Oleh:
dr. Analia Refsi Yusnita, S. Ked
dr. Nindya Mahfuza, S. Ked
dr. Waliya Mursyida, S. Ked
Pembimbing:
dr. Fiki Milwin, MARS
Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Dalam Mengikuti Program Internship Dokter
Indonesia Di UPT Puskesmas Kisam Tinggi
Oleh :
dr. Analia Refsi Yusnita, S. Ked
dr. Nindya Mahfuza, S. Ked
dr. Waliya Mursyida, S. Ked
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penyusun haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karuniaNya sehingga tugas mini project ini dapat diselesaikan.
Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Fiki Milwin, MARS
sebagai pembimbing dan dr. Msy Muliati selaku pembimbing di puskesmas yang
telah membantu dalam penyusunan mini project ini.
Penyusunan Mini Project ini disusun sebagai sarana diskusi dan pembelajaran
serta diajukan guna memenuhi tugas Program Internship Dokter Indonesia. Dalam
tulisan ini penulis membahas “Hubungan Pola Makan Dan Karakteristik Individu
Terhadap Sindrom Dispepsia Pada Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Kisam
Tinggi”. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sehingga dapat
memberi informasi kepada para pembaca.
Penulis menyadari dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sehingga lebih baik pada penyusunan makalah mini project berikutnya.
Terima kasih.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................v
DAFTAR TABEL........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ix
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................... 3
1.4 Manfaat............................................................................................. 3
IV.METODE KEGIATAN
4.1 Jenis Kegiatan..................................................................................34
4.2 Waktu dan Lokasi............................................................................34
4.3 Informan Pengumpulan Data...........................................................34
4.4 Cara Pengumpulan Data..................................................................35
V. HASIL KEGIATAN
5.1 Identifikasi Faktor Penyebab Masalah.............................................35
5.1.1 Gambaran Umum Kegiatan....................................................38
5.1.2 Karakteristik Informan............................................................38
5.1.3 Faktor penyebab penularan TB di Kelurahan Tanjung Sari.. .39
5.2 Prioritas Penyebab Masalah Kesehatan Komunitas.........................47
5.3 Alternatif Penyelesaian Masalah Kesehatan Komunitas.................49
5.4 Prioritas Penyelesaian Masalah Kesehatan Komunitas...................49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jenis dan Dosis OAT...............................................................................18
2. Dosis Obat Tuberkulosis Kombinasi Dosis Tetap...................................19
3. Luas Wilayah Kerja, Jarak Tempuh Dan Waktu Tempuh.......................26
4. Distribusi Penduduk.................................................................................27
5. Pencapaian Kegiatan program P2TB.......................................................31
6. Pencapaian Kegiatan Program P2TB.......................................................31
7. Cakupan Imunisasi Dasar........................................................................33
8. Informan Penelitian..................................................................................35
9. Karakteristik Informan.............................................................................38
10. Status Gizi pada Responden Penderita TB............................................39
11. Status Gizi pada Responden bukan Penderita TB..................................39
12. Tabel Prioritas Masalah USG................................................................48
13. Penyusunan Upaya Perbaikan Komunitas.............................................49
14. Cara Pemecahan Terpilih.......................................................................49
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3. Tujuan
Tujuan pada diagnosis komunitas ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang dapat mempengaruhi
angka kejadian Tuberkulosis di Desa Tanjung Sari Natar.
2. Untuk mengetahui penyebab utama peningkatan angka kejadian
Tuberkulosis di Desa Tanjung Sari Natar.
3. Untuk merumuskan alternatif penyelesaian masalah peningkatan angka
kejadian Tuberkulosis di Desa Tanjung Sari Natar.
4. Untuk menentukan prioritas prioritas penyelesaian masalah meningkatnya
kasus TB paru di Desa Tanjung Sari.
1.4. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu kedokteran komunitas dalam membuat diagnosis
komunitas mulai dari menentukan masalah, mengidentifikasi penyebab
masalah, menentukan prioritas penyebab masalah, merumuskan alternatif
pemecahan masalah hingga menentukan prioritas penyelesaian masalah
dan melakukan intervensi kepada masyarakat.
3. Bagi Masyarakat
a.Memperoleh informasi mengenai penyakit TB paru, cara penularan dan
pengobatan yang harus dilakukan.
b Dengan tercapainya keberhasilan penanggulangan diharapkan dapat
memutuskan rantai penularan TB paru.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dispepsia
2.1.1 Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys- (buruk) dan -
peptein (pencernaan) (Bonner GF, 2006). Berdasarkan konsensus
International Panel of Clinical Investigators, dispepsia didefinisikan
sebagai rasa nyeri atau tidak nyaman yang terutama dirasakan di daerah
perut bagian atas, sedangkan menurut Kriteria Roma III terbaru,
dispepsia fungsional didefinisikan sebagai sindrom yang mencakup
satu atau lebih dari gejala-gejala berikut: perasaan perut penuh setelah
makan, cepat kenyang, atau rasa terbakar di ulu hati, yang berlangsung
sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal mula gejala sedikitnya
timbul 6 bulan sebelum diagnosis.
Istilah dispepsia sendiri mulai gencar dikemukakan sejak akhir
tahun 1980-an, yang menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala
(sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium,
mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa,
regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindrom atau
keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit,
tentunya termasuk juga di dalamnya penyakit yang mengenai lambung,
atau yang
lebih dikenal sebagai penyakit maag. (Djojodiningrat, 2009).
2.1.2 Etiologi
Menurut Fithriyana (2018) Dispepsia disebabkan karena makan
yang tidak teratur sehingga memicu timbulnya masalah lambung dan
pencernaannya menjadi terganggu. Ketidakteraturan ini berhubungan
2006).
8
dengan waktu makan, seperti berada dalam kondisi terlalu lapar namun
kadang-kadang terlalu kenyang. Selain itu kondisi faktor lainnya yang
memicu produksi asam lambung berlebihan, diantaranya beberapa zat
kimia, seperti alcohol, umumnya obat penahan nyeri, asam cuka,
makanan dan minuman yang bersifat asam, makanan yang pedas serta
bumbu yang merangsang.
2.1.3 Epidemiologi
Berdasarkan Konsensus Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
kesehatan mencakup 30% dari pelayanan dokter umum dan 50% dari
duodenitis; 6,5% kasus dengan ulkus gaster; dan normal pada 8,2%
2006).
9
Di Indonesia, data prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada
metode
2006).
1
0
2.1.4 Penularan
Sumber penularan Tuberkulosis adalah pasien TB BTA positif melalui
percikan dahak (droplet) pada saat batuk atau bersin sehingga
menyebarkan kuman ke udara. Sekali batuk/bersin dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak (droplet). Droplet yang mengandung kuman
TB dapat bertahan di udara beberapa jam pada suhu kamar. Infeksi
terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung droplet
dan masuk kedalam saluran pernapasan yang selanjutnya akan menyebar
dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya (Kemenkes, 2016).
2.1.5 Patogenesis
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang
disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul
di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari
sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran
kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer
bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks
primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai
berikut :
12
2.1.7 Klasifikasi
Diagnosis TB paru dapat di tegakkan dengan ditemukannya BTA pada
pemeriksaan dahak secara mikroskopis, dan hasil pemeriksaaan
dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BTA
hasilnya positf. Apabila hanya satu spesimen yang positif maka perlu
dilakukan pemeriksaan lebh lanjut yaitu melakukan fototoraks, bila hasil
rontgen mendukung TB maka pasien didiagnosis sebagai pasien TB
BTA positif, namun jika hasil rontgen tidak mendukung maka dilakukan
pemeriksaan dahak ulang.
2.1.8 Diagnosis
Diagnosis TB paru dapat di tegakkan dengan ditemukannya BTA pada
pemeriksaan dahak secara mikroskopis, dan hasil pemeriksaaan
dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BTA
hasilnya positf. Apabila hanya satu spesimen yang positif maka perlu
dilakukan pemeriksaan lebh lanjut yaitu melakukan fototoraks, bila hasil
rontgen mendukung TB maka pasien didiagnosis sebagai pasien TB
BTA positif, namun jika hasil rontgen tidak mendukung maka dilakukan
pemeriksaan dahak ulang.
2.1.9 Tatalaksana
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Depkes RI, 2015).
13
2.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya peningkatan angka
kejadian penyakit TB Paru
Faktor-faktor yang memungkinkan orang mudah terinfeksi penyakit TB paru
ada beberapa karakteristik golongan penduduk yang mempunyai risiko
mendapat TB paru lebih besar daripada golongan lainnya. Diantaranya adalah
faktor umur, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, jenis kelamin, kondisi
lingkungan yang tidak sehat, adanya penyakit lain yang menyebabkan daya
tahan tubuh rendah, gizi buruk, kontak dengan sumber penularan, pengaruh
merokok, asap dapur, asap obat nyamuk dan sebagainya. Konsep “trial
epidemiology” atau konsep ekologis dari John Gordon menyatakan bahwa
terjadinya penyakit karena adanya ketidakseimbangan antara agent (penyebab
penyakit), host (pejamu), dan environment (lingkungan) (Manalu, 2010).
a. Faktor Agent (penyebab penyakit)
Faktor agen yaitu semua unsur baik elemen hidup atau mati yang
kehadirannya dan atau ketidakhadirannya, apabila diikuti dengan kontak
yang efektif dengan manusia rentan dalam keadaan yang memungkinkan
akan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Agen diklasifikasikan
sebagai agen biologis, kimia, nutrisi, mekanik, dan fisik. Untuk khusus TB
paru yang menjadi agen adalah kuman Mikobakterium tuberculosis
(Rosmaniar, 2009).
14
15
BAB III
PROFIL PUSKESMAS
3.1.1 Visi
Tercapainya kecamatan kisam tinggi yang sehat 2020 dengan indikator:
1.Lingkungan sehat
2.Perilaku sehat
3.Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4.Derajat kesehatan penduduk kecamatan yang optimal.
3.1.2 Misi
1. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat.
16
3.2 Geografis Wilayah Kerja
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja tertentu. Wilayah keja Puskesmas meliputi wilayah kerja
administratif, yaitu satu wilayah kecamatan atau beberapa desa/ kelurahan
disatu wilayah kecamatan.
1. Data Geografis
Luas Wilayah 1.500 KM²
Jumlah Dusun 86 Dusun
Jumlah Desa 19 Desa
Jumlah KK 5059 KK
Jumlah Penduduk/Jiwa 18.0001
17
3.3 Data Demografis Wilayah Kerja
Puskesmas Kisam Tinggi Dibangun dan Mulai Beopersasi pada Tahun
2005 dengan Luas Wilayah 1.500 KM² Dan Jumlah Desa 19 Desa, pada
tahun 2019 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kisam Tinggi
Berjumlah 18.001 Jiwa, adapun Batas batas wilayah kerja Puskesmas Kisam
Tinggi Yaitu :
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kab. Ogan Komering Ulu
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Runjung
Agung
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Muara Dua
Kisam
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kab. OKU Dan Muara
Enim
18
3.5 Program
19
BAB IV
METODE KEGIATAN
35
partisipan yang mengarah kepada tujuan penelitian.Dengan demikian, data
yang diperoleh merupakan ungkapan pernyataan berdasarkan pikiran dan
perasaan para partisipan (Daymon & Holloway, 2008; Prastowo, 2011).
36
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
yang kami gunakan berupa data laporan data tahunan TB dari tahun 2017
hingga 2018
3. Triangulasi/Gabungan
Data yang telah dikumpulkan dilakukan validasi data. Untuk menjaga
validitas data maka dilakukan triangulasi. Triangulasi adalah pendekatan
multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan
menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat
dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika
didekati dari berbagai sudut pandang.
4. Studi Pustaka
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-
buku referensi, laporan-laporan, majalah-majalah, jurnal-jurnal dan media
lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.
37
BAB V
HASIL KEGIATAN
b. Faktor Pengetahuan
Berdasarkan indepth interview didapatkan bahwa pengetahuan
pasien mengenai penyakit dan gejala dari TB sudah baik. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan pasien sebagai berikut.
39
“TBC itu sakit paru-paru ya mbak, napasnya sesak......” (X1)
“TBC itu sakit paru menular. . .” (X2)
“batuknya lama mbak. . .ga tau si mbak penyebabnya apa” (X3)
“itu panas dingin. .” (X4)
“TBC itu sakit batuk lama, berdahak juga. Kumannya bisa menular
lewat batuk mbak ” (X6)
“Kalau yang saya tahu sih TBC itu gejalanya panas dingin. Orang
yang sakit TBC pasti batuk lama, berat badannya turun, lemas,
keringat dingin. Biasanya pengobatan lama dan gak boleh putus 6
bulan. Minum obatnya 3 hari sekali.” (X7)
“sakit batuknya lama, menular lewat dahak, buang dahaknya harus
hati-hati jangan sampai menular ” (X8)
“batuk lama, napasnya sesak ” (X9)
“flek paru katanya” (X10)
“saya pakai masker terus mbak, tadi baru aja saya lepas.” (x1)
“saya pake masker terus kalok dirumah sama di luar.” (x3)
“saya jarang pake masker mbak, palingan waktu kalo mau keluar aja
mbak, itupun sering saya lepas soalnya saya susah napasnya.” (x5)
“saya gak pernah pake masker mbak, soalnya saya gak pernah batuk-
batuk.” (x7)
“saya pake masker kok mbak, saya juga pakai masker semua, biasanya
saya beli 2 kotak buat persediaan.” (x8)
“saya gak suka pakai masker mbak kalo di rumah, engap rasanya,
biasanya kalo mau keluar aja pakenya” (x9)
“biasanya saya pake masker mbak” (x10)
“saya kalo buang dahak hati-hati mbak jangan sampe nular-nular orang
gitu.” (x1)
“kalo waktu batuknya di kamar mandi, saya buang dahaknya di kamar
mandi, tapi kalo batuknya di dalem rumah ya tempatnya sendiri, nanti
aku buang hati-hati gitu biar gak nular.” (x2)
“saya sering buang dahak sembrangan mbak, soalnya saya gak tau mbak
kalo kumannya bisa nular lewat dahak.” (x5)
“saya buang dahaknya di kamar mandi kok mbak.” (x7)
“saya biasanya buang dahaknya di belakang rumah mbak” (x8)
“saya buang dahak dimana saja mbak yang penting gak terlihat orang
mbak.” (x9)
“saya sering buang dahaknya di kebun mbak, soalnya kan jijik kalo
diliat orang mbak.” (x10)
Berdasarkan hasil indepth interview didapatkan bahwa sebagian
besar masyarakat dengan penyakit Tb rutin melakukan pengobatan
sesuai dengan yang dikatakan dengan sebagian masyarakat sebagai
berikut:
“saya berobat rutin mbak, kontrol rutin buat ngambil obat.” (x3)
“saya rutin ngambil obat mbak, bulan 3 nanti terakhir mbak.” (x5)
“ saya rutin kok mbak, biasanya dianter sama cucung saya.” (x7)
“Saya berobat rutin di puskesmas mbak, obatnya saya minum terus”
(x8)
“ saya ya berobatnya ke puskes mba, rutin“ (x10)
“saya minum obatnya selalu tepat waktu biasanya diingetin sama anak
saya.” (x2)
“ iya mbak biasanya diingetin mbak minum obatnya” (x5)
“dulu saya minum obatnya diambilin sama anak saya, tapi
sekarang karena saya sudah hafal jadi saya minum sendiri” (x8)
“biasanya istri saya yang suka ngingetin saya minum obat mbak”
(x9)
“obatnya saya minum terus mbak gak putus, kadang diingetin
sama anak saya” (x10)
c. Higienitas Pribadi
Berdasarkan hasil indepth interview didapatkan bahwa sebagian
pasien. mengetahui cara menjaga higienitas diri sesuai dengan
yang dikatakan dengan pasien sebagai berikut:
“Saya buang dahaknya harus hati-hati jangan sampai menular......”
(X1)
“Saya biasanya pakai tissue mbak kalo batuk. . .” (X2)
“Saya sering batuk mbak tapi ga ada dahaknya, batuk kering gitu
mbak. .” (X4)
“Saya buang dahaknya di kamar mandi mbak kalo di rumah terus
saya siram pakai air. .” (X6)
“Kalo saya biasanya ada wadah khusus gitu mbak kalo mau buang
dahak biar ga nular.. .” (X7)
“Saya jarang batuk mbak, kalo batuk juga ga ada dahaknya....” (X8)
“Biasanya saya tutup mulut mbak kalo batuk, terus kalo buang
dahaknya biasanya di belakang rumah mbak.....” (X9)
“Saya gak berdahak mbak batuknya” (X10)
d. Tingkat Pendapatan
Berdasarkan hasil indepth interview didapatkan bahwa pendapatan
pasien masih di bawah rata-rata sesuai dengan yang dikatakan
dengan pasien sebagai berikut:
Kurangnya pengetahuan
mengenai penularan Mendemonstrasikan penggunaan APD dan pembuangan
penyakit TB dahak yang benar
Mendemonstrasikan
penggunaan APD (masker) 4 5 4 2 40
dan pembuangan dahak yang
benar
Memberi motivasi kepada
kader untuk meningkatkan
kegiatan penemuan kasus TB 3 4 3 1 36
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan terdapat 2 faktor yang menjadi
penyebab penularan penyakit TB, yaitu faktor host dan faktor lingkungan.
2. Prioritas masalah yang paling utama setelah diidentifikasi
adalahkurangnya pengetahuan mengenai penularan penyakit TB.
3. Prioritas penyelesaian masalah yang dapat dilakukan yaitu
mendemonstrasikan penggunaan APD (masker) dan cara pembuangan
dahak yang benar.
6.2 Saran
1. Dilakukannya sosialisasi mengenai penyakit TB kepada masyarakat agar
menambah pengetahuan masyarakat.
2. Nakes memberikan edukasi kepada pasien saat pengambilan obat agar
pasien TB menggunakan masker dan Nakes memberikan contoh cara
membuang dahak yang benar agar dapat mengurangi penularan penyakit
TB.
3. Kunjungan ke rumah penderita TB dan pemberian edukasi mengenai
lingkungan tempat tinggal yang baik seperti membuka jendela agar sinar
matahari dapat masuk ke rumah, tidak memberiarkan ruangan lembab dll.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, Ditjen PP dan PL.2004. Laporan Hasil Survei Hasil Implementasi
Program Nasional Penanggulangan TB di Daerah. ICDC
Price SA, Wilson LM. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC.
PRI Tanjung Sari. 2018. Penilaian kinerja PRI Tanjung Sari 2017. Natar: PRI
Tanjung Sari
PRI Tanjung Sari. 2019. Data pasien tuberkulosis 2018. Natar: PRI Tanjung Sari
Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2016. Tuberkulosis temukan
Obati Sampai Sembuh. Jakarta.
Ratnawati, Priyanti ZS. 2000 Tuberkulosis Paru pada Orang tua. Jurnal
Respirologi Indonesia. 20(1)
Sarmen RD., Surya HFD., Suyanto. 2017. Gambaran pengetahuan dan sikap
pasien TB paru terhadap upaya pengendalian TB di Puskesmas Sidomulyo
Kota Pekanbaru. Jom FK Volume 4 No.1.
Sarwani, Dwi; Nurlaela Sri.2012. Merokok dan Tuberkulosis Paru, studi kasus di
RSMargono Soekarjo Purwokerto. FKM UNSOED.
52