Anda di halaman 1dari 18

SEPTUM VAGINA

Referat ini diajukan ke


Bagian Obstetri dan Gynekologi RSUP Dr. M. Djamil Padang
Sebagai Pemenuhan Tugas Junior Clerkship

Oleh

VIOLIN NURKHA
YESTI HANIFAH
DODO ISLAMUDDIN
CHUA FU LIN
VICKY BERLIAN
MELATI PURNAMA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

2019

0
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 2

A. Latar Belakang ......................................................................... 2


B. Rumusan Masalah..................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 5

A. Pengertian vagina .................................................................... 5


B. Septum Vagina ........................................................................ 5
C. Penegakan Diagnosis ............................................................... 10
D. Cara Mengatasi Septum Vagina ............................................ 10

BAB III PENUTUP ............................................................................... 12


A. Simpulan .................................................................................... 12
B. Saran .......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 14

1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Persarafan Perineum dan Genitalia Eksterna

Gambar 2.2. Perdarahan Perineum dan Genitalia Eksterna

Gambar 2.3. Prosedur Operatif terhadap Septum Vagina

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vagina merupakan suatu saluran muskulo membranosa yang menghubungkan

vulva dan uterus. Vagina terletak di antara vesika urinaria dan rektum.1,2 Fungsi vagina

terutama untuk melakukan hubungan seksual, jalan untuk janin pada saat lahir atau

partus, saluran ekskresi cairan terutama darah haid, disamping diperlukan oleh para

dokter terutama dokter kebidanan dan penyakit kandungan untuk mengetahui alat

genitalia interna dengan periksa dalam.2,3

Kelainan kongenital atau bawaan yang berupa tidak adanya sama sekali vagina

atau sebagian (agenesis vagina) tentu akan menimbulkan masalah bagi penderita dari

salah satu dari tiga hal tersebut di atas, terutama memberikan keluhan tidak dapat

melakukan hubungan seksual dan jalan keluar darah haid.2 Kelainan kongenital yang

sangat berat adalah tidak adanya vagina sama sekali.3 Penderita yang mengalami

agenesis vagina frekuensinya tidak begitu banyak, yaitu 1 dalam 4000 kelahiran (Bryan

dkk, 1949), 1 dalam 4000 sampai 10.000 kelahiran (ACOG). Sedangkan di rumah sakit

Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sejak tahun 1995 sampai 1999, rata-rata 10-12 kasus

pertahun telah mengalami rekonstruksi pembuatan vagina baru untuk kasus dengan

agenesis vagina (Rokintansky Hauser syndrome) dan beberapa penderita agesis vagina

tidak memerlukan tindakan pembedahan untuk pembuatan vagina baru.4,5,6 Agenesis

vagina merupakan penyebab kedua terbanyak pada kasus-kasus amenorhoe primer

setelah disgenesis gonad.6

3
Pada pertumbuhan janin dalam uterus 2/3 bagian atas vagina berasal dari duktus

inulleri (asal dari entoderm), sedangkan 1/3 bagian bawahnya dari lipatan-lipatan

ektorderm. Hal ini penting diketahui dalam menghadapi kelainan-kelainan bawaan.7

Penderita yang mengalami agenesis vagina frekuensinya tidak begitu banyak, yaitu 1

dalam 4000 kelahiran, 1 dalam 4000 sampai 10.000 kelahiran (ACOG).8 Sedangkan di

rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sejak tahun 1995 sampai 1999, rata-rata

10-12 kasus pertahun telah mengalami rekonstruksi pembuatan vagina baru untuk

kasus dengan kelainan kengenital (Rokintansky Hauser syndrome) dan beberapa

penderita kelainan kengenital tidak memerlukan tindakan pembedahan untuk

pembuatan vagina baru.9 Kelainan kengenital merupakan penyebab kedua terbanyak

pada kasus-kasus amenorhoe primer setelah disgenesis gonad.8

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari septum vagina ?


2. Apa penyebab dari septum vagina ?
3. Bagaimana cara menangani septum vagina ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umun
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas Ginekologi
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui pengertian dari septum vagina
b. Mahasiswa mengetahui penyebab dari septum vagina
c. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara menangani septum vagina

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Vagina

Vagina adalah organ yang amat penting bagi manusia karena fungsi

utamanya untuk mengeluarkan darah haid, bersenggama dan jalan lahir bayi.

Hampir pada setiap persalinan vulva dan vagina ikut cedera. Selain itu, penyakit

dan kelainan vulva dan vagina sering pula dijumpai pada wanita hamil, seperti

kelainan bawaan, varises, edema, hematoma, peradangan, kondilomata akuminata,

fistula dan kista vagina.10

Gambar 2.1. Persarafan Perineum dan Genitalia Eksterna

5
Gambar 2.2. Perdarahan Perineum dan Genitalia Eksterna

B. Septum Vagina

Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan hemat

okolpos, hematometra dan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi. Kelainan

vagina yang cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan adalah septum

vagina terutama vertika longitudinal.Septum yang lengkap sangat jarang

menyebabkan distosia karena separoh vagina yang harus dilewati oleh janin

biasanya cukup melebar sewaktu kepala lahir.8 Akan tetapi septum yang tidak

lengkap kadang-kadang menghambat turunnya kepala.Struktur vagina yang

6
kongenital biasanya tidak menghalangi turunnya kepala, akan tetapi yang

disebabkan oleh perut akibat perlukaan dapat menyebabkan distosia.Sekat sagital

di vagina dapat ditemukan dibagian atas vagina. Tidak jarang hal ini ditemukan

dengan kelainan pada uterus, oleh karena ada gangguan dalam fusi atau kanalisasi

kedua duktus mulleri. Pada umumnya kelainan ini tidak menimbulkan keluhan

pada yang bersangkutan dan baru ditemukan pada pemeriksaan ginekologik.11

a. Faktor

Etiologi Penyebab Kelainan KongenitalPenyebab langsung kelainan

kongenital sering kali sukar diketahui.Pertumbuhan embrional dan fetal

dipengaruhi oleh berbagai faktor sepertifaktor genetik, faktor lingkungan

ataukedua faktor secara bersamaan. Faktor etiologi penyebab kelainan kongenital

diantaranyalainan genetik dan kromosom Kelainan genetik pada ayah atau ibu

kemungkinan besar akan berpengaruh atas kejadian kelainan kongenital pada

anaknya. Diantara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum mendel biasa

tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan atau

kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan dalam hal ini sukar tetapi

adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapatmembantu

langkah-langkah selanjutnya. Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi

kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom

selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan

selanjutnya.3

7
1. Faktor Mekanik

Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan

kelainan bentuk organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu

sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.

2. Faktor Infeksi

Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi

pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya

infeksi tertentu dalam periode organogensis ini dapat menimbulkan gangguan

dalam pertumbuhan suatu organ tubuh. Infeksi pada trimester pertama disamping

dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan

terjadi abortus.

3. Faktor Obat

Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama

kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan

kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang dapat mengakibatkan

terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang

diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula

hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital. Walaupun hal ini secara

laboratorik belum banyak diketahui secara pasti.Sebaiknya salama kehamilan,

khususnya trimester pertama dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu

sama sekali. Walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu

memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian

8
fraskuilaiser untuk penyakit tertentu. Pemakaian sitostatik atau preparat hormon

yang tidak dapat dihindarkan, keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya

sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.

4. Faktor Umum Ibu

Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang

dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir

Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis

ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan

ditemukan risiko relatif sebesra 26,93 untuk kelompok ibu umur 35 tahun atau

lebih.

5. Faktor Hormonal

Faktor ini diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan

kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita

diabetes melitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih

besar dibandingkan dengan bayi yang normal.

6. Faktor Radiasi

Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin sekali akan dapat menimbulkan

kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada

orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang

mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang

dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya

dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.

7. Faktor Gizi

9
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilandapat

menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-

penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital, pada bayi-bayi

yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila

dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada

binatang percobaan adanya defisiensi protein, vitamin A riboflarin, folic acid,

thiamin yang dapat menaikkan kejadian kelainan kongenital.

8. Faktor-Faktor Lain

Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya

sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor

penyebabnya. Sering sekali penyebab kelainan kongenital tidak diketahui.

C. Penyebab Septum Vagina

Septum vagina tidak jarang hal ini ditemukan dengan kelainan pada uterus,

oleh karena ada gangguan dalam fusi atau kanalisasi kedua duktus mulleri.Septum

vagina adalah akibat gangguan gangguan fusi atau kanalisasi kedua duktus muleri

pada persalinan dapat robek atau perlu digunting dan diikat bila berdarah.4

Penyebab septum vagina timbul karena embriologis perkembangan sistem

mulleri. Bentuk yang paling parah adalah tidak terbentuknya saluran reproduksi

yaitu vagina, uterus dan tuba fallopii. Kelainan ini disebabkan oleh kegagalan

sistem mulleri untuk berfusi digaris tengah atau mengubah bentuk digaris tengah

setelah berfusi untuk membentuk rongga uterus tunggal. Bentuk kelainan

10
penyatuan yang paling parah terjadi ketika duktus mulleri gagal bersatu

disepanjang garis, menyebabkan pembentukan dua vagina. Kadang-kadang vagina

memiliki saluran yang tidak biasa dan membentuk septum vagina. Septum vagina

dapat berbentuk longitudinal maupun horizontal.5

a. Penegakan diagnosis

Diagnosis dengan mudah dapat ditegakkan ketika wanita tersebut telah

mengalami pubertas, OBGIN EMAS, Tahun V, Volume 1, Nomor 15, Januari –

April 2014 36 dimana penderita mengalami amenorhea primer, sedangkan

perkembangan seks sekunder dalam keadaan normal. Pada penderita yang

mempunyai kelainan vagina dengan uterus ada, akan didapat tumor intra

abdominal (hematometra) atau kadang-kadang dengan mudah ditemui

hematokolpos dengan hymen imperforata atau vagina yang menonjol karena

desakan darah haid yang turun ke dalam vagina.4

Di kasus lain dilakukan laparaskopi dan drainase sebagai pilihan

tindakan baru dalam penatalaksanaan septum transversal vaginal yaitu pada pasien

14 tahun di Auckland’s National Women’s Hospital dengan nyeri pelvik berulang

dan amenore ec hematokolpos pada uterus didelphys sebelah kanan dengan

genitalia eksterna normal; kemudian pada pasien 11 tahun di Melbourne’s Royal

Children’s hospital dengan nyeri perut ec hematokolpos dengan septum transversal

rendah dan menolak untuk memakai mold vagina post operatif; serta pada kasus

gadis 16 tahun di Melbourne dengan hematokolpos, hematometra dan uterus

bicornu.5

11
D. Cara Mengatasi Septum Vagina

Cara yang efektif untuk tindakan persalinan septum tersebut adalah dengan

robekan spontan atau di sayat dan diikat. Tindakan ini dilakukan pula bila ada

dispareuni. Sikap bidan dalam menghadapi kelainan ini, adalah menegakkan

kemungkinan septum vagina, vertikal atau longitudinal pada waktu melakukan

pemeriksaan dalam dan selanjutnya merujuk penderita untuk mendapat

pertolongan persalinan sebagaimana mestinya. Mengatasi septum vagina dapat

pula dilakukan tindakan invasive (operatif).4,12,13,14

12
Gambar 2.3. Prosedur Operatif terhadap Septum Vagina

A. Septum vagina transversal

B. Palpasi pada membrane yang terdapat obstuksi

C. Darah yang terhambar disedot dengan jarum suntik

D. Sayatan dibuat di atas jarum

E,F. Septum dieksisi

G. Dinding septum dijahit dengan tenik interrupted sutures

H. Bentuk lucite ditempatkan di vagina untuk mempertahankan patensi selama

penyembuhan.15

13
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Septum Vagina adalah sekat sagital di vagina dapat ditemukan di bagian atas

vagina. Septum vagina dapat dalam bentuk septum yang longitudinal atau vertical.

Septum longitudinal dapat terjadi pada vagina sehingga dapat menghalangi

jalannya persalinan.Apabila septum vagina tidak mendapat penanganan dengan

cepat maka akan terjadi komplikasi penyulit dalam persalinan (distosia bahu).

Hendaknya segela dilakukan tindakan invasive (operatif) atau bisa dilakukan insisi

dan heacting.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa

Diharapkan makalah ini mampu menambah pengetahuan beragam kasus yang

terjadi dalam teori ataupun ketika praktik dilahan.

2. Bagi institusi

Diharapkan institusi dapat menambah referensi terbaru untuk perkembangan

pengetahuan mahasiswa

3. Bagi petugas kesehatan dan masyarakat

Dengan adanya makalah tentang septum vagina ini diharapkan pada petugas

kesehatan dapat menyesuaikan tindakan berdasarkan prinsip pengelolaan

septum vagina.Diharapkan makalah ini dapat menambah referensi dalam

14
pembuatan tugas selanjutnya serta menambah pengetahuan mahasiswa tentang

beragam kasus yang terjadi baik dalam teori maupun dilahan praktik.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Anatomi alat kandungan.

Dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo edisi 3.

Jakarta. 1999; 31-44. 3.

2. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF, et al. Anatomy of the Reproductive

Tract. In Wiiliams Obstetrics. 25th edition. PrenticeHall International. New

York. 2018: 37-67 4.

3. Rock JA, Thompson JD, et al. Surgical anatomy of the Female Pelvis. In Te

Linde’s Operative Gynecology. 10th edition. Lippincott-Raven. Philadelphia.

2008:63-93

4. ACOG Comitte Opinion. Number 274, July 2002. Non surgical diagnosis and

management of vagina agenesis. Obstet Gynecol. 2002; 100:213-216. 9.

5. Fedela L, Biaqnchi S, Tozzi L, Borruto F, Vignali M. A new laparoscopic

procedure for creation of a neovagina in MayerRokitansky-Kuster-Hauser

Syndrome. Fertil Steril 1996;66:854-857

6. Communal PH, Maesson MC, Golfier F. Raudrant D. Sexuality after sigmoid

colpopoiesis in patient with MayerRokitansky-Kuster-Hauser Syndrome. Fertil

Steril. 2003;80:600-60

7. Sadler TW. Susunan kemih dan kelamin dalam Langman Embriologi

Kedokteran. Edisi 5. EGC. Jakarta. 1993:247-280 12.

8. Wiknjosastro H, Rachimhadhi T.Emnbriologi sistem alat-alat urogenital.

Dalam Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo edisi

3. Jakarta. 1999: 27-42

16
9. Junizaf. Penatalaksanaan Kelainan Bawaan Alat Genitalia Wanita. Workshop

Vaginal Surgery; Jakarta 9-10 Februari 2004.

10. Supono. Anatomi alat-alat reproduksi wanita. Palembang, 1985: 5-23

11. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF, et al. Anatomy of the Reproductive

Tract. In Wiiliams Obstetrics. 23th edition. PrenticeHall International. New

York. 2010: 37-67

12. Junizaf. Penanganan kasus agenesis vagina. Dalam Buku ajar Uroginekologi.

Subbagian Uroginekologi-Rekonstrtuksi Bagian Obstetri dan Ginekologi

FKUI/RSUPNCM. Jakarta. 2011; 97-102

13. . Selvaggi G, Monstrey S, Depypere H, Blondeel P, Landuyt KV, Hamdi M,

Dhont M. Creation of a neovagina use of a pudendal thigh fasciocutaneous flap

and restoration of uterovaginal continuity. Fertil Steril 2003;80:607-611 18.

14. Veronikis DK, McClure GB, Nichols DH. The Vecchietti operation for

constructing a neovagina: indication, instrumentation and techniques.

15. Rock JA: Surgery for anomalies of the müllerian ducts. In Thompson JD, Rock

JA [eds]: TeLinde’s Operative Gynecology, pp 624, 625. Philadelphia, JB

Lippincott, 1992

17

Anda mungkin juga menyukai