Anda di halaman 1dari 44

PROPOSAL PENELITIAN

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI


HOLISTIK INTEGRATIF DENGAN MODEL CIPP
DI TK ABA 3 TAMBAHSARI

Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister


administrasi pendidikan

Disusun oleh :
INDRATI
2022708701086

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PASCA SARJANA FAKULTAS KEGURUAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU (UMPRI)
LAMPUNG
TAHUN 2023

i
ii

PERSETUJUAN

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI


HOLISTIK INTEGRATIF DENGAN MODEL CIPP
DI TK ABA 3 TAMBAHSARI

PROPOSAL TESIS

Oleh :
Indrati
2022708701086

Mengetahui
Komisi Pembimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Tri Yuni Hendrowati, M.Pd Dr. Fatqul Hajar Aswad, M.Pd

Ketua Prodi Studi


Pascasarjana Administrasi Pendidikan

ii
iii

PENGESAHAN

1. TIM PENGUJI

Ketua :

Sekretaris :

Anggota :

2. Dekan FKIP Universitas

iii
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini dengan tepat

waktu yang berjudul Evaluasi Program Pengembangan Anak Usia Dini Holistik

Integratif dengan Model CIPP di TK ABA 3 Tambahsari.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Administrasi Pendidikan pada Program Studi Administrasi Pendidikan FKIP

Universitas Muhammadiyah Pringsewu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat langsung

maupun tidak langsung dalam proses penyusunan proposal penelitian ini terutama

kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Pringsewu, Lampung;

2. Kepala Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Pringsewu, Lampung Prof. Dr. Juhri AM, M.Pd.;

3. Dosen Pembimbing I dan II yang telah memberikan masukan, saran dan

bimbingan teknis penyusunan proposal penelitian;

4. Dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan fasilitasi pembelajaran:

5. Dewan guru TK ABA Tambahsari, Kecamatan Gadingrejo yang telah

memberikan dukungan serta bersedia membantu ;

6. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pasca Sarjana Administrasi

Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Pringsewu

iv
v

7. Orang tua dan seluruh keluargaku yang telah memberikan support dan doa.

Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu, 2023

Penulis

v
vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


PERSETUJUAN................................................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Fokus Penelitian .......................................................................................... 6
C. Rumusan masalah ....................................................................................... 7
D. Tujuan masalah ........................................................................................... 7
E. Manfaat penelitian ....................................................................................... 7

BAB II STUDI PUSTAKA


A. Diskripsi Teori .............................................................................................9
1. Pengertian Evaluasi Program ............................................................... 9
2. Pengertian pendidikan ........................................................................ 11
3. Pengertian anak usia dini ................................................................... 11
4. Penyelenggaraan PAUD HI ............................................................... 18
5. Tujuan dan Pentingnya PAUD HI...................................................... 20
6. Model Pembelajaran Paud hi.............................................................. 24
7. Model Evaluasi CIIP .......................................................................... 25
8. Langkah-Langkah Evaluasi Model CIPP .......................................... 27
9. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Model CIPP ............................ 28
B. Hasil Penelitian Yang Relevan.................................................................. 29

BAB III RENCANA PENELITIAN


A. Lokasi penelitian ....................................................................................... 31
B. Informasi Penelitian .................................................................................. 31

vi
vii

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ......................................................... 32


D. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................... 33
E. Teknik Analisis Data ................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA

vii
vii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peraturan presiden nomor 60 Tahun 2013 tentang PAUD HI, sebagai

bentuk komitmen pemerintah dalam menjamin terpenuhinya hak tumbuh

kembang anak usia dini dalam hal Pendidikan, Kesehatan, gizi, perawatan,

pengasuhan, serta perlindungan dan kesejahteraan anak. Pelaksanaan PAUD

HI dilakukan secara simulasi, sistematis, menyeluruh, terintegrasi dan

berkesinambungan untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal demi

mewujudkan anak yang sehat cerdas, dan berkarakter sebagai generasi masa

depan yang berkualitas dan kompetitif.

Program PAUD HI menjadi tanggung jawab semua pihak, sedangkan

pembinaan satuan PAUD menjadi tanggung jawab direktorat pembinaan anak

usia dini Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan

Masyarakat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pendidikan anak usia dini ( PAUD) sebagaimana yang dinyatakan

dalam Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 adalah upaya pembinaan yang

ditujukan kepada rangsangan pendidikan untuk pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut. Sekolah sebagai lembaga pendidikan

formal, perlu memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan karakter.

Dalam bukunya Thomas Lickona yang berjudul Educating for Character

menjelaskan bahwa karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling

1
2

berkaitan pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling),

dan prilaku moral (moral action). Yang artinya seorang anak akan mampu untk

memahami, merasakan dan melakukan nilai-nilai kebaikan sesuai dengan

aturan.

Amanat undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini (PAUD)

adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

dengan usia 6 tahun yang di lakukaan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Anak usia dini merupakan pribadi yang melalui proses tumbuh kembang yang

begitu cepat. Perkembangan ditahap usia anak-anak adalah komponen penting

dalam mengontrol pertumbuhan dan perkembangan pada masa berikutnya

(Sumiyati, 2018).

Pengembangan anak usia dini holistik dan integratif adalah

pengembangan anak usia dini yang dilakukan berdasarkan pemahaman untuk

memenui kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling berkait secara

simultan dan sistimatis.Holistik artinya penanganan anak usia dini secara utuh

(menyeluruh) yang mencakup layanan gizi dan kesehatan, pendidikan dan

pengasuhan, dan perlindungan, untuk mengoptimalkan semua aspek

perkembangan anak.
3

Integratif/terpadu artinya penanganan anak usia dini dilakukan secara

terpadu oleh berbagai pemangku kepentingan di tingkat masyarakat,

pemerintah daerah, dan pusat.

PAUD holistik integratif adalah penanganan anak usia dini secara utuh

(menyeluruh) yang mencakup layanan gizi dan kesehatan, pendidikan dan

pengasuhan, dan perlindungan untuk mengoptimalkan semua aspek

perkembangan anak yang dilakukan secara terpadu oleh berbagai pemangku

kepentingan di tingkat masyarakat, pemerintah daerah, dan pusat. Pengertian

PAUD HI adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan

lebih lanjut (Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional). Lembaga pendidikan memegang peran dan posisi kunci dan

fundamental dalam mengoptimalkan potensi anak, karena pengalaman PAUD

memberikan pengaruh dalam melandasi proses pendidikan dan perkembangan

anak selanjutnya.

Sesuai dengan visi yang ada di TK ABA 3 Tambahsari yaitu maju

bersama menuju paud berkualitas, maka TK ABA 3 Tambahsari harus

memenuhi empat elemen yaitu : . 1) Memiliki kualitas proses pembelajaran

yang baik, PAUD yang berkualitas tercipta dari proses pembelajaran yang baik.

Adapun sarana prasarana hanya pendukung terjadinya proses pembelajaran

yang aman dan nyaman bagi peserta didik. 2) Bermitra dengan orang tua,
4

Direktorat PAUD Kemdikbud juga menyebut, mitra dengan orang tua menjadi

salah satu elemen yang dapat menciptakan PAUD yang berkualitas. 3)

Memiliki tata kelola yang baik, PAUD berkualitas setidaknya memiliki tata

kelola yang baik seperti kelengkapan data pokok pendidikan (Dapodik) dan

perencanaan yang baik. Dapodik merupakan sistem pendataan secara nasional

yang dijalankan secara terpadu. 4) Memantau dan mendukung terpenuhinya

kebutuhan esensial anak, Terakhir, kebutuhan esensial anak yang dimaksudkan

meliputi pemenuhan kesehatan dan gizi, pembinaan moral-emosional dan

pengasuhan, serta perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan.

Layanan PAUD berkualitas turut mendukung terwujudnya layanan PAUD

holistik integratif (PAUD HI) di komunitasnya. PAUD HI adalah penanganan

anak usia dini secara menyeluruh.

Tujuan umum PAUD HI adalah terselenggaranya layanan

Pengembangan anak usia dini holistik-integratif menuju terwujudnya anak

indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia.

Sedangkan tujuan khususnya adalah terpenuhinya kebutuhan esensial

anak usia dini secara utuh meliputi kesehatan dan gizi, rangsangan pendidikan,

pembinaan moral-emosional dan pengasuhan sehingga anak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal sesuai kelompok umur; terlindunginya anak dari

segala bentuk kekerasan, penelantaran, perlakuan yang salah, dan eksploitasi

di manapun anak berada; terselenggaranya pelayanan anak usia dini secara

terintegrasi dan selaras antar lembaga layanan terkait, sesuai kondisi wilayah;

terwujudnya komitmen seluruh unsur terkait yaitu orang tua, keluarga,


5

masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah, dalam upaya pengembangan

anak usia dini holistik-integratif.

Situasi dan kondisi kelembagaan PAUD masih memiliki banyak

keterbatasan dalam menyelenggarakan PAUD holistic integrative, diantaranya

: 1) pelayanan masih bersifat persial (belum memenuhi seluruh aspek

kebutuhan esensial anak, 2) rendahnya pemahaman pendidik dan tenaga

kependidikan, serta para pemangku kepentingan tentang pentingnya

pengembangan anak usia dini yang holistic integrative, 3) kualitas pengelolaan

kurang professional, 4) fasilitas pelayanan kurang memadai. 5) distribusi dan

kualitas SDM kurang merata, 6) keterbatasan dana dan 7), lemahnya

koordinasi atau kerjasama dengan Lembaga lain yang terkait. Kondisi layanan

TK ABA 3 Tambahsari sudah menerpakan program PAUD -HI yang

memenuhi kebutuhan esensial pada anak. Menerapkan Kegiatan pembelajaran

pada anak yang senantiasa berorientas pada kebutuhan anak dengan

menggunakan media edukatif dan sumber belajar yang aktif, inovatif, kreatif,

dan menyenangkan. Menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa

sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta

kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui

bermain. Pembelajaran di TK ABA 3 Tambahsari sudah menggunakan konsep

pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus

menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual.

Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses

pembiasaan. Hal ini dimaksud agar anak belajar untuk menolong diri sendiri,

mandiri, dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri. Pelaksanaan


6

stimulasi pada anak usia TK, juga memanfaatkan teknologi untuk kelancaran

kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi

informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong anak

menyenangi belajar. Proses pembelajaran diharapkan dapat memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, bertindak, berpendapat, serta

berekspresi secara bebas dan bertanggung jawab. Pengembangan anak usia dini

holistic integrative di TK ABA 3 Tambahsari sudah berjalan dan perlu

dilakukan evalusi apakah program pengembangan anak usia dini holistic

integrative berjalan dengan baik sesuai harapan dan dapat berjalan secara

berkelanjutan dan juga sesuai dengan kelengkapan dokumen administrasi

lembaga.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengambil judul

evaluasi program pengembangan anak usia dini holistic integrative dengan

model CIPP.

B. Fokus Dan Sub Fokus Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka focus penelitian

adalah evaluasi program pengembangan anak usia dini holistrik integrative

dengan model CIPP di TK ABA 3 Tambahsari.

Selanjutnya dari focus tersebut di atas sub focus adalah

1. Evaluasi pengembangan PAUD HI

2. Evaluasi dokumentasi PAUD HI

3. Model CIPP PAUD HI


7

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan evaluasi pogram pengembangan anak usia dini

holistik integratif dengan model CIPP Di TK ABA 3 Tambahsari?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pogram pengembangan anak usia

dini Holistik Integratif dengan model CIPP Di TK ABA 3 Tambahsari

2. Untuk mengetahui apakah TK ABA 3 Tambahsari sudah termasuk PAUD

HI

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk Sekolah

a. Kegiatan penelitian ini dijadikan sebagai pengalaman yang berharga

dalam upaya meningkatkan kemampuan penulis dalam

mengembangkan ilmu

b. Dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana pelaksanaan

evaluasi Pogram Pengembangan anak usia dini Holistik Integratif

dengan model CIPP Di TK ABA 3 Tambahsari

c. Dapat mengukur keberhasilan sekolah dalam mengembangkan program

PAUD HI

2. Bagi Guru

a. Mengukur kemampuan guru dalam menyusun dokumen administrasi

kelas terkait dengan pengembangan program PAUD HI


8

b. Guru dapat memaksimalkan pengembangan sesuai dengan kebutuhan

anak di dalam kelas


9

BAB II
STUDI PUSTAKA

A. Diskripsi Teori

1. Pengertian Evaluasi Program

Fitzpatrick mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan proses

identifikasi, klarifikasi, dan penetapan krieria untk menentukan nilai (worth

or merit) objek yang dievaluasi berdasarkan kriteria tersebut ( Fitzpatrick,

2011, p 7). Senada dengan pendapat Fitzpatrick, Daniel Stufflebeam

mendefinisikan evaluasi sebagai proses mengumpulkan, menganalisis, dan

melaporkan informasi dekriptif terkait nilai objek yang dievaluasikan dalam

rangka pengambilan keputusan dan meningkatkan pemahaman akan

fenomena yang dievaluasi (Stufflebeam, 2007, p. 8). Dari beberapa definisi

tersebut terlihat jelas bahwa evaluasi berkaitan dengan penentuan nilai dan

manfaat (worth ad merit) dari objek yang dievaluasi. Nilai dan manfaat yang

telah ditentukan selanjutnya dijadikan sebagai informasi yang berguna

dalam pengambilan keputusan.

Salah satu lingkup evaluasi adalah program-program yang

diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun oleh Lembaga-lembaga

lainya. Evaluasi program adalah metode sistematis untuk mengumpulkan,

menganalisis, dan memakai informasi dasar mengenai program. Evaluasi

program dapat dikelompokan menjadi evaluasi proses (process evaluation),

evaluasi manfaat (outcome evaluation). Evaluasi proses meneliti dan

9
10

menilai apakah intervensi atau layanan program telah dilaksanakan seperti

yang direncanakan, dan apakah target populasi yang direncanakan telah

dilayani. Evaluasi ini juga menilai mengenai strategi pelaksanaan program.

Evaluasi manfaat meneliti, menilai, dan menentukan apakah program telah

menghasilkan perubahan yang diharapkan. Salah satu modek evaluasi

program yang sering digunakan oleh para evaluator adalah model evaluasi

CIPP. Model ini sering digunakan karena dianggap mampu memberikan

informasi dan standar evaluasi yang komprehensif terkait program yang

dievaluasi.

Salah satu lingkup evaliasi adalah program-program yang

diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun oleh Lembaga-lembaga

lainya. Evaluasi program adalah metode sistematik unruk mengumpulkan,

menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar

mengenai program. Evaluasi program dapat dikelompokan menjadi evaluasi

proses (prosess evaluation), evaluasi manfaat (outcome evaluation) dan

evaluasi akibat (impact evaluation). Evaluasi proses meneliti dan menilai

intervensi atau layanan program telah dilaksanakan seperti yang

direncanakan; dan apakah target populasi yang direncanakan telah dilayani.

Evaluasi ini juga menilai mengenai strategi pelaksanaan program. Evaluasi

manfaat meneliti, menilai, dan menentukan apakah program telah

menghasilkan perubahan yang diharapkan. Salah satu model evaluasi

program yang sering digunakan oleh para evaluator adalah model evaluasi

CIPP. Model ini sering digunakan karena dianggap mampu memberikan


11

informasi dan standar evaluasi yang komprehensif terkait program yang

dievaluasi.

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan Anak usia dini yang selanjutnya disingkat PAUD adalah

suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya stimulasi,

membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang akan

meghasilkan kemampuan dan ketrampilan anak. Pendidikan bagi anak usia

dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru

lahir sampai delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada

kemampuan fisik, intelegensi/ kognitif, emosionnal dan sosial – edukasi.

Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan Anak Usia Dini maka

penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap-

tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Upaya PAUD bukan

hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi termasuk upaya pemberian gizi,

kesehatan, perawatan, pengasuhan dan perlindungan pada anak sehingga

dalam pelaksanaan PAUD dilakukan secara terpadu dan komprehemsif.

3. Pengertian Anak Usia Dini

Pengertian anak usia dini secara umum adalah anak-anak di bawah usia

6 tahun. Pemerintah melalui UU Sisdiknas mendefinisikan anak usia dini


12

adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun. Soemiarti Patmonpdewo

mengutip pendapat tentang anak usia dini menurut Biecheler dan Snowman,

yang dimaksud anak prasekolah adalah mereka yang berusia anatar 3-6

tahun.

Batasan yang dipergunakan oleh THE National Association For The

Education Of Young Children (NEAYC), dan para ahli pada umumnya

adalah : “Early Childhood ‘ anak masa awal adalah anak yang sejak lahir

sampai dengan delapan tahun. Jadi mulai dari anak itu lahir hingga ia

mencapai umur 6 tahun ia akan dikategorikan sebagai anak usia dini.

Beberapa orang menyebut fase atau masa ini sebagai golden age karena

masa ini sangat, menentukan seperti apa mereka kelak jika dewasa baik dari

segi fisik, mental maupun kecerdasan.

Sedangkan hakikat anak usia dini adalah individu yang unik dimana ia

memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan aspek fisik, kognitif, sosial

emosional, kreatifitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai

dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. (Soemiarti,

Pendidikan Anak Pra Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2000.)

a. Ciri dan Karakteristik perkembangan anak usia dini

Ciri-ciri yang pada umumnya terjadi pada rentang masa Anak Usia

Dini, dari lahir sampai dengan 6 tahun antara lain ditandai dengan hal-

hal sebagai berikut :

1) Pola asuh yang unik

Pola tingkah laku anak pada beberapa keadaan pada dasarnya

dipengaruhi oleh sikap mental dan fisik yang dimiliki sejak lahir
13

serta pengaruh keadaan disekelilingnya pada masa pertumbuhan

tersebut. Setiap anak itu unik, individual differences terjadi karena

adanya 3 faktor yaitu genetic, lingkungan dan kematangan yang

mempengaruhi perkembangan manusia dan ketiga factor tersebut

saling bertinteraksi.

2) Berfikir konkrit

Berfikir kongkrit pada anak adalah sebuah tanda bahwa seorang

anak sudah mampu berfikir rasional, seperti penalaran untuk

menyeleaikan sebuah masalah. Melalui perkataan lain berfikir

konkrit adalah berfikir dalam dimensi ruang, waktu dan tempat.

Proses-proses penting pada tahapan ini adalah : pengurutan

kemampuan untuk objek menurut ukuran, bentuk, tau ciri lainya.

3) Belajar melalui indera

Menurut pandangan montesori, ia meyakini bahwa panca indra

adalah pintu gerbang masuknya berbagai pengetahuan kedalam

otak manusia karena peranya yang sangat strategis , maka seluruh

panca indera harus memperoleh kesempatan untuk berkembang

sesuai fungsinya

4) Selalu ingin bergerak

Berkaitan dengan PAUD, terdapat beberapa masa yang secara

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi bagaimana

seharusnya seorang pendidik manghadapi anak usia dini, antara


14

lain masa peka, masa egosentrid, masa meniru, masa berkelompok,

masa bereksplorasi dan masa perkembangan.

5) Masa peka

Masa peka dibagi menjadi : 1) sensitive periods for orde lahir – 3

tahun dimana anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap

keteraturan, 2) sensitive periods for details 1-2 tahun dimana anak

akan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang kecil, 3)

sensitive periods for using hands 18 bulan – 3 tahun dimana anak-

anak secara konsisiten menggenggam benda-benda yang

disentuhnya, 4) sensitive periodes for movements dimana periode

kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan, 59 sensitive

periods for learning language dimana secara tidak sadar dilakukan

anatara 3 bulan –3 tahun dan secara sadar saat usia 3- 6 tahun.

6) Masa egosentris

Egosentrisme adalah suatu ketikmampuan untuk membedakan

antara perspektif seseorang dengan perspektif orang lain. Terdapat

tiga hal yang mendasari egosentrisme, yaitu merasa superior (

menggunggu pujian ), merasa imperior ( tidak berharga dalam

kelompok ) dan merasa menjadi korban.

7) Emosi yang berubah-ubah

Perasaan senang atau perasaan tidak senang pada kehidupan sehari-

hari disebut warna efektif. Terkadang warna tersebut lemah atau

kuata atau samar-samar. Jika, perasaan/ warna efektif ini kuat aka
15

perasaan lebih mendalam, lebih tearah dan luas sehingga perasaan-

perasaan itu disebut emosi.

8) Masa meniru

Proses meniru ini dilakukan ketikana anak melihat secara langsung

perilaku orang ;ai yang dijadikan contoh/model.

9) Masa berkelompok

Pertemanan dalam kelompo di usia TK ini belumlah terlalu erat

satu dangan yang lainya, mereka abaru belajar untuk bekerjasama,

memangun hubungan yang harmonis antar teman sebaya. Namun,

bila orangtua atau orang dewasa lainmemanggilnya, anak cepat

membubarkan gengnya tanpa susah-susah mereka Kembali ke

rumahnya.

10) Masa bereksploeasi

Terdapat tipe eksplorasi dalam proses pembelajaran anak :1)

realistis mudah mempelajarai hal-hal secara langsung atau melalui

benda-benda nyata, lebih banyak menggunakan benda sesuai

fungsi aslinya, 2) imajinasi memanfaatkan benda-beda sekitar

menjadi alat bermain/belajar sesuai imajinasinya, 3) observasi

lebih mudah mempelajarai berbagai hal dengan mengamati

11) Masa pembangkang

Adalah suatu Tindakan anak pada usia 2-6 tahun yang terbentuk

karena adanya proses yang tidak sesuai dengan usianya, oleh

karena itu perilaku membangkan merupakan suatu bentuk perilaku


16

yang harus dijalani anak dalam tahapan, pengertian dan

pemahaman terhadap dunia di luar dirinya, sehingga anak dapat

membedakan anatara dirinya dengan lingkungannya.

Pandangan terkini tentang neuronsience yang meyakini bahwa

pertumbuhan dan perkembangan otak sebenarmya ditentukan oleh sel

syaraf Panjang yang mengantarkan pesan-pesan listrik lewat system

syaraf dan otak yang disebut dengan neuron. Otak yang telah terbentuk

itu menghasilkan neuron yang jumlahnya kurang lebih 100 miliaran

yang mana jumlah ini jauh melebiho kebutuhan yang sebenarnya.

Neuron-neuron yang telah terbentuk ini terus tumbuh dan berkembang

dengan mengeluarkan sambungan transmisi jrak jauh sisti syaraf yang

dinamakan akson. Di setiap ujung akson-akson ini mengeluarkan

cabang-cabang sebagai penghubung sementara dengan banyak sasaran.

Kegiatan inilah yang sebenarnya merupakan kerja sel-sel otak dalam

memeprsiapkan segala kebutuhan yang diperlukan oleh manusia dari

sejakterjadinya konsepsi sampai menjelang ajalnya. Jaid, pada

hakikatnya teori neurosains menjelaskan tentag pembelajaran berbais

perkembangan otak manusia. Bagaimana otak bisa bekerja dengan

sempurna, maka seharusnya demikian pula proses pembelajaran

dilakukan. Misalnya otak akan bisa bekerja dalam situasi kondisi aman,

nyaman dan menyenangkan, maka proses pembelajaran pun akan

sukses apabila situasi dan kondisi kelas ataupun diluar kelas haruslah

aman, nyaman dan menyenangkan.


17

Masa usia didni adalah masa keemas an di sepanjang rentang

kehidupan manusia. Montesori menyatakan masa ema situ ditandai

dengan beberapa ciri beriku : 1) anak lebih mudah belajar, yang di sebut

periode sensitive untuk belajar, 2) anak mudah meyerap ( absorbent

mind0 hampir semua yang dipelajari dari lingkungan, 3) anak nelajar

melalui alat inderanta untuk bereksplorasi, anak membutuhkan

kesempatan untuk bergerak, 4) semakin banyak kesempatan anak

mengirimkan rangsangan – rangsangan sensorik ke otak, maka semakin

berkembang kecerdasannya ( Britton 1992 ; Ag Soejono 1988; Essa

2003 ; Brawer 2007).

Potensi-potensi yang terbentuk pada saat terjadinya konsepsi

adalah potenso fisik dan potesi psikis. Potensi fisik berkenaan dengan

aspek-aspek fisik dan kerja dan potensi fisi (physically aspect and

physical organs work), sedangkan potensi psikis berkenaan dengan

aspek-aspek kejiwaan (psychologically aspects). Melalui kegiatan-

kegiatan pertumbuhan dan perkembangan otak inilah yang

menyebabkan seorang manusia memiliki potensi yang unggul yang

nantinya akan menjadi kemampuan anak secara fisik maupun

psiskisnya (Nash, 1997).

Penyelenggaraan PAUD HI pada dasarnya fleksibel menyesuaikan

dengan kondisi setempat dan kemampuan satuan PAUD yang

bersangkutan. PAUD HI sangat memungkinkan dilaksanakan secara

terpadu di satuan PAUD, tetapi memungkinkn juga dilaksanakan secara


18

terpisah di beberapa tempat layanan. Untuk layanan terpadu contohnya

pemeriksaan Kesehatan anak dilakukan di satuan PAUD dengan

mendatangkan tenaga kesehata. Untuk layanan terpisah contohnya saat

pemeriksaan Kesehatan anak PAUD dibawa ke posyandu sesuai jadwal

layanan Posyandu, kegiatan penyulihan untuk parenting disatukan

dengan kegiatan Bin Keluarga Balita. Kedua layanan tersebut menuntut

kerjasama antar stake hilders Pembina.

4. Penyelenggaraan PAUD HI

Seperti dicntohkan di atas bahwa layanan PAUD HI idealnya

dilaksanakan terpusat, artinya semua layanan Pendidikan, Kesehatan,

gizi, perawatan, pengasuhan, dan perlindungan anak dilakukan dalam

satu tempat yakni Satuan PAUD .

Holistic artinya penanganan anak usia dini secara utuh

(menyeluruh) yang mencakup layanan gizi dan Kesehatan, Pendidikan

dan pengasuhan, dan perlindungan, untuk mengoptimalkan semua

aspek perkembangan anak. Sedang interatif/ terpadu artinya


19

penanganan anak usia dini dilakukan secara terpadu oleg berbagai

pemangku kepentingan di tingkat masyarakat, pemerintah daerah dan

pusat.

Jadi PAUD Holistik Integratif adalah penanganan anak usia dini

secara utuh (menyeluruh yang mencakup layanan gizi dan Kesehatan,

Pendidikan dan pengasuhan dan perlindungan, untuk mengoptimalkan

semua aspek perkembangan anak yang dilakukan secara terpadu oleh

berbagai pemangku kepentingan di tingkat masyarakat, pemerintah

daerah, dan pusat.

Menurut Direktorat Pembinaan PAUD (2015), holistic dan

integrative memiliki pengertian sebagai berikut : holistic artinya

penanganan anak usia dini secara utuh/ menyeluruh yang mencakap

layanan gizi dan Kesehatan, Pendidikan dan pengasuhan, dan

perlindungan, untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak.

Integrative/ tepadu artinya penanganan anak usia dini dilakukan secara

terpadu oleh berbagai pemangku kepentingan di tingkat masyarakat,

pemerintah daerah, dan pusat. PAUD holistic integrative merupakan

Pendidikan anak usia dini yang mengintegrasikan segala aspek dan

nilai-nilai dalam Pendidikan seperti nilai moral, etis, religious,

psikologi, filosofi, dan sosial dalam kesatuan yang dilakukan secara

menyeluruh antara jiwa dan badan serta aspek material dan aspek

spiritual untuk memenuhi kebutuhan esensial anak. Di sebut PAUD

holistic integrative karena pelayanan yang diberikan dalam PAUD


20

holistic integrative tidak hanya dalam satu bidang Pendidikan saja, akan

tetapi pelayanan yang mencakup kebutuhan yang berkaitan dengan

Kesehatan dan gizi, pola pengasuhan dan perlindungan untuk anak.

Anak merupakan suatu totalitas yang utuh, oleh karena itu dibutuhkan

Pendidikan yang menyeluruh untuk memenuhi hak anak. Setiknya ada

lima kebutuhan yang menjadi hak anak yaitu : 1) hak anak untuk

terhindar dari penyakit, 2) hak mendapatkan kecukupan gizi sebagai

sarana untuk memaksimalkan kemampuan otaknya dan berekplorasi, 3)

hak mendapatkan stimulasi yang baik, 4) hak mendapatkan pola

pengasuhan yang baik, 5) hak perlindungan dari kekerasan fisik dan

kekerasan psikologis.

5. Tujuan Dan Pentingnya PAUD Holistik Integratif

Berdasarkan peraturan presiden nomor 60 tahun 2013 tentang

pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif, maka tujuan PAUD

HI dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif

adalah terselenggaranya layanan pegembangan anak usia dini Holistik

integrative menuju terwujudnya anak Indonesia yang sehat, cerdas ,

ceria, dan berakhlak mulia.

Tujuan khusus pengembangan anak usia dini holistic integrative adalah

a. Terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini secara utuh

meliputi Kesehatan dan gizi, rangsangan Pendidikan, pembunaan


21

moral – emosional dan pengasuhan sehingga anak dapat tumbuh

dan berkembangn secara optimal sesuai kelompok umur

b. Terlindunginya anak dari segala bentuk kekerasan, penelantaran,

perlakuan yang salah, dan eksploitasi di manapun anak berada

c. Terselenggaranya pelayanan anak usia dini secara terintegrasi dan

selaras antar Lembaga layanan terkait, sesuai kondisi wilayah

d. Terwujudnya komitmen seluruh unsur terkait yaitu orang tua,

keluarga, masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah, dalam

upaya pengembangan anak usia dini holistic integrative.

Pentingnya Paud Holistik integrative adalah agar terwujud

keterpaduan dari berbagai aspek yang akan membentuk anak usia dini

yang utuh, yaitu aspek :

a. Aspek Pendidikan

Pendidikan yang bermutu dapat mengembangkan semua linkup

perkembangan anak (nilai-nilai agama dan moral, sosial

emosional, motoric kasar dan motoric halus, kognitif, dan Bahasa),

namun jika Pendidikan yang diberikan tidak bermutu, maka semua

lingkup perkembangan anak juga tidak bisa berkembang secara

optimal

b. Aspek Kesehatan dan gizi

Jika Kesehatan dan gizi anak rendah, maka akan berdampak

kepada rendahnya kognisi anak, karena perkembangan kognisi

anak sangat dipengaruhi oleh Kesehatan gizi. Hal seiring dengan


22

hasil penelitian Ernesto Pollit dkk tahun 1993 menyatakan bahwa

pemberian makanan sehat dan bergizi, akan mempengaruhi

perkembangan kognisi anak.

c. Aspek Pengasuhan

Jika pola asuh yang diterapkan oreng tua kepada anak tepat, maka

anak berpengaruh cesara positif terhadap perkembangan

sosialemosional ank, mengingat bahwa orangtua adalah pendidik

yang pertaman dan utama bagi anak. Sebagaimana pernyataan

Sigmund freud “ pengalaman di lima tahun pertaman kehidupan

sesorang sesungguhnya menentukan Kesehatan jiwa dan

kemampuan menyesuaikan diri dalam kehidupanya kemudian”.

d. Deteksi Dini dan Tumbuh Kembang

Masalah deteksi dini tumbuh kembang anak, juga memegang peran

sangat penting, karena jika anak-anak mengalami penyimpangan

pertumbuhan dan perkembangan , namun tidak terdetekdi sedini

mungkin, maka sulit untuk diintervensi yang akhirnya akan

menghambat pertumbuhan perkembangan anak.

e. Aspek Perlindungan

Apabila masyarakat ( lingkungan ), terutama orang tua dan

pendidik PAUD mengetahui dan memahami tentang perlndungan

anak, maka akan berdampak pada pola pikir, sikap dan perlakuan

positif terhadap anak. Mereka anak bersikap dan berprilaku

menghargai, nenotivasi, berpihak, dan memenuhi hak-hak anak.


23

Sebaliknya jika tidak memahami mereka cenderung merendahkan,

kurang berpihak, dan kurang menghargai anak. Bahkan boleh jadi

mereka melakukan tindak kekerasan, mengeksploitir, dan tidak

melindungi (membiarkan) nak. Jika hal ini terjadi, maka

perkembangan anak pasti akan terganggu. Berdasarkan teori

ekologinya menyatakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi

oleh lingkungan dimana mereka tinggal. Mulai dari lingkungan

yang terdekat (mikro system) sampai dengan lingkungan yang

terjauh (makro system).

Keholistikan peran Lembaga adalah terjalinya hubungan yang

harmonis antar Lembaga terkait, sehingga memperkecil rasa ego

sectoral yang selama ini sangat kuat, ditandai dengan :

a. Terwujudnya program bersama dari lembaga terkait dengan

sasaran anak usia dini

b. Mengoptimalkan peran masing-masing Lembaga terkait sesuai

dengan kewenangannya

c. Menghindari adanya program yang tumpeng tindih dari Lembaga-

lembaga terkait, sehingga berdampak pada pemborosan biaya

d. Terwujudnya sinkronisasi program dari masing-masing Lembaga

terkait untuk mengoptimalkan potensi anak.

Perencanaan kegiatan PAUD HI dapat dilakukan melalui beberapa

tahap : Tahap perencanaan yaitu mengindetifikasi potensi Lembaga


24

PAUD, Pelaksanaan penyelenggaraan PAUD holistic dan integrative,

yaitu kegiatan pembelajaran yang merupakan wujud dan layanan

Pendidikan, yang dalam pelaksanaanya disesuaikan dengan situasi dan

kondisi masing-masing Lembaga, serta kegiatan parenting yang dapat

dilakukan antara lain dengan melibatkan orang tua I kelas sebagai

peserta didik dan memberi beragam penyuluhan sesuai kebutuhan

daerah.

Kurikulum PAUD terintegrasi adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pengembangan serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pengembangan PAUD meliputi keterpaduan antar satuan lembaga

PAUD, isi kurikulum sesuai standar PAUD, dan model

penyelenggaraan dalam rumah PAUD Terpadu.

6. Model Pembelajaran di PAUD HI

Terdapat berbagai model pembelajaran di PAUD yang dapatdipilih

sesuai dengan situasi dan kondisi yang berbeda. Situasi dan kondisi yang

berbeda tersebut mungkin karena letak geografis seperti didaerah pantai,

pegunungan, atau dataran rendah atau juga posisi wilayah seperti

perkotaan, perdesaan, ataupun pesisir pantai. Model pembelajaran di

PAUD merupakan suatu rancagan untuk menggambarkan rincian dan

penciptaan lingkungan yang menjadikan anak untuk berinteraksi dalam

pembelajaran sehingga terjadi perubahan/ perkembangan pada diri anak.


25

Docket dan fleer (2000) berpendapat bahwa bermain merupakan

kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh

pengetahuan yang dapat mengembangnkan kemampuan dirinya.

Bermain merupakan suatu aktifitas yang khas dan sangat berbeda

dengan aktifitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan

dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.

Vygotsky dalam Naughton (2003) percaya bahwa bermain

membantu perkembangan kognitif anak secara langsung, tidak sekedar

sebagai hasil dari perkembangan kogitif seperti yang dikemukakan oleh

piget. Ia menegaskan bahwa bermain simbolik memainkan peran yang

sangat penting dalam perkembangan berpikir abstrak.

7. Model Evaluasi CIPP

Model evaluasi CIPP dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam pada

tahun 1966, Stufflebeam menyatakan model evaluasi CIPP merupakan

model evaluasi komprehensif yang memiliki fungsi formatif dan fungsi

sumatif. Fungsi formatif evaluasi adalah memberikan informasi guna

memperbaiki dan mengembangkan program sedangkan fungsi sumatif

evaluasi adalah memberi pertimbangan untuk menentukan keberhasilan

atau kelanjutan program (Stufflebeam & Coryn, 2014, p. 315). Bila

ditinjau dari waktu pelaksanaan evaluasi, William Dunn (1981, PP. 117-

120) menyebutkan kedua fungsi ini bersifat prospektif dan retrospektif.

Sifat prospektif evaluasi berkaitan dengan fungsi formatif yang

memberikan informasi sevelum dan saat program berlangsung.


26

Sedangkan sifat retrospektif terkait dengan fungsi sumatif evaluasi yang

memberikan informasi sesudah program dilaksanakan.

Stufflebeam, dalam bukunyaa Education Evaluation and Decision

Making, yang dikutip Daryanto, menggolongkan system Pendidikan

atas empat ruang lingkup yaitu context, input, process, and product atau

disebut juga dengan model CIPP. Adapun jenisnya dijelaskan oleh

Stufflebeam sebagi berikut:

a. Evaluasi context : evaluasi ini mengidentifikasi dan menilai

kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program.

b. Evaluasi input :evaluasi ini mengidentifikasi problem, aset, dan

peluang untuk membantu para pengambil keputusan mendefinisikan

tujuan, prioritas-prioritas, dan membantu kelompok-kelompok

pemakai untuk lebih luas menilai tujuan, prioritas, dan manfaat dari

program, menilai pendekatan altenatif, rencana Tindakan, rencana

staf, dan anggaran untuk fasilitas dan potensi untuk memenuhi

kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan.

c. Evaluasi proses : evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari

rencana untuk membantu staf program dan menginterpresikan

manfaat.

d. Evaluasi product : evluasi ini berupaya mengidentifikasikan dan

mengakses keluaran dan manfaat, baik yang direncanakan maupun

tidak direncanakan, baik jangka Panjang maupun jangka pendek.


27

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulka bahwa evaluasi model

CIPP yang dikemukakan oleh Stufflebeam tidak hanya

mengevaluasi hasil saja, melainkan dari seluruh aspek antara lain

aspek context, input, proses dan product (prodak yang dihasilkan).

Sehingga penilaian yang dilakukan bersifat komplek atau

menyeluruh.

8. Langkah-Langkah Evaluasi Model CIPP

Secara umum Langkah-langkah pokok evaluasi Pendidikan meliputi

tiga kegiatan utama, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pengolahan hasil.

Dalam evaluasi modal CIPP terdapat empat komponen yang harus

dievaluasi yaitu, contex, input, prosess, dan program. Evaluasi ini

dilakukan dengan Langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memfokuskan evaluasi

b. Mendesain evaluasi

c. Mengumpulkan informasi

d. Menganalisis informasi

e. Melaporkan hasil evaluasi

Dapat disimpulkan bahwa, Langkah-langkah dalam pelaksanaan

evaluasi haruslah sitematis, dimulai dari observasi terhadap objek yang

akan dievaluasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data, hingga

memberikan kesimpulan sebagai proses terkhir dalam evaluasi.


28

9. Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Model CIPP

Dibandingkan dengan model-model evaluasi yang lain, model

CIPP memiliki beberapa kelebihan antara lain, lebih komperhensif tau

lengkap dalam menjaring informasi karena objek evaluasi tidak hanya

pada hasil semata tetapi juga mencakup conteks, imput, process,

maupun product. Kelengkapan informasi yang dihasilkan evaluasi

model cipp akan mampu memberikan dasar yang lebih baik dalam

mengambil keputusan, kebijakan, maupun penyusunan program-

program selanjutnya.

Selain memiliki kelebihan, model CIPP juga memiliki keterbatasan

atau kelemahan, antara lain penerapan model ini dalam bidang program

pengembangan anak usia dini holistic integrative di TK ABA 3

Tambahsari mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika

tanpa adanya kolaborasi. Hal ini dapat terjadi karena untuk mengukur

konteks, masukan maupun hasil dalam arti yang luas akan melibatkan

banyak pihak yang akan membutuhkan waktu dan biaya yang lain.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model CIPP terdapat

kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari evaluasi model CIPP ini

adalah lebih kompleks dalam mengevaluasi suatu program, namun

dalam evaluasi ini membutuhkan biaya dan waktu yang lebih.


29

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian dan pembahasan didukung oleh peneneliti yang telah

dilakukan oleh Reza Aulia Akbar 2018 menjelaskan bahwa kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah memiliki peran yang sangat dominan dalam

penyelenggaraan pendidikan khususnya di satuan PAUD. Peran pemerintah

melalui kebijakan penyelenggaraan pendidikan menjadi variabel penentu

dibandingkan variabel variabel yang lain. Kebijakan tersebut dapat menjadi

acuan formal bagi penyelenggara layanan PAUD agar dapat memberikan

layanan sesuai dengan kebutuhan anak, keseimbangan antara pemenuhan verbal

dan bermain anak, serta proses pencapaian tujuan jangka panjang layanan

PAUD.

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani, Munawar, Chandra,

Prasetiyawati (2011) yang menyimpulkan bahwa pelatihan program PAUD

holistik integratif dapat meningkatkan kualitas Pos PAUD. Fatmawati (2011)

mendukung penelitian ini dengan hasil penelitian yang mengemukakan bahwa

setiap anak tanpa terkecuali harus terpenuhi hak haknya. Hak untuk

mempertahankan hidup, hak untuk tumbuhkembang serta memperoleh

perlindungan agar terhindar dari diskriminasi dan eksploitasi. Salah satu

langkah untuk mewujudkannya adalah dengan cara melakukan pengasuhan,

pembinaan, pendampingan, perawatan, pendidikan dan perlindungan bagi anak.

Keterkaitaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan

adalah pemilihan obyek yang sama yaitu Pos PAUD serta pengembangan

program PAUD melalui layanan holistic integrative.


30

Yuniarto dalam jurnal ‘ pengembangan program holistic integrative

di sekolah integral hidayatullah yaa bunayya batang kabupaten batang,” dalam

jurnal IJECES, Falkultas ilmu Pendidikan, Universitas Negeri semarang,

Indonesia, ISSN 2252-6374 2013 mengemukakan Bahwa persiapan

pengembangan program holistik integratif di sekolah integral Hidayatullah Yaa

Bunayya Batang dalam pemberian layanan kepada anak sudah dapat

menyelenggarakan pengembangan program paud holistic integrative dengan

baik atau berhasil.

Sekolah integral Hidayatullah Yaa Bunayya Batang berusaha

mempersiapkan apa saja yang diperukan untuk memberikan layanan yang

holistic dan integrative kepada anak, baik mempersiapkan dari sarana dan

prasarana. Untuk itu sekolah berusaha memberikan anak-anak Pendidikan

sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini serta

mengintegrasikan dalam prosesnya dengan nilai-nilai ketuhanan dan membekai

dalam kebiasaan sehari-harinya dengan penanaman karakter islam. Malalui

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan PAUD holistic

integrative yang baik, sehingga bisa dikatakan sekolah integral hidayatullah

sudah siap dalam mengembangkan atau menyelenggarakan layanan program

anak usia dini holistic integrative yang pelayanan satu atap.

Dari penelitian yang di lakukan Yuniarto, penulis menarik

kesimpulan bahwa penelitian tersebut memiliki keterkaitan dengan penelitian

yang penulis lakukan, yaitu sama-sama membahas tentang pengembangan anak

usia dini holistic integrative.


31

BAB III
RENCANA PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Lembaga PAUD TK Aisyiyah Bustanul

Athfal 3 Tambahsari yang beralamatkan di Jl. Masjid Al wustho Tambahsari

Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

B. Informasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrument kunci

(Sugiyono, 2005).

Menurut Kriyantono, tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan

suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data

yang sedalam-dalamnya pula, yang menunjukan pentingnya kedalam dan detail

suatu data yang diteliti.

Prosedur pelaksanaan qualitative research bersifat sesuai dengan

kebutuhan, serta situasi dan kondisi di lapangan. Secara garis besar tahapan

penelitian jenis kualitatif ini adalah: merumuskan masalah sebagai focus

peneltian, mengumpulkan data di lapangan, menganalisis data, merumuskan

hasil studi, Menyusun rekomendasi untuk keputusan. (Sudarwan Danim dan

Darwis, 2003: 80)

31
32

C. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer ialah jenis dan sumber data penelitian yang diperoleh

secara langsung dari sumber pertama (tidak melalui perantara), baik

individu maupun kelompok. Jadi data yang di dapatkan secara langsung.

Data primer secara khusus di lakukan untuk menjawab pertanyaan

penelitian. Penulis akan mengumpulkan data primer dengan survey dan juga

metode observasi. Metode survey lisan atau tulisaan. Penulis akan

melakukan wawancara kepada pendidik untuk mendapatkan data atau

informasi yang di butuhkan. Kemudian penulis juga melakukan

pengumpulan data dengan metode observasi. Metode observasi ialah

metode pengumpulan data primer dengan melakukan pengamatan terhadp

aktivitas dan kejadian tertentu yang terjadi. Jadi penulis mengamati aktivitas

yang terjadi pada lembaga untuk mendapatkan data atau informasi yang

sesuai dengan apakah sudah memenuhi pengembangan anak usia dini

holostik integrative

2. Jenis data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dimana data yeng

berbentuk kata-kata atau verbal. Cara memperoleh atau kualitatif dapat di

lakukan melalui wawancara.


33

D. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan

untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang

mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan

dari tubuh pengetahuan kualitatif ( Moleong, 2007:320).

Keabsahan data dilakukan untuk membutikkan apakah penelitian

yang dilakukan benar–benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk

menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif

meliputi uji, cresiility, dependability, dan confirmability ( Sugiyono,

2007:270).

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungawabkan

sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji

keabsahan data yang dapat dilaksanakan.

1. Credibility

Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil

penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan

tidak meragukan sebagai sebuah ilmiah dilakukan.

a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan dapat meningkatkan kredibilitas/ kepercayaan data.

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti Kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber

daya yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru.

Perpanjangan pengamatan berarti hubungan antara peneliti dengan


34

sumber akan semakin terjalin, semakin akrab, semakin terbuka, saling

timbul kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh semakin

banyak dan lengkap.

Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian

difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh.

b. Trigulasi

Wiliam Wiersma (1986) mengatakan trigulasi dalam pengujian

kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berarti berbagai waktu.dengan demikian terdapat trigulasi

sumber, triangulasi Teknik pengumpulan data, dan waktu ( Sugiyono,

2007 : 273).

1) Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek

data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang

diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check)

dengan tiga sumber data (Sugiyono, 2007: 274).

2) Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek

data kepada sumber data bisa melalui wawancara, observasi,

dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data

tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti

melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang


35

bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar

(Sugiyono, 2007: 347).

3) Triangulasi Waktu

Data yang dikumpulkan dengan Teknik wawancara , observasi

atau Teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

2. Confirmability

Objektifitas pengajuan kualitatif disebut juga dengan uji

confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil

penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitiaan kualitatif

uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan

proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi

dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah

memenuhi standar confirmability.

Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berdeda antara

data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya

pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah disajikan dapat

dipertanggungjawabkan.

E. Teknik Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis deskriptif, yaitu data yang diperoleh dari suatu penelitian yang telah

dilakukan di lembaga, adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam

menganalisis data deskriptif kualitatif adalah :


36

1. Mengumpulkan data informasi yang dibutuhkan tentang gambaran

evaluasi PAUD HI melalui wawancara dan observasi langsung di lembaga.

2. Mengidentifikadi masalah yang ada serta menganalisis secara mendalam

dengan mempelajari komponen – komponen yang terkait dengan

kebutuhan esensial PAUD HI.


1

DAFTAR PUSTAKA

(Sumber Utama: Hikmah, MM, M.Pd. 2019. Perkembangan dan Belajar Anak Usia
Dini. Modul 2 PPG Bagi Guru PAUD tahun 2019. Kemendikbud)

Peraturan Presiden No 60 Tahun 2013. Pengembangan Anak Usia dini Holistik


Integratif.

Riza Alfiana, 2016. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Layanan Anak


Uaia Dini Holistik Integratif Di Pos PAUD Pelangi Kelurahan Pedalangan
Kecamatan Banyumanik Semarang.Skripsi

Yuniaarto, Jefri. Pengembangan Program HOLISTIK Integratif Di Sekolah


INTEGRAL Hidayyatullah Yaa Bunayya Batang Kabupaten Batang.2013

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Elfabeta.

Stufflebeam, Daniel L., dan Anthony J. Shinkfield. 1986. Systematic Evaluation: A


Self-Instructional Guide to Theory and Practice.Boston: Kluwer-Nijhoff
Publishing.

Fitzpatrick, Jody L., James R. Sanders, dan Blaine R. Worthen. 2004.Program


Evaluation: Alternative Approaches and Practical Guidelines. Boston:
Pearson Education, Inc.

Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk


Program Pendidikan dan Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 7

S. Eko Putro Widyoko, Model Evaluasi Program Pembelajaran di SMP, Jurnal,


(FKIP Universitas Muhamadiyah Purworejo), 18 September 2015, hlm. 3

Anda mungkin juga menyukai