ADENOMYOSIS
Disusun Oleh :
Marco (07120120054)
Pembimbing :
IDENTITAS PASIEN
Usia : 42 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Bisnis
No. MR : RSUS.00-72-33-XX
ANAMNESIS
Autoanamnesis
KELUHAN UTAMA :
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang dengan keluhan utama nyeri pada saat haid sejak enam bulan lalu.
Nyeri dirasakan pada bagian perut bawah, seperti ditusuk, hilang timbul, tidak ada
penjalaran nyeri, dan tidak ada yang memperberat nyeri. Saat nyeri, pasien
mengonsumsi asam mafenamat untuk meringankan nyeri. Terkadang nyeri juga
muncul saat tidak haid, namun tidak seberat pada saat sedang haid. Pasien juga
mengeluh bahwa perut bagian bawah teraba benjolan yang semakin membesar sejak
sekitar 2 tahun lalu. Keluhan lain seperti pendarahan, keputihan, demam, gangguan
buang air kecil dan buang air besar disangkal. Pasien juga menyangkal adanya
penurunan berat badan yang signifikan dalam waktu singkat.
Pasien tidak pernah mengalami gejala serupa sebelumnya. Pasien tidak memiliki
riwayat tekanan darah tinggi, penyakit gula, maupun penyakit lain seperti TB atau
keganasan.
RIWAYAT OPERASI :
RIWAYAT KELUARGA :
RIWAYAT SOSIAL/KEBIASAAN :
RIWAYAT MENSTRUASI:
• Durasi : 7 hari
• Pembalut : Sedang, 1 pembalut
• Dysmenorrhea : (+)
• Riwayat pendarahan abnormal : (-)
RIWAYAT GINEKOLOGI:
• Cointarche : 21 tahun
• Dispareunia : (-)
• Post-coital bleeding : (-)
• Jumlah pasangan seksual : 1
• Penyakit menular seksual : (-)
• Usia pernikahan : 21 tahun
RIWAYAT KONTRASEPSI:
RIWAYAT OBSTETRI :
Status Obstetri : P2 A1
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36.9 0C
Status Generalis
Kepala :
Mata :
Leher :
Tidak terdapat bekas luka, trakea intak di tengah leher. Tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid maupun kelenjar getah bening.
Thorax :
Tidak terdapat bekas luka, massa, dan bekas operasi. Rhonchi -/-, wheezing -/-
Abdomen :
Punggung :
Ekstremitas :
Tidak terdapat bengkak, edema, deformitas, ataupun luka. Akral hangat. CRT< 2
detik. Nyeri (-/-)
Pemeriksaan Ginekologis
Inspeksi:
Vulva :
Hiperemis (-), benjolan (-), laserasi (-), sekret (-), pendarahan (-), edema (-)
Vagina :
Hiperemis (-), benjolan (-), laserasi (-), sekret (-), pendarahan (-), edema (-)
Inspekulo:
Porsio :
Hiperemis (-), benjolan (-), sekret (-), pendarahan (-), nyeri goyang (-)
Dinding vagina :
Permukaan rata, massa (-), pendarahan (-)
Pemeriksaan Bimanual:
Vagina : benjolan (-), nyeri tekan (-)
Cervix : benjolan (-), nyeri tekan (-)
Uterus : benjolan (-), nyeri tekan (-)
Adneksa : benjolan (+/+), nyeri tekan (+/+)
Rectovaginal Examination :
Tonus sphincter ani intak, ampulla recti tidak kolaps, mukosa licin, permukaan rata,
nyeri tekan (-), benjolan (-‐)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 2 Januari 2017
Hematocrit 26.50 % 35 – 47
Differential Count
Basophil 0
Eosinophil 2
Band Neutrophil 3
Segment Neutrophil 67
Lymphocyte 22
Monocyte 6
ESR 23 Mm/hours 0 – 20
MCH 17.60 pg 26 - 34
Prothrombin Time
A.P.T.T.
Biochemistry
Foto Thorax AP
Kesan : Normal
Diagnosis Kerja
P2A1, 42 tahun, dengan massa pada supra pubis dan inguinal kanan, suspek
adenomyosis + kista ovarium dextra suspek kista endometriosis
Diagnosis Banding
Mioma uteri
Prognosis
Vitam : ad bonam
Functionam : ad malam
Sanationam : dubia
FIFE
Feeling : Pasien merasa terganggu dengan kondisi yang dirasakannya saat ini
Terapi
Non-medikamentosa
- Oksigen 3 L/menit
- IV line
- Foley catheter
- Edukasi prosedur operasi penting untuk dilakukan
- Edukasi hasil dari operasi pengangkatan rahim, tidak ada mens lagi, namun
tidak menopause
Medikamentosa
Operatif
P2A1, 42 tahun, Suspek adenomyosis difus + kista coklat bilateral suspek kista
endometriosis, Post Histerektomi subtotal + Kistektomi bilateral + adhesiolisis a.i.
suspek adenomyosis + kista coklat bilateral
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Istilah adenomyosis berasal dari tiga kata, yaitu adeno (kelenjar), myo (otot),
dan osis (kondisi). Secara harafiah, adenomyosis adalah kondisi dimana sel-sel yang
secara normal membentuk lapisan dalam uterus juga tumbuh pada dinding otot dari
uterus.1
Bird et al. (1972) mengemukakan definisi adenomiosis sebagai invasi jinak
jaringan endometrium ke dalam lapisan miometrium yang menyebabkan pembesaran
uterus difus dengan gambaran mikroskopis kelenjar dan stroma endometrium ektopik
non neoplastik dikelilingi oleh jaringan miometrium hipertrofik dan hiperplastik.2,3,4
Definisi tersebut masih berlaku hingga sekarang dengan modifikasi. Adenomiosis
adalah keberadaan kelenjar dan stroma endometrium pada lokasi manapun di dalam
miometrium.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Di masa lalu, diagnosis adenomyosis ditegakkan hanya berdasarkan analisis
histologis. Penentuan insidensi atau prevalensi yang akurat dari adenomyosis belum
dilakukan saat itu, sehingga estimasi dari prevalensinya begitu luas, yaitu antara 5 hingga
70%. Pada tindakan laparotomi histerektomi supraservikal yang dilakukan di Gynecological
University Clinic di Tubingen, adenomyosis didiagnosa secara histologis pada 8% dari kasus
(149 dari 1955 wanita), dan adenomyosis yang terjadi bersamaan dengan leiomyoma pada
20% dari wanita (398 dari 1955 wanita); 70% dari wanita dengan diagnosis adenomyosis
belum mengalami menopause.2
laporan-laporan yang lebih baru menggunakan MRI untuk diagnosis melaporkan
bahwa penyakit ini dapat menyebabkan dismenorrhea dan nyeri panggul kronis
pada wanita dalam usia remaja dan usia produktif. Laporan-laporan ini
menjabarkan bahwa adenomyosis mungkin terjadi pada usia yang lebih muda
daripada yang diketahui sebelumnya, dan adenomyosis pada stadium awal
mungkin dapat memberikan gambaran klinis yang berbeda dengan adenomyosis
pada stadium akhir.
2.3.2. Multiparitas
2.3.4. Kebiasaan Merokok
Karena itu, adenomyosis mungkin lebih umum ditemukan pada wanita yang
mendapat tamoxifen dan mungkin menyebabkan pendarahan post-menopausal
pada pasien-pasien ini.3
• Pendarahan diantara siklus menstruasi
• Pada pemeriksaan vagina, ditemukan pembesaran dan nyeri tekan uterus
• Pendarahan menstruasi yang hebat dapat menimbulkan gejala-gejala anemia,
seperti rasa lemas dan pusing.4
2.5. PATOFISIOLOGI
Adenomyosis ditandai oleh pembesaran uterus yang disebabkan oleh sisa
ektopik dari endometrium berupa kelenjar dan stroma, yang terletak didalam
myometrium. Sisa-sisa ini mungkin tersebar diseluruh myometrium – adenomyosis
difus, atau dapat membentuk kumpulan nodular yang terlokalisir, disebut
adenomyosis fokal. Meskipun kedua bentuk dapat dicurigai secara klinis, diagnosa
biasanya didasari oleh kriteria histologis. Dalam pemeriksaan kasar, uterus
membesar secara global, namun pembesaran ini jarang melebihi ukuran uterus pada
kehamilan 12 minggu. Kontur permukaan pada uterus biasanya mulus, teratur,
kemerahan dan lunak. Potongan kasar dari permukaan uterus tampak kenyal dan
berlubang-lubang dengan titik-titik pendarahan. Fokus ektopik dari kelenjar dan
stroma yang ditemukan didalam myometrium pada adenomyosis berasal dari lapisan
basal. Karena sel-sel dari lapisan basal tidak mengalami perubahan proliferatif dan
sekretori yang tipikal selama siklus menstruasi, pendarahan didalam fokus ini
minimal.
Paritas dan usia merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terjadinya
adenomyosis. Secara spesifik, hampir 90% kasus terjadi pada perempuan dengan
riwayat paritas, dan hampir 80% terjadi pada wanita berusia 40-50 tahun.
Adenomyosis juga berhubungan dengan ekspresi aromatase dan kadar estrogen
jaringan yang tinggi. Peningkatan serupa juga ditemukan pada leiomyoma,
hiperplasia endometrium, dan endometriosis, yang biasanya timbul berdampingan
dengan adenomyosis. Adenomyosis juga sering ditemukan pada wanita yang
mengkonsumsi modulator estrogen reseptor selektif, yaitu tamoxifen.5
2.6 DIAGNOSIS
Diperkirakan 1/3 dari wanita dengan adenomyosis memiliki gejala, dan
pendarahan menstruasi hebat serta dismenorrhea cukup umum ditemukan. 10%
penderita juga mengeluhkan dispareunia. Tingkat keparahan gejala berhubungan
dengan meningkatnya jumlah fokus ektopik dan kedalaman invasi. Patogenesis dari
gejala-gejala ini tidak diketahui, meskipun kontraktilitas myometrium dan penanda
inflamasi telah terimplikasi. Hubungan dengan subfertilitas tidak diketahui secara
jelas, karena kurangnya jumlah dan kualitas data yang ada.
Selama bertahun-tahun, diagnosis dari adenomyosis pada sebagian besar
kasus telah ditegakkan secara retrospektif mengikuti riwayat histerektomi dan
pemeriksaan histologis. Pengukuran kadar Ca125 serum tidak banyak membantu
karena kurangnya spesifisitas dari pemeriksaan ini, sebab kadar Ca125 serum juga
meningkat pada penderita leiomyoma, endometriosis, infeksi pelvis dan keganasan
pelvis.
Sonografi transabdominal tidak dapat secara konsisten mengidentifikasi
perubahan myometrium pada adenomyosis yang cenderung sedikit, sehingga
pencitraan dengan sonografi transvaginal lebih dipilih. Sebagai perbandingan,
pencitraan dengan MRI bisa sama atau sedikit lebih baik daripada dengan sonografi
transvaginal. Dengan sonografi transvaginal, temuan pada adenomyosis difus
meliputi 1.) penebalan dinding myometrium anterior atau posterior yang lebih tebal
dibanding lawannya, 2.) heterogenisitas dari tekstur myometrium, 3.) kista hipoekoik
myometrium kecil, yang merupakan kelenjar kistik didalam fokus endometrium
ektopik, 4.) projeksi bergaris-garis memanjang dari endometrium ke myometrium,
5.) echo endometrium yang berbatas tidak jelas, 6.) pembesaran uterus secara global.
Dengan aplikasi warna atau power Doppler, vaskularisasi difus mungkin terlihat
pada myometrium yang terpengaruh. Karena temuan ini seringkali tidak menonjol,
pengalaman operator mempengaruhi ketepatan diagnosis adenomyosis melebihi
keadaan patologis pelvis lainnya. Sedangkan adenomyosis fokal tampak sebagai
nodul hipoekoik yang terkadang dapat dibedakan dari leiomyoma dari batasnya yang
tidak tegas, bentuknya yang lebih eliptik dibanding globuler, efek massa yang
minimal pada jaringan sekitar, kurangnya kalsifikasi, dan keberadaan kista anekoik
dengan diameter yang bervariasi.6
2.7 TATALAKSANA
Tujuan utama dari tatalaksana adalah untuk mengurangi nyeri dan
pendarahan. Meskipun data-data yang mendukung secara spesifik untuk
adenomyosis tidak banyak, terapi konservatif untuk adenomyosis simptomatik
serupa dengan terapi untuk endometriosis. Pertama, NSAID siklik seringkali
diberikan ketika sedang menstruasi. COC dan regimen progesteron dapat digunakan
untuk memicu atrofi endometrium dan mengurangi produksi prostaglandin
endometrium untuk mengurangi dismenorrhea dan pendarahan menstruasi yang
hebat.
Agonis GnRH merupakan pilihan lain yang efektif, meskipun efek samping
hipoestrogeniknya membatasi durasi penggunaan agonis GnRH. Agonis-agonis ini
mungkin paling membantu pada wanita dengan subfertilitas yang berhubungan
dengan adenomyosis atau untuk mengurangi keluhan sebelum dilakukan tindakan
pembedahan. Meskipun penggunaan danazol dapat dipertimbangkan, danazol
merupakan pilihan yang kurang diminati karena efek samping androgenik yang
ditimbulkan.
Histerektomi merupakan terapi definitif untuk adenomyosis. Seperti kondisi-
kondisi lain, pemilihan rute pembedahan dipengaruhi oleh ukuran uterus dan
berhubungan dengan patologi dari uterus atau abdominopelvis. Di sisi lain, ablasi
endometrium atau reseksi endometrium menggunakan histeroskopi telah berhasil
mengatasi pendarahan hebat saat menstruasi yang disebabkan oleh adenomyosis. 7
Suatu teknik operasi baru telah dipublikasikan oleh Osada pada tahun 2011.
Dengan teknik adenomiomektomi yang baru ini, jaringan adenomiotik dieksisi secara
radikal dan dinding uterus direkonstruksi dengan teknik triple flap. Teknik ini
diklaim dapat mencegah ruptur uterus apabila pasien hamil. Dalam penelitian
tersebut, dari 26 pasien yang mengharapkan kehamilan, 16 di antaranya berhasil dan
14 dapat mempertahankan kehamilannya hingga aterm dengan bayi sehat tanpa
penyulit selama kehamilan. Akan tetapi teknik ini belum diterima secara luas karena
masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.8
Eradikasi komplit dari adenomyosis dalam cukup sulit dan sering berbuah
kegagalan, sehingga disarankan untuk dilakukan sonografi atau MRI sebelum ablasi
untuk mengidentifikasi lesi-lesi dalam ini. Hal lain yang dapat berpengaruh ialah
cedera apapun pada lapisan endometrium, termasuk ablasi, mungkin dapat memicu
jaringan endometrium untuk menginvasi myometrium, menyebabkan adenomyosis.
Adenomyosis telah ditemukan pada 45-65% spesimen histerektomi setelah
kegagalan ablasi.7
BAB III
ANALISA KASUS
Pada pasien ini, dipilih untuk dilakukan histerektomi karena umur pasien
sudah diatas 35 tahun, massa yang apabila dibiarkan akan terus menerus membesar,
dan memiliki tingkat rekurensi yang tinggi. Saat operasi, ditemukan pembesaran
uterus difus, dan ditemukan massa pada uterus, dan kista coklat di kedua ovarium.
Temuan ini memperkuat diagnosis adenomyosis yang merupakan invasi jaringan
endometrium ke myometrium sehingga menyebabkan penebalan uterus. Untuk
menegakkan diagnosis pasti, perlu dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.
DAFTAR PUSTAKA