Segala puji atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehinnga saya dapat merampungkan tugas dengan judul
“Cephalopelvic Disproportion”.
Makalah ini membahas mengenai cephalopelvic disproportion. Tujuan
dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas kepaniteraan di Stase Obsetri dan
Ginekologi.
Tak ada gading yang tak retak, Sama halnya dengan makalah ini. Saya
sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Terakhir saya ucapkan terima kasih kepada semua yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah membalas segala kebaikan kita
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
penulis. Aamin.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
BAB II STATUS PASIEN......................................................................................4
2.1 IDENTITAS............................................................................................4
2.2 ANAMNESIS..........................................................................................4
2.3 PEMERIKSAAN FISIK........................................................................5
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................7
2.5 ASSESSMENT.......................................................................................8
2.6 RENCANA TINDAKAN.......................................................................8
2.7 FOLLOW UP.........................................................................................8
2.8 RESUME...............................................................................................10
BAB III..................................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................11
BAB IV..................................................................................................................22
PENUTUPAN.......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
2
BAB I
PENDAHULUAN
Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan
terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut ACOG
dibagi menjadi 3 yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan
kelainan jalan lahir (passage).2 30% ibu dengan persalinan berkepanjangan
mengalami disproporsi sefalopelvik, sedangkan kelainan ini didiagnosis pada 45%
ibu yang mengalami gangguan kemacetan persalinan.
Pengetahuan yang baik tentang CPD ini sepatutnya dimiliki oleh setiap
dokter muda sebagai bekal dalam praktek kedokteran umum agar dapat
mengambil keputusan dan penatalaksanaan yang tepat. Sebab, penatalaksanaan
yang tepat terhadap CPD dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas pada
ibu maupun janin
3
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. S
No. RM : 87 84 xx
Umur : 34 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Komp. Pemda DKI No. 18 RT7/2, Pondok Kelapa, Duren
Sawit, Jakarta Timur
Tanggal Masuk RS : Senin, 16 Juli 2018 ; Pukul 09.30 WIB
2.2 ANAMNESIS
a) Keluhan Utama :
Pasien akan menjalani tindakan operasi section caesarea
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
G2P1A0 mengaku hamil 9 bulan datang ke Ruang Kebidanan RSIJ
Pondok Kopi pada hari Senin tanggal 16 Juli 2018 Pukul 09.30 untuk
dilakukan tindakan operasi sesar. Keluhan tidak disertai dengan keluar air
ketuban dan lendir bercampur darah. Ibu tidak merasakan mules-mules yang
semakin sering dan bertambah kuat. Gerakan janin masih terasa.
c) Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi tidak ada, riwayat gastritis ada, riwayat DM tidak ada dan
riwayat asma tidak ada.
d) Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat hipertensi dalam keluarga tidak ada, riwayat gastritis dalam keluarga
tidak ada, riwayat DM dalam keluarga tidak ada, dan riwayat asma dalam
keluarga tidak ada.
e) Riwayat Alergi :
Riwayat alergi tidak ada
f) Riwayat Pernikahan :
Pernikahan ke-1, masih menikah
g) Riwayat Psikososial :
4
Ibu memiliki pola makan dan istirahat yang teratur. Ibu tidak merokok dan
tidak mengonsumsi alkohol.
h) Riwayat Haid :
Menarche : 11 Tahun
Siklus Haid : 28 hari, teratur
Lama Haid : 7 hari
Nyeri Haid : Tidak merasakan nyeri berlebih saat haid
HPHT : 15-10-017
TP : 22-7-2018
i) Riwayat Persalinan :
5
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, tidak terdapat
murmur
dan gallop.
Abdomen : Membesar sesuai kehamilan, terdapat striae gravidarum
dan linea nigra
Genitalia : Terdapat darah yang keluar cukup banyak.
Ekstremitas : Akral hangat, edema terdapat pada ekstremitas bawah
kanan dan kiri.
Pemeriksaan Obstetri
1. Pemeriksaan Luar :
• Inspeksi : Striae gravidarum (+), Bekas luka operasi (+)
• Palpasi :
• Pemeriksaan Leopold
– Leopold 1 : TFU 35 cm, teraba bulat lunak di
fundus uteri
– Leopold 2 : teraba bagian yang rata dan keras
seperti papan di sebelah kanan (puka) dan bagian-bagian kecil
sebelah kiri.
– Leopold 3 : teraba bagian bulat dan keras
melenting di bagian terbawah
– Leopold 4 : penurunan 5/5 (divergen)
• His (-)
• DJJ 140-145 x/menit regular
• TBBJ 3565 gram.
2. Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan pemeriksaan dalam
6
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium pada tanggal 6-7-2018
Pemeriksaan Laboratorium
Hematokrit 35 37-47 %
Leukosit 10.100 4,8-10,8 10^3/µL
2.5 ASSESSMENT
Ibu : G2 P1 A0 Hamil 39 minggu dengan bekas SC 1x + CPD
Janin : Tunggal hidup intrauterin, Presentasi kepala
2.7 FOLLOW UP
Tanggal S O A P
7
kepala 5/5 indikasi CPD Sp.OG advis:
Hb : 10,4 R/ op SC
16/07/2018 Dilakukan SC
14.06-14.35
dengan
indikasi SC 1x
+ CPD
16/07/2018 Kaki belum bisa di KU : Baik P2A0 + Obs KU, TTV, obs
15.30 TD : 100/60
gerakkan, Nyeri partus perdarahan, obs
luka post op (+) maturus lahir kontraksi uterus
Perdarahan (+) Terapi sesuai advis
dengan SC
sedikit, kontraksi dokter :
atas indikasi
-cek H2TL 6 jam
uterus baik, TFU 1
bekas SC 1X
post SC
jari di atas
+ CP1D -Cefixime
umbilicus
2x200mg
-Ketorolac 3x30
-Syntocinon 20
IU/500cc RL
selama 12 jam
8
2.8 RESUME
G2P1A0 hamil 9 bulan, datang untuk menjalani operasi sesar. Keluar air-air
dari vagina (-), perdarahan (-), gerak janin (+). Pasien memiliki riwayat
operasi SC 1x pada kehamilan sebelumnya dengan indikasi CPD. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum, tanda vital dan status generalis
dalam batas normal. Status obstetri didapatkan TFU 35 cm, DJJ 140-
145x/menit, His (-), L1: Teraba bokong, L2: Puka, L3: Teraba kepala, L4:
Divergen. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan
ketdaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit,
janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
10
3. Jenis android: bentuk panggul pria. Ditemukan pada 15% perempuan.
Bentuk segitiga dimana panjang diameter AP hampir sama dengan
diameter transversa, diameter transversa terbesar terletak di posterior dekat
sacrum, sedangkan bagian depannya menyempit ke depan.
4. Jenis platipeloid: ditemukan pada 5% perempuan. Panjang diameter AP
lebih kecil daripada diameter transversa.
11
pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul
yang menyempit seluruhnya. 1,2,3,6
Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 m kurang dari ukuran yang
normal. Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), midpelvic
(ruang tengah panggul), dan outlet (pintu dasar panggul).10
Pembagian tingkatan panggul sempit:
Tingkat I : C.V = 9-10 cm = borderline
Tingkat II : C.V = 8 – 9 cm = relatif
Tingkat III : C.V = 6 -8 cm = ekstrim
Tingkat IV : C.V = < 6 = absolut
Pembagian menurut tindakan
Conjugata vera 8-10 cm = partus percobaan
Konjugata vera 6- 8 cm = SC primer
Konjugata vera <6 = SC mutlak
12
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior
terpendeknya (konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter
transversal terbesarnya kurang dari 12 cm.3
Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi
janin bila melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang
dari 10 cm. Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul
yang kecil, namun juga memiliki kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms
pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan anak lebih rendah (280 gram)
pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan panggul sedang
atau luas.3
Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas
panggul, sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung
menekan bagian selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat
pecah pada pembukaan kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah
selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan kepala terhadap serviks dan segmen
bawah rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat
atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi
prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul sempit. 3
13
bahwa persalinan harus diakhiri dengan sectio saesarea. Akan tetapi jika kepala
dapat masuk kedalam panggul maka penolong segan untuk melakukan sectio
saecarea oleh karena mengharap kepala akan turun sampai ketitik dimana dapat
dilakukan extraksi dengan forceps.Kesempitan PTP dapat menghalang-halangi
putaran paksi dalam.3
14
Bagian tubuh janin yang lain: lebar bahu (diameter biacromialis): 12 cm,
lingkaran bahu: 34 cm, lebar bokong (diameter intertrokanterika): 12 cm, lingkar
bokong: 27 cm.2
Pemeriksaan diameter terbesar kepala janin yang pasti hanya dapat
1,10
diperiksa dengan USG. Jika tidak ada, maka yang digunakan untuk
menentukan perkiraan imbang sepalopelvik adalah dengan berdasarkan nilai taksir
berat janin.10
1. Umur kehamilan dan taksiran persalinan (rumus neagle)
2. Ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen (EBW).
3. Perhitungan menurut Poulsson-Langstadt
4. Rumus Johnson Toshack
Berdasarkan atas ukuran Mac Donald, yaitu jarak antara simpisis pubis
dan fundus uteri melalui konveksitas abdomen:
BBJ = (MD - ) x 155 gram
BBJ = berat badan janin
MD = ukuran Mac Donald dalam cm
Kepala belum masuk Hodge 3 = ( MD – 13)
Kepala di Hodge 3 = ( MD – 12)
Kepala lewat Hodge 3 = (MD – 11)
Bila ketuban sudah pecah ditambah 10%
Normal berat neonatus pada umumnya 4000 gram dan jarang ada yang
melebihi 5000 gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000 gram dinamakan bayi
besar. Namun ada pula referensi yang mengatakan bahwa makrosomia apabila
berat janin > 4500 gram. Faktor keturunan memegang peranan penting sehingga
dapat terjadi bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang
mengalami diabetes mellitus, obesitas (berat badan > 70 kg), postmaturitas,
grande multipara, kenaikan berat badan selama hamil >20 kg. 3,6,8
Untuk mendapat kepastian suatu disproporsi sepalopelvik, maka harus
dilakukan pemeriksaan radiologik dan/atau partus percobaan.5,6,7,9,11 Tanda-tanda
yang mengarah pada CPD tercantum pada kotak. 5
Tanda-tanda CPD
15
Pemeriksaan abdomen
Ukuran janin besar ( > 4 kg)
Kepala janin diatas PAP
Pemeriksaan panggul
Serviks mengecil setelah amniotomi
Endema serviks
Kaput tebal
Molase berat
Defleksi kepala (fontanelle anterior mudah dipalpasi)
Asinklitismus (sutura sagital tidak tepat di tengah panggul)
16
Sungsang Kepala teraba di bagian Pantat dan/atau kaki bisa
atas perut diraba. Mekonium kental
Sungsang teraba di bibir berwarna gelap pada
panggul sungsang bawah adalah
Bunyi denyut janin normal.
terdengar lebih tinggi dari
presentasi kepala
Lintang Kepala atau pantat tidak Bahu atau lengan biasanya
bisa diraba pada simfisis bisa diraba. Bahu bisa
pubis dan kepala biasanya dibedakan dari pantat
teraba di satu sisi dengan cara meraba iga.
3.6 Pelvimetri Radiologis
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk
memperoleh keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalam
dengan tangan dapat diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta
memberi gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak
memiliki banyak arti.2
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai
tingkat ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat
memberikan pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin
didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan
diameter antar spina iskhiadika.3 Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan
radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan. Pelvimetri dengan CT scan
dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan
radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi,
pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini
jarang dilakukan karena biaya yang mahal.1 Dari pelvimetri dengan pencitraan
dapat ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang
panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang
terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.
Untuk pelvimetri dibuat 2 buah foto: 10
17
Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk (THOMS), sehingga tabung Rontgen tegak lurus
diatas pintu atas panggul
Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horisontal pada trochanter
mayor dari samping.
Dari kedua foto tersebut dapat dilihat:10
Diameter transversa
Distansia interspinarum
Jenis pelvis
Conjugata diagonalis
Diameter AP pintu bawah
Diameter sagital posterior
Bentuk sacrum
3.7 Penatalaksanaan
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan
pemeriksaan dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada
metode Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga
panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah
kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro Kerr dilakukan
dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah rongga
panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan
seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke
vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.2
18
3.8 Persalinan Percobaan
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak
bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena
kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada
kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan
percobaan.2, 11
Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam atau
setelah anak lahir pervaginam.11 Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial
of labour dan test of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di
atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour
karena test of labour baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam
kemudian. Test of labor dikatakan berhasil jika dalam 1 jam sesudahnya kepala
turun sampai Hodge III.11 Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya
pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan komplikasi
yang sering ialah infeksi, ruptur uteri, dan kematian anak yang tinggi sekitar
25%.3,11
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir spontan per
vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan
percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya,
keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan
lengkap dan ketuban pecah kepala tidak mampu melewati pintu atas panggul
dalam 2 jam meskipun his baik. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.11
Partus percobaan dapat berlangsung 6 sampai 18 jam, jarang sampai 24 jam.
Namun, lamanya partus percobaan yang pasti untuk kasus tertentu memerlukan
pertimbangan dan hanya dapat ditentukan oleh ahli kebidanan dan konsulennya.3
19
sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan
percobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan
selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi. 3, 11
20
BAB IV
PENUTUPAN
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G, Leveno, K.J, et al. 2010. Abnormal Labor in William’s Obstetry 23 rd
Edition. Philadelphia : Mc-Graw-Hill.
2. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: Yayasan Bina Pustaka.
3. Oxorn, H & William R. Forte. 1990. Ilmu Kebidanan: patologi dan Fisiologi persalinan.
Yogyakarta: Essentia Medica.
4. Rasjidi, Imam. 2009. Manual Seksio Sesarea & laparotomi kelainan adneksa. Jakarta:
Sagung Seto.
5. Depkes RI. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif. Jakarta.
6. Decherney, Alan & Lauren Nathan. 2003. Current Obstetri and Gynecologic Diagnosis
and Treatment, ninth Edition. Los Angeles: Mc-Graw hill.
7. Hamilton, Diana. 2004. Lecture Notes: Obstetrics and gynaecology, second edition.
Australia: Blackwell.
8. Chan, Paul & Susan Johnson. 2004. Gynecology and Obstetrics 2004 Edition New
ACOG Treatment Guidelines. California: Current Clinical Strategies.
9. Labour and Delivery Care HEAT Module.
http://labspace.open.ac.uk/mod/oucontent/view.php?id=452296§ion=1.4. Di akses
tanggal 22 September 2013
10. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. ECG: Jakarta
11. Martaadisoebrata, Djamhoer. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi Edisi
2. ECG : Jakarta.