Anda di halaman 1dari 29

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI

PERKEMBANGAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI RA AISYIYAH


BUNGAMAS KABUPATEN SELUMA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris


Institut Agama Islam Negeri Bengkulu Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Bimbingan Proposal dan Penulisan Skripsi

Oleh :
YOLA PUTRI GUSTARI
NIM. 1811250057

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas proposal ini. Adapun
tujuan dari penulisan dari proposal ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
Bimbingan Proposal dan Penulisan Skripsi. Selain itu, proposal ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “Implementasi Pembelajaran Kontekstual
Bagi Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini Di RA Aisyiyah Bungamas
Kabupaten Seluma” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Evi Selva Nirwana, M.Pd,
selaku bidang studi “Bimbingan Proposal dan Penulisan Skripsi” yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
Saya menyadari, proposal penelitian yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Bengkulu, 5 Juli 2021

YOLA PUTRI GUSTARI


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................3
C. Pembatasan Masalah........................................................................3
D. Rumusan Masalah............................................................................4
E. Tujuan Penelitian.............................................................................4
F. Manfaat Penenlitian ........................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori.....................................................................................5
1. Pembelajaran Kontekstual.........................................................5
a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual...............................5
b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual...........................6
c. Prinsip Pembelajaran Kontekstual.....................................8
d. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual....9
2. Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini....................................10
a. Pengertian Akhlak..............................................................10
b. Kedudukan Akhlak dalam Islam .......................................11
c. Akhlak Anak......................................................................12
3. Anak Usia Dini..........................................................................14
a. Pengertian Anak Usia Dini................................................14
b. Hakikat Anak Usia Dini ....................................................15
c. Karakteristik Anak Usia Dini ............................................16
B. Kajian Penelitian yang Relevan.......................................................18
C. Kerangka Berpikir............................................................................20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.......................................................21
B. Sumber Data ....................................................................................22
C. Teknik Pengumpulan Data...............................................................22
D. Teknik Analisis Data........................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak usia dini menurut National Associstion for the Education Young
Children (NAEYC) menyatakan bahwa anak usia dini atau “Early Childhood”
merupakan anak yang berada pada usia nol sampai delapan tahun. Pada
masuk tersebut merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan dalam
berbagai aspek dalam rentang kehidupan manusia. Proses pembelajaran
terhadap anak harus memerhatikan karakteristik yang dimiliki dalam tahap
perkembangan anak.1
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Ayat 14, menyatakan bahwa:2
“Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan yang
di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih
lanjut”.
Dalam persfektif Islam, metode pendidikan akhlak itu diawali dari
proses penanaman keimanan kepada Allah Swt melalui azan atau iqamat yang
dikumandangkan di telinga setiap bayi yang baru dilahirkan dari rahim
ibunya. Secara psikologis, hal tersebut dimaksudkan untuk menanamkan
kesan positif ke dalam jiwa manusia. Setelah itu, pemeliharaan dan
pengasuhan yang baik dalam keluarga, merupakan metode pendidikan akhlak
berikutnya yang harus dilakukan para pendidik, khususnya kedua orangtua
dan seluruh anggota keluarga. Dalam konteks ini, pemeliharaan adalah
pendidikan akhlak yang berkaitan dengan dimensi fisik, sedangkan
pengasuhan berkaitan dengan dimensi non fisik.3
1
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Bumi Aksara), h.1.
2
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
3
Siti Aminah, Upaya Meningkatkan Akhlak Anak Usia Dini (5-6 Tahun) Melalui
Pembelajaran Tematik Berbantuan Media Audiovisual, Jurnal Ansiru Vol.1 No.1 Juni 2017,
h.153.

1
Pengertian akhlak, memiliki kesamaan dan kemiripan makna.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral memiliki makna akhlak atau
tingkah laku susila. Sedangkan etika diartikan dengan tata susila atau suatu
cabang filsafat yang membahas atau menyelidiki nilai-nilai dalam tindakan
atau perilaku (akhlak) manusia. Pola perkembangan akhlak anak memiliki
ruang lingkup, seperti kejiwaan manusia dalam menginternalisasi nilai-nilai
akhlak kepada diri nya sendiri, mempersonalisasi dan mengembangkannya
dalam pembentukan kepribadian yang mempunyai prinsip, serta mematuhi,
melaksanakan/menentukan pilihan menyikapi/menilai, atau melakukan
tindakan nilai akhlak.4
Pengembangan akhlak bagi anak merupakan hal yang abstrak. Anak
masih kesulitan jika dihadapkan pada materi pengembangan akhlak yang
mengharuskan untuk memahami secara mendalam. Dan kebanyakan anak
masih ada juga yang kurang berakhlak baik dengan teman maupun guru
diantara nya seperti tidak sopan dan berkata kasar.
Akhlak sangat tepat diajarkan sejak dini pada anak, agar membekas
kepada dirinya sampai ia mencapai dewasa. Karena menanamkan akhlak ini
tidak dapat dilakukan secara instan, tetapi memerlukan waktu yang cukup
panjang yang dilakukan dengan cara memberi contoh teladan, dan
memberikan pembiasaan yang baik, karena pada usia ini anak sangat peka
terhadap lingkungannya.
Pembelajaran kontekstual dapat membantu guru mengaitkan materi
yang diajarkan dengan kondisi nyata peserta didik dan mendorong mereka
menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan nyata. Proses
pembelajaran kontekstual berlangsung ilmiah dan alamiah dalam bentuk
kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru kepada peserta didik.5
Pembelajaran kontekstual pada lembaga pendidikan anak usia dini
(PAUD) menekankan bahwa program pembelajaran lebih merupakan rencana
4
Otib Satibi Hidayat, Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai. Agama, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2005), h.13.
5
E. Mulyasa, Strategi Pembelajaran PAUD, (Bandung: PT Remaja Rodaskarya), h.91.
kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap
tentang apa yang dilakukan peserta didik sehubungan dengan topik yang
dipelajari.
Pembelajaran kontekstual berlandaskan pada ansumsi bahwa
pengetahuan yang diperoleh peserta didik bukan bukan melalui pemberian
informasi oleh orang lain termasuk guru, tapi mereka menemukan dan
mengonstrusikannya sendiri.
Proses pembelajaran disekolah hendaknya dilakukan dengan tujuan
memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak
melalui pengalaman nyata yang memungkinkan anak untuk menunjukan
aktivitas dan rasa ingin tahu secara optimal.
Hal inilah yang menarik peneliti untuk membuat penelitian yang
berjudul “Implementasi Pembelajaran Kontekstual Bagi Perkembangan
Akhlak Anak Usia Dini Di RA Aisyiyah Bungamas Kabupaten Seluma”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka
identifikasi masalah penelitian ini adalah:
1. Pengembangan akhlak anak dalam pembelajaran kontekstual.
2. Kurangnya pengembangan akhlak dalam pembelajaran kontekstual.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
peneliti memfokuskan untuk melakukan penelitian pustaka ini mengenai
“Implementasi Pembelajaran Kontekstual Bagi Perkembangan Akhlak Anak
Usia Dini Di RA Aisyiyah Bungamas Kabupaten Seluma”.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis di atas maka
rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana Implementasi
Pembelajaran Kontekstual Bagi Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini Di
RA Aisyiyah Bungamas Kabupaten Seluma?
E. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari
penelitian yaitu untuk mengetahui Implementasi Pembelajaran Kontekstual
Bagi Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini Di RA Aisyiyah Bungamas
Kabupaten Seluma.
F. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Sebagai referensi pembendaharaan penelitian di bidang
Pendidikan Anak Usia Dini, khususnya pengembangan akhlak anak
melalui pembelajaran kontekstual anak usia dini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
pertimbangan dalam pengembangan akhlak sebagai salah satu
pembelajaran kontekstual yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari oleh anak.
b. Bagi Anak
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya
mengembangkan akhlak anak usia dini dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual.
c. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dapat
dikembangkan lebih lanjut serta dapat menjadi referensi terhadap
penelitian yang sejenis.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Kontekstual
b. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran
yang mengaitkan antara materi yang di pelajari dengan kehidupan
nyata anak sehari- hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan
makna materi pelajaran tersebut bagi kehidupan anak.
Menurut Martinus Yamin mengatakan bahwa pembelajaran
kontekstual merupakan suatu konsepsi dari pembelajaran yang
membantu guru menghubungkan materi dengan situasi yang nyata
dan memotivasi peserta didik untuk membuat hubungan-hubungan
pengetahuan dengan perapan didalam kehidupan mereka.6
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan
yang Holistik dan bertujuan memotivasi anak untuk memahami
makna materi pelajaran yang di pelajarinya dengan mengaitkan
materi pembelajaran dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari,
sehingga anak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan konteks lainnya.7
Johnson mengungkapkan bahwa pembelajaran kontekstual
melibatkan para anak dalam aktivitas penting yang membantu
mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan
nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya para anak
akan melihat makna di dalam tugas sekolah.8
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan natara pengetahuan yang

6
Nia Rachma,dkk, Penerapan Pembelajaran Kontekstual Anak Usia 5-6 Tahun di Tk,
(Pontianak: Pendidikan Guru PAUD FKIP UNTAN, 2012), h.3.
7 5
Wayan Sukreni,dkk, Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Untuk
Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Anak, e-Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar Vol.4 No. 1 Tahun 2014, h.4.
8
Heny Djoehaeni, Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning
Dalam Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Di Taman Kanak Kanak, Jurnal Educational
Technology Vol.15 No. 1 Tahun 2016, h.48.
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari- hari,
dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
kontekstual, yakni: konstruktivisme (constuctivism), bertanya
(questining), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), dan penilaian autentik
(authentic assessment).
c. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Asri Budiningsih, berpendapat bahwa karakteristik
pembelajaran kontekstual mencakup unsur-unsur.9
1) Kerja sama
2) Saling menunjang
3) Menyenangkan atau tidak membosankan
4) Belajar dengan bergairah
5) Pembelajaran terintegrasi
6) Menggunakan berbagai sumber
7) Siswa aktif-kritis, guru kreatif
8) Lingkungan belajar penuh dengan hasil karya siswa
9) Laporan hasil belajar kepada orang tua tidak hanya dalam
bentuk angka atau huruf tetapi juga hasil karya nyatanya.

Johnson, mengidentifikasi delapan karakteristik Contekstual


Teaching Learning yaitu:10
1) Making meaningful connections (membuat hubungan penuh
makna)
Siswa dapat mengatur dirinya sendiri sebagai orang yang
belajar aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual,
orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok,
dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).
9
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h.80.
10
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Refika
Aditama, 2010), h.7-8.
2) Doing significant work (melakukan pekerjaan penting)
Siswa dapat membuat hubungan-hubungan antara sekolah
dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai
anggota masyarakat.
3) Self-regulated learning (belajar mengatur diri sendiri)
Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada
tujuannya, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya
dengan penentuan pilihan, dan ada produk/hasilnya yang
sifatnya nyata.
4) Collaborating (kerjasama)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja
secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami
bagaimana mereka saling memengaruhi dan saling
berkomunikasi.
5) Critical and creativethinking (berpikir kritis dan kreatif)
Siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih
tinggi secara kritis dan kreatif: dapat menganalisis, membuat
sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan
menggunakan bukti-bukti dan logika.

6) Nurturing the individual (memelihara individu)


Siswa dapat memelihara pribadinya: mengetahui, memberi
perhatian, memberi harapan-harapan yang tinggi, memotivasi
dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak akan berhasil tanpa
dukungan orang tua.
7) Using authentic assesment (penggunaan penilaian sebenarnya).
Siswa mengenalkan dan mencapai standar yang tinggi:
mengidentifikasi tujuan, dan memotivasi siswa untuk
mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara
mencapai apa yang disebut “excelence”.
8) Using authentic assesment (mengadakan asesmen autentik).
Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks
dunia nyata untuk satu tujuan yang bermakna. Misalnya siswa
boleh menggambarkan informasi akademis yang telah mereka
pelajari untuk diaplikasikan di kehidupan nyata.
d. Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Terdapat lima prinsip utama yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran kontekstual paud, sebagai berikut:11
1) Pembelajaran harus diawali dengan permainan yang
berhubungan dengan pengalaman yang sudah dimiliki oleh
peserta didik.
2) Pembelajaran harus disajikan dari hal-hal yang umum menuju
hal-hal yang khusus, dan dari keseluruhan menuju bagian-
bagian.
3) Pembelajaran harus ditekankan pada pengalaman, serta
mengembangkan pengalaman baru.
4) Pembelajaran harus ditekankan pada upaya mempraktikan
secara langsung apa-apa yang dipelajari
5) Pada akhir pembelajaran, perlu dilakukan refleksi terhadap
strategi pembelajaran dan pengembangan pengalaman yang
dilalui.
e. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual
Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran kontekstual
adalah:12
1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan real artinya siswa
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar disekolah dengan kehidupan nyata.

11
E.Mulyasa, Strategi Pembelajaran PAUD, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2017),
h.96.
12
Ali Mudhofir, Desain Pembelajaran Inovatif, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada,
2016), h.127.
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran
kontekstual menganut aliran kontruktivisme, dimana seorang
siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
3) Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental
4) Kelas dalam pembelajaraan kontekstual bukan sebagai tempat
untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk
menguji data hasil temuan mereka dilapangan
5) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa bukan hasil
pemberian
6) Penerapan kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang bermakna.

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran adalah sebagai


berikut:13
1) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran
kontukstual berlangsung.
2) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelasmaka dapat
menciptakan situasi kelasyang kurang kondusif
3) Guru lebih intensif dala membimbing
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar
dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-
strategi mereka sendiri untuk belajar.
2. Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini
a. Pengertian Akhlak
Kata akhlak yang berasal dari bahasa Arab akhlaq (yang
berarti tabiat,perangai dan kebiasaan). Secara umum akhlak Islam

13
Ali Mudhofir, Desain Pembelajaran Inovatif…”, h.128.
dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mulia (al-akhlaq al-mahmudah/al-
karimah) dan akhlak tercela (al- akhlaq al-madzmumah/ qabihah).
Akhlak mulia adalah yang harus kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari, sedangkan akhlak tercela adalah akhlak yang harus kita
jauhi jangan sampai kita praktikkan dalam kehidupan kita sehari-
hari.14
Dilihat dari sudut istilah (terminologi), para ahli pendapat,
namun intinya sama yaitu tetang perilaku manusia, seperti menurut
pendapat Hamzah Ya’qub menyimpulkan ahklak adalah “etika” yang
menyelidiki mana yang baik dana mana yang buruk dengan
memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran.15
Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran
Islam yang memiliki kedudukan yang sangat penting, di samping
dua kerangka dasar lainnya. Akhlak merupakan buah yang
dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syariah. Ibarat
bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut
setelah fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak
ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah
dan syariah yang baik.16
b. Kedudukan Akhlak dalam Islam
Dalam Islam akhlak menduduki posisi penting, hal ini dapat
difahami dari salah satu misi Rasulullah Muhammad SAW yaitu
untuk menyempurnakan akhlak manusia. Menurut Langgulung dan
Najati sebagaimana yang dikutip oleh Hasan Asari bahwa mereka
menggariskan hal-hal praksis yang dapat dilakukan dalam
pendidikan akhlak anak, antara lain:17

14
Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika
Dalam Islam (Yogyakarta: Debut Wahana Press, 2009), h.21.
15
Hamzah Ya’qub, Etika Islam,, (Bandung: Dipenogoro, 1993), h.12.
16
Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia Pengantar Studi...’, h.13.
17
Hasan Asari, Hadis-hadis Pendidikan Sebuah Penelusuran Akar-akar Ilmu Pendidikan
Islam cet ke-II, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2014), h.280-282.
1) Meneladankan/menjadi contoh kepada anak akan akhlak yang
mulia.
2) Menciptakan suasana dan ruang kepada anak untuk berakhlak
mulia.
3) Menunjukkan kepada anak bahwa orangtua selalu mengawasi
sikap dan prilaku mereka.
4) Menjauhkan anak dari teman-temannya yang memungkinkannya
berakhlak tercela.
5) Menjaga anak agar tidak mengunjungi tempat-tempat yang
dapat merusak akhlaknya.
6) Membiasakan anak untuk hidup bersahaja agar mereka mampu
bersikap sabar dalam menghadapi kesulitan hidup. Kemanjaan
dan kekayaan akan mengajarkan hal yang sebaliknya.
7) Mendidik anak adab makan, mandi, berpakain, buang air, tidur
dan sebaginya yang telah diatur dalam Islam termasuk do’a-do’a
yang mengiringi aktivitas tersebut.
8) Mengajarkan anak dan membiasakan mereka untuk membaca al-
Qur’an setiap hari.
9) Mengajarkan anak cerita-cerita tentang para Nabi, Rasul,
sahabat Rasul, dan orang-orang salih lainnya dalam sejarah
Islam.
10) Memberi respon atas akhlak anak, yakni dengan memberikan
penghargaan atas akhlak yang baik dan memberikan hukuman
atas akhlak yang buruk.
11) Membiasakan anak untuk melakukan hal-hal yang bersifat
jasmaniah/olah raga (tarbiyah jasadiyah).
12) Membiasakan anak untuk bersikap rendah hati dan menghargai
orang lain.
13) Mendidik anak untuk tidak bersifat materialis.
14) Melarang anak untuk melakukan sumpah, baik sumpah yang
benar maupun yang bersifat sombong.
15) Membiasakan anak untuk berkata-kata dengan perkataan yang
baik serta melarang mereka untuk berkata-kata kotor dan tercela.
16) Mengajarkan anak untuk sabar menerima hukuman, khususnya
bila menerima hukuman dari guru.
17) Memberikan anak waktu untuk istirahat dan rekreasi.
18) Jika anak telah remaja (baligh) mereka diharuskan untuk tetap
melaksanakan shalat setiap waktu dan menjalankan ibadah-
ibadah wajib lainnya.
19) Menanamkan dalam jiwa anak rasa takut melakukan perbuatan-
perbuatan dosa.
c. Akhlak Anak
Akhlak anak diperoleh dengan meneladani sifat-sifat
Rasulullah, ada pun konsep pemikiran Imam Al-Ghazali tentang
pendidikan akhlak pada anak sebagai berikut:18

1) Akhlak terhadap Allah


Orangtua sejak dini dianjurkan untuk membiasakan
anak-anak nya untuk beribadah, seperti, sholat,berdoa,berpuasa
di bulan ramadhan, sehingga berangsur-angsur tumbuh rasa
senang melakukan ibadah tersebut
2) Akhlak terhadap orangtua
Seseorang anak haruslah di didik untuk selalu taat
kepada orangtua nya,gurunya, serta bertanggung jawab atas
pendidikannya, dan hendaklah ia menghormati siapa saja yang
lebih tua dari nya.
3) Akhlak kepada diri sendiri
a) Adab makan

18
Eko Setiawan, Konsep Pendidikan Akhlak Aspek Perspektif Imam Al-Ghazali, Jurnal
kependidikan Vol.5 No.1 Tahun 2017, h.48.
Hendaklah di ajarkan oleh anak adab makan dan
minum, misalnya makan dan minum pakai tangan kanan
dan makan dan minum sambil duduk.
b) Adab pakaian
Orangtua harus benar-benar menjaga anaknya untuk
tidak gemar berhias mengejar kesenangan
duniawi,kemewahan dan pola hidup boros.
c) Larangan mencuri
Seorang anak harus diajarkan untuk tidak sekali-kali
mengambil barang yang bukan miliknya walaupun sangat
diinginkannya.
4) Akhlak kepada orang lain
a) Adab duduk
Hendaklah anak-anak diajarkan cara duduk yang
baik dan benar, tidak meletakkan kaki yang sebelah diatas
kaki yang sebelahnya lagi.

b) Adab berbicara
Anak-anak agar dijaga dari perkataan yang sia-sia,
keji, mengutuk, memaki, dan bergaul dengan orang yang
lidahnya selalu berbuat demikian.
Anak yang memperoleh pendidikan akhlak yang baik tidak
hanya merasakan kebaikan di dunia saja tetapi juga sebagai
penyelamat dirinya di akhirat nanti.Dengan demikian pendidikan
akhlak merupakan kegiatan yang tidak boleh ditunda karena
berhubungan dengan seluruh dimensi kehidupan manusia. Kegiatan
ini memerlukan keseriusan dan kerja sama seluruh elemen dan pakar
pendidikan akhlak.
Maksud dari penjelasan diatas adalah akhlak anak memang
harus diajarkan sejak dini tentang akhlak kepada Allah,orangtua, dan
diri sendiri karena akhlak sebagai gambaran dari iman seseorang
yang menunjukkan bentuk perilaku. Dan orangtua harus benar-benar
harus menjaga anaknya untuk tidak salah bergaul.
3. Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak kecil yang memiliki potensi yang
masih harus dikembangkan. Anak yang memiliki karakteristik
tertentu, yang khas dengan orang dewasa, mereka selalu aktif,
dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar,
dirasakan, dan mereka seolah-olah tak pernah berhenti bereksplorasi
dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara
alamiah, merupakan makhluk social, unik, kaya dengan fantasi,
memiliki daya perhatian yang pendek dan merupakan masa yang
paling potensial untuk belajar.19 Anak usia dini merupakan individu
yang berbeda, unik dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai
dengan tahapan usianya.20
Masa usia dini (0-6) merupakan masa keemasan (golden age)
di mana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting
untuk tugas perkembangan selanjutnya. Masa awal kehidupan anak
merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seseorang
anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami
perkembangan yang sangat pesat (eksplosif), begitu pula dengan
perkembangan fisiknya.21
Dengan kata lain, bahwa anak usia dini sedang dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang
paling pesat. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut telah dimulai
19
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini cet,VI, (Jakarta:
Indeks Permata Puri Media, 2013), h.6.
20
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA &
Anak Usia Kelas Awal SD/MI cet, I, (Jakarta: Kencana, 2011), h.14.
21
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik…”, h.15.
sejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Pembentukan sel saraf
otak, sebagai modal pembentukan kecerdasan terjadi saat anak dalam
kandungan. Setelahlahir tidak terjadi lagi pembentukan sel saraf
otak, tetapi hubungan antarsel saraf otak (sinap) terus berkembang.
b. Hakikat Anak Usia Dini
Menurut Montessori sebaimana yang dikutip oleh Yuliani,
bahwa anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang
rentang usia perkembangan manusia. Masa ini merupakan periode
sensitive (sensitive periods), selama masa inilah anak secara khusus
mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa
ini pula anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka
memahami dan menguasai lingkungannya. Pada masa keemasan
merupakan masa di mana anak mulai peka untuk menerima berbagai
stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik
disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah terjadi
pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap
merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang
diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari.
Pada hakikatnya anak adalah makhluk individu yang
membangun sendiri pengetahuannya. Itu artinya bahwa guru dan
pendidik anak usia dini lainnya tidaklah dapat menuangkan air
begitu saja ke dalam gelas yang seolah-olah kosong melompong.
Anak lahir dengan membawa sejumlah potensi yang siap untuk
ditumbuhkembangkan asalkan lingkungan menyiapkan situasi dan
kondisi yang dapat merangsang kemunculan dari potensi yang
tersembunyi tersebut.22 Anak usia dini adalah sosok individu yang
sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan
fundamental bagi kehidupan selanjutnya.23
c. Karakteristik Anak Usia Dini

22
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan…”, h.54
23
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan…”, h.56.
Menurut Balitbang Dinas sebaiamana yang dikutip oleh
Syamsu dan Nani bahwasanya karekteristik Anak Usia Dini adalah
sebagai berikut:24
1) Fisik
a) Menyebutkan nama, jenis kelamin, umur dan alamat rumah
b) Berbicara lancer dengan kalimat sederhana
c) Dapat menggunakan dan menjawab pertanyaan “apa”
“mengapa” “dimana” dan “kapan”
d) Senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita
sederhana
2) Motorik
Motorik Halus
a) Dapat mengurus diri sendiri
b) Belajar menggunting
c) Menjahit sederhana
d) Melipat kertas sederhana
Motorik Kasar
a) Berlari dengan cepat
b) Naik tangga
c) Melompat di tempat
d) Dapat bangun dari tidur tanpa berpegangan
3) Kognitif (Daya Cipta)
a) Dapat menggunakan konsep waktu
b) Dapat mengelompokkan benda dengan berbagai cara
(warna, ukuran, bentuk)
c) Mengenal bermacam-macam rasa, bau, suara, ukuran dan
jarak
d) Mengenal sebab akibat
e) Dapat melakukan uji coba sederhana

24
Syamsu Yusuf L. N dan Nani M.Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2011), h.53.
f) Mengenal konsep bilangan
g) Mengenal bentuk-bentuk geometri
h) Mengenal alat untuk mengukur
i) Mengenal penambahan dan pengurangan dengan benda-
benda
4) Sosial-emosional
a) Tenggang rasa
b) Bekerja sama
c) Dapat bermain atau bergaul dengan teman
d) Dapat berimajinasi
e) Mulai belajar berpisah dari orang tua
f) Mengenal dan mengikuti aturan
g) Merasa puas dengan prestasi yang diperoleh
h) Menunjukkan rekasi emosi yang wajar.
5) Seni
a) Meronce dengan manic-manik besar
b) Menggambar bebas
c) Mewarnai gambar sederhana
B. Kajian Penelitian yang Relavan
1. Penelitian Ninda Kurniawati yang berjudul “Pelaksanaan
Pembelajaran Kontekstual Pendidikan Agama Islam Untuk Anak
Kelompok Usia 5-6 Tahun Segugus 1 Kecamatan Minggir” Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2016.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis
penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh TK
se-gugus 1 kecamatan Minggir melakukan perencanaan pembelajaran
kontekstual meliputi penulisan standar kompetensi dan penilaian dasar
pengenalan pendidikan agama Islam, penentuan indikator dalam
pencapaian hasil belajar pendidikan agama Islam, penentuan metode,
tujuan dan alokasi waktu, penentuan materi dan persiapan mengajar,
penentuan alat dan bahan, dan penentuan evaluasi. Satu diantara enam
TK di gugus 1 kecamatan Minggir tidak melaksanakan pembelajaran
kontekstual pendidikan agama Islam yaitu TK Masyithoh Minggir 1.
Dua sekolah tidak melaksanakan penilaian autentik yaitu TK Masyithoh
Minggir 1 dan TK ABA Tobayan. Hambatan selama proses
pembelajaran meliputi sekolah belum menggunakan RKH berbasis
pembelajaran kontekstual, kemampuan guru yang berbeda antara guru
satu dengan lainnya, kondisi kelas yang kurang kondusif karena anak
sulit diatur, ada guru yang hanya menilai hasil karya anak tanpa melihat
prosesnya secara langsung, letak geografis yang kurang mendukung
dikarenakan berada di tengah pemukiman warga beragama lain.25

2. Penelitian Siti Aminah yang berjudul “Upaya Meningkatkan Akhlak


Anak Usia Dini (5-6 Tahun) Melalui Pembelajaran Tematik
Berbantuan Media Audiovisual Di PAUD Al-Kamal Laut Dendang”
Jurnal Ansiru Vol1 No.1 Tahun 2017.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan ruang kelas model penelitian tindakan (PTK). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa respon anak terhadap pengetahuan dan
keterampilan karakter pada praksis siklus 1 cukup baik, karena anak
sudah mulai memahami perilaku karakter. Selanjutnya, respon
pengetahuan dan keterampilan moral dari anak dari siklus 2 ke siklus 3
baik dan menyenangkan karena anak sudah memahami understand
perilaku karakter yang baik. Oleh karena itu, anak-anak termotivasi
untuk melakukan akhlak yang baik perilaku di dalam kelas dan di luar
kelas.26
25
Ninda Kurniawati, “Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual Pendidikan Agama Islam
Untuk Anak Kelompok Usia 5-6 Tahun Segugus 1 Kecamatan Minggir” Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2016.
26
Siti Aminah, “Upaya Meningkatkan Akhlak Anak Usia Dini (5-6 Tahun) Melalui
Pembelajaran Tematik Berbantuan Media Audiovisual Di PAUD Al-Kamal Laut Dendang” Jurnal
3. Penelitian oleh Kristiyawati yang berjudul “Dampak Tayangan Televisi
Terhadap Perkembangan Perilaku Anak Di Desa Sepakat Bersatu
Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo” UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi Tahun 2020.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif, dan jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian lapangan (field recearch). Hasil kesimpulan dari penelitian
ini adalah Tayangan televisi yang di tonton anak di Rt 02 Desa Sepakat
Bersatu Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo adalah tayangan
televisi yang berjenis Sinetron seperti SAMUDRA CINTA dan PUTRI
MAHKOTA, berjenis kartun seperti tayangan film kartun ASTRO
BOY GO. Dampak tayangan televisi terhadap perkembangan perilaku
anak di Rt 02 Desa Sepakat Bersatu Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten
Tebo adalah anak menjadi malas belajar, anak mengikuti gaya bicara
yang ditayangkan oleh televisi, membuat anak tidak disipin dan anak
menjadi malas melakukan kegiatan keagamaan. Upaya yang dilakukan
orang tua di desa sepakat bersatu untuk mengatasi dampak tayangan
televisi adalah Mematikan Televisi Saat Jam Belajar Anak, mengawasi
tayangan televisi yang di tonton anak, Memberi pengertian pentingnya
bersosialisasi, Membatasi waktu menonton anak, Memberi pendidikan
agama sejak dini dan orangtua Memberikan Motivasi Kepada Anak.27
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah suatu kerangka yang digunakan untuk
menganalisis dan mencari secara mendalam yang diambil dari konsep tertentu
yang telah ditampilkan. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kesalah pahaman
dalam peneliti “Implementasi Pembelajaran Kontekstual Bagi Perkembangan
Akhlak Anak Usia Dini Di RA Aisyiyah Bungamas Kabupaten Seluma”

Ansiru Vol1 No.1 Tahun 2017.


27
Kristiyawati, “Dampak Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Perilaku Anak Di
Desa Sepakat Bersatu Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo” UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi Tahun 2020.
Implementasi Pembelajaran Kontekstual Bagi Perkembangan Akhlak
Anak Usia Dini memiliki aspek-aspek kerangka berfikir antara lain:

Rumusan Landasan Pengumpul Analisis


Masalah Teori Data Data Kesimpulan
Landasan Landasan
Teori Teori

Domain Content
Taksonomi
Analisys

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan,
Penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang
pengumpulan datanya dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai
literatur. Literatur. Penekanan penelitian kepustakaan adalah ingin
menemukan berbagai teori, hukum, dalil, prinsip, pendapat, gagasan dan lain-
lain yang dapat dipakai untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang
diteliti.
Menurut Abdul Rahman Sholeh, penelitian kepustakaan (library
research) ialah penelitian yang menggunakan cara untuk mendapatkan data
informasi dengan menempatkan fasilitas yang ada di perpus, seperti buku,
majalah, dokumen, catatan kisah-kisah sejarah.28
Disebut penelitian kepustakaan karena data-data atau bahan-bahan yang
diperlukan dalam menyelesaikan penelitian tersebut berasal dari perpustakaan
baik berupa buku, ensiklopedi, kamus, jurnal, dokumen, majalah dan lain
sebagainya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yaitu dengan menekankan analisisnya pada proses penyimpulan
komparasi serta pada analisis terhadap dinamika hubungan fenomena yang
diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif merupakan
pendekatan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari
orang-orang yang diamati yang tidak dituangkan ke dalam istilah yang
digunakan dalam penelitian kuantitatif.29

B. Sumber Data
sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data di peroleh.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbagai macam literatur
yang berhubungan dengan objek penelitian (buku-buku, jurnal, skripsi dan
21
internet) yang berkaitan dengan Implementasi Pembelajaran Kontekstual Bagi
Perkembangan Akhlak Anak Usia Dini Di RA Aisyiyah Bungamas
Kabupaten Seluma.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data sepenuhnya didapatkan dan dikumpulkan melalui
penelusuran kepustakaan atau dikenal juga dengan riset dokumenter
(Documentery Research) yakni suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen tertulis. Dokumen-
dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jurnal-jurnal /literatur-
28
Abdul Rahman Sholeh, Pendidikan Agama dan Pengembangn untuk Bangsa, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.63.
29
Saifuddin Azmar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h.5.
literatur yang ditulis oleh para ahlinya terutama yang terkait implementasi
pembelajaran kontekstual bagi perkembangan akhlak anak usia dini. jurnal-
jurnal/literatur tersebut yang telah dihimpun, kemudian dipilih dan
disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Selanjutnya data tersebut,
dipilah dan dianalisis serta dikelompokkan sesuai dengan kategorisasinya
melalui pendekatan Content Analisys (analisis isi). Content Analisys penulis
gunakan untuk menganalisis data dan akhirnya mendapatkan makna dan
kesimpulan.
D. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penganalisisan adalah dengan analisis
induktif. Menurut Sugiono analisis data kualitatif adalah bersifat induktif
yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya
dikembangkan. Sementara menurut Djajasudarma bahwa data secara induktif
yaitu data yang dikaji melalui proses yang berlangsung dari data ke teori.
Analisis tersebut diharapkan dapat ditemukan pokok-pokok pikiran
yang sesuai dengan fokus penelitian. Kategori dan karakteristik itu berfungsi
untuk menggambarkan dan membatasi data, di samping menjadi pedoman ke
arah penelitian selanjutnya. Sesuai dengan penelitian ini penelitian kualitatif
jenis riset kepustakaan, maka analisis data yang digunakan adalah analisis
kualitatif. Analisis kualitatif, yaitu analisis domain, taksonomi, kompensial
dan analisis tema kultural.
Data yang diperoleh dan terkumpul, selanjutnya diolah dan dianalisis
dengan teknik analisis isi (Content Analysis). Content Analysis adalah analisis
ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Hal ini juga dinyatakan oleh
Burhan Bungin bahwa: Content Analysis adalah teknik penelitian untuk
membuat inferensi-inferensi (kesimpulan) yang dapat ditiru (Replicable) dan
data yang sahih dengan memperhatikan konteksnya, yang bertujuan
memperoleh pemahaman secara lebih tajam dan mendalam tentang
permasalahan yang diteliti. Teknik ini juga dikenal dengan istilah literature
study yang lazim dilakukan dalam penelitian kepustakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti. Upaya Meningkatkan Akhlak Anak Usia Dini (5-6 Tahun) Melalui
Pembelajaran Tematik Berbantuan Media Audiovisual, Jurnal Ansiru 1(1)
Juni 2017.

Asari, Hasan. Hadis-hadis Pendidikan Sebuah Penelusuran Akar-akar Ilmu


Pendidikan Islam cet ke-II. Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2014.

Azmar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2012.

Djoehaeni, Heny. Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching


Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Di Taman
Kanak Kanak, Jurnal Educational Technology 15(1) Tahun 2016.
Hidayat, Otib Satibi. Metode Pengembangan Moral  dan Nilai-nilai. Agama.
Jakarta: Universitas Terbuka, 2005.

Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung:


Refika Aditama, 2010.

Kristiyawati. “Dampak Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Perilaku


Anak Di Desa Sepakat Bersatu Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo”
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2020.

Kurniawati, Ninda. “Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual Pendidikan Agama


Islam Untuk Anak Kelompok Usia 5-6 Tahun Segugus 1 Kecamatan
Minggir” Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun
2016.

L.N, Syamsu Yusuf dan Nani M.Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2011.

Marzuki. Prinsip Dasar Akhlak Mulia Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar


Etika Dalam Islam. Yogyakarta: Debut Wahana Press, 2009.

Mudhofir, Ali. Desain Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada,


2016.

Mulyasa, E. Strategi Pembelajaran PAUD. Bandung: PT Remaja Rodaskarya,


2010.

Mulyasa, E. Strategi Pembelajaran PAUD. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,


2017.

Rachma, Nia dkk. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Anak Usia 5-6 Tahun di
TK. Pontianak: Pendidikan Guru PAUD FKIP UNTAN, 2012.

Setiawan, Eko. Konsep Pendidikan Akhlak Aspek Perspektif Imam Al-Ghazali,


Jurnal kependidikan 5(1) Tahun 2017.

Sholeh, Abdul Rahman. Pendidikan Agama dan Pengembangn untuk Bangsa.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Sujiono, Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini cet,VI.
Jakarta: Indeks Permata Puri Media, 2013.

Sukreni,Wayan dkk. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Untuk


Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Anak, e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan
Dasar 4(1) Tahun 2014.
Susanto, Ahmad. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.

Trianto. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini


TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI cet, I. Jakarta: Kencana, 2011.

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

Ya’qub, Hamzah. Etika Islam. Bandung: Dipenogoro, 1993.

Anda mungkin juga menyukai