Oleh:
dr. Analia Refsi Yusnita
Pembimbing :
dr. Febrinata Mahadika, Sp.OG
Sebagai salah satu syarat Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) Angkatan III
Tahun 2021, Periode Agustus 2021 – November 2022, telah disetujui oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya dan ridho-Nya, penulis bisa menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Primigravida Hamil 38 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif
Memanjang + Kasep Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala Yang
Ditatalaksana Dengan Seksio Sesaria”. Laporan kasus ini disusun untuk
pemenuhan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Internsip Dokter
Indonesia (PIDI) Angkatan III Tahun 2021, Periode Agustus 2021 –
November 2022. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. H. Febrinata Mahadia, Sp.OG sebagai pembimbing laporan kasus
2. dr. Hj. Yuliana Flavia A sebagai pendamping internship
3. Pasien dan keluarga pasien sebagai guru dan sumber ilmu dalam penulisan
ini
4. Keluarga saya yang selalu memberi dukungan dan doa sehingga laporan
kasus ini bisa tersusunkan dengan baik.
Penulis mengetahui dan sadar bahwa laporan kasus ini masih
membutuhkan banyak perbaikan dan jauh dari sempurna. Maka dari itu, saran
maupun kritik yang membangun sangat-sangat diharapkan untuk laporan
kasus ini. Penulis memiliki harapan besar laporan kasus ini bisa berguna bagi
kita semua. Terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................20
iii
BAB I
ILUSTRASI KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. ZF
Umur : 21 tahun
Alamat : Sindang Danau, Wates
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 18 April 2022
No. RM : 216xxx
PRIMARY SURVEY
Airway : jalan nafas adekuat
Breathing : RR 22 x/menit, SaO2 98%,
Circulation : Nadi 94 dpm, TD 137/82 mmHg, pasang IVFD RL 20
gtt/menit diberikan Inj. Cefotaxime 1x2 gr IV dan Inj.
Dexamethason 1x12 mg IV
Disability : GCS 15
Exposure : Inspeksi vulva dan uretra tampak tenang.
Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan Utama : Mules-mules ingin melahirkan
Riwayat Menstruasi
Menarche berusia 16 tahun, siklus haid teratur, lama haid 5-6 hari, ganti
pembalut 2-3 kali setiap harinya dan tidak ada keluhan nyeri pada saat haid.
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, tahun 2021 saat usia 21 tahun.
Riwayat Obstetri
1. Hamil ini anak pertama
2
Riwayat KB
Disangkal
A. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis kooperatif
Vital sign
Tekanan darah : 137/82 mmHg
Nadi : 94 dpm
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,50 C
Gizi : baik
TB : 150 cm
BBSH : 52 kg
BBH : 57 kg
IMT : 22,1 kg/m2 (Normoweight)
Status Generalis
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB dan peningkatan JVP tidak
ditemukan
Jantung : Jantung dalam batas normal, S1 dan S2 reguler, murmur(-),
gallop(-)
Paru : Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal, vesikuler (+/+),
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Status obstetrikus
Genitalia : Status obstetrikus
Ekstremitas : Edema (-/-), akral hangat, CRT <2 detik
3
Status obstetrikus
Muka : Kloasma gravidarum (-)
Mammae
Inspeksi : papila mammae menonjol, corpus mammae simetris,
tanda-tanda radang (-), retraksi (-), areola mammae
hiperpigmentasi, tidak ada retraksi dan tidak ada
menyerupai kulit jeruk.
Palpasi : corpus mammae nyeri (-), benjolan (-), areola mammae
tidak mengeluarkan ASI, teraba kenyal
Abdomen
Inspeksi : tampak membuncit sesuai usia kehamilan aterm, striae
gravidarum (+).
Palpasi : TFU 2 jari di bawah processus xyphoideus ( 34 cm )
- Leopold I : Teraba massa kurang bulat, lunak, tidak melenting, kesan
bokong
- Leopold II : Teraba tahanan memanjang di bagian kiri dan bagian
terkecil janin disebelah kanan, kesan punggung kiri.
- Leopold III: Teraba massa bulat, keras, melenting, kesan kepala.
- Leopold IV: 4/5, HI
HIS : 3x10’~30”
VT : Ø 5 cm, eff. 50%, ketuban (+), teraba kepala, HI, tidak teraba
Pemeriksaan Genitalia
Genitalia eksterna
Inspeksi : vulva dan muara uretra tenang, perdarahan aktif (-)
Genitalia interna
Inspekulo : tidak dilakukan
4
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium (18 April 2022)
Darah lengkap
Hemoglobin : 11,2 g/dL
Leukosit : 16.810 /uL
Trombosit : 211.000 /uL
Eritrosit :3.990.000 /uL
Hematokrit : 34 %
MCV : 87 um3
MCH : 28 pg
MCHC : 33 %
Hemostatis
CT : 4 menit
BT : 3 menit
Kimia Klinik
AST : 18 U/L
ALT : 15 U/L
GDS : 81 mg/dL
Ureum : 31 mg/dL
Kreatinin : 1,0 mg/dL
Imunologi
HBsAg : negatif
Syphilis : negatif
Serologi
HIV : non reaktif
C. DIAGNOSIS
G1P0A0 gravid 38 minggu inpartu kala I fase aktif memanjang + kasep JTH
preskep
5
D. TATALAKSANA LANJUTAN
1. Observasi TTV , His, DDJ,
2. IVFD RL gtt XX/menit
3. Inj. Cefotaxime 1 x 2 gr IV
4. Inj. Dexamethasone 1 x 12 mg iv
5. Pro SSTP
E. PROGNOSIS
Qua ad vitam : Ibu: dubia et bonam, janin: dubia et bonam
Qua ad sanationam : dubia et bonam
Qua ad fungsionam : dubia et bonam
F. LAPORAN OPERASI
TANGGAL DAN WAKTU
18 April 2022, Jam 20.00 WIB
DIAGNOSIS PRA OPERASI : G1P0A0 gravid 38 minggu inpartu kala I fase
aktif memanjang + kasep JTH preskep
DIAGNOSIS PASCA OPERASI : P1A0 post caesarean ai kala I memanjang +
partus kasep
6
- Dilakukan insisi pada SBR
- Dengan meluksir kepala lahir bayi laki-laki 2800 gr, 48 cm AS 8/9, BS ~ 38
minggu. Plasenta dilahirkan plasenta mudah lepas.
- Kontraksi uterus (+) plasenta dikeluarkan lengkap, dengan berat 300 gr.
- Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
- Tindakan selesai.
- Perdarahan intra operatif 600cc
INSTRUKSI PERAWATAN PASCA OPERASI
- Observasi TTV, perdarahan,
- IVFD RL + drip Oxytocin 2 amp gtt 20
- Inj. Cefotaxime 2 x 1 gram
- Inf. Metronidazole 3 x 500 mg
- Inj. Ketorolac 3 x 1 amp
G. FOLLOW UP
Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi
19/04/22 S: nyeri bekas operasi (+) Observasi KU,
O: TTV,
Keadaan umum: Tampak sakit sedang IVFP RL +
Kesadaran : composmentis Oxytocin 2 amp gtt
TD : 130/90 mmHg 20
N : 82x/i Inj. Cefotaxime 2 x
S : 36,8 C
0
1gr
St. Generalis: Inf. Metronidazole
Mata : Konjungtiva anemi (-/-) sclera ikterik(-/-) 3 x 500 mg
Leher: Tidak teraba pembesaran KGB dan Inj. Ketorolac 3 x 1
peningkatan JVP tidak ditemukan Inj. Asam
Jantung : Jantung dalam batas normal, S1 dan S2 traneksamat 3 x 1
reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru: Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal,
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : status lokalis
7
Genitalia : status obstetric
Ekstremitas : Edema (-/-), akral hangat, CRT <2
detik
St. Lokalis :
Abdomen : Tampak luka bekas operasi tertutup
verban, rembesan darah (-) supel, BU (+)
A: P1A0 post caesarean ai partus kasep
8
21/04/22 S: nyeri bekas operasi ↓ Boleh pulang
O: Diberikan obat
Keadaan umum: Tampak sakit sedang pulang:
Kesadaran : composmentis - Cefixime tab 2 x
TD : 120/80 mmHg 200 mg
N : 80x/i - Asam
S : 36,8 C
0
mefenamat tab 3
St. Generalis: x 500 mg
Mata : Konjungtiva anemi (-/-) sclera ikterik(-/-) - Paracetamol tab
Leher: Tidak teraba pembesaran KGB dan 3 x 500 mg
peningkatan JVP tidak ditemukan Kontrol poli
Jantung : Jantung dalam batas normal, S1 dan S2
reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru: Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal,
vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : status lokalis
Genitalia : status obstetri
Ekstremitas : Edema (-/-), akral hangat, CRT <2
detik
St. Lokalis :
Abdomen : Tampak luka bekas operasi tertutup
verban, rembesan darah (-) supel, BU (+)
A: P1A0 post caesarean ai partus kasep
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.2 Etiologi
Pada partus kasep dapat dilihat manifestasi klinis akibat persalinan yang
terlalu lama. Pada ibu dapat dijumpai gejala seperti gelisah, letih, demam,
berkeringat, takikardi, takipnea, dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai
cincin retraksi Bandl, edema vulva, edema serviks, cairan ketuban berbau,
terdapat mekoneum. Pada janin sendiri dapat terjadi kelainan detak jantung
(cepat/tidak ada sama sekali), air ketuban terdapat mekoneum, kental kehijauan
dan berbau, terbentuk kaput suksadaneum yang besar, molase kepala yang hebat,
kematian janin dalam rahin (KJDR), atau kematian intrapartum.4
Tabel 2.2. Kriteria diagnostik persalinan abnormal
1
Pola persalinan Nulipara Multipara Tatalaksana Tatalaksan
pilihan a khusus
Kelainan karena
perpanjangan
Fase laten >20 jam >14 jam Tirah baring Oksitosin
memanjang atau SC bila
mendesak
Kelainan karena
perlambatan
Dilatasi fase <1,2cm/ <1,5cm/ Menunggu dan SC untuk
aktif yang jam jam dukungan CPD
melambat
Penurunan
yang melambat <1cm/jam <2cm/jam
Kelainan karena
berhenti
Fase deselerasi >3 jam >1 jam Evaluasi untuk Istirahat bila
yang CPD: kelelahan
memanjang CPD: SC Pelahiran
Berhentinya >2 jam >2 jam Bukan SC
dilatasi CPD:
sekunder oksitosin
Berhentinya >1 jam >1 jam
penurunan
Kegagalan Tidak ada Tidak ada
penurunan penurunan penurunan
pada fase pada fase
deselerasi deselerasi
atau kala II atau kala II
1.1.5 Komplikasi
Persalinan lama dapat menimbulkan komplikasi yang serius baik pada ibu,
janin maupun keduanya.
1.1.6 Penanganan
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan ibu yang
bersangkutan harus diawasi dengan saksama. Tekanan darah dievaluasi setiap 4
jam, bahkan pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih sering apabila ada gejala
preeklamsia. Denyut jantung janin dicatat setiap setengah jam pada kala I dan
lebih sering pada kala II. Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat
perhatian sepenuhnya. Karena pada persalinan lama, selalu ada kemungkinan
untuk melakukan tindakan pembendahan dengan narkosis, hendaknya ibu jangan
diberi makan biasa, melainkan dalam bentuk cairan.4
Dalam menentukan sikap lebih lanjut, perlu diketahui apakah ketuban sudah
pecah. Apabila sudah, maka keputusan untuk menyelesaikan persalinan tidak
boleh ditunda terlalu lama berkaitan dengan bahaya infeksi. Sebaiknya dalam 24
jam setelah ketuban pecah sudah diambil keputusan apakah perlu dilakukan SC
dalam waktu singkat atau persalinan dapat dibiarkan berlangsung.4
Kala I: SC
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita G1P0A0
hamil 38 minggu dengan kala I fase aktif memanjang + kasep JTH Preskep,
selanjutnya akan dibahas:
Dari keluhan subjektif, pasien dengan usia kehamilan 38 minggu
mengeluhkan keluar lendir campur darah dari jalan lahir dan nyeri perut seperti
ingin melahirkan. Dari pemeriksaan fisik di klinik ditemukan tanda-tanda inpartu
yaitu his yang adekuat (3 kali dalam 10 menit dengan durasi 40 detik), dan adanya
dilatasi serviks 2 cm. Setelah diobservasi, kemajuan persalinan berlangsung
lambat yaitu dalam 12 jam didapatkan pembukaan serviks hanya 6 cm. Kemudian
pasien dirujuk ke RSUD Muaradua dengan diagnosis inpartu kala I fase aktif
memanjang. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, keadaan ibu tampak
lemas, ibu mengeluh keluar air ketuban dan dari pemeriksaan dalam terakhir
ditemukan pembukaan 6 cm, ketuban negatif meconeal, caput di kepala bayi dan
edema portio. Maka dari itu, pasien ini didiagnosis sebagai kala I fase aktif kasep.
Diagnosis ini berdasarkan definisi dari partus kasep yaitu fase terakhir dari suatu
persalinan yang berlangsung terlalu lama sehingga menimbulkan komplikasi
terhadap ibu maupun janin, menimbulkan gejala seperti dehidrasi, infeksi,
kelelahan ibu, serta asfiksia dan kematian janin dalam rahim (KJDR).
Penyebab partus lama dapat dievaluasi dari tiga faktor, yaitu power,
passage, dan passanger. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi pada
pasien ini adalah adanya kelainan pada power atau tenaga, yaitu terjadinya inersia
uteri sekunder, dimana pada awalnya his timbul secara adekuat, namun semakin
lama his menjadi kurang adekuat. Hal ini dapat memperlama kemajuan bukaan
dan menghambat persalinan.
Jika dilihat dari segi passage atau jalan lahir tidak ditemukan masalah,
karena pada pemeriksaan pelvis tidak ditemukan kesan panggul sempit. Begitu
pula dari segi passanger atau janin, tidak didapatkan adanya kelainan letak,
bentuk, dan besar janin, karena taksiran berat janin 2780 gr.
Penatalaksaan pada pasien ini telah dilakukan sesuai dengan Panduan
Praktek Klinis, yaitu penanganan aktif untuk segera terminasi persalinan.
Penanganan dilakukan dengan pemberian antibiotik profilaksis dan segera
dilakukan tindakan seksio sesarea (SC). Pada kasus partus kasep, terminasi tidak
boleh ditunda lagi karena sudah jelas terdapat komplikasi yang membahayakan
baik ibu maupun janin. Terminasi persalinan sebenarnya tidak harus melalui
tindakan SC, melainkan dapat melalui jalan vakum ekstraksi. Namun demikian,
pada pasien ini tidak dilakukan vakum ekstraksi karena pasien masih berada pada
persalinan kala I, yang merupakan indikasi dilakukannya SC. Sedangkan vakum
ekstraksi dapat dilakukan pada persalinan kala II dan jika memenuhi syarat-syarat
vakum.
Selanjutnya melalui tindakan SC, lahir bayi dengan ketuban meconeal. Hal
ini berbahaya bagi bayi karena bayi dapat mengalami sindrom aspirasi mekoneum
yaitu kondisi dimana mekoneum terhisap oleh bayi sehingga dapat masuk ke
dalam paru.
Refleksi kasus:
Pembelajaran yang didapat dalam kasus ini:
1. Manajemen partus kasep adalah manajemen aktif. Bila diagnosis sudah
tegak sebagai partus kasep, maka terminasi persalinan tidak boleh ditunda
lagi karena akan meningkatkan resiko terjadinya fetal distres hingga
kematian janin dalam rahim sekalipun, ditambah keadaan ibu yang mulai
menunjukkan tanda-tanda kurang baik. terminasi dengan seksio sesarea
dipilih karena syarat untuk melakukan vakum ekstraksi tidak terpenuhi.
2. Pemeriksaan kehamilan dengan USG perlu dilakukan sejak trimester
pertama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan,
perkembangan dan pertumbuhan janin, dan mengetahui plasenta serta air
ketuban.
Saran yang dapat diberikan penulis untuk pasien ini adalah pasien harus
tetap kontrol luka paska operasi, menjaga kebersihan luka dan memperhatikan
adanya tanda-tanda infeksi pada luka paska operasi. Pasien juga harus segera
melakukan mobilisasi untuk memperlancar sirkulasi darah sehingga luka operasi
cepat kering, serta memperhatikan tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, et al, editor. Williams Obstetry. 23rd Edition. 2010. Mc-
Graw Hill : USA.
2. Sofian Amru. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi. Jakarta: EGC; 2011.
3. Saladin KS. Anatomy & Physiology: The unit of form and function. 3 rd ed.
Philadelphia: The McGraw-Hill Companies; 2003.p.1050, 1090.
4. Saifuddin AB, editor. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi keempat.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008.
5. Guyton, Arthur C, Hall, John E. Fisiologi Kedokteran Guyton. Edisi 11.
Jakarta: EGC; 2007.
6. Kumboyo, DA. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi.
Mataram: RSUP NTB; 2010.
7. Irianto, K. Pelayanan keluarga berencana dua anak cukup. 2014. Bandung:
Alfabeta.