenta previa

 Rupture uteri mangancam


 Partus lama ( prolonged labor )

 Partus tak maju ( obstructed labor )

 Pre-eklamsi dan hipertensi

b. Janin

 Janin besar

 Gawat janin

 Malpresentasi janin

a) Letak lintang

Greenhill dan Eastman sama-sama sepemdapat :

o Bila ada kesempitan panggul, maka seksio sesarea adalah cara


yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan
besar biasa.

o Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan


seksio sesarea, walau tidak ada perkiraan panggul sempit.

o Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan


cara-cara lain.

b) Letak bokong

Seksio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada :

o Panggul sempit

o Primigravida

o Janin besar dan berharga

c) Presentasi dahi dan muka ( letak defleksi ) bila reposisi dan cara-cara
lain tidak berhasil.
d) Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil

e) Gemeli, menurut EASTMAN seksio sesarea dianjurkan :

o Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu ( shoulder


presentation )

o Bila terjadi interlock ( locking of the twins )

o Distosia oleh karena tumor

o Gawat janin

Jenis-jenis operasi seksio sesarea

a. Abdomen ( Seksio Sesarea Abdominalis )


 Seksio sesarea transperitonealis :

o Seksio sesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada


korpus uteri

o Seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi
pada segmen bawah rahim.

 Seksio sesarea ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis,


dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.

b. Vagina ( Seksio Sesarea vaginalis )

Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesarea dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Sayatan memanjang ( longitudinal ) menurut Kronig

2. Sayatan melintang ( Transversal ) menurut kerr

3. Sayatan huruf T ( T- incision )

Seksio sesarea Klasik ( Korporal )


Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang
10 cm.

Kelebihan

o Mengeluarkan janin lebih cepat

o Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

o Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

o Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi


yang baik

o Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

Seksio sesarea Ismika (Profunda )

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah rahim


( low cervical transversal ) kira-kira 10 cm.

Kelebihan

o Penjahitan luka lebih mudah

o Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

o Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk Manahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum

o Perdarahan kurang

o Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan rupture uteri spontan kurang/lebih


kecil.

Kekurangan
o Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah, sehingga dapat menyebabkan a.
uterine putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak

o Keluhan paa kandung kemih postoperative tinggi.

komplikasi

 Infeksi puerpuralis
o Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

o Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung.

o Berat, dengan peritonitis,sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.

Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotic


yang adekuat dan tepat.

 Perdarahan

Disebabkan karena :

o Banyak pembuluh daah terputus dan terbuka

o Atonia uteri

o Perdarahan pada placental bed

 Luka kandung kemih, emboliu paru dan keluhan kemih bila reperitonialisasi
terlalu tinggi.
 Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mandating

Prognosis
Dulu angka morbiditas dan moortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada madda
sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat daam teknik operasi, anastesi, penyediaan
cairan dan darah, indikasi dan antibiotic angka ini sangat menurun.

Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan
oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.

Nasib janin yang dittolong secara seksio sesarea sangat tergantung dari keadaan janin
sebelum dilakukan operasi.

Nasehat pasca operasi

- Dianjurkan jangan hamil selama kurang 1 tahun, dengan memakai kontrasepsi

- Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik

- Dianjurkan untuk bersalin di RS yang besar

- Apakah untuk persalinan berikutnya harus dengan seksio sesarea bergantung dari
indikasi seksio sesarea dan keadaan pada kehamilan berikutnya

- Hampir di seluruh institute di Indonesia tidak di anut dictum “ once a cesarean always a
cesarean “

- Yang dianut adalah “ once a cesarean not always a cesarean “ kecuali pada panggul
sempit atau disproporsi sefalo-pelvik.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

o Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila
pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm

o Penyebab dari PROM tidak / belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan,
kecuali usaha menekan infeksi.
o Adapun pengaruh dari ketuban pecah dini baik pada ibu maupun bayinya yaitu
dapat menimbulkan infeksi.

o Jadi pada PROM penyelesaian persalinan bisa : Partus spontan, Ekstraksi vakum,
Ekstraksi forsep, Embriotomi bila anak sudah meninggal, Seksiosesarea bila
ada indikasi obstetric.

o Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding perut atau vagina ( suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dalam rahim ).

o Ada bebearapa indikasi dari seksio sesarea : Disproporsi kepala panggul ( CPD/
FPD ), Disfungsi uterus, Distosia jaringan lunak, Plasenta previa, Rupture
uteri mangancam, Partus lama ( prolonged labor ), Partus tak maju ( obstructed
labor ), Pre-eklamsi dan hipertensi.

o Jenis-jenis dari operasi seksio sesarea : SC transperitonealis ( SC klasik dan SC


ismika ) dan SC ekstraperitonealis

2. Saran

Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan


seksio sesarea dengan indikasi ketuban pecah dini. Sehingga dapat di lakukan upaya-
upaya yang bermanfaat untuk meghindari kasus diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,arif.dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius


Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri . Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : FKUI

Manuaba, Ida Bagus Gde.1998. “Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan”. Jakarta : EGC

Straight, Barbara R.2005.” keperawatan ibu bayi baru lahir “.Jakarta : EGC

Tiran, denise. 2006. “Kamus saku bidan”. Jakarta : EGC


www.google.com

ABSTRAK
Latar Belakang :
Berbagai permasalahan yang membahayakan ibu hamil saat
ini sangat rentan terjadi, hal
ini seiring banyaknya kejadian atau kasus
-
kasus
yang ditemui di dunia kebidanan terkait dengan tanda
-
tanda bahaya kehamilan
seperti
kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)
misalnya.
Salah satu tindakan
yang dapat dilakukan untuk mengatasi KPD adalah dengan cara
operasi
caesar
.
Tujuan :
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
ibu
dengan post
sectio caesaria indikasi ketuban
pecah dini meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
Hasil :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x
2
4 jam didap
a
tkan
hasil
nyeri
yang dirasakan
berkurang, dapat melakukan aktifitas sehari
-
hari,
mengetahui
dan mampu merawat luka
post sectio caesaria.
Simpulan :
Kerjasama antar
tim kesehatan dan pasien/keluarga sangat diperlukan untuk
keberhasilan
asuhan keperawatan pada pasien sehingga masalah keperawatan
pada pasien
mengenai nyeri, hambatan mobilisasi, dan kurang pengetahuan
dapat
dilaksanakan dengan baik dan sebagian masalah dapat teratasi
sebagian hingga
tuntas.
Kata kunci :
secti
o caesaria, ketuban pecah dini.

PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI)
menjadi salah satu indikator penting
dalam menentukan derajat kesehatan
masyarakat.
Salah satu prioritas utama
dalam pembangunan sektor kesehatan
sebagaimana
tercantum
dalam
program pemerintah nasional serta
strategi
Making Pregnancy Safer
(MPS) atau kehamilan yang aman
sebagai kelanjutan dari program
Safe
Motherhood
dengan tujuan untuk
mempercepat
penurunan
angka
kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir (MDG’s, 2010)
.
Hasil
Survey
Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2009 menunjukkan bahwa secara
nasional Angka Kematian Ibu di
Indonesia
adalah
226/100.000
kelahiran hid
up.
Angka ini
masih
jauh
dari
target
tujuan
pembangunan
Millenium
Development
Goal’s
(MDGs), yakni hanya 102/100.000
kelahiran tahun 2015.
Rendahnya
kesadaran
masyarakat
tentang
kesehatan ibu hamil menjadi faktor
penentu angka kematian, meskipun
masih
banyak faktor yang harus
diperhatikan untuk menangani masalah
ini. Persoalan kematian yang terjadi
lantaran indikasi yang lazim muncul,
yakni 28% pendarahan, 5% aborsi,
24%
eklamsi,
5%
persalinan
lama/macet, 8% komplikasi masa
nifas, 11% infeksi, dan 14% l
ain
-
lain
(Depkes RI, 2011).
Berbagai
permasalahan
yang
membahayakan ibu hamil saat ini
sangat rentan terjadi, hal ini seiring
banyaknya kejadian atau kasus
-
kasus
yang ditemui di dunia kebidanan
terkait dengan tanda
-
tanda bahaya
kehamilan. Yang palin
g menonjol saat
ini adalah kejadian Ketuban Pecah
Dini (KPD)
yakni mulai
pecahnya
ketuban sampa
i
1 jam
setelah ketuban
pecah
tidak
ada
tanda
-
tanda persalinan
(inpartu).
Sebagian besar ketuban
pecah dini terjadi di atas usia
kehamilan 37 minggu, sedangkan
d
ibawah 36 minggu tidak terlalu
banyak.
Ketuban
pecah
dini
merupakan masalah yang kontroversi dalam obstetri
k
yang berkaitan dengan
penyebabnya
.
Kejadian KPD biasanya
terjadi secara mendadak, sehingga
kemungkinan dapat beresiko infeksi
pada ibu dan kematian
janin
(
Hidayat,
2009)
.
Salah satu tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi KPD
adalah dengan cara operasi caesar.
Dalam hal ini komplikasi bisa terjadi
pada post sectio caesaria diantaranya:
perdarahan, infeksi dan trimboemboli,
kematian ibu,
kerusakan organ
-
organ
seperti
vesika
urinaria,
solusio
plasenta, plasenta previa, dan ruptur
uteri
. Oleh karena itu, peran perawat
penting
dalam
penatalaksanaan
komprehensif untuk mencapai kualitas
hidup ibu.
Berdasarkan uraian diatas maka
penulis t
ertarik dan termotivasi untuk
menyusun laporan karya tulis ilmiah
berjudul “
Asuhan Keperawatan
Pada
Ny.
Y dengan
Post
Sectio Caesaria
Indikasi
Ketuban Pecah Dini di Ruang
Mawar III RSUD Surakarta
”.
Tujuan umum
dari penulisan
karya
tulis
ilmiah
ini
adalah
m
engetahui dan melaksanakan asuhan
keperawatan terhadap Ny. Y
ibu
post
sectio
caesaria
dengan
indikasi
ketuban pecah dini sesuai dengan
standar
keperawatan
.
T
ujuan khusus dari penulisan
karya
tulis
ilmiah
ini
adalah
m
elaku
kan pengkajian, analisa data,
m
erumuskan diagno
sa keperawatan,
m
enyusun
rencana
tindakan,
m
elakukan
tindakan
keperawatan
sesuai
dengan
rencana
asuhan
keperawatan
dan
m
engevaluasi
tindakan keperawatan pada ibu post
sectio
caesaria
de
ngan
indikasi
ketuban pecah dini
.
TINJAUAN PUSTAKA
Sectio
caesaria
didefinisikan
sebagai lahirnya janin melalui insisi
pada dinding abdomen (laparotomi)
dan dinding uterus (histerektomi).
Definisi
ini
tidak
mencakup
pengeluaran
janin
dari
rongga
ab
domen pada kasus rupture uteri atau pada
kasus
kehamilan
abdomen
(Rasjidi, 2009).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah
pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan/sebelum inpartu, pada
pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini
dapat terjadi pada akhir keh
amilan
maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan (Nugroho, 2012).
Asuhan keperawatan post sectio
caesaria dengan ketuban pecah dini
adalah
suatu
bentuk
pelayanan
keperawatan
untuk
memenuhi
kebutuhan dasar manusia dalam
bentuk pemulihan setelah dilakuk
an
pembedahan dari dinding abdomen
sampai
dinding
uterus
guna
mengeluarkan janin dengan indikasi
ketuban pecah dini sebelum terjadi
persalinan.
Menurut
Mitayani
(2009)
penyebab pasti KPD ini belum jelas.
Ada
beberapa
keadaan
yang
berhubungan dengan
terjadinya KPD,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Trauma
meliputi
amniositesis
,
pemeriksaan pelvi, dan hubungan
seksual
2.
Peningkatan tekanan intrauterus,
kehamilan
kembar
atau
polihidromnion
3.
Infeksi
vagina,
serviks
atau
korioamnionitis streptokokus
serta
bakteri vagina
4.
Selaput amnion yang mempunyai
struktur lemah/selaput terlalu tipis
5.
Keadaan abnormal dari fetus
seperti malpresentasi
6.
Multipara dan peningkatan usia ibu
7.
Difisiensi nutrisi
Menurut
Nugroho
(2012)
manifestasi terjadinya ketuban pe
cah
dini ada beberapa, diantaranya:
a.
Keluarnya
cairan
ketuban
merembes melalui vagina
b.
Aroma air ketuban berbau manis
dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan
ciri pucat dan bergaris warna
darah
c.
Cairan ini ti
dak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila anda
duduk atau berdiri, kepala janin
yang sudah terletak di bawah
biasanya
mengganjal
atau
menyumbat
kebocoran
untuk
sementara
d.
Demam, bercak vagina yang
banyak, nyeri peru
t, denyut
jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda
-
tanda infeksi
yang terjadi
Menurut Manuaba (2008) pada
kondisi yang normal kolagen terdapat
pada
lapisan
kompakta
amnion,
fibroblast, jaringan reticule karion dan
trofoblas, sintesis maupun deg
radasi
jaringan kolagen dikontrol oleh sistem
aktifasi dan
inhibisi interleukin

1
(iL
-
1) dan prostaglandin, tetapi karena
adanya infeksi dan inflamasi terjadi
peningkatan
aktifasi
iL
-
1
dan
prostaglandin
yang
menghasilkan
kolagenase jaringan, sehingga terj
adi
depolimerasi kolagen pada selaput
korion/amnion. Hal ini menyebabkan
ketuban tipis, lemah dan mudah pecah
spon
tan sehingga terjadi KPD.
Penatalaksanaan KPD tergantung
pada umur kehamilannya. Untuk
kehamilan aterm, pada hakekatnya
kulit ketuban y
ang pecah akan
menginduksi
persalinan
dengan
sendirinya. Sekitar 70

80 %
kehamilan
genap
bulan
akan
melahirkan dalam waktu 24 jam
setelah kulit ketuban pecah, bila dalam
24 jam setelah kulit ketuban pecah
belum ada tanda
-
tanda persalinan
maka dilakukan i
nduksi persalinan,
dan bila gagal (retraksi uterus tidak
ada, kelainan letak kepala, iminen)
dilakukan bedah caesar. Sedangkan
untuk kehamilan premature lakukan
observasi, lihat temperature dan ada
atau tidaknya
fetal distress
. Jika ada
masalah dengan kedu
a hal tersebut
dilakukan bedah caesar (Sujiyatini.
et
al
, 2009).
Setelah dilakukan tindakan sectio
caesaria ibu akan mengalami trauma
pembedahan dan efek anesthesia
spinal.
Dengan
adanya
trauma
pembedahan ibu akan mengalami agen
cidera
fisik
akibat
pembedahan
sehingga ibu dapat mengalami nyeri,
cemas (ansietas) sehingga dapat terjadi
hambatan mobilitas fisik, dan terdapat
luka. Akibat kurangnya pengetahuan
ibu tentang perawatan luka, kuman
dapat masuk dan pasien dapat
mengalami resiko terjadinya inf
eksi.
Sedangkan untuk efek anesthesia
spinal, ibu akan mengalami retraksi
otot secara tidak langsung sehingga
terjadi penurunan motilitas traklus
gastreointestinal dan mengakibatkan
konstipasi (Herdman, 2012).

SARAN
(a)
Bagi penulis
Diharapkan mampu memahami
tentang
post
sectio
caesaria
dengan indikasi ketuban pecah
dini sehingga dapat dilakukan
upaya
-
upaya yang
bermanfaat
untuk mengatasi masalah diatas.
(b)
Bagi ibu nifas
Kepada ibu nifas agar selalu
memeriksakan kondisi ibu dan
bayi secara rutin sehingga mampu
mendeteksi
kelainan
-
kelainan
yang mungkin terjadi pada bayi
baru lahir dan ibu setelah
melahirkan agar tid
ak terlambat
dalam mendapat pertolongan.
(c)
Bagi rumah sakit
Mampu memiliki atau menambah
kualitas
dan
mutu
dalam
memberikan tindakan medis untuk
asuhan keperawatan bagi pasien
dengan
masalah
post
sectio
caesaria.
(d)
Bagi institusi pendidikan
Diharapkan mampu
menambah
wawasan
pengetahuan
dan
keterampilan
dalam
kegiatan
proses belajar mengajar tentang
asuhan keperawatan post sectio
caesar
i
a dengan indikasi
ketuban
pecah dini
yang dapat digunakan
sebagai
acuan
bagi
praktek
mahasiswa keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,
Fitri Respati. 2014.
Konsep Kebutuhan Dasar
Manusia
. Yogyakarta: Dua
Satria Offset.
Depkes
R.
I.
2011.
Pedoman
Pemantauan
Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS
-
KIA)
.
Direktorat
Jen
deral Bina Kesehatan
Masyarakat
.
Jakarta:
Direktorat
Kesehatan
Keluarga
.
Elizabeth
, Siwi W & Endang P. 2015.
Asuhan
kebidanan
masa
nifas
dan
menyusui
.
Yogyakarta: pustaka Baru
Press.
Green, Carol J & Judith M. Wilkinson.
2012.
Rencana Asuhan
Keperawatan Maternal &
Bayi Baru Lahir.
Ja
karta:
EGC.
Herdman, T. Heather. 2012
.
NANDA
Internasional:
Diagnosis
Keperawatan, Definisi dan
Klasifikasi
.
Alih
Bahasa
Made Sumarwati
. Jakarta:
EGC
Hidayat, A. A. 2006.
Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan
.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat,
A.
A.
2009.
Metode
Penelitian
Keperawatan
Maternitas Tehnik Analisa
Data
.
Jakarta:
Salemba
Medika.
Mitayani. 2009.
Asuhan Keperawatan
Maternitas.
Jakarta:
Salemba Medika.
Manuaba, B. I. 2008.
Kepaniteraan
klinik
obstetric
&
Ginekologi.
Jakarta:
EGC.
Nurarif, A & Ha
rdhi Kusuma. 2015.
Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis
&
NANDA
.
Yogyakarta:
Mediaction.
Norman,
F.
2010.
Dasar
-
dasar
Genologi
dan
Obsetri
.
Jakart: EGC.
Norwitz, Errol & John Schorge. 2008.
At a
Glanca Obstetri &
Ginekologi
. Edisi 2.
Jakarta:
Erlangga.
Notoatmodjo,
S. 2007.
Promosi
Kesehatan
dan
Ilmu
Perilaku
. Jakarta
: Rineka
Cipta
Nugroho, T. 2012.
Obsgyn Obstetri
dan Ginekologi
. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai