Anda di halaman 1dari 43

PRESENTASI KASUS

INDUKSI PERSALINAN

PEMBIMBING : dr. Zakia, Sp.OG Disusun oleh : Atyka Mulya Utami 1010221068

PENDAHULUAN
Angka tindakan pemberian oksitosin baik dengan tujuan induksi persalinan atau mempercepat jalannya persalinan (augmentation labor atau akselerasi persalinan) meningkat dari 20% pada tahun 1989 menjadi 38% pada tahun 2002

Luthy dkk (2002): Tindakan induksi persalinan berhubungan dengan kenaikan angka kejadian tindakan sectio caesar Hoffman dan Sciscione (2003): Induksi persalinan elektif menyebabkan peningkatan kejadian sectio caesar 2 3 kali lipat
Dr. Bambang Widjanarko, SpOG. Induksi Persalinan. Diakses dari http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/12/induksi-persalinan.html

ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. KTH Umur : 30 tahun Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : IRT Alamat : Jl. Kebon Sayur 1 Jatinegara, Jakarta Timur No. RM : 137.78.91

ANAMNESIS (Autoanamnesis) 14 September 2012

Keluhan Utama : Pasien datang ke VK IGD RSP dengan keluhan keluar air-air sejak 2 jam SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengaku hamil 9 bulan. HPHT 10 Januari 2012. Taksiran Partus 17 Oktober 2012 H37 minggu. Pasien periksa kehamilan teratur di bidan. Pasien pernah USG dan dikatakan janin baik. Pasien mengeluh mules (+) tapi jarang, keluar air-air (+) sejak 2 jam SMRS, keluar lendir darah (+). Selama hamil, pasien tidak mengeluh mual/muntah hebat (-), tekanan darah tinggi (-), demam (-), nyeri kepala (-), pandangan kabur (-), batuk(-), pilek(-). Nafsu makan baik. Keputihan selama hamil (+),Warna bening, bau (-), gatal (-). Gerak janin (+) BAK(+)N, nyeri BAK(-), BAB(+)N

Riwayat Menstruasi : Menarche usia 13 tahun, siklus 27-30 hari, teratur, lama 7 hari, keluhan saat haid (-) Riwayat Penyakit Dahulu : HT (-), DM (-), Asma (-), Alergi (-), Peny. Jantung (-).
Riwayat Penyakit Keluarga : HT (+) -> ayah kandung pasien, DM (-), Asma (-), Alergi (-), Peny. Jantung (-), Peny. Paru (-).

Riwayat Pernikahan : Menikah 1x, tahun 2010

Riwayat obstetrik : G1 I : Hamil ini


Riwayat KB : (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg, N : 90 x/mnt, RR : 20 x/mnt, S : 36,6C BB/TB Status Generalisata : 62 Kg : dbn

Status Obstetri : TFU 32 cm, Puki, O 4/5, kontraksi irreguler. presentasi kepala, Denyut Jantung Janin(DJJ) : 144 dpm ; TBJ : 2945 gram Inspeks : vulva dan uretra tenang Inspekulo : portio licin, ostium terbuka, flour(-), fluksus(+), valsava (+) VT : portio kenyal, posterior, t=3cm, ostium 1 cm, ket (-), kepala H I-II (Pelvic Score 2)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG (14/09/2012)
Janin Presentasi Kepala Tunggal Hidup Biometri : BPD 9,4 cm, AC 32,5 cm, FL 6,89 cm, ICA 4,5 cm Letak plasenta : korpus kiri depan

LABORATORIUM (14/09/2012)
Keterangan DPL Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Massa Perdarahan/BT Massa Pembekuan/CT GDS UL Warna urine Kejernihan Berat Jenis urine pH urine Protein urine Glukosa urine Keton urine Bilirubin Urobilinogen Sel epitel Bakteri 74 Kuning Jernih 1,010 7,0 Negatif (-) Negatif (-) Negatif Negatif 0,2 Positif (+) Negatif (-) Hasil 10,0 32 11.940 253.000 3 5 Nilai normal 12-16 g/dl 37-47 % 5.000-10.000 /mm2 150.000-400.000 /mm2 1-6 6-11 <180 mg/dl Kuning 1,005-1,030 5,5-8,0 Negatif Negatif Negatif Negatif 0,1-1,0 5-15 Negatif

DIAGNOSIS G1 Hamil 37 minggu, Janin Presentasi Kepala Tunggal Hidup, belum inpartu (PS2), Ketuban Pecah 2 jam, Oligohidramnion

PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnosis : Observasi Tanda vital, kontraksi, DJJ / jam CTG Rencana Terapi : rencana awal partus pervaginam CTG reassuring : induksi pematangan Misoprostol 4x25 mcg CTG non-reassuring : SC cito

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Induksi persalinan usaha agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his. suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum in partu baik secara manipulatif ataupun medisional untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan.

Akselerasi persalinan dikerjakan pada wanita hamil yang sudah in partu bertujuan untuk memperbaiki his

ANATOMI DAN FISIOLOGI SERVIX UTERI


jaringan ikat fibrosa, tersusun atas : matriks ekstraseluler : kolagen dengan elastin dan proteoglikan, dan bagian seluler : otot polos dan fibroblas, terutama kolagen glikosaminoglikan dan glikoprotein, epitel, dan pembuluh darah Pada serviks yang tidak hamil, kumparan kolagen padat dan tersusun ireguler Selama hamil, kolagen secara aktif disintesis

Kolagen dipecah oleh kolagenase Secara intrasel melepaskan prokolagen Secara extrasel melemahkan matriks kolagen secara perlahan Pada awal persalinan, terjadi perubahan kadar asam hialuronat, sitokin (interleukin 1 dan interleukin 8) dan kolagenase

TUJUAN
Mengantisipasi hasil yang berlainan sehubungan dengan kelanjutan kehamilan Untuk menimbulkan aktivitas uterus yang cukup

Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin

INDIKASI
Ibu hamil tidak merasakan adanya kontraksi atau his padahal sudah lewat bulan alasan kesehatan ibu Ukuran janin terlalu kecil Membran ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda awal persalinan.

INDIKASI
Indikasi darurat Indikasi segera (Urgent) Indikasi tidak segera ( Non urgent )

Syarat-syarat Induksi serviks uteri sudah matang, Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD). Tidak terdapat kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul.

Tingkat kematangan servik merupakan faktor penentu keberhasilan tindakan induksi persalinan Tingkat kematangan servik dapat ditentukan secara kuantitatif dengan BISHOP SCORE

Skor Pembukaan serviks Pendataran serviks Penurunan kepala diukur dari bidang H III (cm) Konsistensi serviks Posisi serviks

0 tertutup

1 1 cm

2 2 cm

tubuler panjang Diatas -2 cm atau Hodge II

Panjang 1 cm -1 cm sam pai 2 cm Hod ge II+

Kurang dari 1 cm -1 cm nol Hodge III

Keras

Sedang

lunak

Sakral

Aksial

anterior

Skor

1 axial

2 anterior 1 cm

Arah portio posterior

Konsistensi kenyal
Tebal 3 cm

lunak
2 cm

Pembukaan tertutup
Penurunan kepala

1-2 cm
Hodge I-II

>3 cm
Hodge II-III

KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi uterus Kontraindikasi janin Kontraindikasi ibu

KOMPLIKASI
Terhadap Ibu
Tetania uteri Kelelahan ibu dan krisis emosional Inersia uteri dan partus lama Infeksi intrauterin Emboli. Terhadap Janin

stress pada janin Prolapsus tali pusat Infeksi intrapartal pada janin

PROSES INDUKSI PERSALINAN


Secara alamiah. Secara kimiawi, Secara mekanik, Cara kombinasi mekanik dan kimiawi

SECARA ALAMIAH
Hubungan seksual

Stimulasi Payudara

SECARA KIMIAWI
Prostaglandin E2 Oksitosin

Prostaglandin E2
Misoprostol (Cytotec) merupakan PGE sintetis harus dimonitor denyut jantung janin dan aktivitas uterusnya di rumah sakit pemberian interval dosis 25 mcg intravagina setiap tiga sampai enam jam meningkatkan sensitivitas myometrium terhadap oksitosin dan dapat mengakselerasi gap junction sehingga terjadi kontraksi uterus yang terkoordinasi

ACOG Committee on Obstetric Practice menyatakan bahwa tablet misoprostol intravaginal efektif dalam induksi persalinan pada wanita hamil dengan serviks yang belum matang pemberian dosis awal seperempat \tablet 100 g (sekitar 25 g). Dosis sebaiknya diberikan setiap 3-6 jam. Oksitosin tidak diberikan < 4 jam setelah dosis misoprostol terakhir. tidak digunakan pada pasien bekas SC atau bekas operasi uterus mayor.

Teknik penggunaan misoprostol vagina adalah sebagai berikut :


Masukkan seperempat tablet misoprostol intravagina, tanpa menggunakan gel apapun (gel dapat mencegah tablet melarut). Pasien harus tetap berbaring selama 30 menit. Monitor denyut jantung janin dan aktivitas uterus secara kontinyu selama minimal 3 jam setelah pemberian misoprostol sebelum pasien boleh bergerak. Apabila dibutuhkan tambahan oksitosin (pitosin), direkomendasikan interval minimal 4 jam setelah dosis misoprostol terakhir

Keuntungan : harga murah, penyimpanan mudah Komplikasi : Dosis yang lebih tinggi atau interval dosis yang lebih pendek sindroma hiperstimulasi Ruptur uteri

OKSITOSIN
agen uterotonik yang poten untuk menstimulasi kontraksi uterus Oksitosin mengaktifkan reseptor di miometrium & bekerja pada channel kalsium untuk mempengaruhi jalur biokimiawi intraseluler dan menimbulkan kontraksi uterus

Teknik Drip Oksitosin Teknik infus oksitosin berencana yaitu:


Semalam sebelum drip oksitosin, hendaknya penderita sudah tidur pulas Pagi harinya penderita diberi pencahar Infus oksitosin hendaknya dilakukan pagi hari dengan observasi yang baik Disiapkan cairan RL 500 cc yang diisi dengan sintosinon 5 IU Cairan yang sudah mengandung 5 IU sintosinon dialirkan secara intravena melalui aliran infus dengan jarum abocath no 18 G Jarum abocath dipasang pada vena di bagian volar bawah Tetesan dimulai dengan 8 mU permenit dinaikkan 4 mU setiap 30 menit. Tetesan maksimal diperbolehkan sampai kadar oksitosin 30-40 mU

INDUKSI SECARA MEKANIK


Melepaskan selaput ketuban ( stripping of the membrane ) Amniotomi Dilatator higroskopis Catheter foley Accouchement force

Stripping of the membrane


Suatu prosedur pemeriksaan dalam dgn jari dimasukkan sampai ke internal ostium serviks dan melakukan gerakan memutar memisahkan selaput amnion dari segmen bawah uterus pelepasan prostglandin lokal F2alfa sehingga dapat menyebabkan inisiasi aktifitas uterus.

Resiko infeksi, perdarahan dari plasenta previa yang tidak terdiagnosis serta pecahnya ketuban

Amniotomi

Dilatator Higroskopis
Teknik pemasangan dilatator higroskopik Perineum dan vagina dibersihkan dengan antiseptik. Gunakan pemeriksaan spekulum yang steril untuk melihat serviks, dilatator dimasukkan ke dalam endoservik, dengan ekornya diletakkan pada vagina Dilatator secara progresif dimasukkan sampai endoservik penuh Jumlah dilatator yang digunakan dicatat dalam rekam medis Kassa steril diletakkan dalam vagina untuk menjaga posisi dilatator

Catheter Foley

Teknik pemasangan dilatator balon yaitu :


Kateter dimasukkan ke dalam endoserviks melalui visualisasi langsung atau blind dengan memastikan lokasi serviks dengan pemeriksaan vaginal toucher dan mengarahkan kateter menelusuri tangan dan jari melalui endoserviks dan ke dalam rongga potensial antara selaput ketuban dan segmen bawah rahim. Balon diisi dengan 30 50 ml larutan fisiologis. Balon mengalami retraksi sehingga terletak dalam muara interna.

Cara kombinasi kimiawi dan mekanik


Adalah memakai cara kombinasi antara cara kimiawi diikuti dengan cara mekanik. Pada umumnya cara kombinasi akan lebih berhasil. Kalau induksi persalinan gagal sedangkan ketuban sudah pecah dan pembukaan serviks tidak memenuhi syarat untuk persalinan secara pervaginam, satu-satunya jalan adalah sectio cesarea.

PEMBAHASAN KASUS
Pasien Ny. KTH adalah gravida satu hamil aterm dengan keluhan keluar air-air sejak 2 jam SMRS Kehamilan dengan komplikasi KPD harus segera diterminasi KPD merupakan salah satu indikasi dilakukan induksi

Pada pasien ini, sebelum dilakukan induksi persalinan, terlebih dahulu dilakukan penilaian pelvic score. Dimana tingkat kematangan servik merupakan faktor penentu keberhasilan tindakan induksi persalinan.

Pelvic score pada pasien ini adalah 2. dinilai dari pembukaan yang sudah 1 cm dan penurunan kepala sudah di Hodge I-II. Dimana skor < 4 merupakan indikasi dilakukan pematangan serviks.

Syarat-syarat Induksi yaitu serviks uteri sudah matang, tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD), tidak terdapat kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan dan sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul. Pada pasien ini syarat-syarat dilakukan induksi terpenuhi yaitu serviks uteri sudah matang yakni serviks sudah mendatar dan menipis dan sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari (pada pasien ini pembukaan sudah 1 cm), janin dalam presentasi kepala, dan kepala janin sudah turun yaitu pada Hodge I-II.

Anda mungkin juga menyukai