Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

PRIMIGRAVIDA HAMIL 38 MINGGU INPARTU


KALA I FASE AKTIF MEMANJANG + KASEP JANIN
TUNGGAL HIDUP PRESENTASI KEPALA YANG
DITATALAKSANA DENGAN SEKSIO SESARIA

Oleh:
dr. Analia Refsi Yusnita

Pembimbing :
dr. Febrinata Mahadika, Sp.OG

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM MUARADUA
SUMATERA SELATAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini, dinyatakan bahwa laporan kasus yang diajukan oleh:


Nama : dr. Analia Refsi Yusnita
Wahana Internsip : RSUD Muaradua, Ogan Komering Ulu Selatan
Judul : “Primigravida hamil 38 minggu Inpartu Kala I
Fase Aktif Memanjang Janin Tunggal Hidup
Presentasi Kepala + Kasep yang Ditatalaksana
dengan Seksio Sesaria”

Sebagai salah satu syarat Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) Angkatan III
Tahun 2021, Periode Agustus 2021 – November 2022, telah disetujui oleh:

Pembimbing Laporan : dr. H. Febrinata Mahadika, Sp.OG ( )

Ditetapkan di : Buay Rawan

Tanggal : April 2022

Pendamping Wahana : dr. Hj. Yuliana Flavia A ( )

Ditetapkan di : Buay Rawan

Tanggal : April 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya dan ridho-Nya, penulis bisa menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Primigravida Hamil 38 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif
Memanjang + Kasep Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala Yang
Ditatalaksana Dengan Seksio Sesaria”. Laporan kasus ini disusun untuk
pemenuhan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Internsip Dokter
Indonesia (PIDI) Angkatan III Tahun 2021, Periode Agustus 2021 –
November 2022. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. H. Febrinata Mahadia, Sp.OG sebagai pembimbing laporan kasus
2. dr. Hj. Yuliana Flavia A sebagai pendamping internship
3. Pasien dan keluarga pasien sebagai guru dan sumber ilmu dalam penulisan
ini
4. Keluarga saya yang selalu memberi dukungan dan doa sehingga laporan
kasus ini bisa tersusunkan dengan baik.
Penulis mengetahui dan sadar bahwa laporan kasus ini masih
membutuhkan banyak perbaikan dan jauh dari sempurna. Maka dari itu, saran
maupun kritik yang membangun sangat-sangat diharapkan untuk laporan
kasus ini. Penulis memiliki harapan besar laporan kasus ini bisa berguna bagi
kita semua. Terima kasih.

Buay Rawan, April 2022


Penulis,

dr. Analia Refsi Yusnita

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN …....................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii

DAFTAR ISI….......................................................................................................... iii

BAB I ILUSTRASI KASUS .......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................10

BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................20

iii
BAB I
ILUSTRASI KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. ZF
Umur : 21 tahun
Alamat : Sindang Danau, Wates
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 18 April 2022
No. RM : 216xxx

PRIMARY SURVEY
Airway : jalan nafas adekuat
Breathing : RR 22 x/menit, SaO2 98%,
Circulation : Nadi 94 dpm, TD 137/82 mmHg, pasang IVFD RL 20
gtt/menit diberikan Inj. Cefotaxime 1x2 gr IV dan Inj.
Dexamethason 1x12 mg IV
Disability : GCS 15
Exposure : Inspeksi vulva dan uretra tampak tenang.

B. Riwayat Perjalanan Penyakit

Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan Utama : Mules-mules ingin melahirkan

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien rujukan dari klinik dengan hamil 9 bulan anak ke-1 dengan
keluhan mules-mules menjalar ke pinggang sejak 1 hari SMRS. Pasien juga
mengeluhkan keluar air-air dan ledir darah sejak 12 jam yll.
HPHT 18 Juli 2021, TP 25 April 2022 sesuai usia kehamilan 38 minggu.
Riwayat keluhan selama kehamilan disangkal.
Riwayat Hamil Muda
Mual (+), muntah (+) tidak mengganggu aktivitas. Perdarahan (-), keputihan(-)

Riwayat Hamil Tua


Mual (-), muntah (-), perdarahan (-), keputihan (-)

Riwayat Pemeriksaan Kehamilan


Kontrol kehamilan di bidan, dikatakan janin dalam keadaan baik dan pernah
USG di dokter spesialis kandungan 3 kali dan dikatakan dalam keadaan baik.

Riwayat Minum Obat


Konsumsi vitamin dari bidan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi (-), asma (-), diabetes mellitus (-), penyakit jantung (-),
kelainan darah (-) dan alergi (-).

Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi (-), asma (-), diabetes mellitus (-), penyakit jantung (-), kelainan
darah dan alergi disangkal.

Riwayat Menstruasi
Menarche berusia 16 tahun, siklus haid teratur, lama haid 5-6 hari, ganti
pembalut 2-3 kali setiap harinya dan tidak ada keluhan nyeri pada saat haid.

Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, tahun 2021 saat usia 21 tahun.

Riwayat Obstetri
1. Hamil ini anak pertama

2
Riwayat KB
Disangkal

Riwayat sosial ekonomi


Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMA
dan suami pasien bekerja sebagai wiraswasta dengan pendidikan terakhir
SMA.

A. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis kooperatif
Vital sign
Tekanan darah : 137/82 mmHg
Nadi : 94 dpm
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,50 C
Gizi : baik
TB : 150 cm
BBSH : 52 kg
BBH : 57 kg
IMT : 22,1 kg/m2 (Normoweight)
Status Generalis
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB dan peningkatan JVP tidak
ditemukan
Jantung : Jantung dalam batas normal, S1 dan S2 reguler, murmur(-),
gallop(-)
Paru : Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal, vesikuler (+/+),
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Status obstetrikus
Genitalia : Status obstetrikus
Ekstremitas : Edema (-/-), akral hangat, CRT <2 detik

3
Status obstetrikus
Muka : Kloasma gravidarum (-)
Mammae
Inspeksi : papila mammae menonjol, corpus mammae simetris,
tanda-tanda radang (-), retraksi (-), areola mammae
hiperpigmentasi, tidak ada retraksi dan tidak ada
menyerupai kulit jeruk.
Palpasi : corpus mammae nyeri (-), benjolan (-), areola mammae
tidak mengeluarkan ASI, teraba kenyal
Abdomen
Inspeksi : tampak membuncit sesuai usia kehamilan aterm, striae
gravidarum (+).
Palpasi : TFU 2 jari di bawah processus xyphoideus ( 34 cm )
- Leopold I : Teraba massa kurang bulat, lunak, tidak melenting, kesan
bokong
- Leopold II : Teraba tahanan memanjang di bagian kiri dan bagian
terkecil janin disebelah kanan, kesan punggung kiri.
- Leopold III: Teraba massa bulat, keras, melenting, kesan kepala.
- Leopold IV: 4/5, HI
HIS : 3x10’~30”

VT : Ø 5 cm, eff. 50%, ketuban (+), teraba kepala, HI, tidak teraba

bagian kecil janin atau tali pusat.

Pemeriksaan Genitalia
Genitalia eksterna
Inspeksi : vulva dan muara uretra tenang, perdarahan aktif (-)
Genitalia interna
Inspekulo : tidak dilakukan

VT : Ø 5 cm, eff. 50%, ketuban (+), teraba kepala, HI, tidak

teraba bagian kecil janin atau tali pusat.

4
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium (18 April 2022)
Darah lengkap
Hemoglobin : 11,2 g/dL
Leukosit : 16.810 /uL
Trombosit : 211.000 /uL
Eritrosit :3.990.000 /uL
Hematokrit : 34 %
MCV : 87 um3
MCH : 28 pg
MCHC : 33 %

Hemostatis
CT : 4 menit
BT : 3 menit

Kimia Klinik
AST : 18 U/L
ALT : 15 U/L
GDS : 81 mg/dL
Ureum : 31 mg/dL
Kreatinin : 1,0 mg/dL
Imunologi
HBsAg : negatif
Syphilis : negatif

Serologi
HIV : non reaktif

C. DIAGNOSIS
G1P0A0 gravid 38 minggu inpartu kala I fase aktif memanjang + kasep JTH
preskep

5
D. TATALAKSANA LANJUTAN
1. Observasi TTV , His, DDJ,
2. IVFD RL gtt XX/menit
3. Inj. Cefotaxime 1 x 2 gr IV
4. Inj. Dexamethasone 1 x 12 mg iv
5. Pro SSTP

E. PROGNOSIS
Qua ad vitam              : Ibu: dubia et bonam, janin: dubia et bonam
Qua ad sanationam     : dubia et bonam
Qua ad fungsionam     : dubia et bonam

F. LAPORAN OPERASI
TANGGAL DAN WAKTU
18 April 2022, Jam 20.00 WIB
DIAGNOSIS PRA OPERASI : G1P0A0 gravid 38 minggu inpartu kala I fase
aktif memanjang + kasep JTH preskep
DIAGNOSIS PASCA OPERASI : P1A0 post caesarean ai kala I memanjang +
partus kasep

- Pasien terlentang dimeja operasi dalam spinal anestesi


- Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
dengan larutan betadin 10% didaerah abdomen diperluas ke daerah genitalia
eksterna dan 1/3 proksimal femur bagian depan dan dalam.
- Daerah operasi diperkecil dengan menutupkan duk steril. Duk pertama
dipasang mulai setinggi simpisis pubis sampai kebawah menutupi ujung
kaki, duk kedua dipasang setinggi pusat sampai menutupi kepala, dua buah
duk dipasang di kiri dan kanan linea mediana inferior
- Dilakukan insisi pfanensteil selebar 10 cm pada abdomen, dinding abdomen
dibuka lapis demi lapis

6
- Dilakukan insisi pada SBR
- Dengan meluksir kepala lahir bayi laki-laki 2800 gr, 48 cm AS 8/9, BS ~ 38
minggu. Plasenta dilahirkan  plasenta mudah lepas.
- Kontraksi uterus (+)  plasenta dikeluarkan lengkap, dengan berat 300 gr.
- Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
- Tindakan selesai.
- Perdarahan intra operatif 600cc
INSTRUKSI PERAWATAN PASCA OPERASI
- Observasi TTV, perdarahan,
- IVFD RL + drip Oxytocin 2 amp gtt 20
- Inj. Cefotaxime 2 x 1 gram
- Inf. Metronidazole 3 x 500 mg
- Inj. Ketorolac 3 x 1 amp

G. FOLLOW UP
Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi
19/04/22 S: nyeri bekas operasi (+)  Observasi KU,
O: TTV,
Keadaan umum: Tampak sakit sedang  IVFP RL +
Kesadaran : composmentis Oxytocin 2 amp gtt
TD : 130/90 mmHg 20
N : 82x/i  Inj. Cefotaxime 2 x
S : 36,8 C
0
1gr
St. Generalis:  Inf. Metronidazole
Mata : Konjungtiva anemi (-/-) sclera ikterik(-/-) 3 x 500 mg
Leher: Tidak teraba pembesaran KGB dan  Inj. Ketorolac 3 x 1
peningkatan JVP tidak ditemukan  Inj. Asam
Jantung : Jantung dalam batas normal, S1 dan S2 traneksamat 3 x 1
reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru: Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal,
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : status lokalis

7
Genitalia : status obstetric
Ekstremitas : Edema (-/-), akral hangat, CRT <2
detik
St. Lokalis :
Abdomen : Tampak luka bekas operasi tertutup
verban, rembesan darah (-) supel, BU (+)
A: P1A0 post caesarean ai partus kasep

20/04/22 S: nyeri bekas operasi (+)  Observasi KU,


O: Kes, TTV,
Keadaan umum: Tampak sakit sedang  IVFP RL +
Kesadaran : composmentis Oxytocin 2 amp gtt
TD : 120/90 mmHg 20
N : 88x/i  Inj. Cefotaxime 2 x
S : 36,8 C
0
1gr
St. Generalis:  Inf. Metronidazole
Mata : Konjungtiva anemi (-/-) sclera ikterik(-/-) 3 x 500 mg
Leher: Tidak teraba pembesaran KGB dan  Inj. Ketorolac 3 x 1
peningkatan JVP tidak ditemukan  Inj. Asam
Jantung : Jantung dalam batas normal, S1 dan S2 traneksamat 3 x 1
reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru: Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal,
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : status lokalis
Genitalia : status obstetri
Ekstremitas : Edema (-/-), akral hangat, CRT <2
detik
St. Lokalis :
Abdomen : Tampak luka bekas operasi tertutup
verban, rembesan darah (-) supel, BU (+)

A: P1A0 post caesarean ai partus kasep

8
21/04/22 S: nyeri bekas operasi ↓  Boleh pulang
O:  Diberikan obat
Keadaan umum: Tampak sakit sedang pulang:
Kesadaran : composmentis - Cefixime tab 2 x
TD : 120/80 mmHg 200 mg
N : 80x/i - Asam
S : 36,8 C
0
mefenamat tab 3
St. Generalis: x 500 mg
Mata : Konjungtiva anemi (-/-) sclera ikterik(-/-) - Paracetamol tab
Leher: Tidak teraba pembesaran KGB dan 3 x 500 mg
peningkatan JVP tidak ditemukan  Kontrol poli
Jantung : Jantung dalam batas normal, S1 dan S2
reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru: Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal,
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : status lokalis
Genitalia : status obstetri
Ekstremitas : Edema (-/-), akral hangat, CRT <2
detik
St. Lokalis :
Abdomen : Tampak luka bekas operasi tertutup
verban, rembesan darah (-) supel, BU (+)
A: P1A0 post caesarean ai partus kasep

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Partus Kasep


1.1.1 Definisi
Partus kasep merupakan fase akhir dari suatu persalinan yang berlangsung
terlalu lama sehingga menimbulkan komplikasi terhadap ibu maupun janin.
Adapun gejala yang dapat muncul meliputi dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta
asfiksia dan kematian janin dalam rahim (KJDR). Definisi partus lama itu sendiri
adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara dan lebih
dari 18 jam pada multipara. Partus lama masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia karena 80% persalinan masih ditolong oleh dukun yang tidak terlatih.
Menurut penelitian,
insidensi partus lama adalah sekitar 2,8-4,9%.2.1
Partus lama harus dibedakan dengan partus macet yang didefinisikan
sebagai suatu persalinan dengan his yang adekuat, namun tidak menunjukkan
kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala, dan putar paksi selama 2 jam
terakhir. Persalinan pada primi tua biasanya lebih lama.2

1.1.2 Etiologi

Persalinan lama diakibatkan oleh 4 abnormalitas berbeda yang dapat


terjadi satu demi satu atau kombinasi:1
 Abnormalitas kekuatan mendorong. Kontraksi uterus yang tidak cukup
kuat atau koordinasi yang tidak tepat untuk penipisan dan dilatasi
serviks. Mungkin juga usaha otot volunter ibu yang tidak kuat selama
persalinan kala 2.
 Abnormalitas presentasi, posisi, atau perkembangan janin.
 Abnormalitas tulang panggul ibu.
 Abnormalitas jaringan lunak saluran reproduksi yang menjadi
hambatan untuk penurunan janin.
Secara lebih sederhana, abnormalitas tersebut di atas dapat dibagi menjadi
tiga katagori yang meliputi:
1. Kelainan tenaga (power)
His yang adekuat adalah his dengan interval 2-3x dalam 10 menit dengan
kekuatan lebih dari 40 detik. His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
akan berdampak pada jalan lahir sehingga persalinan mengalami hambatan.
Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua.
Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Akan
tetapi, sebagian besar kasus inersia uteri tidak diketahui penyebabnya.4
Jenis-jenis kelainan his:
 Inersia uteri
Pada inersia uteri primer, kelainan terletak dalam hal kontraksi uterus yang
lebih singkat dan jarang dibanding biasanya sehingga penderita merasakan nyeri
yang tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya baik
bagi ibu maupun janin, kecuali bila persalinan berlangsung terlalu lama yang akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Sedangkan pada inersia
uteri sekunder, timbul setelah berlangsungnya his yang kuat dalam waktu lama
karena persalinan berlangsung terlalu lama sehingga menimbulkan kelelahan
uterus. Tidak ada kriteria waktu yang pasti untuk membuat diagnosis inersia uteri
atau untuk memulai terapi aktif.4
 Incoordinate uterine action
Pada keadaan ini, sifat his berubah dimana kontraksinya tidak berlangsung
seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi kontraksi bagian-bagiannya yang
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaannya. Tonus otot
uterus yang meningkat menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat dan lama bagi
ibu dan dapat juga menyababkan hipoksia pada janin.4
2. Kelainan jalan lahir (passage)
a. PAP sempit
PAP dianggap sempit bila diameter anteroposterior terpendek kurang dari
10 cm atau jika diameter transversal terbesar kurang dari 12 cm. Perempuan yang
berbadan kecil biasanya memiliki panggul yang sempit. Pada panggul sempit
sering terjadi ruptur spontan dini dari membran amnion akibat kekuatan uterus
yang bekerja secara langsung menekan bagian membran yang berkontak dengan
serviks yang sedang berdilatasi. Setelah membran ruptur, tidak adanya tekanan
dari kepala pada serviks dan segmen bawah uterus menyebabkan adanya kontraksi
yang kurang efektif sehingga terjadi dilatasi yang sangat lambat atau tidak sama
sekali.1
b. PTP sempit
Keadaan ini lebih sering ditemukan dibandingkan PAP sempit. Definisi
PTP sempit belum akurat seperti definisi PAP sempit, namun dapat dikatakan
sempit bial jumlah diameter interspinosus dan sagitalis posterior adalah 13,5 cm
atau kurang. Walaupun tidak terdapat metode pasti untuk mengukur dimensi
panggul tengah, PTP sempit kadang dapat diduga jika spina menonjol, dinding
samping panggul cekung atau incisura ischiadika major sempit.1
c. PBP sempit
Biasanya didefinisikan sebagai diameter tuberositas interiskial sebesar 8
cm atau kurang. Suatu studi melaporkan bahwa PBP sempit terdapat pada hampir
1% pada lebih dari 1400 nulipara dengan kehamilan aterm. PBP sempit tanpa
disertai PTP sempit jarang terjadi.1
d. Fraktur pelvis
Trauma yang menyebabkan terjadinya fraktur pelvis dapat membahayakan
kapasitas jalan lahir dengan pembentukan kalus atau malunion. Riwayat fraktur
pelvis mengharuskan dilakukannya tinjauan yang cermat pada saat hamil.1
e. Kelainan lain jalan lahir

Stenosis vulva dan vagina

Tumor vulva dan vagina

Kondiloma akuminata2
3. Kelainan janin (passanger)
a) Kelainan letak
b) Kelainan bentuk dan besar janin
o Janin besar adalah bila berat badan melebihi 4000 gram
o Hidrosefalus
o Kembar siam
o Janin dengan perut besar (asites), tumor hati, tumor ginjal, atau
tumor limfa.2
Penyebab terjadinya partus kasep adalah multikompleks dan sangat
bergantung pada pengawasan selama kehamilan, pertolongan persalinan yang baik
dan penetalaksanaannya.2

1.1.3 Klasifikasi Partus Lama


1) Fase laten memanjang
Persalinan laten didefinisikan saat ibu mulai merasakan kontraksi yang
teratur dimana kecepatan pembukaan serviks 1,2 cm per jam bagi nulipara
dan 1,5 cm per jam untuk multipara. Fase laten berkepanjangan adalah
apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan lebih dari 14 jam
pada multipara. Faktor yang mempengaruhi durasi fase laten adalah
anestesi regional atau sedasi yang berlebihan, keadaan serviks yang buruk
(misalnya tebal, tidak mengalami pendataran, atau tidak membuka), dan
persalinan palsu.4
2) Fase aktif memanjang
Fase aktif persalinan memiliki kecepatan pembukaan serviks tertinggi,
berawal saat serviks mengalami pembukaan 4 cm. Ibu nulipara yang
masuk ke dalam fase aktif diharapkan mencapat pembukaan 8-10 cm
dalam 3-4 jam. Pada fase ini penurunan janin juga harus diperhitungkan.
Masalah pada fase aktif dibagi menjadi gangguan protraction
(berkepanjangan) dan arrest (macet). Berikut ini menjelaskan perbedaan
persalinan lama dan macet.4
Tabel 1.2 Kriteria Diagnosis Persalinan Lama dan Persalinan Macet4

Pola persalinan Nulipara Multipara


Persalinan lama (protraction)
Pembukaan <1,2 cm/jam <1,5 cm/jam
Penurunan <1,0 cm/jam <2,0 cm/jam
Persalinan macet (arrest)
Pembukaan >2 jam >2 jam
Penurunan >1 jam >1 jam

Faktor yang berperan dalam persalinan yang berkepanjangan dan


macet adalah sedasi berlebih, anestesi regional, dan malposisi janin,
misalnya oksiput posterior persisten. Dianjurkan dilakukan pemeriksaan
fetopelviks untuk mendiagnosis disproporsi sefalopelvik. WHO sendiri
mendefiniskan suatu partus lama sebagai pembukaan serviks yang kurang
dari 1cm/jam selama minimal 4 jam.4
3) Kala II memanjang
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir
dengan keluarnya janin. Durasinya 50 menit untuk nulipara dan 20 menit
untuk multipara, namun hal ini bisa bervariasi. Kala II persalinan pada
nulipara dibatasi 2 jam sedangkan untuk multipara 1 jam.4

1.1.4 Diagnosis Partus Kasep

Pada partus kasep dapat dilihat manifestasi klinis akibat persalinan yang
terlalu lama. Pada ibu dapat dijumpai gejala seperti gelisah, letih, demam,
berkeringat, takikardi, takipnea, dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai
cincin retraksi Bandl, edema vulva, edema serviks, cairan ketuban berbau,
terdapat mekoneum. Pada janin sendiri dapat terjadi kelainan detak jantung
(cepat/tidak ada sama sekali), air ketuban terdapat mekoneum, kental kehijauan
dan berbau, terbentuk kaput suksadaneum yang besar, molase kepala yang hebat,
kematian janin dalam rahin (KJDR), atau kematian intrapartum.4
Tabel 2.2. Kriteria diagnostik persalinan abnormal
1
Pola persalinan Nulipara Multipara Tatalaksana Tatalaksan
pilihan a khusus
Kelainan karena
perpanjangan
 Fase laten >20 jam >14 jam Tirah baring Oksitosin
memanjang atau SC bila
mendesak
Kelainan karena
perlambatan
 Dilatasi fase <1,2cm/ <1,5cm/ Menunggu dan SC untuk
aktif yang jam jam dukungan CPD
melambat
 Penurunan
yang melambat <1cm/jam <2cm/jam
Kelainan karena
berhenti
 Fase deselerasi >3 jam >1 jam Evaluasi untuk Istirahat bila
yang CPD: kelelahan
memanjang  CPD: SC Pelahiran
 Berhentinya >2 jam >2 jam  Bukan SC
dilatasi CPD:
sekunder oksitosin
 Berhentinya >1 jam >1 jam
penurunan
 Kegagalan Tidak ada Tidak ada
penurunan penurunan penurunan
pada fase pada fase
deselerasi deselerasi
atau kala II atau kala II

1.1.5 Komplikasi

Persalinan lama dapat menimbulkan komplikasi yang serius baik pada ibu,
janin maupun keduanya.

Komplikasi pada ibu


1. Ruptur uteri
Penipisan abnormal segemn bawah rahim (SBR) menimbulkan bahaya serius
selama partus lama terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada ibu dengan
riwayat sectio cesarea. Bila disproporsi kepala-panggul sedemikian besar sehingga
tidak terjadi penurunan kepala, SBR menjadi sangat teregang kemudian dapat
menyebabkan ruptur. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi patologis
yang dapat teraba sebagai sebuah krista transversal atau oblik yang berjalan
melintang di uterus antara simfisis dan umbilikus. Apabila dijumpai keadaan ini,
diindikasikan persalinan perabdominam segera.4
2. Cincin retraksi patologis
Walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus pada
persalinan yang berkepanjangan dengan tipe tersering adalah cincin retraksi
patologis Bandl, yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang berlebih. Cincin
ini sering timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan
penipisan berlebih SBR. Pada situasi semacam ini, cincin dapat terlihat jelas
sebagai suatu indentasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya SBR.4
3. Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP, tetapi tidak maju untuk
jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan
dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebih. Karena gangguan
sirkulasi dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah
melahirkan dengan munculnya vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal.
Umumnya terjadi pada kala 2 yang berkepanjangan.4
4. Cedera otot dasar panggul
Cedera otot-otot dasar panggul merupakan konsekuensi yang tidak terelakkan
pada persalinan pervaginam, terutama bisa persalinannya sulit. Saat kelahiran
bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan ke
bawah akibat upaya mengedan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan
dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan
jaringan ikat.4
Komplikasi pada janin
a) Caput suksadaneum
Kaput suksadaneum terbentuk di bagian terbawah kepala janin, dapat berukuran
cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius, yang
menyebabkan kesalahan dalam pengambilan tindakan terminasi kehamilan. Kaput
ini akan menghilang dalam beberapa hari.4
b) Molase kepala janin
Tekanan his yang kuat dapat menyebabkan lempang-lempeng tulang tengkorak
saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, yang disebut
molase. Apabila diatorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan
robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan perdarahan intrakranial
pada janin.4

Komplikasi pada ibu dan janin


Infeksi intrapartum: Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janin
pada partus lama terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri dalam cairan
amnion dapat menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion
sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin,
akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya.
Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai
terjadi persalinan lama.4

1.1.6 Penanganan
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan ibu yang
bersangkutan harus diawasi dengan saksama. Tekanan darah dievaluasi setiap 4
jam, bahkan pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabila ada gejala
preeklamsia. Denyut jantung janin dicatat setiap setengah jam pada kala I dan
lebih sering pada kala II. Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat
perhatian sepenuhnya. Karena pada persalinan lama, selalu ada kemungkinan
untuk melakukan tindakan pembendahan dengan narkosis, hendaknya ibu jangan
diberi makan biasa, melainkan dalam bentuk cairan.4

Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCl isotonik


secara IV bergantian. Untuk mengurangi rasa nyeri, dapat diberikan petidin 50 mg
yang dapat diulangi; pada permulaan kala I dapat diberikan 10 mg morfin.
Pemeriksaan dalam perlu dilakukan, tetapi harus selalu disadari bahwa setiap
pemeriksaan dalam memiliki bahaya infeksi. Apabila persalinan berlangsung 24
jam tanpa kemajuan yang berarti, perlu diadakan penilaian yang seksama tentang
keadaan umum. Selain itu, perlu ditetapkan apakah persalinan benar-benar sudah
mulai atau masih dalam tingkat false labor, apakah ada inersia uteri atau
incoordinate uterine action; dan apakah tidak ada disproporsi sefalopelvik yang
ringan sekalipun. Untuk menetapkan hal terakhir tersebut, bila perlu dilakukan
pelvimetri rontgen atau MRI. Apabila serviks sudah terbuka minimal 3 cm, dapat
diambil kesimpulan bahwa persalinan sudah dimulai.4

Dalam menentukan sikap lebih lanjut, perlu diketahui apakah ketuban sudah
pecah. Apabila sudah, maka keputusan untuk menyelesaikan persalinan tidak
boleh ditunda terlalu lama berkaitan dengan bahaya infeksi. Sebaiknya dalam 24
jam setelah ketuban pecah sudah diambil keputusan apakah perlu dilakukan SC
dalam waktu singkat atau persalinan dapat dibiarkan berlangsung.4

Secara umum, tatalaksana untuk partus kasep adalah sebagai beriku:6

1. Perbaikan keadaan umum ibu, pasang infus dan kateter.

2. Cairan kalori dan elektrolit 2 kolf RL/NaCl-1 kolfD5% tetesan


cepat atau guyur

3. Pemberian antibiotik spektrum luas, seperti seftrikson

4. Pemberian obat antipiretik, seperti parasetamol

5. Terminasi persalinan dengan cara yang sesuai:

 Kala I: SC

 Kala II: vakum ekstraksi bila syarat terpenuhi, bila tidak SC


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita G1P0A0
hamil 38 minggu dengan kala I fase aktif memanjang + kasep JTH Preskep,
selanjutnya akan dibahas:
Dari keluhan subjektif, pasien dengan usia kehamilan 38 minggu
mengeluhkan keluar lendir campur darah dari jalan lahir dan nyeri perut seperti
ingin melahirkan. Dari pemeriksaan fisik di klinik ditemukan tanda-tanda inpartu
yaitu his yang adekuat (3 kali dalam 10 menit dengan durasi 40 detik), dan adanya
dilatasi serviks 2 cm. Setelah diobservasi, kemajuan persalinan berlangsung
lambat yaitu dalam 12 jam didapatkan pembukaan serviks hanya 6 cm. Kemudian
pasien dirujuk ke RSUD Muaradua dengan diagnosis inpartu kala I fase aktif
memanjang. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, keadaan ibu tampak
lemas, ibu mengeluh keluar air ketuban dan dari pemeriksaan dalam terakhir
ditemukan pembukaan 6 cm, ketuban negatif meconeal, caput di kepala bayi dan
edema portio. Maka dari itu, pasien ini didiagnosis sebagai kala I fase aktif kasep.
Diagnosis ini berdasarkan definisi dari partus kasep yaitu fase terakhir dari suatu
persalinan yang berlangsung terlalu lama sehingga menimbulkan komplikasi
terhadap ibu maupun janin, menimbulkan gejala seperti dehidrasi, infeksi,
kelelahan ibu, serta asfiksia dan kematian janin dalam rahim (KJDR).
Penyebab partus lama dapat dievaluasi dari tiga faktor, yaitu power,
passage, dan passanger. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi pada
pasien ini adalah adanya kelainan pada power atau tenaga, yaitu terjadinya inersia
uteri sekunder, dimana pada awalnya his timbul secara adekuat, namun semakin
lama his menjadi kurang adekuat. Hal ini dapat memperlama kemajuan bukaan
dan menghambat persalinan.
Jika dilihat dari segi passage atau jalan lahir tidak ditemukan masalah,
karena pada pemeriksaan pelvis tidak ditemukan kesan panggul sempit. Begitu
pula dari segi passanger atau janin, tidak didapatkan adanya kelainan letak,
bentuk, dan besar janin, karena taksiran berat janin 2780 gr.
Penatalaksaan pada pasien ini telah dilakukan sesuai dengan Panduan
Praktek Klinis, yaitu penanganan aktif untuk segera terminasi persalinan.
Penanganan dilakukan dengan pemberian antibiotik profilaksis dan segera
dilakukan tindakan seksio sesarea (SC). Pada kasus partus kasep, terminasi tidak
boleh ditunda lagi karena sudah jelas terdapat komplikasi yang membahayakan
baik ibu maupun janin. Terminasi persalinan sebenarnya tidak harus melalui
tindakan SC, melainkan dapat melalui jalan vakum ekstraksi. Namun demikian,
pada pasien ini tidak dilakukan vakum ekstraksi karena pasien masih berada pada
persalinan kala I, yang merupakan indikasi dilakukannya SC. Sedangkan vakum
ekstraksi dapat dilakukan pada persalinan kala II dan jika memenuhi syarat-syarat
vakum.
Selanjutnya melalui tindakan SC, lahir bayi dengan ketuban meconeal. Hal
ini berbahaya bagi bayi karena bayi dapat mengalami sindrom aspirasi mekoneum
yaitu kondisi dimana mekoneum terhisap oleh bayi sehingga dapat masuk ke
dalam paru.

Refleksi kasus:
Pembelajaran yang didapat dalam kasus ini:
1. Manajemen partus kasep adalah manajemen aktif. Bila diagnosis sudah
tegak sebagai partus kasep, maka terminasi persalinan tidak boleh ditunda
lagi karena akan meningkatkan resiko terjadinya fetal distres hingga
kematian janin dalam rahim sekalipun, ditambah keadaan ibu yang mulai
menunjukkan tanda-tanda kurang baik. terminasi dengan seksio sesarea
dipilih karena syarat untuk melakukan vakum ekstraksi tidak terpenuhi.
2. Pemeriksaan kehamilan dengan USG perlu dilakukan sejak trimester
pertama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan,
perkembangan dan pertumbuhan janin, dan mengetahui plasenta serta air
ketuban.
Saran yang dapat diberikan penulis untuk pasien ini adalah pasien harus
tetap kontrol luka paska operasi, menjaga kebersihan luka dan memperhatikan
adanya tanda-tanda infeksi pada luka paska operasi. Pasien juga harus segera
melakukan mobilisasi untuk memperlancar sirkulasi darah sehingga luka operasi
cepat kering, serta memperhatikan tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, et al, editor. Williams Obstetry. 23rd Edition. 2010. Mc-
Graw Hill : USA.
2. Sofian Amru. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi. Jakarta: EGC; 2011.
3. Saladin KS. Anatomy & Physiology: The unit of form and function. 3 rd ed.
Philadelphia: The McGraw-Hill Companies; 2003.p.1050, 1090.
4. Saifuddin AB, editor. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi keempat.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
5. Guyton, Arthur C, Hall, John E. Fisiologi Kedokteran Guyton. Edisi 11.
Jakarta: EGC; 2007.
6. Kumboyo, DA. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi.
Mataram: RSUP NTB; 2010.
7. Irianto, K. Pelayanan keluarga berencana dua anak cukup. 2014. Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai