Anda di halaman 1dari 34

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan
atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). (Nugroho, 2010)
Pada wanita yang telah mengalami KPD sebelumnya beresiko 2-4kali
mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya ketubanpecah
dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungankolagen dalam
membrane sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dinidan ketuban pecah
dini preterm terutama pada pasien resiko tinggi. (Nugroho, 2010).
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau prematur ruptur of the membrane(PROM)
adalah pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan atauinpartu
(Manuaba, 2010)
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya cairan amnion dari
kantung amnion tempat bayi berenang.Pelepasan cairan melalui ruptur selaput
janin, terjadi setelah 28 minggu masa kehamilan dan setidaknya satu jam
sebelum persalinan (Jurnal Premature Rupture of Membrane, 2017)
1.2 Etiologi
Menurut Manuaba (2010) Ketuban Pecah Dini disebabkan oleh:
a. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan kembar, hidramnion.
b. Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
c. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian
terendahbelum masuk PAP, disproporsi sefalopelvik.
d. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
e. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada
selaputketuban dalam bentuk preteolitik sehingga memudahkan
ketubanpecah.
1.3 Patofisiologi
Mekanisme ketuban pecah dini adalah terjadi pembukaan prematur serviks
dan membran terkait dengan pembukaan terjadidevaskularisasi dan nekrosis
serta dapat diikuti secara spontan.Jaringan ikat yang menyangga membran
ketuban makinmberkurang.Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat
denganinfeksi yang mengeluarkan enzim (enzim proteolitik, enzimkolagenase).
Massa interval sejak ketuban pecah sampai terjadikontraksi disebut fase laten.
Makin panjang fase laten, makintinggi kemungkinan infeksi. Makin muda
kehamilan, makin sulitupaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas
janin (Manuaba, 2010).
1.4 Klasifikasi
Ketuban pecah dini (Premature Rupture of Membranes/PROM) mengacu
kepada pasien yang melampaui usia kehamilan 37 minggu dan ditampilkan
dengan adanya pecah ketuban (Rupture of Membranes/ROM) sebelum awal
persalinan. Ketuban pecah dini preterm (Preterm Premature Rupture
ofMembranes/PPROM) adalah pecahnya ketuban (ROM) sebelum kehamilan
37minggu. Dan pecah ketuban berkepanjangan adalah setiap pecahnya ketuban
yang berlangsung selama lebih dari 24 jam dan lebih dahulu pecah pada awal
persalinan (Hamilton C, 2010).
Ketuban pecah dini premature mendefinisikan rupturspontan membran janin
sebelum mencapai umur kehamilan 37 minggu dan sebelum onset persalinan.
Sebuah tinjauan ilmiah penyebab PPROM diidentifikasi penyebab potensial
banyak dalam kasus tertentu. Ini termasuk penurunan umum dalam kekuatan
peregangan membran amnion, cacat lokal pada membranamnion, penurunan
kolagen cairan ketuban dan perubahan dalam strukturkolagen, iritabilitas
uterus, apoptosis, degradasi kolagen, dan pereganganmembran. Pada jaringan
Maternal-Fetal Medicine Unit (MFMU) menemukan bahwa faktor risiko
PPROM adalah PPROM sebelumnya,fibronektin janin positif pada kehamilan
23 minggu, dan leher rahimpendek (<25 mm) pada umur kehamilan 23
minggu. Untuk penatalaksanaannya dirawat di Rumah Sakit, tunda persalinan,
berikan antibiotik (Manuaba, 2010).

1.5 Diagnosis
Menurut Prawirohardjo (2014) diagnosis KPD adalah :
a. Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanyacairan ketuban di
vagina. Jika tidak ada, dapat dicoba denganmenggerakkan sedikit bagian
terbawah janin ataumeminta pasien batuk atau mengedan maka
akantampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpulpada fornik
anterior. Penentuan cairan ketuban dapatdilakukan dengan tes lakmus
(Nitrazin test) dimanamerah menjadi biru.
b. Tentukan usia kehamilan.
c. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksiadalah bila suhu ibu
lebih dari 38⁰C serta air ketubankeruh dan berbau. Leukosit darah >
15.000/mm³ . Janinyang mengalami takikardi, mungkin mengalami
infeksiintrauterin.
d. Tentukan tanda-tanda persalinan dan scoring pelvic.
e. Tentukan adanya kontraksi yang teratur.
f. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukanpenanganan aktif (terminasi
kehamilan). Mengenaipemeriksaan dalam, perlu dipertimbangkan,
padakehamilan yang kurang bulan yang belum dalampersalinan tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam.Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksaakan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan floravagina
yang normal. Mikroorganisme tersebut bisadengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalamvagina hanya dilakukan jika KPD yang sudah
dalampersalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dandibatasi
sedikit mungkin.
g. Diagnosis ketuban pecah dini premature denganinspekulo dilihat adanya
cairan ketuban keluar daricavum uteri.
1.6 Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2014), penatalaksanaan pada ketuban pecah dini
terdiri dari :
1. Konservatif
1) Rawat di rumah sakit.
2) Berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisinbila tidak
tahan ampisilin dan metronidazol 2x500 mgselama 7 hari).
3) Jika umur kehamilan < 32 minggu, dirawat selama airketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagikeluar.
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidakada infeksi,
tes busa negative, beri deksametason,observasi tanda-tanda infeksi
dan kesejahteraan janin.
5) Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beriantibiotik dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi(suhu, leukosit, tanda-
tanda infeksi intrauterin).
7) Pada usia kehamilan 32-37 minggu, berikan steroiduntuk
memacukematangan paru janin, dan bilamemungkinkan periksa
kadar lesitin dan spingomielintiap minggu. Dosis betametason 12
mg sehari dosistunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg
setiap 6jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
1) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin.Padapersalinan
pemberian infus Dekstrose 5% 500 ml dripoksitosin 5 unit/ 20 tetes
akan mengakibatkan uterusberkontraksi secara efektif shingga
mendorong janinmelewati jalan lahir dengan cepat (Saifudin,
2009).Bilagagal, lakukan seksio sesarea. Dapat pula
diberikanmisoprostol 25 μg – 50 μg intravaginal tiap 6
jammaksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikanantibiotic
dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
2) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks,kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinandengan seksio sesarea.
3) Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan.
1.7 Komplikasi
Apabila kehamilan belum cukup bulan, besar sekali kemungkinan risiko
komplikasi bagi bayi dan si ibu bila ketuban pecah dini.
Pecahnya selaput ketuban berpeluang terjadinya kontraksi rahim sehingga
bayi lahir prematur. Hampir sepertiga ibu hamil, ketuban pecah menjurus
terjadinya kelahiran premature.
Bila usia kehamilannya masi di bawah 37 minggu, saat ini berapa organ
tertentu dari bayi belum matang seperti paru, pembulu darah, dan beberapa
organ penting lainnya. Bagi ibu dengan usia kehamilan cukup bulan dengan
ketuban pecah dini beresiko terjadi perdarahan pasca salin, prolaps tali pusat ,
plasenta terlepas atau solusio plasenta bahkan sampai kematian bayi. (andalas
,2014)
Menurut Marmi, dkk (2012) komplikasi yang terjadi pada ibu adalah :
a. Infeksi dalam persalinan
Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah makabisa menyebabkan
sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkanmeningkatnya angka
mordibitas dan mortalitas pada ibu dan bayi.
b. Infeksi puerperalis/masa nifas
c. Dry Labour/partus lama
d. Perdarahan postpartum
e. Meningkatkan tindakan SC
1.8 Prognosis
Prognosis ibu

1. Infeksi intra partal (dalam persalinan)


2. Infeksi puerperalis (masa nifas)
3. Partus lama
4. Meningkatkan tindakan operatif obstetric
5. Morbiditas dan mortalitas maternal
(syaifudin,2010)

Prognosis janin

1. Prematuritas
2. Infeksi
3. Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)
4. Sindrom deformitas janin yang terjadi akibat dari oligohidramnion
5. Morbiditas dan mortalitas perinatal
(syaifudin,2010)
BAB II
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KETUBAN
PECAH DINI
2.1 Pengkajian
Menurut Pudiastuti (2012) pengkajian data meliputi :
1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan daripasien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dankejadian, informasi tersebut
tidak dapat ditemukan, oleh timkesehatan secaraindependen tetapi
melalui suatu interaksiatau komunikasi (Nursalam, 2009).
a) Biodata yang Menyangkut Identitas Pasien
(1) Nama
Nama jelas dan lengkap bila perlu namapanggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalammemberikan pelayanan.
(2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahuiadanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alatreproduksi belum matang,
mental dan psikisnyabelum siap sedangkan umur lebih dari
35 tahunrentan sekali untuk terjadi perdarahan masa nifas.
(3) Agama
Untuk mengetahui pasien tersebut dalammembimbing atau
mengarahkan pasien dalamberdoa.
(4) Suku Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat ataukebiasaan sehari-hari.
(5) Pendidikan
Berpengaruh terhadap tindakan kebidanandan mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya,sehingga bidan dapat
memberikan konseling denganpendidikannya.
(6) Pekerjaan Pasien
Gunanya untuk mengetahui dan mengukurtingkat sosial
ekonominya, karena ini mempengaruhidalam gizi pasien
tersebut.
(7) Alamat
Ditanyakan karena mungkin memiliki namayang sama
dengan alamat yang berbeda.
b) Keluhan Utama
Keluhan yang terjadi pada ibu bersalin denganketuban pecah
dini adalah ibu mengatakan mengeluarkancairan yang merembes
melalui vagina, nyeri perut dandemam (Nugroho,2010). Serta
tanyakan sejak kapan pengeluaran cairan.
c) Riwayat Menstruasi.
Data yang kita peroleh akan menggambarkan tentang
keadaan dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data yang
harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara lain : menarche,
siklus menstruasi, volume, keluhan (Sulistyawati dan
Nugraheny,2010).
d) Riwayat Perkawinan
Untuk mengkaji karena dari data ini akan mendapatkan
gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
e) Riwayat Kehamilan, Persalian dan Nifas yang lalu
(1) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umurkehamilan ibu
dan hasilpemeriksaan kehamilan.
(2) Persalinan : spontan atau buatan lahir aterm atau prematur
ada perdarahan atau tidak, waktupersalinan ditolong oleh
siapa, dimana tempat melahirkan.
(3) Nifas : Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus,
lahir hidup, apakah dalam kesehatan yangbaik) apakah
terdapat komplikasi atau intervensipada masa nifas dan
apakah ibu tersebutmengetahui penyebabnya.
f) Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Rohani dkk. (2011), data subyektif daririwayat
kehamilan antara lain :
(1) Haid pertama dan haid terakhir merupakan datadasar yang
diperlukan untuk menentukan usiakehamilan, apakah cukup
bulan prematur.
(2) Kepala bayi lahir (menurut taksiran ibu) merupakandata dasar
untuk menentukan usia kehamilanmenurut taksiran atau
perkiraan ibu.
(3) Taksiran persalinan.
(4) Keluhan pada trimester I, II, III.
(5) Apakah ibu pernah memeriksakan kehamilannya dandimana
ibu memeriksakan kehamilannya. Hal inidiperlukan untuk
mengidentifikasi masalah potensialyang dapat terjadi pada
persalinan kali ini.
(6) Imunisasi TT. Sudah pernah imunisasi TT ataubelum,berapa
kali, dimana, teratur atau tidak.
g) Riwayat Keluarga Berencana
Jenis kontrasepsi yang pernah dipakai, efek samping,alasan
berhentinya menggunakan alat kontrasepsi, danlama penggunaan
alat kontrasepsi.
h) Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk mendeteksi adanya komplikasi pada persalinandan
kehamilan, dengan menanyakan apakah ibu mengalami sakit
kepala hebat, pandangan berkunangkunang,atau nyeri epigastrum,
sehingga dapatmempersiapkan bila terjadi kegawatan dalam
persalinan.
i) Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yangmenderita
penyakit menular,ataupun penyakit keturunan.
j) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
(1) Nutrisi
1. Polamakan
Untuk mendapatkan gambaran bagaimana pasien
mencukupi gizinya selama hamil sampai awal persalinan
(Sulistyawati dan Nugraheny,2010).
2. Polaminum
Pada masa persalinan, data mengenai intake cairan sangat
penting karena akan menentukan kencenderungan
terjadinya dehidrasi (Sulistyawati dan Nugraheny,2010).
(2) Eliminasi
Untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK pasien
sebelum dan selama hamil. BAB meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi dan bau, serta BAK meliputi frekuensi, warna
dan jumlah (Manuaba,2010).
(3) Aktivitas
Untuk memberikan gambaran seberapa berataktivitas yang
biasa dilakukan pasien dirumah. Jika diakhir kehamilannya
pasien melakukan aktivitas terlalu berat dikhawatirkan pasien
akan merasa kelelahan sampai akhirnya dapat menimbulkan
penyulit pada masa bersalin (Sulistyawati dan Nugraheny,
2010).
(4) Istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk
mempersiapkan energy menghadapi proses persalinannya,
lebih penting lagi jika proses perslinannya mengalami
perpanjangan waktu pada kala 1 (Sulistyawati dan
Nugraheny,2010).
(5) Seksualitas
Tanyakan pada ibu kapan terakhir melakukan hubungan
seksual.
(6) Psikososialbudaya
Untuk mengetahui bagaimana keadaan lingkungan, respon
keluarga terhadap persalinan, respon pasien terhadap
kelahiran bayinya, respon suami pasien terhadap kehamilan
ini, pengetahuan pasien terhadap proses persalinan dan adat
istiadat setempat yang berkaitan dengan persalinan
(Sulistyawati dan Nugraheny,2010).
(7) Penggunaan Obat-obatan dan Rokok
Harus dikaji apakah ibu perokok dan pemakai
obatobatanatau jamu-jamuan selama hamil atau tidak.Jamu-
jamuan dapat menyebabkan perlekatanplasenta semakin kuat
sehingga memicu terjadinyaretensio plasenta.
2) Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dandiukur oleh
tenaga kesehatan.
(1) Keadaan umum
Keadaan umum ini meliputi : Baik, sedang, ataujelek. Pada kasus
ketuban pecah dini keadaan umumnyabaik (Nugroho,2010).
(2) Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan individumengadakan hubungan
dengan lingkungannya, sertadengan dirinya sendiri melalui panca
indranya danmengadakan pembatasan terhadap lingkungannya
sertaterhadap dirinya sendiri melalui perhatian.
(3) Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil tidak bolehmencapai 140 mmHg
sistolik atau 90 mmHg diastolik.Perubahan 30 mmHg sistolik 15
mmHg diastolik diatastekanan darah sebelum hamil, menandakan
toxemiagravidarum (keracunan kehamilan ) (Hani, dkk. 2011)
(4) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan, apakah adapeningkatan atau tidak,
suhu normal 36,5-37,5oC(Sulistyawati, 2012).
Ibu yang mengalami ketuban pecah dini dengan suhu di atas
37,5oC merupakan tanda-tanda infeksi.
(5) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitungdalam satu menit.
Batas normal 60-100 kali permenit (Hani, dkk. 2011).
(6) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasienyang dihitung
dalam menit. Batas normal 20-24 kalipermenit (Hani, dkk, 2011).
(7) Tinggi Badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu, danmengetahui resiko tinggi
badan. Tinggi normal ibu hamiladalah 145 cm (Hani, dkk, 2011).
(8) Berat badan
Untuk mngetahui berat badan ibu, karena jikaberat badan ibu
berlebih dapat beresiko menyebabkankomplikasi kehamilan
meliputi diabetes gestasional,hipertensi, akibat kehamilan dan
distosia bahu. Kenaikanberat badan ibu normal selama kehamilan
sekitar 6,5-15kg (Sarwono, 2010).
(9) Lila (lingkar lengan atas)
Untuk mengetahui lingkar lengan atas pasien,sebagai ukuran
status gizi ibu hamil, jika kurang dari 23,3cm maka kekurangan
energy kronik (KEK) (Sulistyawati,2012).
3) Pemeriksaan fisik
(1) Kepala
Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, bersihatau kotor dan
berketombe atau tidak (Sulistyawati, 2012)
(2) Muka
Apakah terdapat oedema atau tidak, terdapatcloasma gravidarum
atau tidak, dan muka pucat atautidak, karena pada pasien dengan
anemia sedang mukaterlihat pucat (Hani, dkk. 2011).
(3) Mata
Untuk mengetahui warna konjungtiva pucat atautidak, dan sclera
putih atau tidak, pada penderita anemiabiasanya warna
konjungtiva pucat (Varney, 2010)
(4) Hidung
Untuk mengetahui adanya kelainan, cupinghidung, benjolan dan
secret (Hani,dkk. 2011).
(5) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga, ada kotoranatau tidak
(Sulistyawati, 2012)
(6) Mulut Gigi dan Gusi
Untuk mengetahui adanya stomatitis, karies gigi,gusi berdarah
atau tidak (Sulistyawati, 2012).
(7) Leher
Untuk mengetahui ada tidaknya pembengkakankelenjar limfe,
kelenjar thiroid dan vena jugularis (Hani,dkk. 2012)
(8) Mamae
Untuk mengetahui adanya pembesaran padamamae,simetris atau
tidak, putting susu menonjol atautidak, ada benjolan atau tidak,
dan sudah adapengeluaran kolostrum atau tidak (Sulistyawati,
2012).
(9) Abdomen
a. Inspeksi
Adalah proses pengamatan dilakukan untukmenilai
pembesaran perut sesuai atau tidak denganusia kehamilan,
bentuk perut memanjang ataumelenting, adakah linea alba
atau linea nigra, adakahkelainan pada perut serta untuk
menilai pergerakananak (Varney, 2010)
b. Palpasi
Adalah pemeriksaan dengan indera perabayaitu tangan
dilakukan untuk menentukan besarnyarahmi, dengan
menentukan usia kehamilan sertamenentukan letak anak
dalam rahim. Pemeriksaanpalpasi dengan metode leopold
menurut Manuaba(2010) meliputi :
Leopold I : untuk mengetahui Tinggi FundusUteri (TFU) dan
bagian apakah yangterdapat difundus
Leopold II : Untuk mengetahui bagianpunggung janin
disebelah kananatau kiri
Leopold III : Untuk mengetahui bagian terbawahjanin
bokong atau kepala
Leopld IV : Untuk mengetahui apakah bagianterbawah jani
sudah masuk pintuatas panggul (PAP) atau belum.
TFU : untuk mengetahui TFU dengan(Mc.Donald)
menggunakan metlinmengukur dari sympisis sampaifundus
TBJ : Untuk mengetahui taksiran beratjanin
TBJ : (TFU-12)X155 (Konvergen)(TFU-12)X155 (Divergen)
c. Auskultasi
Adalah pemeriksaan menggunakan stetoskopuntuk
mendengarkan bunyi detak jantung janin,punctun maximum,
frekuensi, normal atau tidak(Hani,dkk. 2012)
d. Pemeriksaan Dalam
Di dalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban
sudahtidak ada lagi.Mengenai pemeriksaan dalam
dengantoucher perludipertimbangkan, pada kehamilan yang
kurang bulan yang belumdalam persalinan tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam. Karenapada waktu
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akanmengakumulasi
segmen bawah rahim dengan flora vagina yangnormal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat
menjadipatogen.Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan
kalau KPDyang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan
induksipersalinan dan dibatasi sedikit mungkin (Nugroho,
2010).
(10) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium untuk menguji adanya kelainan yang menyertai
kehamilan atau tidak, berguna untuk mengetahui kesejahteraan
janin. Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengkaji kadar
Hb ibuhamil dengan anemia sedang, dimana kadar Hb ibuhanya
mencapai 7-8 gr%. (Manuaba, 2010).
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
1.Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam cavum uteri.
2.Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun, sering terjadi kesalahan pada penderita (Nugroho,2010)
2.2 Identifikasi Diagnosis dan Masalah Aktual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosa,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasrkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan
diagnosis atau masalah adalah pengolahan data analisis dengan
menggabungkan data satu dengan yang lainnya sehingga tergambar
fakta (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek
kebidanan yang memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan. Diagnosa : Ny. X G...P...A... umur... tahun, umur
kehamilan... minggu, janin tunggal/kembar, hidup
intrauterin/extrauterin , letak memanjang/melintang, presentasi
kepala/bokong dengan ketuban pecah dini.
(1) Data Subyektif
a) Ibu mengatakan hamil ke..., pernah/belum
pernahkeguguran
b) Ibu mengatakan hari oertama menstruasi
terakhirtanggal…
c) Ibu mengatakan merasa cemas karena
keluar cairan dari vagina dan belum
merasamules.
(2) Data obyektif
a) Keluar air ketuban sejak pukul...
b) Belum keluar endirdarah
c) Pembukaan...cm
d) HPLtanggal...
(Sujiyatini, dkk, 2009).
2) Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertaidiagnosa.
Masalah yang sering timbul pada ibu bersalin
denganketubanpecah dini yaitu ibu tampak gelisah dan
cemasmenghadapi persalinan (Varney, 2010)
3) Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belumteridentifikasi
dalam diagnosa dan masalah yang didapatkandengan
menggunakan analisa data (Varney, 2010).
Kebutuhan pada ibu bersalin dengan ketuban pecahdini adalah
informasi tentang keadaan ibu, informasi tentangmakanan bergizi
cukup kalori, support mental dari keluargadan tenaga kesehatan
(Manuaba, 2010).
2.3 Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial
Pada langkah ini Kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisispasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada kasus persalinan dengan
ketuban pecah dini berpotensi terjadi korioamnionitis, malpresentasi,
prolaps tali pusat, partus lama, perdarahan post partum, endometritis
pasca persalinan, prematuritas, sindrom gawat nafas. Pada neonatal
potensial terjadi persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin (Arsinah dkk. 2010).
2.4 Identifikasi Tindakan Segera
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosa dan masalah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi, dan melakukan rujukan (Sari, 2012). Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
Jadi manajemen kebidanan bukan hanya selama asuhan primer
periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama perempuan
tersebut bersama bidan terusmenerus (Arsinah dkk. 2010). Antisipasi
ketuban pecah dini :
1) Rawat di Rumah Sakit
2) Berikan antibiotik
3) Oksitosin drip
4) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan
akhiri persalinan
2.5 Intervensi
Pada langkah ini semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan
pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan, teori yang baru,
evidence based care, serta divalidasi dengan asumsi mengenai apa
yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyawati dan
Nugraheny,2010).
3. Mandiri
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan
2) Menganjurkan ibu istirahat atau tirah baring dan menenangkan
hati ibu
3) Lakukan drip oksitosin dengan memasang infus dektros 5%
atau Ringer Laktat dengan 5 unit oksitosin 40 tpm. Setiap 15
menit dilakukan penilaian, jika his terlalu adekuat kurangi
tetesan permenit.
4) Melakukan observasi DJJ, kontraksi, nadi dan suhu setiap 15
menit
4. Kolaborasi
1) Melakukan konsultasi dengan dokter
2) Melakukan kolaborasi untuk induksi untuk pemberian antibiotic
profilaksis.
3) Laporkan perkembangan ke dokter
5. Rujukan
1) Merujuk ibu ke fasilitas yang memadai
2) Rujuk ibu segera jika ibu mengalami koriomnionitis
2.6 Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan asuhan yangnmenyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima,dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini dapatdilakukan oleh klien atau
tenaga lainnya (Varney, 2010).
2.7 Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang sudah
diberikan kepada pasien (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
1. Ibu mengerti tentang keadaanya sekarang
2. Ibu dapat mengendalikan dirinya
3. Ibu dan keluarga memahami tentang penjalasan yang diberikan
4. Ibu mengerti tujuan tindakan yang dilakukan
5. Ibu bisa melakukan teknik relaksasi
6. Diperoleh keputusan tindakan yang harus dilakukan
7. Ibu bersedia untuk dilakukan tindakan tersebut
8. Ibu bersedia di rujuk ke fasilitas yang memadai
9. Ibu mengetahui alasannya mengapa ibu dirujuk
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Patologis
Ny. R umur 25 Tahun G2P1A0 Umur Kehamilan 38-39 Minggu
Di RSU Melati Bunda
Gadang,Gadingsari Lumajang
No. Register : 44.22.11
Masuk RS tanggal/jam : 8 September 2018/10.00 WIB
Dirawat di ruang : Bersalin
3.1 Pengkajian
1. Data Subyektif
Tanggal : 8 September 2018
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Ruang bersalin rumah sakit Melati Bunda
(1) Biodata/Identitas
Data Ibu
Nama : Ny. R
Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan Pasien : Kasir swalayan
Alamat : Gadingsari, Lumajang
Data Suami
Nama : Ny. T
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan Pasien : Kasir swalayan
Alamat : Gadingsari, Lumajang
Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar cairan lendir bercampur darah
dari jalan lahir jam 04.00 WIB, gerakan anak masih
dirasakan dan mulai merasa kenceng – kenceng sejak pukul
04.00 WIB tanggal 8 September 2018.

(2) Riwayat Menstruasi.


Menarche : 12 Tahun
Siklus menstruasi : ± 28 hari
Lama hari : 6 hari
Teratur : Teratur
Volume : 2-3 kali ganti pembalut dalam
sehari
Keluhan : Tidak ada
Keputihan : Tidak ada
(3) Riwayat Perkawinan
Status Perkawinan : Sah
Menikah ke :1
Lama menikah : 4 tahun
Usia menikah : 21 tahun
(4) Riwayat Kehamilan, Persalian dan Nifas yang lalu
Ibu mengatakan bahwa pada kehamilannya yang
pertama ibu hamil saat berumur 21 tahun, kehamilannya
berjalan sampai 9 bulan lebih 2 hari dan pada saat itu status
TT ibu sudah T5. Ibu mengatakan melahirkan anak laki-laki
dengan cara normal spontan pervaginam di PMB dengan
BB 3100 gram. Anak yang pertama sekarang berumur 3
tahun. Ibu mengatakan saat persalinan tidak mengalami
bahaya persalinan seperti kejang, perdarahan, persalinan
lama, dan sebagainya. Setelah melahirkan ibu mengatakan
mengalami masa nifas selama 1 bulan lebih satu minggu
dengan tidak ada keluhan, ASI untuk bayinyapun sudah
keluar pada saat usia kandungan 8 bulan, ibu tidak
mengalami luka jahitan perineum karena tidak terjadi
robekan.
(5) Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan keduanya dengan usia 38-39
minggu yang berarti sudah masuk trimester ketiga. Ibu
mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir ibu 11 Desember
2017, sehingga taksiran persalinan yang dihitung dengan
rumus oleh bidan tempat memeriksakan pertama kali yakni
tanggal 18 september 2018. Ibu memeriksakan kehamilannya
1x di PMB pada saat berumur 2 bulan dengan mual muntah
dinasehati untuk makan sedikit tapi sering dengan istirahat
cukup,Ibu mengatakan pernah disuntik imunisasi waktu SD
dan juga saat sebelum menikah, ibu juga mengatakan
memeriksakan kembali kehamilannya saat umur kehamilan 5
bulan di PMB yang sama dengan keluhan Pusing yang diberi
tablet Fe dan dinasehati untuk istirahat dengan teratur dan
belum memeriksakan kehamilannya kembali setelah itu.
(6) Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan sebelum kehamilan yang keduanya ibu
memakai kontrasepsi suntik 3 bulanan, selama pemakaian
kurang lebih 3 tahun pemakaian suntik 3 bulanan ibu tidak
mengalami efek samping apapun. Ibu mengatakan berhenti
dari kontrasepsi 3 bulanan karena ingin menambah
momongan.
(7) Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita
sakit kepala hebat, pandangan berkunang-kunang, nyeri
epigastrium, penyakit menular, menahun, dan menurun
seperti batuk lama, penyakit kuning, asma, kencing manis,
dan tekanan darah tinggi.
(8) Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit kronis, menular, menahun dan menurun
seperti batuk lama, penyakit kuning, asma, kencing manis,
dan tekanan darah tinggi.
(9) Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Nutrisi
Pola makan
Frekuensi : 3 x/ hari
Porsi : 1-2 piring
Jenis : nasi,sayur, lauk
Pantangan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Pola minum
Minum
Frekuensi : 9 x/ hari
Porsi : 1gelas
Jenis : air putih, teh
Pantangan : tidak ada
Keluhan : tidak ada

Eliminasi
BAB
Frekuensi :1-2 x/ hari
Konsisten : lembek
Warna : kuning
Bau : khas feses
Keluhan : tidak ada

BAK
Frekuensi :7-8 x/ hari
Konsisten : cair
Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
Bau : khas amoniak

Aktivitas
Ibu mengatakan aktivitas sehari-harinya menjadi kasir
swalayan ,mengurus anak dan mengerjakan pekerjaan rumah
yang dibantu oleh suami dan kakak iparnya.
Istirahat
Ibu mengatakan istirahat tidur kurang lebih 1 jam di siang
hari dan 7 jam di malam hari dan tidak ada keluhan.
Seksualitas
Ibu mengatakan bahwa berhubungan seksual 1 kali
seminggu dengan tidak ada keluhan. Ibu mengatakan terakhir
ibu melakukan hubungan badan sekitar tiga minggu yang
lalu.
Psikososial budaya spiritual
Ibu mengatakan bahwa sangat senang bisa menambah
momongan. Ibu mengatakan suami dan keluarganya pun
senang dengan kehamilannya sekarang serta sangat
menantikan kelahiran anak keduanya ini. Ibu mengatakan
bahwa suaminya yang mengambil keputusan di dalam
keluarganya. Ibu dan keluarga taat menjalankan ibadaha-
ibadah dalam agama islam. Ibu juga mengatakan bahwa
masih mempercayai upacara slametan bayi secara turun
menurun.
Penggunaan Obat-obatan dan Rokok
Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan hidup merokok,
tidak minum-minuman keras, tidak pemakai jamu-jamuan
ataupun obat-obatan selama hamil.
3.2.2 Data Obyektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Stabil
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 38,6 oC
Nadi : 86 kali/menit
Resprasi : 22 kali/menit
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan sebelum hamil : 50 kg
Berat badan saat ini : 58 kg
Lila : 25 cm

3.2.3 Pemeriksaan fisik


(1) Kepala
Rambut tidak rontok, bersih dan tidak berketombe
(2) Muka
Tidak terdapat oedema, tidak terdapat cloasma gravidarum, muka
tidak pucat
(3) Mata
Warna konjungtiva tidak pucat, dan sclera putih
(4) Hidung
Tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak ada benjolan dan
secret
(5) Telinga
Tidak ada kotoran atau secret
(6) Mulut Gigi dan Gusi
Tidak ada stomatitis, karies gigi, dan gusi berdarah
(7) Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, kelenjar thiroid dan
vena jugularis
(8) Mamae
Ada pembesaran pada mamae, simetris, putting susu menonjol,
tidak ada benjolan, dan sudah ada pengeluaran kolostrum
(9) Abdomen
a) Inspeksi
Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, bentuk
perut melenting, ada linea nigra, tidak ada kelainan pada
perut serta pergerakan anak aktif
b) Palpasi
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri (TFU) sebesar 33 cm (3 jari
dpawah px) dan bagian yang terdapat difundus adalah
bokong
Leopold II : - Bagian kiri perut ibu teraba tahanan, keras,
memanjang seperti (punggung)

- Bagian kanan perut ibu teraba kecil-kecil


(ekstremitas)

Leopold III : Bagian terbawah janin kepala karena teraba


bagian bulat, keras, terdapat lentingan
(kepala)
Leopld IV : Bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas
panggul (PAP)
TFU : TFU sebesar 33 cm
TBJ : Taksiran berat janin
TBJ : (TFU-12)X155 (Divergen)
TBJ : TFU-11x155
: 33-11x155
: 3410 gram
His : 10’ 3 x 40”
c) Auskultasi
DJJ + punctum maksimum perut kiri frekuensi 131 x/menit
d) Pemeriksaan Dalam
Vulva dan vagina
Pembukaan serviks : 2 cm
Keadaan jalan lahir : elastis
Kulit ketuban :-
Air ketuban : merembes jernih, bau khas
air ketuban
Bagian terendah janin : kepala
Molase tulang tengkorak : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
e) Pemeriksaan penunjang
Hb : 12 gr/dl
Urine protein : tidak ada
Urine reduksi : tidak ada

3.2 Identifikasi Diagnosis dan Masalah Aktual


Tanggal : 8 September 2018 jam : 10.10 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. R umur 25 tahun G2 P1 A0, UK 38-39 minggu, janin tunggal hidup
intra uterine, letak memanjang punggung kiri, presentasi kepala, inpartu
kala I fase laten dengan induksi atas indikasi ketuban pecah dini.
Data Dasar :
DS : Ibu mengatakan hamil ke 2, belum pernah keguguran
Ibu mengatakan mengeluarkan cairan dari jalan lahir merembes
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir 11 Desember 2018
Ibu mengatakan hari perkiraan lahir 18 September 2018
Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng menjalar sampai pinggang
Ibu mengatakan merasa cemas karena keluar cairan dari vagina dan
belum merasamules.
DO : KU : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/menit
S : 38,6oC
RR : 22 x/menit
TFU : 33 cm, 3 jari dibawah px
Leopold :
I : bagian atas perut ibu teraba bulat, lunak, tidak ada
lentingan yaitu bokong
II : Bagian kiri perut ibu teraba keras memanjang seperti
papan yaitu punggung.
Bagian kanan teraba kecil-kecil janin yaitu ekstremitas
III : bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras, terdapat
lentingan, tidak bisa digoyangkan yaitu kepala
IV : bagian terndah janin sudah masuk PAP (divergen)
b. Masalah
Ibu cemas dengan keadaannya sekarang
c. Kebutuhan
Support mental dari bidan dan keluarga

3.3 Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial


Tanggal : 8 September 2018 jam : 10.25 WIB
Pada ibu bisa terjadi : infeksi intrapartum
Pada bayi bisa terjadi : hypoxia karena kompresi tali pusat

3.4 Identifikasi Tindakan Segera


Tanggal : 8 September 2018 jam : 10.35 WIB
Bedrest total dan tidur miring kiri
Kolaborasi dengan dokter Sp.OG

3.5 Intervensi
1. Mandiri
1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan
2) Menganjurkan ibu istirahat atau tirah baring dan menenangkan hati ibu
3) Lakukan drip oksitosin dengan memasang infuse Ringer Laktat dengan
5 unit oksitosin 40 tpm. Setiap 15 menit dilakukan penilaian, jika his
terlalu adekuat kurangi tetesan per menit.
4) Melakukan observasi DJJ, kontraksi, nadi dan suhu setiap 15 menit
2. Kolaborasi
1) Melakukan konsultasi dengan dokter
2) Melakukan kolaborasi untuk induksi untuk pemberian antibiotic
profilaksis.
3) Laporkan perkembangan ke dokter
3. Rujukan
Merujuk ibu ke fasilitas yang memadai
3.6 Implementasi
Tanggal : 8 September 2018 jam : 10.45 WIB
1. Mengobservasi KU dan TTV ibu meliputi TD, nadi, suhu, pernafasan
KU : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 86x/menit
S : 38,6oC
RR : 22x/menit
2. Pemantauan DJJ
DJJ + punctum maksimum perut kiri frekuensi 131x/menit
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi nafas dalam yaitu dengan menarik nafas
panjang dari hidung saat ada kontraksi dan tahan 5 detik dan keluarkan
melalui mulut untuk mengurangi rasa sakit.
4. Memberi support mental pada ibu.
5. Memberi makan dan minum pada ibu saat tidak ada kontraksi dan biarkan
ibu istirahat.
6. Mengajarkan ibu miring kiri untuk melancarkan supply oksigen.
7. Memberikan cairan intravena RL dioplos dengan induksi 1 ampul

3.7 Evaluasi
Tanggal : 8 September 2018 jam : 11.05 WIB
1. Ibu mengerti tentang keadaanya sekarang
2. Ibu dapat mengendalikan dirinya
3. Ibu dan keluarga memahami tentang penjalasan yang
diberikan
4. Ibu mengerti tujuan tindakan yang dilakukan
5. Ibu bisa melakukan teknik relaksasi
6. Diperoleh keputusan tindakan yang harus dilakukan
7. Ibu bersedia untuk dilakukan tindakan tersebut

PERKEMBANGAN
KALA II
Tgl : 08 september 2018 jam : 14.10 WIB
S = Ibu mengatakan kenceng-kencengnya semakin sering dan ingin
meneran
O = KU : Baik
TD : 120/80 mmHg
S: 370C
N : 89 x/menit
R : 24 x/menit
Leopold 1 : Teraba bokong
Leopold II :Kanan(ekstremitas) Kiri (punggung)
Leopold III : Teraba kepala
Leopold IV : divergen
His : 5x 10 menit frekuensi > 45 detik
Djj : 139 x/menit
Palapasi supra pubic : 4/5 bagian
VT : Pembukaan serviks 10 cm, selaput ketuban
(-), presentasi kepala tidak ada molase, UUK
di jam 12, penurunan kepala dihodge IV.
A = 1. Diagnose Kebidanan
Ny T umur 25 tahun G2P1A0 umur kehamilan 38-39 Minggu janin
tunggal hidup intra uteri,puki, preskep inpartu kala II normal
2. Diagnose Masalah
Tidak ada
P = 1. Memberitahu keadaan ibu dan janin berdasarkan hasil
pemeriksaan baik
TD : 130/70 mmHg, S: 360C, N:89 x/menit, R: 23 x/menit ,DJJ baik,
pembukaan serviks 10 cm, jika ibu merasa kencang-kencang ibu boleh
meneran sekarang.
2. Mengajarkan ibu teknik meneran yang benar
3. Memberi ibu minum di sela kontraksi
4. Menggunakan APD lengkap
5. Memimpin ibu meneran saat ada kontraksi dan memebantu
melahirkan bayi. Kepala bayi sudah tampak 5-6 cm di depan vulva.
Kepala bayi lahir, tidak ada lilitan tali pusat dan menunggu kepala bayi
putaran paksi luar. Memposisikan tangan biparetal membantu
melahirkan bahu anterior kemudian bahu posterior, melakukan sangga
susur tangan kanan menyangga kepala dan tangan kiri menelusuri
mulai dari bahu, lengan atas, punggung, bokong, tungki kaki, dan
kemudian menyisipkan jari telunjuk di kedua kaki bayi. Bayi lahir
spontan,menangis kuat,pergerakan aktif jam 14.35 WIB.

PERKEMBANGAN
KALA III
S = Ibu mengatakan bahagia dengan kelahiran bayinya
O = KU : baik
TFU : setinggi pusat, kontraksi keras
Perdarahan : ±250 cc
Kandung kemih : kosong
Tanda-tanda pelepasan plasenta: tali pusat memanjang dan
semburan darah tiba-tiba
A = 1. Diagnose Kebidanan
Ny T umur 20 tahun P2A0 dengan inpartu kala III
2. Diagnose Masalah
Tidak ada
P = 1. Memberitahu ibu ari-ari akan segera lahir
3. Melakukan Manajemen Aktif Kala 3
Tidak ada janin kedua,memberitahu ibu akan di suntik obat untuk
mempercepat lahirnya ari-ari, menyunti oksitosin 10 unit I.M.
Memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva dan tangan kanan
melakukan penegangan tali pusat, tangan kiri memegang perut
ibu untuk memastikan kontraksi baik. Ada kontraksi dan tanda-
tanda pelepasan plasenta, tangan kanan menegangkan tali pusat
dan tangan kiri melakukan dorso kranial,
Plasenta lahir spontan, lengkap, utuh jam 14.45 WIB ,Panjang
tali pusat : 43 cm - Melakukan observasi, TFU 2 jari di bawah
pusat, kontraksi keras
BAB IV
PEMBAHASAN

Ketuban dinyatakan pecah dini yaitu ketuban pecah bila terjadi


sebelum proses persalinan berlangsung . Menurut Manuaba (2010)
Ketuban Pecah Dini disebabkan oleh:
1. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan kembar,
hidramnion.
2. Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak
lintang.
3. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian
terendahbelum masuk PAP, disproporsi sefalopelvik.
4. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
5. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada
selaputketuban dalam bentuk preteolitik sehingga
memudahkan ketuban pecah.
Ibu Ny.R dengan hamil G2P1A0 berperiksa ke Rumah sakit melati
bunda dengan mengatakan bahwa hamil 9 bulan dengan keluhan
kenceng-kenceng disertai rembesan cairan bercampur darah dari jalan
lahir. Dari hasil pengkajian Ny.R dengan hamil G2P1A0 dengan usia
kehamilan 38-39 minggu mengalami ketuban pecah dini karena infeksi
.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup
waktu atau kurang waktu. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan
sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12
jam sebelum waktunya melahirkan.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa diharapkan lebih giat lagi menggali ilmu pengetahuan di
lahan praktik, terutama pengetahuan tentang cara penatalaksanaan
masalah dalam praktik kebidanan.
2. Bagi lahan praktik
Lahan praktik diharapkan lebih banyak menggali pengetahuan serta
informasi untuk peningkatan pelayanan kebidanan dan juga untuk
peningkatan peran bidan/ perawat dalam penatalaksanaan ketuban
pecah dini.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hendaknya institusi bisa menambahkan buku referensi terbaru di
perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Andalas,HM.2014.Goresan Tangan Spesialis Kandungan.Yogyakarta:Sibuku


Media
Asrinah, Shinta Siswoyo Putri, dkk. (2010). Konsep Kebidanan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Hamilton C. Premature Preterm Rupture of the Membranes. 28 Oktober 2010
Hani, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Manuaba, IBG. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.
Mishra, et al. 2017. Premature Rupture of Membrane.
Tersediahttps://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=
web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjyg6azv5rWAhXDEpQK
HU7iD4sQFghPMAQ&url=http%3A%2F%2Fwww.ijcmr.com%2Fuploa
ds%2F7%2F7%2F4%2F6%2F77464738%2Fijcmr_1203_feb_4.pdf&usg
=AFQjCNEHXdiEEbVkkUOX7I3ScwSQys7mOAdiakses pada 10
September 2017 pukul 18.19 WIB
Nugroho, Taufan. (2010). Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Pudiastuti, Ratna Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal dan
Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rohani, dkk. (2011). Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.
Sari, Rury, N. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suliystiawati, Ari. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
Sulistyawati, A, Nugraheny, E. 2010. Asuhan Kebidanan Pada
IbuBersalin.Jakarta : Salemba Medika.
Sujiyatini, et. All 2009. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Vsarney, Helen, dkk. (2010). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
34

Anda mungkin juga menyukai