Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Segala puji atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehinnga saya dapat merampungkan tugas dengan judul
“Cephalopelvic Disproportion”.
Makalah ini membahas mengenai cephalopelvic disproportion. Tujuan
dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas kepaniteraan di Stase Obsetri dan
Ginekologi.
Tak ada gading yang tak retak, Sama halnya dengan makalah ini. Saya
sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Terakhir saya ucapkan terima kasih kepada semua yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah membalas segala kebaikan kita
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
penulis. Aamin.

Jakarta, Juli 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
BAB II STATUS PASIEN......................................................................................4
2.1 IDENTITAS............................................................................................4
2.2 ANAMNESIS..........................................................................................4
2.3 PEMERIKSAAN FISIK........................................................................5
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................7
2.5 ASSESSMENT.......................................................................................8
2.6 RENCANA TINDAKAN.......................................................................8
2.7 FOLLOW UP.........................................................................................8
2.8 RESUME...............................................................................................10
BAB III..................................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................11
BAB IV..................................................................................................................22
PENUTUPAN.......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

2
BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan dan melahirkan merupakan keadaan yang dapat menimbulkan


resiko kesehatan bagi setiap perempuan. Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan
diseluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung aman, namun
sekitar 15% menderita komplikasi berat yang mengancam jiwa ibu. Secara global
80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung dengan pola penyebab
yaitu perdarahan 25%, infeksi dan sepsis 15%, hipertensi dalam kehamilan 12%,
distosia 8%, abortus 13%, dan sebab langsung yang lain 8%. Angka kematian
perinatal, angka kematian bayi, kematian maternal merupakan parameter dari
keadaan kesehatan, pelayanan kebidanan dan kesehatan serta mencerminkan
keadaan sosial ekonomi dari suatu negara. Salah satu tantangan dalam mencapai
derajat kesehatan adalah masih tingginya angka kematian ibu di Indonesia. 1

Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan
terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut ACOG
dibagi menjadi 3 yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan
kelainan jalan lahir (passage).2 30% ibu dengan persalinan berkepanjangan
mengalami disproporsi sefalopelvik, sedangkan kelainan ini didiagnosis pada 45%
ibu yang mengalami gangguan kemacetan persalinan.

Pengetahuan yang baik tentang CPD ini sepatutnya dimiliki oleh setiap
dokter muda sebagai bekal dalam praktek kedokteran umum agar dapat
mengambil keputusan dan penatalaksanaan yang tepat. Sebab, penatalaksanaan
yang tepat terhadap CPD dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas pada
ibu maupun janin

3
BAB II
STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. S
No. RM : 87 84 xx
Umur : 34 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Komp. Pemda DKI No. 18 RT7/2, Pondok Kelapa, Duren
Sawit, Jakarta Timur
Tanggal Masuk RS : Senin, 16 Juli 2018 ; Pukul 09.30 WIB

2.2 ANAMNESIS
a) Keluhan Utama :
Pasien akan menjalani tindakan operasi section caesarea
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
G2P1A0 mengaku hamil 9 bulan datang ke Ruang Kebidanan RSIJ
Pondok Kopi pada hari Senin tanggal 16 Juli 2018 Pukul 09.30 untuk
dilakukan tindakan operasi sesar. Keluhan tidak disertai dengan keluar air
ketuban dan lendir bercampur darah. Ibu tidak merasakan mules-mules yang
semakin sering dan bertambah kuat. Gerakan janin masih terasa.
c) Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi tidak ada, riwayat gastritis ada, riwayat DM tidak ada dan
riwayat asma tidak ada.
d) Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat hipertensi dalam keluarga tidak ada, riwayat gastritis dalam keluarga
tidak ada, riwayat DM dalam keluarga tidak ada, dan riwayat asma dalam
keluarga tidak ada.

e) Riwayat Alergi :
Riwayat alergi tidak ada
f) Riwayat Pernikahan :
Pernikahan ke-1, masih menikah
g) Riwayat Psikososial :

4
Ibu memiliki pola makan dan istirahat yang teratur. Ibu tidak merokok dan
tidak mengonsumsi alkohol.
h) Riwayat Haid :
Menarche : 11 Tahun
Siklus Haid : 28 hari, teratur
Lama Haid : 7 hari
Nyeri Haid : Tidak merasakan nyeri berlebih saat haid
HPHT : 15-10-017
TP : 22-7-2018

i) Riwayat Persalinan :

No Tempat Penolong Thn Aterm Jenis Penyulit Anak


JK BB (g) Keadaan
berasalin persalinan
1. RS Dokter 2012  SC CPD Laki- 3150 g Sehat
laki
2018 HAMIL INI
j) Riwayat Operasi :
Seksio sesarea 6 tahun yang lalu

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,2 0C
Status generalis
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva tidak anemi
Sclera tidak ikterik
Hidung : Secret tidak ada, tidak terdapat septum deviasi
Mulut : Tidak terdapat sianosis
Mukosa bibir lembab
Thorax
a. Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, putting susu menonjol
Palpasi : Vocal fremitus normal, nyeri tekan tidak ada
Perkusi : Sonor pada lapangan paru
Auskultasi : Vesicular kedua lapang paru, tidak ada wheezing maupun
ronki.
b. Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

5
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, tidak terdapat
murmur
dan gallop.
Abdomen : Membesar sesuai kehamilan, terdapat striae gravidarum
dan linea nigra
Genitalia : Terdapat darah yang keluar cukup banyak.
Ekstremitas : Akral hangat, edema terdapat pada ekstremitas bawah
kanan dan kiri.

Pemeriksaan Obstetri
1. Pemeriksaan Luar :
• Inspeksi : Striae gravidarum (+), Bekas luka operasi (+)
• Palpasi :
• Pemeriksaan Leopold
– Leopold 1 : TFU 35 cm, teraba bulat lunak di
fundus uteri
– Leopold 2 : teraba bagian yang rata dan keras
seperti papan di sebelah kanan (puka) dan bagian-bagian kecil
sebelah kiri.
– Leopold 3 : teraba bagian bulat dan keras
melenting di bagian terbawah
– Leopold 4 : penurunan 5/5 (divergen)
• His (-)
• DJJ 140-145 x/menit regular
• TBBJ 3565 gram.
2. Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan pemeriksaan dalam

6
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium pada tanggal 6-7-2018
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Haemoglobin 10,4 12-16 g/dL

Hematokrit 35 37-47 %
Leukosit 10.100 4,8-10,8 10^3/µL

Trombosit 301.000 150-450 10^3/µL

HbsAg Non-reactive Non-reactive Index

Glukosa Sewaktu 89 140 Mg/dL

Masa 3 2-6 Menit


Pendarahan
Masa Pembekuan 5 1-6 Menit

2.5 ASSESSMENT
Ibu : G2 P1 A0 Hamil 39 minggu dengan bekas SC 1x + CPD
Janin : Tunggal hidup intrauterin, Presentasi kepala

2.6 RENCANA TINDAKAN


- Sectio caesarea dengan indikasi bekas SC 1X + CPD
- Infus RL 20 tpm
- Observasi KU, TTV
- Informed Consent

2.7 FOLLOW UP

Tanggal S O A P

16/07/2018 Pasien Pro SC KU : Baik G2P1A0  Observasi


09.30 WIB Kesadaran : CM
dengan indikasi gravida 39 TTV, KU
TD : 110/70
SC 1x + CPD N : 84x/m minggu  Pasang infus
R : 20 x/m RL 20 tpm
dengan bekas
TFU 35 cm  Konsul dr.
DJJ 140-145x/m SC 1X atas
Letak memanjang,

7
kepala 5/5 indikasi CPD Sp.OG advis:
Hb : 10,4  R/ op SC

16/07/2018 Dilakukan SC
14.06-14.35
dengan
indikasi SC 1x
+ CPD

16/07/2018 Kaki belum bisa di KU : Baik P2A0 + Obs KU, TTV, obs
15.30 TD : 100/60
gerakkan, Nyeri partus perdarahan, obs
luka post op (+) maturus lahir kontraksi uterus
Perdarahan (+) Terapi sesuai advis
dengan SC
sedikit, kontraksi dokter :
atas indikasi
-cek H2TL 6 jam
uterus baik, TFU 1
bekas SC 1X
post SC
jari di atas
+ CP1D -Cefixime
umbilicus
2x200mg
-Ketorolac 3x30
-Syntocinon 20
IU/500cc RL
selama 12 jam

17/07/2018 Perdarahan (+) KU : Baik P2AO post op Obs perdarahan,


16.00 TD : 120/70
sedikit SC dengan KU, TTV
N : 72 x/m
Nyeri luka post op Mobilisasi
R : 18 X/m indikasi bekas
Off DC
(+) S : 36,9C
SC 1X + CPD Terapi :
Flatus (+) TFU 2 jari
-Cefixime
BAK DC
dibawah umbilicus
2x200mg
terpasang Hb post op : 11,0
-Ketorolac 3x30

18/07/2018 Perdarahan (+) KU : Baik P2AO post op Ganti verban


12.50 TD : 120/80 Boleh pulang
sedikit SC dengan
N : 88 x/m Pengobatan yang
Nyeri luka post op
R : 19 X/m indikasi bekas
diberikan,
(+) S : 36,5C
SC 1X + CPD
Flatus (+) TFU 2 jari dilanjutkan
BAB (+)
dibawah umbilicus dirumah :
BAK spontan (+)
Luka operasi : baik -Cefixime
ASI (+) sedikit-
Hb post op : 11,0
2x200mg
sedikit
-Ketorolac 3x30

8
2.8 RESUME
G2P1A0 hamil 9 bulan, datang untuk menjalani operasi sesar. Keluar air-air
dari vagina (-), perdarahan (-), gerak janin (+). Pasien memiliki riwayat
operasi SC 1x pada kehamilan sebelumnya dengan indikasi CPD. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum, tanda vital dan status generalis
dalam batas normal. Status obstetri didapatkan TFU 35 cm, DJJ 140-
145x/menit, His (-), L1: Teraba bokong, L2: Puka, L3: Teraba kepala, L4:
Divergen. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan
ketdaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit,
janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.

3.2 Ukuran Luar Panggul


a. Diameter spinarum: jarak antara kedua spina iliaka anterior superior
sinistra dan dekstra (24 cm-26 cm).
b. Diameter kristarum : jarak yang terpanjang antara dua tempat yang
simetris pada Krista iliaka sinistra dan dekstra. (28 cm-30 cm)
c. Diameter oblikua eksterna: jarak antara spina iliaka posterior sinistra
dengan spina iliaka anterior superior dekstra dan sebaliknya. (bila
asimetrik maka ukuran kedua diameter oblikua akan jauh berbeda)
d. Distansia intertrokanterika (±31 cm): jarak antara kedua buah trokanter
mayor
e. Konjugata eksterna (Boudeloque): jarak antara bagian atas simfisis ke
prosesus spinosus L 5 (±18 cm/20 cm).
f. Distansia tuberum (± 10,5cm); jarak antara iskii kanan dan kiri, diukur
memakai jangka Oseander dan di tambah ukurannya 1,5cm karena adanya
jaringan subkutis.

3.3 Jenis Panggul


1. Jenis ginekoid panggul baik untuk perempuan. Ditemukan pada 45%
perempuan. Panjang diameter AP hampir sama dengan diameter transvers
2. Jenis anthropoid ditemukan pada 35% perempuan, Bentuk lonjong seperti
telur dengan panjang diameter AP lebih besar dari pada diameter
transversa.

10
3. Jenis android: bentuk panggul pria. Ditemukan pada 15% perempuan.
Bentuk segitiga dimana panjang diameter AP hampir sama dengan
diameter transversa, diameter transversa terbesar terletak di posterior dekat
sacrum, sedangkan bagian depannya menyempit ke depan.
4. Jenis platipeloid: ditemukan pada 5% perempuan. Panjang diameter AP
lebih kecil daripada diameter transversa.

3.4 Panggul Sempit


Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus,
janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh
ACOG dibagi menjadi tiga yaitu: Kelainan kekuatan (power), Kelainan yang
melibatkan janin (passenger), Kelainan jalan lahir (passage). 1,6
Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi,
lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan
pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara
anatomis namun panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara
kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari
normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. 2

Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu: 2


1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul
Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma,
fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi
atau kelumpuhan satu kaki.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas
panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi

11
pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul
yang menyempit seluruhnya. 1,2,3,6
Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 m kurang dari ukuran yang
normal. Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), midpelvic
(ruang tengah panggul), dan outlet (pintu dasar panggul).10
Pembagian tingkatan panggul sempit:
Tingkat I : C.V = 9-10 cm = borderline
Tingkat II : C.V = 8 – 9 cm = relatif
Tingkat III : C.V = 6 -8 cm = ekstrim
Tingkat IV : C.V = < 6 = absolut
Pembagian menurut tindakan
Conjugata vera 8-10 cm = partus percobaan
Konjugata vera 6- 8 cm = SC primer
Konjugata vera <6 = SC mutlak

Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan


anamnesis. Dari anamnesis persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas
panggul. Apabila pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat
badan normal, kemungkinan panggul sempit adalah kecil.2,3 Penyakit tuberculosis
vertebra, poliomyelitis, kifosis, ataupun riwayat trauma dapat menyebabkan
perubahan anatomis pada pelvis yang memberikan manifestasi panggul sempit.2,7
Pada wanita dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada kemungkinan
memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita dengan
tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit. 7 Dwarfisme
adalah tinggi badan kurang dari 147 cm setelah dewasa merupakan resiko seorang
wanita memiliki panggul sempit.2

3.2.1 Penyempitan pintu atas panggul

12
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior
terpendeknya (konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter
transversal terbesarnya kurang dari 12 cm.3
Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi
janin bila melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang
dari 10 cm. Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul
yang kecil, namun juga memiliki kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms
pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan anak lebih rendah (280 gram)
pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan panggul sedang
atau luas.3
Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas
panggul, sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung
menekan bagian selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat
pecah pada pembukaan kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah
selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan kepala terhadap serviks dan segmen
bawah rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat
atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi
prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul sempit. 3

3.2.2 Penyempitan Panggul Tengah


Kesempitan PTP pada dasarnya merupakan penyempitan bidang dengan
ukuran terkecil, yakni bidang yang melalui apex dari arcus pubis, spina ischiadica,
dan sacrum. Apabila distansia interspinarum kurang dari 9 cm, atau apabila
distansia interspinarum (normal 10,5 cm) ditambah dengan diameter sagital
posterior (normal 4,5 – 5 cm) kurang dari 13,5 cm maka kemungkinan ada
kesempitan pintu tengah panggul. Untuk memperoleh ukuran yang pasti diameter-
diameter ini diperlukan pelvimetri rontgenologis. Kecurigaan klinis kesempitan
PTP timbul apabila pada pemeriksaan manual didapatkan spina ischiadica yang
besar dan menonjol serta distansia intertuberosum kurang dari 8,5 cm.3
Kesempitan PTP merupakan sebab yang biasa dijumpai pada distosia dan
tindakan operatif. Penanganannya lebih sukar daripada kesempitan PAP, sebab
jika kepala janin sudah tidak dapat masuk PAP maka tidak ada keragu-raguan lagi

13
bahwa persalinan harus diakhiri dengan sectio saesarea. Akan tetapi jika kepala
dapat masuk kedalam panggul maka penolong segan untuk melakukan sectio
saecarea oleh karena mengharap kepala akan turun sampai ketitik dimana dapat
dilakukan extraksi dengan forceps.Kesempitan PTP dapat menghalang-halangi
putaran paksi dalam.3

3.2.3 Penyempitan Pintu Bawah Panggul


Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga
dengan diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu
bawah panggul terjadi bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau
kurang. Penyempitan pintu bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan
pintu tengah panggul.3
Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar
dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan
robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900
sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan
menuju ramus iskiopubik sehingga perineum teregang dan mudah terjadi
robekan.3

3.5 Antropometri, Presentasi, dan Posisi Janin


Kepala janin adalah bagian tubuh yang paling besar dan paling keras yang akan
dilahirkan. Besar dan posisi kepala janin akan sangat menentukan dan
mempengaruhi jalannya persalinan. Kepala secara garis besar dapat dibagi
menjadi tulang tengkorak (cranium), tulang dasar tengkorak (basis kranii) dan
tulang muka. Ukuran diameter kepala bayi yang menentukan di antaranya: 2
1. Suboksipito-bregmatikus (9,5 cm): pada presentasi belakang kepala.
2. Oksipito-frontalis (11,75 cm): pada presentasi puncak kepala
3. Oksipito mentalis (13,5 cm): pada presentasi dahi
4. Submento-bregmatikus (9,5 cm): pada presentasi muka
5. Biparietalis (9,5 cm): ukuran terbesar melintang dari kepala
6. Bitemporalis (8 cm): ukuran antara os temporal kiri dan kanan

14
Bagian tubuh janin yang lain: lebar bahu (diameter biacromialis): 12 cm,
lingkaran bahu: 34 cm, lebar bokong (diameter intertrokanterika): 12 cm, lingkar
bokong: 27 cm.2
Pemeriksaan diameter terbesar kepala janin yang pasti hanya dapat
1,10
diperiksa dengan USG. Jika tidak ada, maka yang digunakan untuk
menentukan perkiraan imbang sepalopelvik adalah dengan berdasarkan nilai taksir
berat janin.10
1. Umur kehamilan dan taksiran persalinan (rumus neagle)
2. Ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen (EBW).
3. Perhitungan menurut Poulsson-Langstadt
4. Rumus Johnson Toshack
Berdasarkan atas ukuran Mac Donald, yaitu jarak antara simpisis pubis
dan fundus uteri melalui konveksitas abdomen:
BBJ = (MD - ) x 155 gram
BBJ = berat badan janin
MD = ukuran Mac Donald dalam cm
Kepala belum masuk Hodge 3 = ( MD – 13)
Kepala di Hodge 3 = ( MD – 12)
Kepala lewat Hodge 3 = (MD – 11)
Bila ketuban sudah pecah ditambah 10%

Normal berat neonatus pada umumnya 4000 gram dan jarang ada yang
melebihi 5000 gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000 gram dinamakan bayi
besar. Namun ada pula referensi yang mengatakan bahwa makrosomia apabila
berat janin > 4500 gram. Faktor keturunan memegang peranan penting sehingga
dapat terjadi bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang
mengalami diabetes mellitus, obesitas (berat badan > 70 kg), postmaturitas,
grande multipara, kenaikan berat badan selama hamil >20 kg. 3,6,8
Untuk mendapat kepastian suatu disproporsi sepalopelvik, maka harus
dilakukan pemeriksaan radiologik dan/atau partus percobaan.5,6,7,9,11 Tanda-tanda
yang mengarah pada CPD tercantum pada kotak. 5

Tanda-tanda CPD

15
Pemeriksaan abdomen
Ukuran janin besar ( > 4 kg)
Kepala janin diatas PAP
Pemeriksaan panggul
Serviks mengecil setelah amniotomi
Endema serviks
Kaput tebal
Molase berat
Defleksi kepala (fontanelle anterior mudah dipalpasi)
Asinklitismus (sutura sagital tidak tepat di tengah panggul)

Umumnya disproporsi juga disebabkan oleh malpresentasi dan malposisi


5,6, 9
janin. . Sikap janin yang fisiologis adalah badan dalam keadaan kifose, sikap
fisiologis ini menghasilkan sikap fleksi. Presentasi normal adalah vertex dengan
presentasi belakang kepala dan posisi normal adalah occipitoanterior dimana
ubun-ubun kecil berada di segmen depan sebagai penunjuk.2 Untuk berbagai
malbagai malprestasi dan malposisi dapat di lihat tabel 5

Malpresentasi dan Malposisi


Pemeriksaan abdomen Pemeriksaan dalam
Malposisi Bagian bawah perut rata Fontanelle posterior
Occiptoposterior Tungkai janin bisa mengarah ke sakrum.
dipalpasi dari anterior Fontanelle anterior mudah
Bunyi denyut jantung diraba karena adanya
terdengar dari samping defleksi kepala.
Presentasi Dahi Lebih dari setengah bagian Fontanelle anterior dan
kepala di atas simfisis lingkarannya teraba.
pubis
Muka Lekukan teraba antara Muka dipalpasi, mulut
kepala dan punggung mudah dibuka. Dagu dan
tulang rahang,bisa
dipaipasi.

16
Sungsang Kepala teraba di bagian Pantat dan/atau kaki bisa
atas perut diraba. Mekonium kental
Sungsang teraba di bibir berwarna gelap pada
panggul sungsang bawah adalah
Bunyi denyut janin normal.
terdengar lebih tinggi dari
presentasi kepala
Lintang Kepala atau pantat tidak Bahu atau lengan biasanya
bisa diraba pada simfisis bisa diraba. Bahu bisa
pubis dan kepala biasanya dibedakan dari pantat
teraba di satu sisi dengan cara meraba iga.
3.6 Pelvimetri Radiologis
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk
memperoleh keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalam
dengan tangan dapat diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta
memberi gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak
memiliki banyak arti.2
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai
tingkat ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat
memberikan pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin
didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan
diameter antar spina iskhiadika.3 Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan
radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan. Pelvimetri dengan CT scan
dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan
radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,
pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini
jarang dilakukan karena biaya yang mahal.1 Dari pelvimetri dengan pencitraan
dapat ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang
panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang
terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.
Untuk pelvimetri dibuat 2 buah foto: 10

17
 Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk (THOMS), sehingga tabung Rontgen tegak lurus
diatas pintu atas panggul
 Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horisontal pada trochanter
mayor dari samping.
Dari kedua foto tersebut dapat dilihat:10
 Diameter transversa
 Distansia interspinarum
 Jenis pelvis
 Conjugata diagonalis
 Diameter AP pintu bawah
 Diameter sagital posterior
 Bentuk sacrum

3.7 Penatalaksanaan
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan
pemeriksaan dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada
metode Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga
panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah
kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro Kerr dilakukan
dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah rongga
panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan
seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke
vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.2

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala


janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per
2,3
vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini
merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena
faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum persalinan berlangsung beberapa
waktu.2

18
3.8 Persalinan Percobaan
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak
bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena
kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada
kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan
percobaan.2, 11
Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam atau
setelah anak lahir pervaginam.11 Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial
of labour dan test of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di
atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour
karena test of labour baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam
kemudian. Test of labor dikatakan berhasil jika dalam 1 jam sesudahnya kepala
turun sampai Hodge III.11 Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya
pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan komplikasi
yang sering ialah infeksi, ruptur uteri, dan kematian anak yang tinggi sekitar
25%.3,11
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir spontan per
vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan
percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya,
keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan
lengkap dan ketuban pecah kepala tidak mampu melewati pintu atas panggul
dalam 2 jam meskipun his baik. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.11
Partus percobaan dapat berlangsung 6 sampai 18 jam, jarang sampai 24 jam.
Namun, lamanya partus percobaan yang pasti untuk kasus tertentu memerlukan
pertimbangan dan hanya dapat ditentukan oleh ahli kebidanan dan konsulennya.3

3.9 Seksio Sesarea


Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. 3,4 Seksio sesarea

19
sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan
percobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan
selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi. 3, 11

3.10 Komplikasi 1,9


Komplikasi pada ibu
 Fistula
 Partus lama dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, serta infeksi
intrapartum
 Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan,
dapat timbul regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran
retraksi patologik yang dapat berakhir pada terjadinya ruptur uteri.
 Post partum hemoragik hingga syok.
Komplikasi pada janin
 Meningkatkan kematian perinatal
 Prolapsus funukuli
 Perdarahan intrakrania bila janin lahir dengan mengadakan Moulage berat
 Kejang
 Asfiksia
 Cedera fasial

20
BAB IV

PENUTUPAN

Kesimpulan kasus ini terdiri dari:


 Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, yaitu Cepalopelvic Disporpotion.
 Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu section
caesar

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F.G, Leveno, K.J, et al. 2010. Abnormal Labor in William’s Obstetry 23 rd
Edition. Philadelphia : Mc-Graw-Hill.
2. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: Yayasan Bina Pustaka.
3. Oxorn, H & William R. Forte. 1990. Ilmu Kebidanan: patologi dan Fisiologi persalinan.
Yogyakarta: Essentia Medica.
4. Rasjidi, Imam. 2009. Manual Seksio Sesarea & laparotomi kelainan adneksa. Jakarta:
Sagung Seto.
5. Depkes RI. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif. Jakarta.
6. Decherney, Alan & Lauren Nathan. 2003. Current Obstetri and Gynecologic Diagnosis
and Treatment, ninth Edition. Los Angeles: Mc-Graw hill.
7. Hamilton, Diana. 2004. Lecture Notes: Obstetrics and gynaecology, second edition.
Australia: Blackwell.
8. Chan, Paul & Susan Johnson. 2004. Gynecology and Obstetrics 2004 Edition New
ACOG Treatment Guidelines. California: Current Clinical Strategies.
9. Labour and Delivery Care HEAT Module.
http://labspace.open.ac.uk/mod/oucontent/view.php?id=452296&section=1.4. Di akses
tanggal 22 September 2013
10. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. ECG: Jakarta
11. Martaadisoebrata, Djamhoer. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi Edisi
2. ECG : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai