Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN KASUS

KALA I FASE AKTIF


MEMANJANG DENGAN GAGAL
INDUKSI

JHUVAN ZULIAN FERNANDO


712018004
Latar Belakang

Persalinan merupakan proses


membuka dan menipisnya serviks,
kemudian janin turun ke dalam
jalan lahir atau proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu)

Induksi persalinan merupakan suatu tindakan


buatan untuk merangsang kontraksi uterus
yang dilanjutkan oleh dilatasi progresif dan
pendataran dari serviks kemudian diakhiri
dengan kelahiran bayi
 Indonesia termasuk negara berkembang dengan angka kematian ibu dan bayi
berkisar 275 – 700 per 100.000 jiwa dengan rata-rata nasional 390 jiwa per 100.000
persalinan hidup.
 Pada tahun 2012 angka kematian ibu menurut WHO sebesar 228/100.000
kelahiran hidup.
 Pada tahun 2007 induksi persalinan terjadi antara 10% sampai 20% dari
seluruh persalinan dengan berbagai indikasi, baik untuk keselamatan ibu
maupun keselamatan janin.
Oksitosin merupakan preparat yang sering digunakan
untuk induksi persalinan, tetapi kegagalan induksi dengan
oksitosin sering terjadi walaupun komplikasi pada janin
dan ibu kurang, karena dapat terkontrol dosisnya.
Angka tindakan pemberian oksitosin di Indonesia
meningkat dari 20% pada tahun 1989 menjadi 38% pada
tahun 2002 dengan tujuan induksi persalinan atau
mempercepat jalannya persalinan.
Berdasarkan uraian di atas penulis akan membahas
persalinan kala I fase aktif memanjang disertai gagal drip
oksitoksin sebagai tugas laporan studi kasus pada
departemen Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Tahun 2019
TINJAUAN PUSTAKA
Persalinan

 Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan


janin turun ke dalam jalan lahir atau proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
 Terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori yang
kompleks. Faktor-faktor hormonal, pengaruh saraf dan nutrisi
disebut sebagai pemicu di mulainya persalinan, dengan demikian
dapat dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan
terjadinya proses persalinan,
 Penurunan kadar progesteron
 Teori oksitosin
 Ketegangan otot-otot
 Teori prostaglandin
 Teori induksi partus (induction of labor)
 Memecahkan ketuban
 Pemecahan ketuban ini dapat mengurangi beban rahim sebesar 40 % sehingga tenaga
kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk membuka serviks dan menyebabkan kepala dapat
langsung menekan dinding serviks. Di dinding serviks terdapat banyak syaraf-syaraf yang
merangsang kontraksi Rahim
 Induksi persalinan secara hormonal/kimiawi
 Pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.Tetesan infusnya dimulai dari 8 mU (1 mU = 2
tetes) permenit dinaikkan 4 mU setiap 30 menit. Tetesan maksimalnya 30-40 mU.
Tahapan Persalinan

Kala I persalinan
Kala II persalinan
Kala III persalinan
Kala IV persalinan
Penipisan dan dilatasi serviks Dilatasi serviks
 Mekanisme persalinan meliputi (a) penurunan presentasi; (b) fleksi kepala; (c) rotasi internal; (d)
distensi perineum dan ekstensi kepala janin; (e) kelahiran kepala; (f) kelahiran bahu 4
Persalinan Lama

 Persalinan lama ialah persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam, baik pada primipara
maupun multipara.
 Persalinan lama dapat terjadi dengan pemanjangan kala I dan atau kala II. Persalinan
lama dapat terjadi akibat his yang tidak efisien (adekuat), faktor janin (malpresentasi,
malposisi, janin besar), faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor).
 Kelainan-kelainan tersebut dapat mengakibatkan pembukaan serviks berjalan sangat
lambat, akibatnya kala I menjadi lama.
 Bila partus lama dibiarkan tanpa pertolongan aktif, tidak dapat diharapkan persalinan
akan berakhir sendiri tanpa membahayakan kondisi ibu maupun janin.
Gejala dalam partus lama

 Dehidrasi
 Tanda infeksi seperti suhu tubuh yang tinggi, nadi dan pernafasan yang cepat, abdomen
meteorismus
 Pemeriksaan abdomen: meteorismus, dan lingkar bandl tinggi serta nyeri pada segmen bawah
Rahim
 Pemeriksaan lokal vulva vagina meliputi edema vulva, cairan ketuban berbau, serta cairan
ketuban bercampur meconium
 Pemeriksaan dalam melitputi edema serviks, bagian terendah sulit terdorong ke atas, terdapat
kapur pada bagian terendah. Kondisi janin mengalami asfiksia sehingga terjadi kematian janin
 Akhir dari persalinan lama yaitu ruptur uteri imminen sampai ruptur uteri dan kematian karena
perdarahan atau infeksi.
Diagnosis persalinan lama
Tanda dan Gejala Klinik Diagnosis
Pembukaan serviks tidak membuka (< 3 cm). Tidak didapatkan his atau his tidak teratur Belum inpartu atau persalinan palsu

Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm setelah 8 jam inpartu dengan his yang teratur Fase laten memanjang

Pembukaan serviks melewati garis waspada partograf: Fase aktif memanjang


a. Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari kontraksi per 10 menit dan kurang dari 40 a. Insersia Uteri
detik
b. Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju, b. Disproporsi Sefalopelvik
sedangkan his baik
c. Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju dengan c. Obstruksi Kepala
caput terdapat moulage hebat, edema serviks, tanda ruptur uteri imminen, dan
gawat janin
d. Kelainan presentasi (selain verteks dengan oksiput anterior) d. Malpresentasi atau malposisi

Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan tetapi tidak ada kemajuan penurunan Kala II lama
Penegakan Diagnosis Persalinan Lama

 Pemeriksaan USG untuk mengetahui letak janin.


 Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar haemoglobin guna mengidentifikasi
apakah pasien menderita anemia atau tidak.
 Pemeriksaan sinar rontgen dilakukan jika diagnosis sulit ditegakkan karena
terjadi moulage yang cukup banyak dan caput succedanum yang besar, pemeriksaan
sinar rontgen dapat membantu menentukan posisi janin disamping menentukan bentuk
dan ukuran panggul.
Distosia

 Distosia adalah suatu persalinan yang sulit, ditandai dengan kemajuan


persalinan yang lambat
 Distosia dapat terjadi pada kala I ataupun kala II persalinan.
 Distosia pada kala I aktif persalinan dapat dikelompokkan menjadi proses
persalinan yang lambat (protraction disorder) ataupun tidak adanya kemajuan
persalinan sama sekali (arrest disorder).
Etiologi

 Gangguan pada powers (kontraksi uterus dan usaha meneran ibu)


 Gangguan pada passenger (posisi janin, presentasi janin, dan
ukuran janin)
 Gangguan pada passage  rongga pelvis dan jaringan lunak
pada jalan lahir
Gangguan Kontraksi Uterus

 Hypotonic uterine contraction (inertia uteri) kontraksi uterus yang lebih


aman, singkat dan jarang dari pada biasa sehingga tidak cukup untuk
membuat serviks berdilatasi.
 Hypertonic uterine contraction yakni kekuatan kontraksi berlebihan atau terlalu kuat dan
terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat singkat.
 Inkoordinasi uterine action yakni kekuatan kontraksi yang meningkat, juga diluar his, dan
kontraksinya tidak berlangsungnseperti biasa karena tidak ada sinkronisasi kontraksi
bagian lainya.
Klasifikasi Gangguan Uterus

 Abnormalitas kontraksi uterus dibedakan berdasarkan fase menjadi:


 Active Phase Disorder
 Second Stage Disorder
Inersia Uteri

 Inersia uteri adalah perpanjangan fase laten atau fase aktif atau
kedua-duanya dari kala pembukaan.
 Pemanjangan fase laten dapat disebabkan oleh serviks yang
belum matang atau karena penggunaan analgetik yang terlalu
dini.
 Pemanjangan fase deselerasi ditemukan pada disproporsi
sefalopelvik atau kelainan anak. Perlu disadari bahwa
pemanjangan fase laten maupun fase aktif meninggikan kematian
perinatal.
Etiologi

 Hingga saat ini masih belum diketahui. akan tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi :
 Faktor umum
 Faktor lokal
Tipe

1. Inersia uteri primer : jika His lemah dari awal persalinan


2. Inersia uteri sekunder : jika mula-mula His baik, tetapi kemudian menjadi lemah
karena otot-otot rahim lelah akibat persalinan berlangsung lama (inersia karena
kelelahan)
Gambaran klinis

Waktu persalinan memanjang


• Kontraksi uterus kurang dari normal, lemah atau dalam jangka
waktu pendek
• Dilatasi serviks lambat
• Membran biasanya masih utuh
• Lebih rentan terdapatnya placenta yang tertinggal dan
perdarahan paska persalinan karena inersia persisten
• Tokografi : Gelombang kontraksi kurang dari normal dengan
amplitude pendek
Penatalaksanaan

Pemeriksaan umum :
 Pemeriksaan untuk menentukan disproporsi, malresentasi atau malposisi dan tetalaksana
sesuai dengan kasus
 Penatalaksaan kala 1 yang baik
 Pemberian antibiotik pada proses persalinan yang memanjang terutama pada kasus
dengan membrane plasenta telah pecah
a)Amniotomi
b)Oksitosin
Induksi Persalinan

Induksi persalinan merupakan suatu tindakan buatan atau


memberikan perlakuan untuk merangsang kontraksi uterus yang
dilanjutkan oleh dilatasi progresif dan pendataran dari serviks
kemudian diakhiri dengan kelahiran bayi.
Indikasi Induksi Persalinan

 Indikasi melakukan induksi persalinan antara lain:


 Ibu hamil tidak merasakan adanya kontraksi atau his. Padahal kehamilannya sudah
memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih (sembilan bulan lewat).
 Induksi juga dapat dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu menderita
tekanan darah tinggi, terkena infeksi serius, atau mengidap diabetes.
 Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan
beresiko/membahayakan hidup janin.
 Membran ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda awal persalinan.
 Plasenta keluar lebih dahulu sebelum bayi.
Indikasi ibu
Indikasi janin
Indikasi induksi persalinan berdasarkan
tingkat kebutuhan penanganan, antara
lain:

 Indikasi darurat
 Indikasi segera (Urgent)
 Indikasi tidak segera (Non urgent)
Kontraindikasi Induksi Persalinan

 Disproporsi sefalopelvik
 Insufisiensi plasenta
 Malposisi dan malpresentasi
 Plasenta previa
 Gemelli
 Distensi rahim yang berlebihan
 Grandemultipara
 Cacat rahim
Persyaratan Induksi Persalinan

 Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni serviks sudah mendatar dan menipis
dan sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari, serta sumbu serviks mengarah ke
depan.
 Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD).
 Tidak terdapat kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan.
 Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul
Bishop Score
Faktor Nilai
0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 ≥5
Pendataran serviks 0-30 40-50 60-70 ≥ 80
(%)
Penurunan kepala -3 -2 -1, 0 +1, +2
diukur dari bidang
HIII (cm)
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak -
Posisi serviks Kebelakang Searah sumbu jalan Kedepan -
lahir
Apabila kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi maka induksi persalinan mungkin tidak memberikan hasil
yang diharapkan. Untuk menilai keadaan serviks dapat dipakai skor bishop. Bila skor ≥ 6, induksi cukup
dilakukan dengan oksitosin. Sedangkan bila skor ≤ 5, perlu dilakukan pematangan serviks terlebih
dahulu dengan pemberian prostaglandin atau pemasangan foley kateter.
Proses Induksi

 Kimia atau medicinal/ farmakologis


 Prostaglandin
 Prostaglandin E1 (PGE1)
 Prostaglandin E2 (PGE2)
 Prepidil
 Cervidil
 Donor Nitrit Oksida
 Oksitosin
 Mekanis
 Kateter transservikal (kateter foley)
 Pemecahan ketuban (amniotomi)
 Dilator servikal higroskopik (batang laminaria)
 Stripping membrane
Komplikasi Induksi Persalinan

 Hiponatremia  Rupture uteri


 Atonia uteri  Hiperbilirubinemia
 Hiperstimulasi/ adanya kontraksi  Perdarahan post partum
rahim yang berlebihan  Kelelahan ibu dan krisis
 Fetal distress emosional
 Prolaps tali pusat  Infeksi intrauterine
 Solusio plasenta  Emboli
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

 Nama : Ny. A
 Umur : 22 tahun
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Agama : Islam
 Alamat : Dusun I Pulau Negara Pemulutan Ogan Ilir Sumatra Selatan
 MRS : 15 Februari 2019
 No. RM : 59-44-18
Identifikasi Suami Pasien

 Nama : Tn. S
 Umur : 27 tahun
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Agama : Islam
 Alamat : Dusun I Pulau Negara Pemulutan Ogan Ilir Sumatra Selatan
ANAMNESIS

 Keluhan Utama
 Ibu hamil mengeluh mules ingin melahirkan.
Riwayat Perjalanan Penyakit

 Os datang ke Ponek Rumah sakit Muhammadiyah Palembang karena ingin


melahirkan, mengeluh perut mules sejak ± 1 hari SMRS, mules yang dirasakan
menjalar sampai kepinggang, semakin lama mules semakin bertambah. Keluhan
disertai keluarnya lendir dan darah pervaginam.
 Sebelum berobat ke RSMP Os berobat ke puskesmas terlebih dahulu dan
diperiksa oleh bidan. Didapatkan hasil dari pemeriksaan dalam yaitu
pembukaan serviks 2 cm kemudian dirawat dan diberikan drip oxytosin ½ amp
pukul 07.00 WIB, pada pukul 21.30 WIB, dilakukan pemeriksaan dalam kembali,
dan didapatkan hasil pembukaan serviks 4 cm kemudian di drip oxytosin 1 amp.
Lalu, pada pukul 23.30 WIB dilakukan pemeriksaan dalam kembali dengan hasil
pembukan serviks 7 cm, karena pembukaan serviks belum lengkap maka
diberikan drip oksitosin ½ amp lagi. Akibat persalinan os tidak maju, maka os
dirujuk kerumah sakit dengan diagnosis G2P0A1 hamil aterm dengan suspect
gagal drip. Os rujukan dari puskesmas Ogan Ilir.
Riwayat Penyakit Dahulu

 Asma (-)
 Alergi obat dan makanan (-)
 Kejang-kejang saat hamil (-)
 Penyakit Hipertensi (-)
 Penyakit Diabetes Melitus (-)
 Penyakit Jantung (-)
 Penyakit Ginjal (-)
Riwayat Penyakit Keluarga

 Asma (-)
 Alergi obat dan makanan (-)
 Kejang-kejang saat hamil (-)
 Penyakit Hipertensi (-)
 Penyakit Diabetes Melitus (-)
 Penyakit Jantung (-)
 Penyakit Ginjal (-)
 Riwayat Penyakit dengan keluhan yang sama dengan keluarga (-)
Riwayat Menstruasi

 Usia : 15 tahun
 Siklus menstruasi : 28 hari
 Lama haid : 7 hari
 Banyaknya : 3 kali ganti pembalut
 Keluhan : Tidak ada
 Hari pertama haid terakhir : 03-05-2018
 Taksiran persalinan : 10-02-2019
Riwayat Perkawinan

 Menikah : 1 kali
 Lama pernikahan : 1 tahun 6 bulan
 Usia menikah : 20 tahun
Riwayat kontrasepsi

 Tidak pernah
Riwayat ANC

 Os melakukan ANC di Puskesmas OI.


 Satu kali pada trimester pertama
 Satu kali pada trimester kedua
 Dua kali pada trimester ketiga
Riwayat Kehamilan dan Persalinan

 Tahun 2018/ab
 Hamil sekarang
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : Tampak sakit sedang


 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : E4 V5 M6 : 15
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 82 x/menit
 Frekuensi Napas : 20 x/menit
 Suhu tubuh : 36,5oC
 BB sebelum hamil : 56 kg
 BB saat hamil : 42 kg
 TB : 150 cm
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-) edema periorbital (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar thyroid (-)
Thoraks : Inspeksi: simetris, retraksi sela iga
Palpasi : stem fremitus (+/+) sama kanan dan kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I/II (+/+) normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : perut membesar sesuai umur kehamilan, luka bekas operasi (-), striae
gravidarum (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : hepar dan lien sulit dinilai
Genitalia : Discharge (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema pretibial dan dorsum pedis
Pemeriksaan Status Obstetri

 Pemeriksaan Luar
 Leopold I : 3 jari di bawah Proc. Xyphoideus, TFU : 32 cm di atas symphisis
pubis, teraba lunak, bundar, dan tidak melenting (bokong)
 Leopold II : Bagian kanan teraba punggung, bagian kiri teraba bagian-
bagian kecil(ekstremitas)
 Leopold III : teraba bagian bundar, keras, melenting (kepala)
 Leopold IV : Divergen, memasuki PAP
 DJJ : 138 x/menit
 TBJ : (32-12) x 155 gram = 3100 gram
 HIS : 2/10’/<40”
Pemeriksaan dalam

 Kosistensis portio : Lunak


 Posis portio : Medial
 Pembukaan : 7 cm
 Pendataran : 95 %
 Ketuban : -
 Bagian tebawah : Kepala
 Penurunan : Hodge III
 Penyusupan : UUK
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
Hematologi Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12,5 12-16 g/dl
Hematokrit 35,6 37-47%
Leukosit 12800 4.200 – 11.000/ul
Trombosit 144000 150.000-440.000/ul
Hitung Jenis
Eosinofil 0,0 1-3 %
Basofil 0,2 0-1 %
Neutrofil 81,2 40 – 60 %
Limfosit 12,4 20 – 50 %
Monosit 6,2 2–8%
Golongan Darah
ABO B
Rhesus +
Waktu Perdarahan 2 < 6 menit
Waktu Pembekuan 8 < 15 menit
PEMERIKSAAN URIN
Urin Rutin Hasil Nilai Normal
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jerni Jernih
Berat Jenis 1.020 1.005 – 1.030
pH 5,5 4,5 – 7,5
Protein Urin (+) Negatif
Glukosa Urin Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Sedimen
Epitel 6/lpk 1 – 15
Leukosit 15-20/lpb <5
Eritrosit Penuh <3
Silinder Negatif
Kristal Negatif
Pemeriksaan laboratorium setelah operasi berupa pemeriksaan darah pada
hari Jum’at tanggal 15 Febuari 2019 (15:48).

Hematologi Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 13,1 12-16 g/dl


Diagnosis Kerja

G2P0A1 hamil 40-41 minggu, inpartu kala I memanjang fase


aktif, janin tunggal hidup, presentasi kepala dengan gagal
drip
Penatalaksanaan

Observasi KU, TVI, DJJ, HIS


Pemeriksaan Laboratorium darah rutin dan urin rutin
IVFD RL gtt 20x/m
Inj Ceftriaxone 1x1 gr IV (skin test)
Rencana SC cito Pukul 12.00 WIB
Lahir Neonatus:

Pukul : 12.10 WIB


Jenis Kelamin : Perempuan
BB : 3260 gram
PB : 49 cm
APGAR : 8/9
FOLLOW UP
Tanggal Subjektif, Objektif, Assesment Planning
15 february 2019 S: nyeri luka post SC P:
Pukul 16.00 O: Keadaan umum: tampak sakit sedang  Observasi KU, TVI, perdarahan
- Kesadaran: kompos mentis  Mobilisasi bertahap
- TD: 110/70 mmHg  Cek Hb
- Nadi: 80 x/ menit  Aff cateter setalah 24 jam
- RR: 22 x/menit Th/
- T: 36,50C  IVFD RL gtt 20x/m+oxytosin 2 amp
- Hb post op: 13,1 gr/dL selama 24 jam
- TFU: 2 jari dibawah pusat  Ceftriaxone 2 x 1 gr/IV
- Kontraksi uterus: baik  Metronidazole 3 x 500mg/IV
A: P1A1 post SC a/i kala 1 memanjang fase aktif + gagal  Asam traneksamat 3 x 1amp/IV
drip  Alinamin F 3x1
 Pronalges 3 x 1 supp
 Ketorolac 3 x 1 amp/IV
Tanggal Subjektif, Objektif, Assesment Planning
16 february 2019 S: nyeri luka post SC P:
Pukul 07.00 Observasi KU, TVI, perdarahan
O: Keadaan umum: tampak sakit sedang Mobilisasi bertahap
Kesadaran: kompos mentis ASI on dimend
TD: 110/70 mmHg Diet TKTP
Nadi: 80 x/ menit Aff infus ganti dengan oral
RR: 22 x/menit Ganti Opsite (+)
T: 36,50C
Hb post op: 13,1gr/dL Th/
TFU: 2 jari dibawah pusat Cefixime 3x100mg/PO
Kontraksi uterus: baik Metronidazole 3 x 500mg/PO
Asam traneksamat 3 x 1amp/PO
A: P1A1 post SC a/i kala 1 memanjang fase
aktif + gagal drip
Tanggal Subjektif, Objektif, Assesment Planning
17 february 2019 S: tidak ada keluhan P:
Pukul 07.00 O: Keadaan umum: tampak sakit sedang  Observasi KU, TVI, perdarahan
- Kesadaran: kompos mentis  Mobilisasi bertahap
- TD: 110/70 mmHg  ASI on dimend
- Nadi: 80 x/ menit  Diet TKTP
- RR: 22 x/menit  Ganti Opsite (+)
- T: 36,50C  Rencana pulang ( control seminggu
- Hb post op: 13,1gr/dL kemudian)
- TFU: tidak teraba Th/
- Kontraksi uterus: baik  Cefixime 3x100mg/PO
A: P1A1 post SC a/i kala 1 memanjang fase aktif  Metronidazole 3 x 500mg/PO
gagal drip  Asam traneksamat 3 x 1amp/PO
PEMBAHASAN
 Os datang ke Ponek Rumah sakit Muhammadiyah Palembang karena ingin melahirkan,
mengeluh perut mules sejak ± 1 hari yang lalu. mules yang dirasakan menjalar sampai
kepinggang, semakin lama mules semakin bertambah. Keluhan disertai keluarnya lendir
dan darah pervaginam.
 Berdasarkan hasil anamnesis tersebut diketahui bahwa tanda-tanda persalinan telah
dekat sudah terjadi pada 1 hari dan 7 jam sebelum os datang ke rumah sakit.
 Hal ini telah sesuai dengan teori yang mengatakan tanda dari persalinan sudah dekat
yaitu false labor pains (Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-
kontraksi lemah dari uterus), Serviks menjadi lembek mulai mendatar dan sekresinya
bertambah bisa bercampur darah (bloody show).
 Sebelum berobat ke RSMP Os berobat ke puskesmas terlebih dahulu dan diperiksa oleh
bidan. Didapatkan hasil dari pemeriksaan dalam yaitu pembukaan serviks 2 cm kemudian
dirawat dan diberikan drip oxytosin ½ amp pukul 07.00 WIB, pada pukul 21.30 WIB,
dilakukan pemeriksaan dalam kembali, dan didapatkan hasil pembukaan serviks 4 cm
kemudian di drip oxytosin 1 amp. Lalu, pada pukul 23.30 WIB dilakukan pemeriksaan
dalam kembali dengan hasil pembukan serviks 7 cm, karena pembukaan serviks belum
lengkap maka diberikan drip oksitosin ½ amp lagi. Akibat persalinan os tidak maju, maka
os dirujuk kerumah sakit dengan diagnosis G2P0A1 hamil aterm dengan suspect gagal
drip. Os rujukan dari puskesmas Ogan Ilir.
 Berdasarkan anamnesis tersebut diketahui bahwa persalinan os saat dilakukan
pemeriksaan dalam berada pada kala I fase laten yang normalnya berlangsung selama
7-8 jam, namun dikarenakan tidak ada kemajuan dari bukaan serviks selama 7-8 jam,
maka os diberikan induksi oksitosin sebanyak 1 amp, dan didapatkan pembukan 4 cm
yang menandakan os telah memasuki kala 1 fase aktif persalinan.
 Pemberian terapi drip oksitosin menunjukkan bahwa telah terjadi keterlambatan dari
pembukaan serviks yang mengakibatkan pemanjangan waktu dari kala I baik dari fase
laten ataupun fase aktif.
 Dikatakan suspect gagal drip telah sesuai dengan teori, yaitu jika pemberian telah
sampai 3x dan tidak didapati kontraksi yang adekuat yaitu 3x/10 menit dengan lama > 40
detik pada ibu dengan riwayat multigravida, maka induksi oksitosin dianggap gagal
(gagal drip), sehingga tindakan yang diperlukan adalah sectio caesarea (sc).
 Hal ini dikarenakan induksi oksitosin yang gagal dapat menyebabkan gawat janin dan
solusio plasenta.
 Pemberian induksi oksitosin pada persalinan bertujuan untuk membantu stimulasi
prostaglandin dan leukotrin dalam kontraksi uterus, salah satu indikasi dilakukannya induksi
oksitosin yaitu persalinan lama.
 Pada kasus ini didapatkan persalinan lama yaitu kala I fase aktif memanjang hal ini dapat
dilihat dari pembukaan serviks 7 cm pada pukul 23.30 karena berdasarkan teori fase aktif
dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi
menjadi 4 cm dan fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat
kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
 Os didiagnosis dengan G2P0A1 hamil aterm dengan suspect gagal drips, hal ini
bermakna bahwa os memiliki riwayat hamil 2x, tidak pernah melahirkan, dan abortus 1x
dengan usia kehamilan cukup bulan yaitu 37-42 minggu.
 Riwayat penyakit dahulu disangkal dan tidak ada riwayat keluarga yang mengalami hal
serupa, menunjukkan bahwa kondisi proses persalinan yang dialami os tidak dipengaruhi
oleh keadaan penyakit lainnya dan bukan merupakan penyakit genetik.
 Riwayat menstruasi didapatkan usia menarche pada 15 tahun, siklus menstruasi 28 hari,
lama haid 7 hari, banyaknya 3 kali ganti pembalut, HPHT 03-05-2018 dan taksiran
persalinan 10-02-2019.
 Riwayat ini menunjukkan bahwa usia menarche os adalah normal karena rata-rata
menarche terjadi pada usia 10-15 tahun, siklus haid rerata 21-35 hari dengan lama haid 5-
7 hari. Sedangkan, untuk HPHT dan taksiran kehamilan telah sesuai dengan penghitungan
taksiran kehamilan menurut rumus Naegele.
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan striae gravidarum, hal ini normal terjadi pada ibu
hamil dikarenakan hiperpigmentasi dari kulit akibat kulit telah kehilangan elastisitasnya
dan peningkatan dari pigmen melanin kulit.
 Pada pemeriksaan obstetric yaitu pemeriksaan luar didapatkan hasil leopold I, 3 jari di
bawah Proc. Xyphoideus, TFU : 32 cm di atas symphisis pubis, teraba lunak, bundar, dan
tidak melenting (bokong), Leopold II didaptakan bagian kanan teraba punggung,
bagian kiri teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas), Leopold III teraba bagian bundar,
keras, melenting (kepala), Leopold IV divergen, sudah masuk memasuki PAP , TBJ : (32-12)
x 155 gram = 3100 gram.
 Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan luar tidak ada kelainan. TBJ 3100 menandakan
berat janin telah sesuai masa kehamilan.
 HIS 2/10’/<40” menunjukkan kontraksi uterus yang inadekuat walaupun telah diberikan
induksi oksitosin ini berarti bahwa tindakan induksi persalinan telah gagal. HIS yang
inadekuat pada os, menunjukkan bahwa diagnosis kala I fase aktif memanjang memiliki
kemungkinan disebabkan karena adanya inersia uteri, yaitu frekuensi dan lamanya
kontraksi kurang dari kontraksi per 10 menit dan kurang dari 40 detik.
 Hasil Pemeriksaan dalam yaitu konsistensi portio lunak, posisi portio berada di medial,
pembukaan serviks 7 cm, pendataran 95 %, bagian tebawah kepala, penurunan hodge
III, penyusupan UUK.
 Hal ini menunjukan os sudah inpartu dan masuk pada kala I fase aktif dengan presentasi
kepala. Pada pemeriksaan laboratorium normal tidak ada kelainan.
 Diagnosis kerja G2P0A1 hamil 40-41 minggu, inpartu kala I memanjang fase aktif, janin
tunggal hidup, presentasi kepala dengan gagal drip,
 penulisan diagnosis kerja pada os telah sesuai dengan cara menegakan diagnosis yaitu
dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium,
 selain itu diagnosis kerja juga telah memenuhi kriteria penegakan diagnosis pada obstetrik
yaitu diagnosis ibu dengan komplikasi, diagnosis persalinan dengan komplikasi serta
diagnosis janin dengan komplikasinya.
 Tatalaksana os pada kasus sebelum tindakan sc berupa observasi KU, TVI, DJJ, HIS;
Pemeriksaan Laboratorium darah rutin dan urin rutin; IVFD RL gtt 20x/m; Inj Ceftriaxone 1x1
gr IV (skin test); Rencana SC cito Pukul 12.00 WIB.
 Pemberian antibiotik pada kasus telah sesuai dengan teori tatalaksana pada persalinan
kala I memanjang dan profilaksis sebelum dilakukannya tindakan sc.
 Tindakan sc dilakukan karena gagalnya induksi persalinan pervaginam, gagalnya induksi
persalinan pada os dapat terjadi karena riwayat abortus 1x pada os yang menyebabkan
inflamasi pada dinding uteri dan jaringan sekitarnya, sehingga terbentuklah jaringan
fibrosis yang tidak elastis dan berdampak terhadap kontraksi uterus
 Riwayat neonatus lahir pukul 12.10 WIB, Perempuan, BB 3260 gram, PB 49 cm,
APGAR 8/9.
 Hal ini menunjukkan bahwa BB lahir lebih besar daripada BB taksiran janin,
namun masih tergolong normal sesuai masa kehamilan.
 Nilai APGAR 8/9 menunjukkan bayi tidak mengalami asfiksia neonatorum.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Persalinan lama dapat terjadi dengan pemanjangan kala I dan atau kala II.
Persalinan lama dapat terjadi akibat his yang tidak efisien (adekuat),
faktor janin (malpresentasi, malposisi, janin besar),
faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor).
Kelainan-kelainan tersebut dapat mengakibatkan pembukaan serviks berjalan sangat
lambat, akibatnya kala I menjadi lama.
Saran

Pada saat ibu sudah dalam keadaan inpartu sebagai seorang dokter harus
mengawasi secara intensif proses persalinan tersebut. Karena tidak dapat di
pungkiri dalam proses persalinan terjadi inersia uteri. Dengan adanya pengawasan
maka seorang dokter bisa dengan cepat mengambil keputusan jika terjadi inersia
uteri.
TERIMA KASIH :)

Anda mungkin juga menyukai