Terjadi pada persalinan dengan trauma. Hindari persalinan saat pembukaan serviks belum lengkap. Penyebab:
Episiotomi Robekan
(lecet, laserasi) Luka episiotomi Robekan perineum spontan derajat ringan ruptur perinei totalis (sfingter ani terputus) Robekan dinding vagina, forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra Terberat: ruptur uteri
Pemeriksaan:
Inspeksi
macet/ kasep Uterus dengan lokuis minoris resistensia Adanya atonia uteri Tanda cairan bebas intraabdominal.
Semua sumber perdarahan diklem diikat luka ditutup dengan jahitan cat-gut.
Ruptur Perineum
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada garis tengah akibat persalinan baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan. Etiologi:
Pascapersalinan Kepala janin terlalu cepat lahir Posisi persalinan, cara meneran dan berat bayi baru lahir yang terlalu besar ( > 4000 gram ) Jaringan parut pada perineum Distosia bahu
Faktor risiko
Primipara
Jarak
kelahiran < 2 tahun Riwayat robekan perineum gr III / IV BBJ > 3500g
2.
3.
Laserasi epitel vagina atau laserasi pada kulit perineum saja Melibatkan kerusakan otot-otot perineum tetapi tidak melibatkan kerusakan sfingter ani Kerusakan otot sfingter ani:
3a: robekan <50% sfingter ani eksterna 3b: robekan >50% sfingter ani eksterna 3c: robekan sfingter ani interna
4.
DerajatII Penjahitan robekan perineum. Mula-mula otot dijahit dengan catgut, kemudian mukosa vagina. Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Terakhir kulit dijahit secara subkutikuler Derajat III Penjahitan dimulai dari dinding depan rectum kemudian fascia pascia perirektal, fascia septum rektovaginal. Dilanjutkan dengan ujung-ujung otot-sfingter ani, lanjutkan seperti penjahitan derajat II. Derajat IV Penjahitan derajat 4 hampir sama dengan derajat 3, hanya pada derajat 4 mukosa rectum dijahit dengan benang kromik 3-0 atau 4-0 secara interrupted dengan 0,5 cm antara jahitan.
Perlukaan Vulva
Akibat persalinan, primipara, luka pada vulva sekitar introitus vagina, terkadang perdarahan banyak khususnya luka dekat klitoris. Pada pemeriksaan sering terlihat robekan kecil pada labium mius, vestibulum, atau belakang vulva.J Jika luka robekan besar dan terlihat perdarahan penghentian perdarahan dan penjahitan luka robekan Daerah hematoma akan terlihat bagian yang lembek, membengkak , perubahan warna kulit, nyeri tekan Penanganan: Hematoma kecil kompres. Jika hematoma makin membesar dan disertai tanda-tanda anemia, presyok maka perlu segera dilakukan pengosongan dari hematoma tersebut.
Hematoma vulva
Jenis: Kolpaporeksis dan Fistula Kolpaporeksis Robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina Fistula Akibat perlukaan pada vagina yang menembus kandung kemih atau rektum, misalnya oleh perforator atau alat untuk dekapitasi, atau karena robekan serviks yang menjalar. Jika kandung kemih luka, urin segera keluar melalui vagina. Tatalaksana: penjahitan Komplikasi: perdarahan, infeksi
Robekan Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi baik dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri. Etiologi
Partuspresipitatus Trauma Ekstraksi dengan forceps, ekstraksi pada letak
Manifestasi
Perdarahan
KU
memburuk
Tatalaksana:
Jika
Komplikasi: perdarahan, hematoma, retensi urin, infeksi, jaringan parut dan stenosis vagina, fistula
Ruptur Uteri
Robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miometrium Klasifikasi:
Ruptur
spontan
biasanya pada korpus uteri Ruptura uteri completa (jika semua lapisan dinding rahim sobek) dan ruptura uteri incompleta (jika parametrium masih utuh)
Kehamilan
Robekan
Faktor Risiko:
Multiparitas
Pemakaian
oksitosin yang tidak sesuai Kelainan letak dan implantasi plasenta Kelainan bentuk uterus Hidramnion
Tatalaksana:
Penanganan
Laparatomi Histerektomi
Tanda vital per 15 menit (jam pertama) per 30 menit (jam selanjutnya) Kesadaran tiap 15 menit Kontraksi uterus Perdarahan Output urin
Analgesia
Parasetamol atau petidin 50-75 mg/6 jam Meperidine 75-100 mg IM per 3 jam Morphine sulfate 10-15 mg
Pasien sadar Perdarahan minimal Tanda vital stabil Urin > 30cc/jam
Periksa kondisi pasien dalam per 4 jam: Tanda vital Kontraksi uterus Perdarahan Output urin Mobilisasi :
Mobilisasi bertahap menggerakkan kaki dan tangan, lalu duduk Mobilisasi dini mencegah emboli paru dan DVT
Kebutuhan cairan dan diet Anestesi spinal: peristaltik 6 jam pasca SC membaik Anestesi umum: peristaltik umumnya timbul lebih lama Makan lunak pada hari I flatus (+) makanan padat Toleransi minum baik infus lepas 24 jam post SC Pasien harus sudah makan makanan biasa sebelum keluar RS
Perawatan payudara
Perawatan luka Luka diamati setiap hari Jahitan luka dapat dilepas pada hari ke-4 pasca SC Pada pasien dengan kemungkinan terlepasnya luka superfisial, misalnya pada pasien obesitas, jahitan luka dipertahankan hingga hari ke 7-10. Hari ke 3 pasca SC, pasien sudah diperbolehkan mandi. Jaringan subkutan yang tebal (>3 cm) meningkatkan risiko infeksi luka
Pembalut/penutup luka : pelindung infeksi selama proses penyembuhan/reepitelisasi Jika pembalut luka berdarah/basah sedikit : Jangan ganti pembalut Perkuat pembalut Evaluasi cairan/darah lebih dari buka dan evaluasi penyebab,ganti pembalut
Perawatan Luka
CDC 1999 : Balut steril harus digunakan pada luka SC selama 24-48 jam postoperatif
Fernandez et al (2003 ) : Tidak terdapat perbedaan bermakna laju infeksi pada luka yang dicuci rutin dengan air, dengan normal salinet,maupun idak dicuci. Saran : cuci luka dengan air minum/matang
Edukasi pasien :
Setelah
kasa steril dibuka, bersihkan lembut daerah luka operasi tiap mandi dengan air Jaga daerah luka kering Jika pakaian menggesek/menekan daerah luka, pasang pantyliner/pembalut di antara luka dan pakaian Sarankan makan dan minum bergizi, olahraga ringan untuk membantu sirkulasi
Kandung kemih :
urin jernih kateter lepas 8jam Urin tidak jernih kateter hingga urin jernih
Antibiotik :
Jika ada tanda infeksi/demam Diberi hingga bebas demam 48 jam Pilihan: Sefalosporin 2g iv, dosis tunggal + Azitromisin resiko endometritis post-op
Rawat gabung : dapat rawat gabung dengan bayi dan menyusui di posisi tidur duduk
Laboratorium :
Hb dan Ht Jika Hb<8 pertimbangkan transfusi
Memulangkan pasien :
2 hari pasca SC elektif tanpa komplikasi, umumnya hari ke3 atau 4 Beri edukasi perawatan luka Kontrol 7 hari setelah pulang Tanda bahaya : perdarahan, demam, nyeri perut berlebih
Daftar Pustaka
Waspodo D. Perawatan operatif. Dalam : Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH (ed). Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo, edisi keempat. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009. (444-47) Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : JNPKKR-POGI.2002 (430-3) Bick D. The postnatal needs of women following caesarean section. London : Royal College of Nursing. 2004 Women and Newborn Health Service King Edward Memorial Hospital. Following caesarean birth. Darwin : WNHS. 2010 Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD. Williams Obstetrics. 22nd edition. New York: McGraw-Hill, 2007.