Oleh :
dr. Idha
Tisi Dwi
Cahyo
dr. Leo
Setyadi
dr. Mutiara Sari
dr. Mutia Ramadhani Sakti Lubis
Pendamping :
dr. Arindia Wulansari
Mini Project
PROFIL PENGETAHUAN ORANG TUA MENGENAI GANGGUAN
PERTUMBUHAN ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI
BAUNG
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
ii
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan
berkat sehingga laporan minipro ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan
minipro ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan
program internsip di Puskesmas Sungai Baung. Terima Kasih kepada dr. Arindia
Wulansari, selaku pembimbing yang telah membantu dalam menyelesaikan
Laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan dalam
penulisan maupun pembahasan, Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
untuk para pembaca dan Puskesmas Sungai Baung.
Penulis
DAFTAR ISI
iii
Halaman Judul
Lembar Pengesahan............................................................................................ ii
Kata Pengantar.................................................................................................... iii
Daftar Isi.............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 2
1.4 Manfaaat Penulisan ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tumbuh Kembang Anak dan Faktor yang Mempengaruhinya ..................... 4
2.2 Periode Tumbuh Kembang Anak.................................................................. 6
2.3 Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak ................ 9
2.4 Pelaksanaan Kegiatan Deteksi Dini Pertumbuhan ....................................... 10
2.5 Gizi Buruk..................................................................................................... 14
BAB III PROFIL PUSKESMAS SUNGAI BAUNG
3.1 Letak Geografis, Kependudukan dan Pemerintahan..................................... 18
3.2 Data Khusus ................................................................................................. 21
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 25
4.2 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data......................................................... 25
4.3Populasi dan Sampel...................................................................................... 25
4.4 Instrumen Pengumpulan Data....................................................................... 25
4.5Cara Pengumpulan Data................................................................................. 25
4.6Perencanaan dan Pemilihan Intervensi........................................................... 26
4.7Pelaksanaan Kegiatan..................................................................................... 26
4.8Teknik Penilaian............................................................................................. 27
4.9Pengolahan dan Analisis Data........................................................................ 27
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Distribusi Responden berdasarkan pengetahuan tentang
Gangguan Pertumbuhan Anak............................................................................ 28
iv
5.2 Distribusi jawaban Kuesioner....................................................................... 29
5.3 Permasalahan dan Pemecahan Masalah........................................................ 30
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan................................................................................................... 31
6.2 Saran.............................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 32
LAMPIRAN ....................................................................................................... 34
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
pertumbuhan dan kesehatan fisik saja, melainkan juga komprehensif pada
perkembangan psikis anak usia dini. Kesalahan atau disfungsi yang terjadi pada
salah satu faktor, baik fisik ataupun psikis akan mengganggu faktor lainnya.
Apabila tidak dilakukan pemantauan dan dan deteksi tumbuh kembang anak usia
dini secara benar dan cermat, maka disfungsi tersebut dimungkinkan akan menjadi
kelainan permanen pada diri anak.1,2,3
Skrining pada anak-anak perlu dilakukan secara berkala karena tumbuh
kembang anak merupakan suatu proses yang masih terus berlangsung dan dalam
perjalanannya dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Skrining atau pemantauan tumbuh kembang untuk bayi dianjurkan tiap bulan,
anak usia 12 sampai 24 bulan dianjurkan tiap 3 bulan, dan anak usia 24 bulan
sampai 72 bulan dianjurkan tiap 6 bulan.4 Sejak tahun 2007, Kementerian
Kesehatan bekerjasama dengan lkatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah
menyusun instrumen stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang untuk
anak umur 0 sampai dengan 6 tahun, yang diuraikan dalam Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak di
Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Program skrining pada anak-anak ini juga
diperkuat dengan adanya berbagai landasan hukum seperti Undang-undang No. 23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 66 tahun 2014 Pasal 4 mengenai pemantauan pertumbuhan,
perkembangan, dan gangguan tumbuh kembang anak dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar dan di taman kanak-kanak dan Peraturan Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan No.146 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai
ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat merupakan salah satu tataran
pelaksanaan pendidikan dan pemantauan kesehatan masyarakat. Pemantauan dan
deteksi tumbuh kembang anak usia dini merupakan bagian dari tugas tenaga
kesehatan puskesmas di wilayah kerjanya masing-masing melalui program
SDIDTK. Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan
dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota
2
keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi, lembaga swadaya
masyarakat) dengan tenaga profesional.1
1.3 TujuanPenelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan orang tua terhadap gangguan
pertumbuhan anak di wilayah kerja Puskesmas Sungai Baung.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang pengertian
gangguan pertumbuhan anak
b. Mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang bentuk
gangguan pertumbuhan anak
c. Mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang deteksi dini
gangguan pertumbuhan anak
3
Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam melakukan
penilitian/penulisan lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian
tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu
perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan
berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan
mental, memori, daya nalar, bertambah berat dan tinggi badannya serta
bertambah kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap yaitu perkembangan terjadi
lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota
tubuh (pola sefalokaudal). Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah
proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari- jari
yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan
seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap
tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu
membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu
berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
Faktor penentu kualitas tumbuh kembang anak adalah potensi genetik-
heredokonstituinal (intrinsik) dan peran lingkungan (ekstrinsik).Gangguan
tumbuh kembang terjadi bila ada faktor genetik dan atau karena faktor lingkungan
yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. 5Gangguan
tumbuh kembang terjadi jika ada faktor genetik internal dan atau karena faktor
eksternal (disebut juga faktor lingkungan) yang tidak mampu mencukupi
kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Adapun faktor internal yang dapat
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak antara lain ras atau etnik atau
bangsa, keluarga, usia, jenis kelamin, genetik (heredokonstitusional), dan kelainan
5
kromosom. Peran lingkungan sangat penting untuk mencukupi kebutuhan dasar
tumbuh kembang anak.Faktor lingkungan dibagi lagi menjadi faktor prenatal
seperti nutrisi ibu saat hamil, faktor natal (persalinan) seperti adanya komplikasi
saat persalinan atau lamanya persalinan, dan yang terakhir adalah faktor
postnatal.Masa postnatal termasuk masa yang terpenting karena di masa ini
seorang anak dapat mengejar potensi genetiknya apabila mengalami
keterlambatan. Contoh dari faktor pasca persalinan ini yaitu terdiri dari kebutuhan
biomedis atau asuh (nutrisi, imunisasi, higiene, pengobatan, pakaian, tempat
tinggal, sanitasi lingkungan dan lain-lain) dan kebutuhan psikososiobudaya atau
asih dan asah (kasih sayang, penghargaan, komunikasi, sosialisasi, penanaman
moral dan lain-lain), serta kebutuhan akan psikoedukatif asah (stimulasi mental,
emosional, intelegensia dan lain-lain) sejak masa konsepsi sampai akhir remaja. 5,6
Soedjatmiko membagi faktor-faktor risiko di lingkungan menjadi mikro (ibu),
mini (lingkungan keluarga dan tempat tinggal), meso (lingkungan tetangga,
polusi, budaya, pelayanan kesehatan dan pendidikan) dan makro (kebijakan
program) yang dapat mengganggu tumbuh kembang balita.5
2.2 Periode Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur serta saling berkaitan
dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Tumbuh
kembang anak terbagi dalam beberapa periode.1
A. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
1. Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12
minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu
organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat,
terbentuk sistem organ dalam tubuh.
2. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. 1
Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:
1) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
6
trimester ke-2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi
percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia
sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.
2) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa
ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan
fungsi-fungsi. Terjadi transfer Imunoglobin G (Ig G) dari
darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esensial
seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid) dan Omega 6
(Arachidonic Acid) pada otak dan retina.1
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester pertama
kehamilan.Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap
pengaruh lingkungan janin.Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok
dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola
asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil,
dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan.
Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu memperhatikan gerakan janin
setelah kehamilan 5 bulan.1
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi
anak sehat, maka selama masa intra uterin, seorang ibu diharapkan:
- Menjaga kesehatannya dengan baik.
- Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
- Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya.
- Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.
- Memberi stimulasi dini terhadap janin.
- Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan
keluarganya.
- Menghindari stres baik fisik maupun psikis.
- Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi
kehamilannya. 1
B. Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan
7
sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal
dibagi menjadi 2 periode: 1
Masa neonatal dini, umur 0 - 7 hari.
Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.
Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang
menjadi anak sehat adalah:
• Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di
sarana kesehatan yang memadai.
• Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan,
jangan terlambat pergi ke sarana kesehatan bila dirasakan
sudah saatnya untuk melahirkan.
• Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang
dapat menenangkan perasaan ibu.
• Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita
dan penuh rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat
membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.
• Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap
diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah
pemberian ASI.
• Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan. Pada
masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi
sistem saraf. Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan
keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi
yang mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia dan
memberikan yang terbaik untuk anak. Pada masa ini, kebutuhan
akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama
6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI
sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola
asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana kontak erat
antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini, pengaruh
8
ibu dalam mendidik anak sangat besar.
C. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan
terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak
halus) serta fungsi ekskresi.Periode penting dalam tumbuh kembang anak
adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa
balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan
terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya,
sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan
pengaturan hubungan- hubungan antar sel syaraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar
berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa balita,
perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran
sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan
landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-
dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap
kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi
tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya
manusia dikemudian hari. 1
D. Masa anak prasekolah (anak umur 60-72 bulan).
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan
meningkatnya keterampilan dan proses berfikir. Memasuki masa
prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya.Pada masa ini, selain lingkungan di
dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan.Anak
mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman, bahkan
banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu anak bermain
9
di luar rumah dengan cara membawa anak ke taman-taman bermain,
taman-taman kota, atau ke tempat- tempat yang menyediakan fasilitas
permainan untuk anak. Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut
menciptakan suasana bermain yang bersahabat untuk anak (child friendly
environment). Semakin banyak taman kota atau taman bermain dibangun
untuk anak, semakin baik untuk menunjang kebutuhan anak. Pada masa ini
anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistim reseptor
penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak
mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada
masa ini adalah dengan cara bermain. Orang tua dan keluarga diharapkan
dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya, agar dapat
dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan. 1
10
deteksi dini tumbuh kembang anak adalah untuk mengetahui penyimpangan
tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi,
dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang
jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-
upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan
demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal.5
2.4 Pelaksanaan Kegiatan Deteksi Dini Pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dapat dilakukan pada semua
tingkat pelayanan.Deteksi dini ini dilakukan dengan mengukur tinggi badan, berat
badan, dan lingkar kepala. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah
sebagai berikut :1,4
Tabel 2.2. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini
Pertumbuhan1
Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Yang dipantau
digunakan
Keluarga Orang tua Buku KIA Berat badan
Masyarakat Kader Timbangan
kesehatan dacin, timbangan
Pendidik digital
PAUD, Petugas Alat ukur tinggi
BKB, TPA, dan
guru TK
Puskesmas Dokter Tabel BB/TB Panjang/Tinggi
Bidan Tabel TB/U Badan
Perawat Grafik LK Berat badan
Tenaga Gizi Timbangan Lingkar kepala
Tenaga Alat ukur tinggi
kesehatan badan
lainnya Pita pengukur
lingkar kepala
Keterangan:
11
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
BKB : Bina Keluarga Balita
TPA : Tempat Penitipan Anak
TK : Taman Kanak-Kanak
LK : Lingkar Kepala
12
Berdiri tegak menghadap kedepan
Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur
Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun
Baca angka pada batas tersebut
13
B. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak ( LKA )
Pengukuran lingkar kepala anak dalah cara yang biasa dipakai
untuk mengetahui perkembangan otak anak. Biasanya besar tengkorak
mengikuti perkembangan otak, sehingga jika ada hambatan pada
perkembangan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat.
LKA dapat dipakai sebagai salah satu alat pemantau perkembangan
kecerdasan anak.1
Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran
kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.Jadwal
disesuaikan dengan umur anak.Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan
setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar umur 12-27 bulan,
pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan penilaian
lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.1
o Cara mengukur lingkar kepala anak
Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,
menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak
Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut
umur dan jenis kelamin anak
Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan
ukuran sekarang
14
Gambar 2. Cara Pengukuran Lingkar Kepala Anak
Interpretasi :
Jika ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau” maka
lingkaran kepala anak normal
Jika ukuran lingkaran kepala anak berada diluar “jalur hijau” maka
lingkaran kepala anak tidak normal
Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2, yaitu makrosefal jika berada
diatas “jalur hijau” dan mikrosefal jika berada dibawah “jalur hijau”.
Intervensi :
Jika ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah
sakit
15
Berdasarkan Berat Badan menurut Umur diperoleh kategori (Kementrian
Kesehatan RI, 2011) :
a. Gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
b. Gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.
c. Gizi baik jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
d. Gizi lebih jika hasil ukur ≥ 2 SD.
Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau Panjang badan (0
bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh kategori :4
a. Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
b. Pendek jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.
c. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
d. Tinggi jika hasil ukur > 2 SD.
Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau Panjang
Badan:4
1. Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
2. Kurus jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.
3. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
4. Gemuk jika hasil ukur > 2 SD.
Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus, sedangkan
balita dengan gizi baik akan diperoleh hasil normal.
Penemuan anak gizi buruk dapat menggunakan data rutin hasil penimbangan
anak di posyandu, menggunakan hasil pemeriksaan di fasilitas kesehatan seperti
Puskesmas, Rumah Sakit, dan doker/bidan praktek swasta), hasil laporan
masyarakat, maupun dari skrining aktif. Kemudian dilakukan pemeriksaan sesuai
dengan alur berikut :
16
Gambar 3. Alur pemeriksaan penemuan gizi buruk
17
sesuai dengan kebutuhan zat gizi yang mencakup karbohidrat, protein
hewani, kacang-kacangan, buah dan sayur.9
2. ASI ekslusif
(UNICEF) dan World Health Oraginization (WHO) telah
merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI)
selama paling sedikit 6 bulan. Makan padat seharusnya diberikan setelah
anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak
berumur 2 Tahun.Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam
ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak
menurun.
3. Pendidikan Ibu
Peran ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah
penting.Rendahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan ibu tentang
gizi menjadi salah satu faktor terjadinya gizi buruk.Tingkat pendidikan ibu
sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan dan kualias pengasuhan
anak.Pendidikan yang tinggi membuat seseorang mudah untuk menyerap
informasi dan mengamalkan dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan yang
tinggi jugaakan meningkatkan pendapatan dan dapat meningkatkan daya
beli makanan.
4. Penyakit Infeksi
Terjadi hubungan timbal balikantara kejadian infeksi
penyakit dan gizi buruk. Anak yang menderita giziburuk akan mengalami
penurunan daya tahan, sehingga anak rentan terhadappenyakit infeksi.
18
karena sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna dan fungsi organ
tubuh yang berfungsi optimal. Penyakit ini akan mempengaruhi asupan
gizi yang masuk sehingga dapat menyebabkan gizi buruk.
6. Kelengkapan Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
terhadap suatu antigen. Imunisasi juga dapat mencegah dan mengurangi
penderitaan yang disebabkan oleh penyakit.Apabila kekebalan tubuh
meningkat, balita tidak rentan terkena penyakit.Hal ini berhubungan tidak
langsung dengan kejadian gizi buruk.
7. Status Ekonomi
Rendahnya ekonomi keluarga, akan berdampak dengan rendahnya
daya beli pada keluarga tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan
kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab langsung dari
kekurangan gizi pada anak balita.Keadaan sosial ekonomi yang rendah
berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi karena ketidaktahuan
dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.Balita
dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan yang kurang
bergizi.
19
BAB III
PROFIL PUSKESMAS SUNGAI BAUNG
20
f. Desa Tinting
g. Desa Ujung Tanjung
21
c. Mendekatkan pelayanan puskesmas ke masyarakat melalui upaya
promotif.
d. Menggalang kerja sama lintas sektor dalam upaya pencegahan,
pengendalian penyakit menular dan tidak menular.
e. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam upaya
mengatasi permasalahan kesehatan.
3. Tujuan
1) Menghasilkan data yang akurat tentang masalah kesehatan
keluarga yang digunakan untuk perencannaan program kesehatan.
2) Meningkatnya Kesehatan keluarga dan individu sebagai sasaran
program.
3) Tecapainya standar pelayanan minimal program kesehatan.
4) Terkendalinya faktor risiko penyebab penyakit.
5) Meningkatnya kemampuan dan pengalaman pegawai dalam
mengelola masalah kesehatan.
4. Tata Nilai
S E H A T I yang merupakan singkatan dari:
a) S 5 : Senyum, Sapa, Salam, Santun, Sopan dan santun
b) E : Empati
c) H : Handal
d) A : Adil
e) T : Tanggap
f) I : Inovatif
5. Definisi Operasional Tata Nilai
a. 5 S : Pesan yang melambangkan hubungan baik dan penerimaan
yang tulus dari petugas PKM yang tidak saja mengedepankan
pengetahuan materil melainkan ditanamkannya sifat saling
menerima dengan masyarakat sebagai pengguna layanan.
b. E mpati : Petugas PKM dalam memberikan layanan mempunyai
kemampuan untuk mengenali, mempersepsikan, serta merasakan
22
perasaan orang lain / masyarakat yang disertai dengan ungkapan
dan tindakan.
c. Handal : Petugas PKM dalam memperaktekkan ilmu ilmu dan
kiat yang ia miliki berdasarkan sains dan SOP untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat sebagai pengguna layanan.
d. Adil : Semua warga mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam memperoleh pelayanan kesehatan
e. Tanggap : Mampu memberikan respon yang tepat terhadap
permasalahan kesehatan yang terjadi dan selalu berpedoman pada
sains dan SOP.
f. Inovatif : Berusaha memberikan atau mencari alternatif solusi
dalam mengatasi permasalahan penyelenggaraan upaya kesehatan.
6. Motto
“BEKERJA SAMA MENCAPAI TUJUAN DAN BERKARYA
TANPA AHIR”
3. Pelayanan Puskesmas
Puskesmas Sungai Baung memiliki jenis pelayanan di dalam dan
diluar gedung sebagai berikut :
a. Pelayanan dalam gedung
1. Instalasi Gawat darurat
2. Rawat Inap
3. Polik linik umum
4. Poli gigi
5. Poli anak
6. Poli kebidanan
7. Poli lansia
8. Poli KIA/KB
9. Pelayanan IVA TEST
10. Pelayanan Imunisasi
11. Apotik
12. Laboratorium sederhana
23
b. Pelayanan luar gedung
1. Promosi Kesehatan.
2. Kesehatan lingkungan
3. Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit Menular
4. Kesehatan reproduksi
5. Gizi komunitas
BAB IV
METODOLOGI
24
4.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
mengenai gangguan pertumbuhan pada anak bagi para ibu di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Baung.Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang
diisi oleh orang tua anak.
25
NO Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala
Penelitian Operasional Ukur Ukur
1 Pengetahuan Informasi yang Kuesioner 1. Baik Ordinal
orang tua diketahui dan 2. Sedang
dimengerti oleh 3. Kurang
orang tua
melalui proses
sensoris
terutama pada
mata dan
telinga
26
8. Menjelaskan kepada responden masing masing pertanyaan yang
terdapat pada kuesioner
9. Kuesioner yang diisi dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya
27
3. Kurang, apabila jawaban responden benar < 40%
Kunci jawaban kuesioner :
1) D
2) C
3) A
4) B
5) A
6) A
7) D
8) D
9) C
10) A
Penilaian Pengetahuan
1. Baik, apabila responden benar > 75% (8-10)
2. Sedang, apabila jawaban responden benar antara 40-75% (4-7)
3. Kurang, apabila jawaban responden benar < 40% (0-3)
28
BAB V
PEMBAHASAN
Pengetahuan Sedang
91%
Dari tabel dan diagram diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua
memiliki tingkat pengetahuan terhadap gangguan pertumbuhan pada kategori
sedang, yaitu sekitar 91%.
29
5.2 Distribusi jawaban kuesioner responden
Tabel 2. Distribusi jawaban benar dan salah oleh responden
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Benar Salah KESALAHAN %
1 Cara memantau pertumbuhan 6 27 82%
anak adalah dengan
memantau kurva
pertumbuhan anak
2 Pada anak usia lebih dari 1 1 32 97%
tahun, anak harus ditimbang
dan diukur tinggi badannya
minimal satu kali tiga bulan
3 Hal yang mempengaruhi 23 10 67%
pertumbuhan anak adalah
komposisi makanan anak
4 Makanan sehat adalah 32 1 97%
makanan yang
mengandung zat-zat gizi
5 Makanan yang bergizi adalah 32 1 3%
makanan yang
mengandung 4 sehat 5
sempurna
6 ASI eksklusif adalah 20 13 40%
pemberian ASI saja selama
enam bulan pertama tanpa
minum atau makanan
tambahan lain
7 Lambat bicara bukan 23 10 70%
bentuk gangguan
pertumbuhan pada anak
8 Zat pengawet bukan 29 4 13%
merupakan zat yang bergizi
9 Berikut yang bukan 15 18 55%
merupakan syarat air bersih
adalah tidak jernih
1 Penanggulangan stunting 4 29 88%
0 adalah pola makan, pola
asuh, sanitasi
30
Berdasarkan tabel diatas, rerata responden memberikan jawaban yang
salah pada soal no 2, yaitu tentang berapa kali anak usia lebih dari 1 tahun harus
ditimbang berat badan dan diukur tinggi badannya.
Pemecahan Masalah:
1) Memberikan informasi tentang Pertumbuhan anak, Gangguan
Pertumbuhan Anak, Pencegahan Gangguan pertumbuhan anak
kepada orang tua anak melalui edukasi dan pemberian leaflet tiap
sesi pelayanan di Poli MTBS-Imunisasi yang disampaikan oleh
petugas kesehatan.
31
2) Pemberian pelatihan bergizi mengenai Pertumbuhan anak,
Gangguan Pertumbuhan Anak, Pencegahan Gangguan
pertumbuhan anak dan simulasi makanan kepada para Kader di
ruang serbaguna.
3) Para Kader cakupan wilayah Puskesmas Sungai Baung
memberikan edukasi serta leaflet tentang Pertumbuhan anak,
Gangguan Pertumbuhan Anak, Pencegahan Gangguan
pertumbuhan anak di Posyandu wilayah cakupan Puskesmas
Sungai Baung.
4) Pemberian edukasi di puskesmas oleh petugas kesehatan dan
terhadap calon pengantin, calon Ibu dan keluarga bagaimana
pencegahan gangguan pertumbuhan, pentingnya ASI eksklusif
serta kapan anak mulai makan dan bagaimana porsi makannya.
5) Memberikan informasi dan edukasi mengenai syarat-syarat layak
air minum kepada kepala keluarga yang memiliki sanitasi air buruk
berdasarkan data Puskesmas Sungai Baung 2020.
32
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 91 % responden mempunyai pengetahuan sedang tentang gangguan
pertumbuhan, 3% responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap gangguan
pertumbuhan, serta terdapat 6% dari responden yang memiliki pengetahuan yang
kurang terhadap gangguan pertumbuhan. Selain itu, sebagian besar responden
memberikan jawaban yang salah pada soal no 2, yaitu tentang berapa kali anak
usia lebih dari 1 tahun harus ditimbang berat badan dan diukur tinggi badannya
(97%). Mayoritas responden tidak mengetahui berapa kali anak harus ditimbang
berat badan, tinggi badannya berdasarkan umur, gangguan pertumbuhan dan
penanggulangan stunting sehingga perlu ditingkatkan kembali usaha edukasi
terhadap orang tua, melalui edukasi tiap pelayanan dan leaflet di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Baung.
6.2 Saran
1. Bagi masyarakat
Menerapkan pengetahuan yang sudah diberikan oleh petugas
kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan pada anak
Aktif menanyakan tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak apakah sudah sesuai dengan umurnya
Masyarakat menjadi lebih aktif mengikuti kegiatan posyandu
2. Bagi instansi kesehatan
Memberikan edukasi tentang gangguan pertumbuhan, terutama
pencegahan terhadap gangguan pertumbuhan oleh petugas
kesehatan di Poli MTBS dan posyandu di cakupan Puskesmas
Sungai Baung
Perlu edukasi terhadap calon pengantin dan calon ibu di poli
MTBS dan Posyandu tentang gangguan pertumbuhan serta porsi
makanan yang baik bagi anak.
33
Membuat mikrotoa yang khusus untuk menentukan tinggi badan
anak yang ideal tiap umurnya.
Memberikan edukasi tentang pembaruan jadwal imunisasi 2020
kepada orangtua.
3. Bagi peneliti lain
Perlu adanya penelitian berkelanjutan mengenai faktor prenatal
yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Perlu adanya penelitian berkelanjutan mengenai gangguan
perkembangan anak.
Perlu adanya penelitian mengenai gangguan pertumbuhan yang
lebih spesifik (misalnya stunting, gangguan hormon
pertumbuhan, perawakan pendek, dsb).
Perlu adanya pembaruan terhadap jadwal imunisasi 2020.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
36
37