Anda di halaman 1dari 15

Prolaps berasal dari kata latin yaitu prolapsus yang berarti

tergelincir atau jatuh dari tempat asalnya (Soejoenos &


Junizaf, 2011).

Prolaps uteri sudah lama dikenal oleh masyarakat


Indonesia dengan istilah peranakan turun (Soejoenos &
Junizaf, 2011).

Kejadian prolaps di Indonesia terjadi sebanyak 3,4-


56,4% pada wanita yang telah melahirkan. Data
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan
setiap tahun terdapat 47-67 kasus prolapsus, dan
sebanyak 260 kasus pada tahun 2005-2010 mendapat
tindakan operasi (Kasiati dkk, 2011).
Prolaps uteri adalah turunnya uterus kedalam
introitus vagina yang diakibatkan oleh kegagalan
atau kelemahan dari ligamentum dan jaringan
penyokong atau fasia (Faraj dkk, 2009; Doshani
dkk, 2007).
 Kejadian prolaps genitalis di Indonesia lebih sering
dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua,
dan wanita dengan pekerjaan berat. Suatu penelitian
yang dilakukan selama 2 tahun di Rumah Sakit Dr.
Pringadi Medan terhadap 5.372 kasus ginekologi,
didapatkan 63 wanita dengan kasus prolaps genitalis,
data terbanyak terjadi pada grandemultipara dalam masa
menopause dan 31,74% pada wanita petani.
Berdasarkan umur, dari 63 kasus tersebut 69% wanita
berumur 40 tahun. Jarang sekali ditemukan prolaps uteri
pada wanita nullipara (Wiknjosastro, 2009).
Faktor resiko

Penyakit
Multiparitas Usia
Jaringan ikat

Peningkatan
Cedera saat
Tekanan Intra Ras
melahirkan
Abdominal
Desensus Prolaps Uteri
Uteri Tingkat I

Prolaps Uteri Prolaps Uteri


Tingkat III Tingkat II
FAKTOR Beban kerja
Ligamen
ligamen
RISIKO melemah
meningkat

Posisi uterus
tidak dapat di Prolaps Uteri
pertahankan
 Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di
genitalia eksterna.
 Rasa sakit di panggul atau pinggang dan bila pasien berbaring
keluhan berkurang, bahkan menghilang.
 Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu
berjalan dan bekerja. Gesekan porsio uteri oleh celana menimbulkan
lecet sampai luka dan dekubitus pada porsio uteri.
 Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks, dan
karena infeksi serta luka pada porsio uteri.
 Dapat menimbulkan gangguan bersenggama.
 Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
 Dekubitus
 Hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolli
 Gangguan miksi dan stress incontinenceInfeksi
jalan kencing
 Kemandulan
 Kesulitan pada waktu partus
 Hemoroid
 Inkarserasi Usus halus
 Pemendekan waktu persalinan, terutama kala
pengeluaran dan kalau perlu dilakukan elektif
(missal, ekstraksi forceps dengan kepala sudah di
dasar panggul)
 Menganjurkan penderita untuk tidak terlalu sering
melahirkan
 Menghindari paksaan dalam pengeluaran plasenta
 Mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat
meningkatkan tekanan intraabdominal seperti batuk-
batuk yang kronik
 Menghindari mengangkat benda-benda berat atau
melakukan pekerjaan yang berat
 Salah satu cara yang efektif yang dapat yang
dilakukan untuk mencegah resiko adalah dengan
melatih otot-otot panggul (senam)
Penatalaksanaan

 Konservatif
 Latihan-latihan atot dasar panggul
 Stimulasi otot-otot dengan listrik
 Pessarium
 Operatif
 Ventrofiksasi
 Operasi Manchester
 Histerektomi vaginal
 Kolplokleisis

Anda mungkin juga menyukai