Anda di halaman 1dari 42

MINIPROJECT

PROFIL PENGETAHUAN ORANG TUA MENGENAI GANGGUAN


PERTUMBUHAN ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI
BAUNG

Oleh :
dr. Idha
Tisi Dwi
Cahyo
dr. Leo
Setyadi
dr. Mutiara Sari
dr. Mutia Ramadhani Sakti Lubis

Pendamping :
dr. Arindia Wulansari

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
UPTD PUSKESMAS SUNGAI BAUNG
KABUPATEN SAROLANGUN
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Mini Project
PROFIL PENGETAHUAN ORANG TUA MENGENAI GANGGUAN
PERTUMBUHAN ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI
BAUNG

Disusun Oleh :

dr. Idha Tisi Dwi Cahyo


dr. Leo Setyadi
dr. Mutiara Sari
dr. Mutia Ramadhani Sakti Lubis

Telah dilaksanakan pada Januari 2021 sebagai salah satu persyaratan


menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Sungai Baung

Sarolangun, Januari 2021


Pembimbing

dr. Arindia Wulansari

KATA PENGANTAR

ii
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan
berkat sehingga laporan minipro ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan
minipro ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan
program internsip di Puskesmas Sungai Baung. Terima Kasih kepada dr. Arindia
Wulansari, selaku pembimbing yang telah membantu dalam menyelesaikan
Laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan dalam
penulisan maupun pembahasan, Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
untuk para pembaca dan Puskesmas Sungai Baung.

Sarolangun, Januari 2021

Penulis

DAFTAR ISI

iii
Halaman Judul
Lembar Pengesahan............................................................................................ ii
Kata Pengantar.................................................................................................... iii
Daftar Isi.............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 2
1.4 Manfaaat Penulisan ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tumbuh Kembang Anak dan Faktor yang Mempengaruhinya ..................... 4
2.2 Periode Tumbuh Kembang Anak.................................................................. 6
2.3 Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak ................ 9
2.4 Pelaksanaan Kegiatan Deteksi Dini Pertumbuhan ....................................... 10
2.5 Gizi Buruk..................................................................................................... 14
BAB III PROFIL PUSKESMAS SUNGAI BAUNG
3.1 Letak Geografis, Kependudukan dan Pemerintahan..................................... 18
3.2 Data Khusus ................................................................................................. 21
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 25
4.2 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data......................................................... 25
4.3Populasi dan Sampel...................................................................................... 25
4.4 Instrumen Pengumpulan Data....................................................................... 25
4.5Cara Pengumpulan Data................................................................................. 25
4.6Perencanaan dan Pemilihan Intervensi........................................................... 26
4.7Pelaksanaan Kegiatan..................................................................................... 26
4.8Teknik Penilaian............................................................................................. 27
4.9Pengolahan dan Analisis Data........................................................................ 27
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Distribusi Responden berdasarkan pengetahuan tentang
Gangguan Pertumbuhan Anak............................................................................ 28

iv
5.2 Distribusi jawaban Kuesioner....................................................................... 29
5.3 Permasalahan dan Pemecahan Masalah........................................................ 30
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan................................................................................................... 31
6.2 Saran.............................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 32
LAMPIRAN ....................................................................................................... 34

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Anak yang sehat, cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia
merupakan dambaan setiap orang tua. Agar dapat mencapai hal tersebut terdapat
berbagai kriteria yang harus terpenuhi dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak, salah satunya adalah faktor keturunan atau genetika. Namun, selain faktor
keturunan masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi kualitas seorang anak.
Pada dasarnya setiap anak akan melewati proses tumbuh kembang sesuai dengan
tahapan usianya. Untuk memantau tumbuh kembanganak dengan baik maka para
orangtua, tenaga kesehatan, pendidik, kader dan tenagalainnya perlu mengetahui
sekaligus mengenali ciri-ciri serta prinsip tumbuh kembanganak. Sesuai dengan
proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak awalyaitu sewaktu
dalam kandungan sampai dewasa. Dengan pemantauan yang baik akandapat
dideteksi adanya penyimpangan secara dini sehingga tindakan intervensi
dankoreksi yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.
Pembinaan tumbuh kembang anak merupakan salah satu upaya prioritas
dalammempersiapkan anak Indonesia menjadi calon generasi penerus bangsa
yang sehat,cerdas, tangguh dan berbudi luhur. Mengingat jumlah anak di
Indonesia sangat besar,yaitu sekitar 10 persen dari seluruh populasi, maka sebagai
calon penerus bangsa,kualitas tumbuh kembang anak di Indonesia perlu mendapat
perhatian serius, yaitumendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta
terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi
dini penyimpangan tumbuhkembang. 3
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas ) sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan masyarakat merupakan salah satu tataran pelaksanaan pendidikan dan
pemantauan kesehatan masyarakat. Pemantauan dan deteksi tumbuh kembang
anak usia dini merupakan bagian dari tugas tenaga kesehatan puskesmas di
wilayah kerjanya masing-masing. Tugas tersebut menjadi sangat penting dan
kompleks karena persoalan tumbuh kembang anak bukan semata terarah pada

1
pertumbuhan dan kesehatan fisik saja, melainkan juga komprehensif pada
perkembangan psikis anak usia dini. Kesalahan atau disfungsi yang terjadi pada
salah satu faktor, baik fisik ataupun psikis akan mengganggu faktor lainnya.
Apabila tidak dilakukan pemantauan dan dan deteksi tumbuh kembang anak usia
dini secara benar dan cermat, maka disfungsi tersebut dimungkinkan akan menjadi
kelainan permanen pada diri anak.1,2,3
Skrining pada anak-anak perlu dilakukan secara berkala karena tumbuh
kembang anak merupakan suatu proses yang masih terus berlangsung dan dalam
perjalanannya dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Skrining atau pemantauan tumbuh kembang untuk bayi dianjurkan tiap bulan,
anak usia 12 sampai 24 bulan dianjurkan tiap 3 bulan, dan anak usia 24 bulan
sampai 72 bulan dianjurkan tiap 6 bulan.4 Sejak tahun 2007, Kementerian
Kesehatan bekerjasama dengan lkatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah
menyusun instrumen stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang untuk
anak umur 0 sampai dengan 6 tahun, yang diuraikan dalam Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak di
Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Program skrining pada anak-anak ini juga
diperkuat dengan adanya berbagai landasan hukum seperti Undang-undang No. 23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 66 tahun 2014 Pasal 4 mengenai pemantauan pertumbuhan,
perkembangan, dan gangguan tumbuh kembang anak dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar dan di taman kanak-kanak dan Peraturan Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan No.146 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai
ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat merupakan salah satu tataran
pelaksanaan pendidikan dan pemantauan kesehatan masyarakat. Pemantauan dan
deteksi tumbuh kembang anak usia dini merupakan bagian dari tugas tenaga
kesehatan puskesmas di wilayah kerjanya masing-masing melalui program
SDIDTK. Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan
dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota

2
keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi, lembaga swadaya
masyarakat) dengan tenaga profesional.1

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas,maka rumusan masalah yang
penulis ambil adalah bagaimana profil pengetahuan orang tua terhadap gangguan
pertumbuhan anak di wilayah kerja puskesmas Sungai Baung.

1.3 TujuanPenelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan orang tua terhadap gangguan
pertumbuhan anak di wilayah kerja Puskesmas Sungai Baung.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang pengertian
gangguan pertumbuhan anak
b. Mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang bentuk
gangguan pertumbuhan anak
c. Mengetahui gambaran pengetahuan orang tua tentang deteksi dini
gangguan pertumbuhan anak

1.4 Manfaat Penelitian


a. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama
proses penyusunan dan diharapkan menjadi sumber ilmu dan informasi
untuk penulis selanjutnya.
b. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan yang menyajikan informasi dan menjadi bahan acuan
mengenai risiko terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak di wilayah
kerjanya.
c. Bagi Pembaca

3
Dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam melakukan
penilitian/penulisan lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuh Kembang Anak dan Faktor yang Mempengaruhinya


Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau keseluruhan.Bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan
mempergunakan satuan panjang dan berat.1 Berat badan lebih erat kaitannya
dengan status gizi dan keseimbangan cairan (dehidrasi, retensi cairan), namun
dapat digunakan sebagai data tambahan untuk menilai pertumbuhan anak. 5
Pertambahan lingkar kepala juga perlu dipantau, karena dapat berkaitan dengan
perkembangan anak. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian, pendengaran, penglihatan,
emosi, intelegensia, bahkan perkembangan moral.1,5
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.Berbeda dengan
pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem
neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi.1
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan
yaitu :1
1. Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan
inteligensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan
serabut saraf.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu
tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai
contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri.

4
Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian
tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu
perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan
berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan
mental, memori, daya nalar, bertambah berat dan tinggi badannya serta
bertambah kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap yaitu perkembangan terjadi
lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota
tubuh (pola sefalokaudal). Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah
proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari- jari
yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan
seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap
tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu
membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu
berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
Faktor penentu kualitas tumbuh kembang anak adalah potensi genetik-
heredokonstituinal (intrinsik) dan peran lingkungan (ekstrinsik).Gangguan
tumbuh kembang terjadi bila ada faktor genetik dan atau karena faktor lingkungan
yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. 5Gangguan
tumbuh kembang terjadi jika ada faktor genetik internal dan atau karena faktor
eksternal (disebut juga faktor lingkungan) yang tidak mampu mencukupi
kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Adapun faktor internal yang dapat
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak antara lain ras atau etnik atau
bangsa, keluarga, usia, jenis kelamin, genetik (heredokonstitusional), dan kelainan

5
kromosom. Peran lingkungan sangat penting untuk mencukupi kebutuhan dasar
tumbuh kembang anak.Faktor lingkungan dibagi lagi menjadi faktor prenatal
seperti nutrisi ibu saat hamil, faktor natal (persalinan) seperti adanya komplikasi
saat persalinan atau lamanya persalinan, dan yang terakhir adalah faktor
postnatal.Masa postnatal termasuk masa yang terpenting karena di masa ini
seorang anak dapat mengejar potensi genetiknya apabila mengalami
keterlambatan. Contoh dari faktor pasca persalinan ini yaitu terdiri dari kebutuhan
biomedis atau asuh (nutrisi, imunisasi, higiene, pengobatan, pakaian, tempat
tinggal, sanitasi lingkungan dan lain-lain) dan kebutuhan psikososiobudaya atau
asih dan asah (kasih sayang, penghargaan, komunikasi, sosialisasi, penanaman
moral dan lain-lain), serta kebutuhan akan psikoedukatif asah (stimulasi mental,
emosional, intelegensia dan lain-lain) sejak masa konsepsi sampai akhir remaja. 5,6
Soedjatmiko membagi faktor-faktor risiko di lingkungan menjadi mikro (ibu),
mini (lingkungan keluarga dan tempat tinggal), meso (lingkungan tetangga,
polusi, budaya, pelayanan kesehatan dan pendidikan) dan makro (kebijakan
program) yang dapat mengganggu tumbuh kembang balita.5
2.2 Periode Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur serta saling berkaitan
dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Tumbuh
kembang anak terbagi dalam beberapa periode.1
A. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
1. Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12
minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu
organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat,
terbentuk sistem organ dalam tubuh.
2. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. 1
Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:
1) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai

6
trimester ke-2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi
percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia
sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.
2) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa
ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan
fungsi-fungsi. Terjadi transfer Imunoglobin G (Ig G) dari
darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esensial
seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid) dan Omega 6
(Arachidonic Acid) pada otak dan retina.1
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester pertama
kehamilan.Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap
pengaruh lingkungan janin.Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok
dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola
asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil,
dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan.
Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu memperhatikan gerakan janin
setelah kehamilan 5 bulan.1
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi
anak sehat, maka selama masa intra uterin, seorang ibu diharapkan:
- Menjaga kesehatannya dengan baik.
- Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
- Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya.
- Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.
- Memberi stimulasi dini terhadap janin.
- Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan
keluarganya.
- Menghindari stres baik fisik maupun psikis.
- Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi
kehamilannya. 1
B. Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan

7
sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal
dibagi menjadi 2 periode: 1
 Masa neonatal dini, umur 0 - 7 hari.
 Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.
Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang
menjadi anak sehat adalah:
• Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di
sarana kesehatan yang memadai.
• Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan,
jangan terlambat pergi ke sarana kesehatan bila dirasakan
sudah saatnya untuk melahirkan.
• Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang
dapat menenangkan perasaan ibu.
• Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita
dan penuh rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat
membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.
• Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap
diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah
pemberian ASI.
• Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan. Pada
masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi
sistem saraf. Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan
keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi
yang mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia dan
memberikan yang terbaik untuk anak. Pada masa ini, kebutuhan
akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama
6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI
sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola
asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana kontak erat
antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini, pengaruh

8
ibu dalam mendidik anak sangat besar.

C. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan
terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak
halus) serta fungsi ekskresi.Periode penting dalam tumbuh kembang anak
adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa
balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan
terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya,
sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan
pengaturan hubungan- hubungan antar sel syaraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar
berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa balita,
perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran
sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan
landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-
dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap
kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi
tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya
manusia dikemudian hari. 1
D. Masa anak prasekolah (anak umur 60-72 bulan).
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan
meningkatnya keterampilan dan proses berfikir. Memasuki masa
prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya.Pada masa ini, selain lingkungan di
dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan.Anak
mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman, bahkan
banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu anak bermain

9
di luar rumah dengan cara membawa anak ke taman-taman bermain,
taman-taman kota, atau ke tempat- tempat yang menyediakan fasilitas
permainan untuk anak. Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut
menciptakan suasana bermain yang bersahabat untuk anak (child friendly
environment). Semakin banyak taman kota atau taman bermain dibangun
untuk anak, semakin baik untuk menunjang kebutuhan anak. Pada masa ini
anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistim reseptor
penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak
mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada
masa ini adalah dengan cara bermain. Orang tua dan keluarga diharapkan
dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya, agar dapat
dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan. 1

2.3 Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak


Stimulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang
kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 1
Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh setiap orang yang
berinteraksi dengan anak, mulai dari ibu, ayah, pengasuh anak, anggota keluarga
lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan
dalam kehidupan sehari-hari. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang
dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh
kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko (fisik, biomedik,
psikososial) pada anak usia 0 – 6 tahun. Sedangkan intervensi yang dimaksud
adalah suatu kegiatan penanganan segera terhadap adanya penyimpangan tumbuh
kembang dengan cara yang sesuai dengan keadaan misalnya perbaikan gizi,
stimulasi perkembangan atau merujuk ke pelayanan kesehatan yang sesuai,
sehingga anak dapat mencapai kemampuan yang optimal sesuai dengan umurya.1,5
Tumbuh kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang
yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak. Deteksi dini gangguan
tumbuh kembang balita sebaiknya dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis
dan skrining perkembangan yang sistematis agar lebih objektif. Fungsi dari

10
deteksi dini tumbuh kembang anak adalah untuk mengetahui penyimpangan
tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi,
dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang
jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-
upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan
demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal.5
2.4 Pelaksanaan Kegiatan Deteksi Dini Pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dapat dilakukan pada semua
tingkat pelayanan.Deteksi dini ini dilakukan dengan mengukur tinggi badan, berat
badan, dan lingkar kepala. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah
sebagai berikut :1,4
Tabel 2.2. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini
Pertumbuhan1
Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Yang dipantau
digunakan
 Keluarga  Orang tua  Buku KIA  Berat badan
 Masyarakat  Kader  Timbangan
kesehatan dacin, timbangan
 Pendidik digital
PAUD, Petugas  Alat ukur tinggi
BKB, TPA, dan
guru TK
 Puskesmas  Dokter  Tabel BB/TB  Panjang/Tinggi
 Bidan  Tabel TB/U Badan
 Perawat  Grafik LK  Berat badan
 Tenaga Gizi  Timbangan  Lingkar kepala
 Tenaga  Alat ukur tinggi
kesehatan badan
lainnya  Pita pengukur
lingkar kepala
Keterangan:

11
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
BKB : Bina Keluarga Balita
TPA : Tempat Penitipan Anak
TK : Taman Kanak-Kanak
LK : Lingkar Kepala

A. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan ( BB/TB )


Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak,
normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.Jadwal pengukuran BB/TB
disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang anak
(DDTK).Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih.1,5
Pengukuran Berat Badan/BB :
o Menggunakan timbangan injak
 Letakan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak
 Lihat posisi jarum atau angka harus merujuk ke angka 0
 Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak
memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak
memegang sesuatu
 Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
 Lihat jarum timbangan sampai berhenti
 Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan
 Jika anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke
kiri.
Pengukuran Tinggi Badan (TB)
o Cara mengukur dengan posisi berdiri
 Anak tidak memakai sandal atau sepatu

12
 Berdiri tegak menghadap kedepan
 Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur
 Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun
 Baca angka pada batas tersebut

Gambar 1. Posisi berdiri anak saat diukur tinggi badan

o Penggunaan Tabel BB/TB ( Direktorat Gizi Masyarakat )


 Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di atas
 Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil
pengukuran
 Pilih kolom berat badan untuk laki-laki ( kiri ) atau perempuan ( kanan )
sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang terdekat dengan
berat badan anak
 Dari angka berat bdan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui
angka standar deviasi ( SD )
Interpretasi :
Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi baik
Kurus : < -2 SD s/d -3 SD atau Gizi kurang
Kurus sekali : < -3 SD atau Gizi buruk
Gemuk : > 2 SD atau Gizi lebih

13
B. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak ( LKA )
Pengukuran lingkar kepala anak dalah cara yang biasa dipakai
untuk mengetahui perkembangan otak anak. Biasanya besar tengkorak
mengikuti perkembangan otak, sehingga jika ada hambatan pada
perkembangan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat.
LKA dapat dipakai sebagai salah satu alat pemantau perkembangan
kecerdasan anak.1
Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran
kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.Jadwal
disesuaikan dengan umur anak.Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan
setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar umur 12-27 bulan,
pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan penilaian
lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.1
o Cara mengukur lingkar kepala anak
 Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,
menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
 Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
 Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak
 Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut
umur dan jenis kelamin anak
 Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan
ukuran sekarang

14
Gambar 2. Cara Pengukuran Lingkar Kepala Anak
Interpretasi :
 Jika ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau” maka
lingkaran kepala anak normal
 Jika ukuran lingkaran kepala anak berada diluar “jalur hijau” maka
lingkaran kepala anak tidak normal
 Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2, yaitu makrosefal jika berada
diatas “jalur hijau” dan mikrosefal jika berada dibawah “jalur hijau”.

Intervensi :
 Jika ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah
sakit

2.5 Gizi Buruk


Gizi buruk ditentukan berdasarkan beberapa pengukuran antara lain:
1. Pengukuran klinis : metode ini penting untuk mengetahui status gizi
balita tersebut gizi buruk atau tidak.Metode ini pada dasarnya didasari
oleh perubahan-perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan
kekurangan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti
kulit,rambut,atau mata.
Misalnya pada balita marasmus kulit akan menjadi keriput sedangkan
pada balita kwashiorkor kulit terbentuk bercak-bercak putih atau merah
muda (crazy pavement dermatosis).
3. Pengukuran antropometri : metode ini dilakukan beberapa macam
pengukuran antara lain pengukuran tinggi badan,berat badan, dan
lingkar lengan atas. Beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering
dilakukan dalam survei gizi. Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya
diketahui denganmengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara
sendiri-sendiri, tetapi juga dalam bentuk indikator yang dapat
merupakankombinasi dari ketiganya.

15
Berdasarkan Berat Badan menurut Umur diperoleh kategori (Kementrian
Kesehatan RI, 2011) :
a. Gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
b. Gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.
c. Gizi baik jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
d. Gizi lebih jika hasil ukur ≥ 2 SD.
Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau Panjang badan (0
bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh kategori :4
a. Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
b. Pendek jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.
c. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
d. Tinggi jika hasil ukur > 2 SD.
Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau Panjang
Badan:4
1. Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
2. Kurus jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.
3. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
4. Gemuk jika hasil ukur > 2 SD.
Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus, sedangkan
balita dengan gizi baik akan diperoleh hasil normal.
Penemuan anak gizi buruk dapat menggunakan data rutin hasil penimbangan
anak di posyandu, menggunakan hasil pemeriksaan di fasilitas kesehatan seperti
Puskesmas, Rumah Sakit, dan doker/bidan praktek swasta), hasil laporan
masyarakat, maupun dari skrining aktif. Kemudian dilakukan pemeriksaan sesuai
dengan alur berikut :

16
Gambar 3. Alur pemeriksaan penemuan gizi buruk

Permasalahan gizi merupakan masalah yang kompleks dan meliputi banyak


faktor. Beberapa faktor risiko penting terjadinya gizi buruk antara lain :7
1. Asupan Makanan
Asupan makanan sebagai salah satu faktor risiko gizi buruk bisa
disebabkan karena tidak tersedianya makanan secara adekuat, makanan
tidak mengandung kadar zat gizi mikro yang cukup, pola makan yang
salah, pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan, pemberian makanan padat
terlalu lambat, serta makanan tidak higienis.8
Sebagian besar balita dengan gizi buruk memiliki pola makan yang
kurang beragam sehingga komposisi makanan yang dikonsumsi tidak
memenuhi gizi seimbang. Makanan gizi seimbang adalah makanan yang

17
sesuai dengan kebutuhan zat gizi yang mencakup karbohidrat, protein
hewani, kacang-kacangan, buah dan sayur.9
2. ASI ekslusif
(UNICEF) dan World Health Oraginization (WHO) telah
merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI)
selama paling sedikit 6 bulan. Makan padat seharusnya diberikan setelah
anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak
berumur 2 Tahun.Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam
ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak
menurun.
3. Pendidikan Ibu
Peran ibu terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah
penting.Rendahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan ibu tentang
gizi menjadi salah satu faktor terjadinya gizi buruk.Tingkat pendidikan ibu
sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan dan kualias pengasuhan
anak.Pendidikan yang tinggi membuat seseorang mudah untuk menyerap
informasi dan mengamalkan dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan yang
tinggi jugaakan meningkatkan pendapatan dan dapat meningkatkan daya
beli makanan.
4. Penyakit Infeksi
Terjadi hubungan timbal balikantara kejadian infeksi
penyakit dan gizi buruk. Anak yang menderita giziburuk akan mengalami
penurunan daya tahan, sehingga anak rentan terhadappenyakit infeksi.

5. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Penyebab
terjadinya BBLR antara lain bayi lahir prematur karena berbagai sebab
(<37 minggu), bayi lahir kecil untuk masa kehamilan akibat hambatan
pertumbuhan dalam kandungan maupun akibat keadaan gizi ibu yang
kurang baik. Bayi BBLR pada umumnya lebih rentan terkena penyakit

18
karena sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna dan fungsi organ
tubuh yang berfungsi optimal. Penyakit ini akan mempengaruhi asupan
gizi yang masuk sehingga dapat menyebabkan gizi buruk.
6. Kelengkapan Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
terhadap suatu antigen. Imunisasi juga dapat mencegah dan mengurangi
penderitaan yang disebabkan oleh penyakit.Apabila kekebalan tubuh
meningkat, balita tidak rentan terkena penyakit.Hal ini berhubungan tidak
langsung dengan kejadian gizi buruk.
7. Status Ekonomi
Rendahnya ekonomi keluarga, akan berdampak dengan rendahnya
daya beli pada keluarga tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan
kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab langsung dari
kekurangan gizi pada anak balita.Keadaan sosial ekonomi yang rendah
berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi karena ketidaktahuan
dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.Balita
dengan gizi buruk pada umumnya hidup dengan makanan yang kurang
bergizi.

19
BAB III
PROFIL PUSKESMAS SUNGAI BAUNG

3.1 Letak Geografis, Kependudukan dan Pemerintahan


3.1.1 Letak Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Sungai Baung berada di Kecamatan Sarolangun
secara geografis terletak diantara 2015- 2037 LS dan antara 1020 23-1020BT
dengan ketinggian 38 meter dari permukaan laut. Sebagaian besar wilayah
Kecamatan Sarolangun merupakan daerah dataran rendah sebesar 60% dan 40%
lahan mempunyai topografi bergelombang dan berbukit. Kecamatan Sarolangun
merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan dengan ibu kota Sarolangun.
Puskesmas Sungai Baung berjarak 9 km dari ibu kota kabupaten.
Luas wilayah Kecamatan Sarolangun adalah ±319 km2. Batas-batas
kecamatan Sarolangun adalah sebagai berikut
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh.
2. Sebelah selatan, berbatasan dengan Kecamatan Pelawan dan
Kecamatan Singkut.
3. Sebelah timur, berbatasan dengan Kecamatan Cermin Nan Gedang .
4. Sebelah barat, berbatasan dengan Kecamatan Bathin VIII
3.1.2 Letak Administratif
Puskesmas Sungai Baung merupakan salah satu Puskesmas di Kecamatan
Sarolangun yang didirikan tahun 2013. Puskesmas ini merupakan pecahan dari
Puskesmas Sarolangun. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Sungai Baung
berjumlah 10795 dengan 3632 kepala rumah tangga.
Wilayah kerja Puskesmas Sungai Baung terdiri dari tujuh desa yang terdiri
dari
a. Desa Bernai Dalam
b. Desa Sungai Abang
c. Desa Panti
d. Desa Baru
e. Desa Sungai Baung

20
f. Desa Tinting
g. Desa Ujung Tanjung

3.2 Data Khusus


1. Sumber Daya Manusia
Puskesmas Sungai Baung memiliki 52 orang 43 orang tenaga kesehatan
dan 9 orang tenaga tekhnis lainnya yang terdiri dari:
Tabel 1. Data Sumber Daya Manusia Puskesmas Sungai Baung Tahun
2019
No Jenis Tenaga Jumlah Satuan
1 Dokter umum 2 Orang
2 Dokter gigi 0 Orang
3 Perawat 9 Orang
4 Bidan 29 Orang
5 Tenaga Kesehatan 3 Orang
Masyarakat
6 Tenaga Kesehatan 2 Orang
Lingkungan
7 Tenaga 0 Orang
Laboratorium
8 Tenaga gizi 2 Orang
9 Tenaga kefarmasian 1 Orang
10 Tenaga administrasi 1 Orang
11 Pekarya 3 Orang
Jumlah total tenaga 52 Orang

2. Visi, Misi dan Tata nilai Puskesmas


1. Visi
Terwujudnya masyarakat sehat melalui upaya Promotif, Preventif dan
Pengembangan Kesehatan Tradisional tahun 2022.
2. Misi
a. Menyelenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan keluarga
b. Menyelenggarakan perawatan kesehatan masyarakat berbasis
keluarga dan perorangan.

21
c. Mendekatkan pelayanan puskesmas ke masyarakat melalui upaya
promotif.
d. Menggalang kerja sama lintas sektor dalam upaya pencegahan,
pengendalian penyakit menular dan tidak menular.
e. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam upaya
mengatasi permasalahan kesehatan.
3. Tujuan
1) Menghasilkan data yang akurat tentang masalah kesehatan
keluarga yang digunakan untuk perencannaan program kesehatan.
2) Meningkatnya Kesehatan keluarga dan individu sebagai sasaran
program.
3) Tecapainya standar pelayanan minimal program kesehatan.
4) Terkendalinya faktor risiko penyebab penyakit.
5) Meningkatnya kemampuan dan pengalaman pegawai dalam
mengelola masalah kesehatan.
4. Tata Nilai
S E H A T I yang merupakan singkatan dari:
a) S 5 : Senyum, Sapa, Salam, Santun, Sopan dan santun
b) E : Empati
c) H : Handal
d) A : Adil
e) T : Tanggap
f) I : Inovatif
5. Definisi Operasional Tata Nilai
a. 5 S : Pesan yang melambangkan hubungan baik dan penerimaan
yang tulus dari petugas PKM yang tidak saja mengedepankan
pengetahuan materil melainkan ditanamkannya sifat saling
menerima dengan masyarakat sebagai pengguna layanan.
b. E mpati : Petugas PKM dalam memberikan layanan mempunyai
kemampuan untuk mengenali, mempersepsikan, serta merasakan

22
perasaan orang lain / masyarakat yang disertai dengan ungkapan
dan tindakan.
c. Handal : Petugas PKM dalam memperaktekkan ilmu ilmu dan
kiat yang ia miliki berdasarkan sains dan SOP untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat sebagai pengguna layanan.
d. Adil : Semua warga mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam memperoleh pelayanan kesehatan
e. Tanggap : Mampu memberikan respon yang tepat terhadap
permasalahan kesehatan yang terjadi dan selalu berpedoman pada
sains dan SOP.
f. Inovatif : Berusaha memberikan atau mencari alternatif solusi
dalam mengatasi permasalahan penyelenggaraan upaya kesehatan.
6. Motto
“BEKERJA SAMA MENCAPAI TUJUAN DAN BERKARYA
TANPA AHIR”
3. Pelayanan Puskesmas
Puskesmas Sungai Baung memiliki jenis pelayanan di dalam dan
diluar gedung sebagai berikut :
a. Pelayanan dalam gedung
1. Instalasi Gawat darurat
2. Rawat Inap
3. Polik linik umum
4. Poli gigi
5. Poli anak
6. Poli kebidanan
7. Poli lansia
8. Poli KIA/KB
9. Pelayanan IVA TEST
10. Pelayanan Imunisasi
11. Apotik
12. Laboratorium sederhana

23
b. Pelayanan luar gedung
1. Promosi Kesehatan.
2. Kesehatan lingkungan
3. Pemberantasan dan Pengendalian Penyakit Menular
4. Kesehatan reproduksi
5. Gizi komunitas

BAB IV
METODOLOGI

24
4.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
mengenai gangguan pertumbuhan pada anak bagi para ibu di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Baung.Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang
diisi oleh orang tua anak.

4.2 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan saat kunjungan ke Puskesmas Sungai Baung
selama bulan Desember 2020 - Januari 2021.

4.3 Populasi dan Sampel


4.3.1. Sasaran Populasi
Seluruh orang tua dengan anak usia dua hingga dibawah lima tahun yang
berkunjung ke Puskesmas Sungai Baung
4.3.2. Sampel
Kriteria Inklusi
 Sampel memiliki anak usia 6 bulan hingga dibawah lima tahun
 Bersedia mengisi kuesioner yang diberikan
 Responden yang memiliki anak dengan kondisi umum yang
baik
Kriteria Eksklusi
 Responden yang tidak bersedia mengisi kuesioner
 Responden yang tidak menyelesaikan kuesioner
 Responden yang memiliki anak dengan penyakit berat

4.4 Definisi Operasional

25
NO Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala
Penelitian Operasional Ukur Ukur
1 Pengetahuan Informasi yang Kuesioner 1. Baik Ordinal
orang tua diketahui dan 2. Sedang
dimengerti oleh 3. Kurang
orang tua
melalui proses
sensoris
terutama pada
mata dan
telinga

4.5 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada mini project ini adalah
kuesioner yang terdiri atas butir butir pertanyaan yang menggambarkan gangguan
pertumbuhan anak (definisi, bentuk gangguan pertumbuhan anak, deteksi dini
pada anak).

4.6 Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Pelaksana adalah dokter internsip Puskesmas Sungai Baung meminta
persetujuan responden untuk melakukan pengisian kuesioner
2. Memberikan penjelasan tentang tujuan pengumpulan data
3. Informed consent terhadap orang tua/ pengasuh anak untuk dilakukan
pemeriksaan pertumbuhan
4. Pengisian data anak dan data orang tua yang mendukung pemeriksaan
5. Anamnesis keluhan dan masalah tumbuh kembang anak
6. Pemeriksaan dan penilaian status gizi anak menggunakan kurva Z-
score
7. Membagikan kuesioner ini kepada responden yaitu orang tua anak
dengan usia dibawah lima tahun

26
8. Menjelaskan kepada responden masing masing pertanyaan yang
terdapat pada kuesioner
9. Kuesioner yang diisi dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya

4.7 Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


4.7.1 Metode Intervensi
Metode intervensi yang digunakan dalam mini project ini adalah edukasi.
Ibu akan diedukasi mengenai pengertian pertumbuhan dan perkembangan, bentuk
gangguan pertumbuhan, serta menu makanan yang baik untuk pencegahan
gangguan pertumbuhan.
4.7.2 Petugas Pemberi Intervensi
Dokter internsip puskesmas Sungai Baung periode Desember 2020 -
Januari 2021.
4.7.3 Lokasi dan Waktu
Bertempat di poli MTBS dan poli Imunisasi Puskesmas Sungai Baung dan
Posyandu di wilayah cakupan kerja Puskesmas Sungai Baung.
4.7.4 Sasaran
Orang tua dengan anak berusia 6 bulan hingga dibawah 5 tahun.

4.8 Pelaksanaan Kegiatan


1) Seluruh data pemeriksaan diolah dalam bentuk tabel dan diagram
batang
2) Dilakukan edukasi pencegahan gangguan pertumbuhan sesuai dengan
data primer anak yang ditemukan

4.9 Teknik Penilaian


Pengukuran pengetahuan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan
responden, menggunakan skala pengukuran Hadi Pratomo dan Sudarti (1986)
dengan definisi sebagai berikut:
1. Baik, apabila responden benar > 75%
2. Sedang, apabila jawaban responden benar antara 40-75%

27
3. Kurang, apabila jawaban responden benar < 40%
Kunci jawaban kuesioner :
1) D
2) C
3) A
4) B
5) A
6) A
7) D
8) D
9) C
10) A
Penilaian Pengetahuan
1. Baik, apabila responden benar > 75% (8-10)
2. Sedang, apabila jawaban responden benar antara 40-75% (4-7)
3. Kurang, apabila jawaban responden benar < 40% (0-3)

4.10 Pengolahan Data dan Analisis Data


Data yang terkumpul diolah secara manual, di edit dan di entry ke computer
dengan menggunakan program microsoft word 2010 dan microsoft excel 2010
yang disajikan dalam bentuk table, diagram dan grafik.

28
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang


Gangguan Pertumbuhan
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang Gangguan
Pertumbuhan anak
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE %
A Jawaban benar 8-10 soal (baik) 1 3%
B Jawaban benar 4-7 soal (sedang) 30 91%
C Jawaban benar 0-3 soal (kurang) 2 6%
Jumlah 20 100 %

Tingkat pengetahuan tentang Gangguan Pertumbuhan Anak


PengetahuanPengetahuan
Buruk Baik
6% 3%

Pengetahuan Sedang
91%

Pengetahuan Baik Pengetahuan Sedang Pengetahuan Buruk

Dari tabel dan diagram diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua
memiliki tingkat pengetahuan terhadap gangguan pertumbuhan pada kategori
sedang, yaitu sekitar 91%.

29
5.2 Distribusi jawaban kuesioner responden
Tabel 2. Distribusi jawaban benar dan salah oleh responden
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Benar Salah KESALAHAN %
1 Cara memantau pertumbuhan 6 27 82%
anak adalah dengan
memantau kurva
pertumbuhan anak
2 Pada anak usia lebih dari 1 1 32 97%
tahun, anak harus ditimbang
dan diukur tinggi badannya
minimal satu kali tiga bulan
3 Hal yang mempengaruhi 23 10 67%
pertumbuhan anak adalah
komposisi makanan anak
4 Makanan sehat adalah 32 1 97%
makanan yang
mengandung zat-zat gizi
5 Makanan yang bergizi adalah 32 1 3%
makanan yang
mengandung 4 sehat 5
sempurna
6 ASI eksklusif adalah 20 13 40%
pemberian ASI saja selama
enam bulan pertama tanpa
minum atau makanan
tambahan lain
7 Lambat bicara bukan 23 10 70%
bentuk gangguan
pertumbuhan pada anak
8 Zat pengawet bukan 29 4 13%
merupakan zat yang bergizi
9 Berikut yang bukan 15 18 55%
merupakan syarat air bersih
adalah tidak jernih
1 Penanggulangan stunting 4 29 88%
0 adalah pola makan, pola
asuh, sanitasi

30
Berdasarkan tabel diatas, rerata responden memberikan jawaban yang
salah pada soal no 2, yaitu tentang berapa kali anak usia lebih dari 1 tahun harus
ditimbang berat badan dan diukur tinggi badannya.

5.3 Permasalahan dan Pemecahan Masalah


Permasalahan yang didapat :
1. Mayoritas orang tua (97%) tidak mengetahui berapa kali anak
harus ditimbang berat badan dan tinggi badannya berdasarkan
umur.
2. Tingkat pengetahuan orang tua terhadap gangguan pertumbuhan
masih dalam posisi sedang (91%) dan masih ada orangtua tua yang
memiliki tingkat pengetahuan yang kurang (6%) terhadap
gangguan pertumbuhan.
3. Sebagian besar responden (88%) tidak mengetahui
penanggulangan stunting.
4. Sebagian besar responden (87%) belum mengetahui bahwa cara
memantau pertumbuhan anak adalah dengan memantau kurva
pertumbuhan anak.
5. Sebagian besar responden (70%) belum mengetahui bentuk-bentuk
gangguan pertumbuhan.
6. Sebagian besar responden (55%) belum mengetahui syarat air
bersih yang baik untuk air minum.
7. Sebagian responden (40%) belum mengetahui pengertian ASI
ekslusif.

Pemecahan Masalah:
1) Memberikan informasi tentang Pertumbuhan anak, Gangguan
Pertumbuhan Anak, Pencegahan Gangguan pertumbuhan anak
kepada orang tua anak melalui edukasi dan pemberian leaflet tiap
sesi pelayanan di Poli MTBS-Imunisasi yang disampaikan oleh
petugas kesehatan.

31
2) Pemberian pelatihan bergizi mengenai Pertumbuhan anak,
Gangguan Pertumbuhan Anak, Pencegahan Gangguan
pertumbuhan anak dan simulasi makanan kepada para Kader di
ruang serbaguna.
3) Para Kader cakupan wilayah Puskesmas Sungai Baung
memberikan edukasi serta leaflet tentang Pertumbuhan anak,
Gangguan Pertumbuhan Anak, Pencegahan Gangguan
pertumbuhan anak di Posyandu wilayah cakupan Puskesmas
Sungai Baung.
4) Pemberian edukasi di puskesmas oleh petugas kesehatan dan
terhadap calon pengantin, calon Ibu dan keluarga bagaimana
pencegahan gangguan pertumbuhan, pentingnya ASI eksklusif
serta kapan anak mulai makan dan bagaimana porsi makannya.
5) Memberikan informasi dan edukasi mengenai syarat-syarat layak
air minum kepada kepala keluarga yang memiliki sanitasi air buruk
berdasarkan data Puskesmas Sungai Baung 2020.

32
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 91 % responden mempunyai pengetahuan sedang tentang gangguan
pertumbuhan, 3% responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap gangguan
pertumbuhan, serta terdapat 6% dari responden yang memiliki pengetahuan yang
kurang terhadap gangguan pertumbuhan. Selain itu, sebagian besar responden
memberikan jawaban yang salah pada soal no 2, yaitu tentang berapa kali anak
usia lebih dari 1 tahun harus ditimbang berat badan dan diukur tinggi badannya
(97%). Mayoritas responden tidak mengetahui berapa kali anak harus ditimbang
berat badan, tinggi badannya berdasarkan umur, gangguan pertumbuhan dan
penanggulangan stunting sehingga perlu ditingkatkan kembali usaha edukasi
terhadap orang tua, melalui edukasi tiap pelayanan dan leaflet di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Baung.
6.2 Saran
1. Bagi masyarakat
 Menerapkan pengetahuan yang sudah diberikan oleh petugas
kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan pada anak
 Aktif menanyakan tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak apakah sudah sesuai dengan umurnya
 Masyarakat menjadi lebih aktif mengikuti kegiatan posyandu
2. Bagi instansi kesehatan
 Memberikan edukasi tentang gangguan pertumbuhan, terutama
pencegahan terhadap gangguan pertumbuhan oleh petugas
kesehatan di Poli MTBS dan posyandu di cakupan Puskesmas
Sungai Baung
 Perlu edukasi terhadap calon pengantin dan calon ibu di poli
MTBS dan Posyandu tentang gangguan pertumbuhan serta porsi
makanan yang baik bagi anak.

33
 Membuat mikrotoa yang khusus untuk menentukan tinggi badan
anak yang ideal tiap umurnya.
 Memberikan edukasi tentang pembaruan jadwal imunisasi 2020
kepada orangtua.
3. Bagi peneliti lain
 Perlu adanya penelitian berkelanjutan mengenai faktor prenatal
yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.
 Perlu adanya penelitian berkelanjutan mengenai gangguan
perkembangan anak.
 Perlu adanya penelitian mengenai gangguan pertumbuhan yang
lebih spesifik (misalnya stunting, gangguan hormon
pertumbuhan, perawakan pendek, dsb).
 Perlu adanya pembaruan terhadap jadwal imunisasi 2020.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. 2018. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan


Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Indonesia.
2. Depkes RI. 2003. Pedoman Kerja Puskesmas Mengacu Indonesia Sehat 2010.
Jakarta, Indonesia.
3. Djauhar, I. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak.
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195604121983
011-ATANG_SETIAWAN/PERKEMBANGAN_ABK/DETEKSI_DINI_TU
MBUH_KEMBANG_ANAK.pdf., Diakses 24 Desember 2020).
4. Dahlia, J.K. 2017. Pentingnya pemantauan tumbuh kembang 1000 hari pertama
kehidupan anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
(http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-pemantauan-
tumbuh-kembang-1000-hari-pertama-kehidupan-anak, Diakses 24 Desember
2020).
5. Soedjatmiko. 2001. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. Sari
Pediatri. 3 (3):175 – 88.
6. Irmawati. 2008. Analisa hubungan fungsi manajemen pelaksana kegiatan
stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) dengan
cakupan SDIDTK balita dan anak prasekolah di puskesmas Kota Semarang
tahun 2007. Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.
7. Novitasari, D. 2012. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita
Yang Dirawat Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. FK UNDIP, Semarang,
Indonesia.
8. Atmawkarta, A. 2007. Prevalensi Gizi Kurang Pada Balita sampai Tahun 2025.
Pertemuan Pembahasan Dampak Pembangunan Kesehatan, Jakarta, Indonesia.
9. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.
EGC, Jakarta, Indonesia.

35
LAMPIRAN

36
37

Anda mungkin juga menyukai