Anda di halaman 1dari 33

HAKIKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN BESERTA ALIRANNYA

Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu:

Dr. Malikah, S.Ag, M.Psi

Disusun Oleh:

Yunita Ika Rahmawati (11020122114)

Rahma Putri Nimas Sari (11040122172)

Sabrina Qurrotul ‘Ayun (11040122175)

Tegar Bagus Samudra (11040122179)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah senatiasa kami panjatkan kepada kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada kita sehingga
penulis dapat menyelesaikan Mmakalah yang berjudul “HAKIKAT PSIKOLOGI
PENDIDIKAN BESERTA ALIRANNYA”

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada Dr. Malikah,


S.Ag, M.Psi sebagai dosen pengampu dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan
yang telah berperan penting mengarahkan serta membimbing kami dalam proses
penyusunan makalah ini. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada teman-
teman yang turut serta dalam pembuatan penugasan makalah ini sehingga makalah
ini dapat selesai tepat waktu.

Demikian tugas ini disusun agar dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi
dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun ajaran 2023.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat diterapkan baik oleh penulis
maupun pembaca dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menyusun makalah ini, kami
merasa bahwa masih banyak kekurangan serta masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Hal ini dikarenakan oleh
terbatasnya pengetahuan serta pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 11 September 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Hakikat Pendidikan.........................................................................................................5
a. Definisi Pendidikan Menurut Para Ahli......................................................................6
c. Tujuan Pendidikan.......................................................................................................7
d. Ciri-ciri atau Unsur Umum dari Pendidikan...............................................................7
e. Asumsi Dasar yang Berkenaan dengan Hakikat Pendidikan......................................8
f. Dimensi Pendidikan.....................................................................................................8
g. Batasan Pendidikan Berdasarkan Fungsinya...............................................................9
B. Hakikat Psikologi Pendidikan.......................................................................................10
a. Definisi Psikologi......................................................................................................10
b. Definisi Psikologi Pendidikan...................................................................................11
c. Tujuan Psikologi Pendidikan.....................................................................................12
e. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan.......................................................................13
f. Penerapan Psikologi Pendidikan...............................................................................14
C. Aliran-aliran dalam psikologi.......................................................................................14
a. Aliran Behaviorisme.........................................................................................................14
b. Aliran Kognitif..............................................................................................................18
c. Aliran Humanisme........................................................................................................23
BAB III.....................................................................................................................................29
PENUTUP................................................................................................................................29
Kesimpulan...........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................30

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sadar atau tidak setiap individu pasti pernah mengalami serta melakukan
aktivitas belajar. Hal ini karena aktivitas belajar tidak dapat dipisahkan dari setiap
kehidupan seseorang dari sejak lahir hingga sampai pada umur tuanya. Setiap manusia
tentunya memiliki kebutuhan dasar dalam kehidupannya. Salah satu kebutuhan paling
dasar tersebut adalah pendidikan. Pendidikan dan manusia tidak dapat dipisahkan. Hal
ini karena pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia. Pendidikan sendiri
dianggap menjadi salah satu instrumen utama dan penting milik peserta didik.
Pendidikan sendiri juga dianggap sebagai kunci kemajuan dari suatu bangsa. Hal ini
dapat terlihat bahwa tidak ada bangsa yang maju apabila tidak didukung dengan
adanya pendidikan yang kuat. Pendidikan ini tentunya akan mengalami perubahan,
perkembangan, serta perbaikan yang selaras dengan perkembangan dalam sejumlah
bidang kehidupan. Pendidikan ini juga tidak dapat terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran yang ada dengan penerapan kurikulum yang diharapkan mampu untuk
menyesuakan dengan perkembangan zaman.
Belajar merupakan sebuah proses yang memungkinkan seseorang untuk
mendapatkan serta memperoleh dan membentuk kompetensi, ketrampilan dan sikap
yang baru. Proses belajar ini melibatkan proses-proses internal yang terjadi
berdasarkan pengalaman, latihan serta interaksi social. Hasil belajar ini akan
ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku dan hasil perubahannya akan bersifat
reletif permanen.
Pendidikan dan psikologi sendiri memiliki keterkaitan yang sangat erat serta
memainkan peran yang penting dalam pengembangan indiviu dan masyarakat.
Psikologi ini dianggap bisa membantu pendidik dalam merancang kurikulum yang
selaras dengan kebutuhan perkembangan seorang anak dan juga membantu dalam
pemilihan strategi pembelajaran yang efektif. Dengan adanya pemahaman yang baik
terkait psikologi, maka tentunya seorang pendidik ini dapat dengan mudah untuk
memahami bagaimana seorang individu dapat belajar, mengingat serta menerapkan
pengetahuan yang mereka peroleh tersebut.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan?
2. Apa saja ciri-ciri atau unsur umum dari pendidikan?
3. Dimensi apa saja yang ada dalam pendidikan?
4. Apa yang dimaksud dengan hakikat psikologi pendidikan?
5. Apa tujuan dari psikologi pendidikan?
6. Apa saja manfaat dari psikologi pendidikan?
7. Apa saja ruang lingkup dari psikologi pendidikan?
8. Bagaimana penerapan dari psikologi pendidikan?
9. Aliran-aliran apa saja yang ada dalam psikologi?
10. Bagaimana implikasi atau penerapan dari masing-masing aliran psikologi dalam
bidang pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari hakikat pendidikan.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri serta unsur umum dari pendidikan.
3. Untuk mengetahui macam-macam dimensi yang ada dalam pendidikan.
4. Untuk mengetahui hakikat dari psikologi pendidikan.
5. Untuk mengetahui tujuan dari psikologi pendidikan.
6. Untuk mengetahui manfaat dari psikologi pendidikan.
7. Untuk mengetahui ruang lingkup dari psikologi pendidikan.
8. Untuk mengetahui penerapan dari psikologi pendidikan.
9. Untuk mengetahui aliran-aliran yang terdapat dalam psikologi pendidikan.
10. Untuk mengetahui implikasi serta penerapan dari masing-masing aliran psikologi
dalam bidang pendidikan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pendidikan
Pada dasarnya istilah mengenai pendidikan itu didapatkan dari bahasa Yunani
“paedagogie”, yang akhir katanya “pais” dengan artian anak dan “again” dengan
artian membimbing, sehingga “paedagogie” itu diartikan sebagai bimbingan yang
diberikan terhadap anak. Berdasarkan pada KBBI, pendidikan itu asalnya dari kata
‘didik’ dan memperoleh imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, dengan artian perbuatan
mendidik. Secara bahasa, pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku
individu atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia dari
pembelajaran dan pelatihan yang ada (Marbun, 2018). Pada bahasa Inggris,
pendidikan sendiri diterjemahkan menjadi “education”, Kata “education” terbentuk
dari bahasa Yunani “educare”, yaitu membawa keluar yang tersimpan pada jiwa anak
untuk diarahkan agar bertumbuh dan berkembang. Berdasarkan terhadap Dictionary
of Education, pendidikan sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses dimana seorang
individu dapat mengembangkan kemampuan sikap, dan bentuk-bentuk perilaku
lainnya pada masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana individu tersebut
dihadapkan terhadap pengaruh lingkungan yang bersifat terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga pada nantinya individu tersebut bisa
mendapatkan atau mengalami perkembangan kemampuan sosial, serta kemampuan
individu yang ideal.
Berdasarkan terhadap Garis-Garis Besar Haluan Negara tepatnya pada tahun
1998 pendidikan sendiri pada hakikatnya adalah bentuk usaha sadar dalam
mengembangkan suatu kepribadian disertai kemampuan yang ada di dalam dan di luar
sekolah, serta berlaku seumur hidup, serta dilakukan pada lingkungan keluarga,
msyarakat, dan pemerintah. Pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwasannya pendidikan
dianggap sebagai usaha secara sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana
belajar serta proses pembelajaran supaya nantinya siswa dapat berperan secara aktif
pada saat mengoptimalkan potensi dirinya untuk mempunyai kekutan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan
keterampilan yang dibutuhkannya, masyarakat, bangsa, serta negara.

5
Adapun dari ketetapan MPR yang menguraikan bahwa pendidikan itu adalah
sebuah upaya dalam mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin
dengan cara yang terarah, serasi, serta menyeluruh dengan disertai sejumlah upaya
proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa supaya nantinya generasi muda ini
dapat mengalami perkembangan yang optimal dengan adanya hak dukungan dan
lingkungan yang selaras dengan kemampuannya (Syafril & Zen, 2017). Pendidikan
dianggap sebagai sebuah proses belajar yang dilalui individu dari lembaga
pendidikannya (Ulfa, 2020). Pada hakikat yang sebenarnya, pendidikan nasional itu
dianggap sebagai sebuah kekuatan (power) dan dalam pendidikan juga membutuhkan
adanya pilar yang digunakan untuk penyangga sistem pendidikan nasional yang akan
dilaksanakan nantinya supaya dapat berjalan dengan efektif (Kurniawan, et al., 2022).
a. Definisi Pendidikan Menurut Para Ahli
 Menurut Prof., Brojonegoro, pendidikan merupakan pemberian bantuan
terhadap manusia yang belum sepenuhnya dewasa oleh orang yang sudah
dewasa pada pertumbuhannya hingga tercipta kedewasaan pada dewasa
jasmani serta rohani.
 Menurut Prof. Drs. Notonagoro, SH., hakikat pendidikan adalah sebuah
hubungan berpengaruh yang bermanfaat pada manusia pada saat berada
dalam kondisi tumbuh dalam menggapai tujuan hidup kemanusiaan.
Tentunya pada saat bertumbuh, bila individu tersebut masih hidup, maka
tentunya masih memerlukan dan membutuhkan adanya pendidikan.
 Menurut Driyarkara, pendidikan sendiri diartikan sebagai hidup bersama
pada kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak dengan didalamnya berlangsung
pemanusiaan, pembudayaan anak karena ada pelaksanaan nilai-nilai,
dengan mana ia nantinya akan belajar berproses untuk bisa memanusiakan,
membudaya sendiri, serta bisa melakukan sendiri manusia purnawan
(Anshory & Utami, 2018).
b. Pendidikan Sebagai Suatu Ilmu
Dalam hal ini pendidikan sendiri bisa dikatakan sebagai suatu ilmu, tentunya bila
memenuhi sejumlah persyaratan, diantaranya yaitu :
1. Mempunyai Objek
Tentunya terdapat dua macam objek pendidikan, yaitu objek materi, terkait
dengan peserta didik dan warga belajarnya dan objek formal, gejala yang
muncul, dirasakan, diekspresikan pada kehidupan manusia tersebut.

6
2. Memiliki Metode Penyelidikan
Pendidikan bisa dianggap sebagai sebuah ilmu bila memiliki metode
penyelidikan yang terdiri dari ruang lingkup masalah, tujuan, hipotesis, tempat
penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, instrumen pengambilan data
mengenai variabel yang diteliti, serta analisis data disertai kesimpulan.
3. Bersifat Sistematis
Dalam hal ini terdapat keterkaitan antara sejumlah pokok yang ada dalam
pendidikan. Pokok tersebut menginterpretasikan tentang pendidikan sebagai
ilmu secara menyeluruh, bahan dan proses pada pendidikan, faktor yang
meningkatkan pendidikan, pendidik, penyelenggaraan pendidikan, dan alat
yang dipakai dalam pengembangan pendidikan tersebut.
4. Memiliki Tujuan
Dalam hal ini pendidikan itu dalam rangka mengembangkan individu baik
secara jasmani ataupun rohani dengan optimal supaya bisa meningkatkan
kehidupan dan kehidupan diri, keluarga, masyarakat yang ada di sekitarnya
tersebut (Masang, 2021).
c. Tujuan Pendidikan
Tujuan dari pendidikan sendiri secara umum adalah mengilustrasikan nilai-
nilai yang benar. Berdasarkan dari pandangan Tirtarahardja pendidikan ini
bertujuan untuk memberikan arah terhadap kegiatan pendidikan dan sesuatu yang
ingin digapai oleh seluruh pendidik. Tentunya tujuan pendidikan ini bersifat
memaksa, sehingga nantinya perlu untuk dipatuhi oleh peserta didik tersebut.
Tujuan pendidikan sendiri ini bisa diterima oleh seluruh anggota masyarakat dan
tentunya tidak beralih arah atau menyimpang dari perkembangan seorang siswa
tersebut. Apabila pendidikan ini tidak bisa menafsirkan tujuan dari pendidikan
sendiri, maka tentunya akan menimbulkan terjadinya kesalahan pada saat
menyelenggarakan pendidikan tersebut (Anshory & Utami, 2018).
d. Ciri-ciri atau Unsur Umum dari Pendidikan
1. Pendidikan itu adalah usaha sadar dari seorang pendidik yang memiliki
tanggung jawab terhadap masa depan anak atau peserta didiknya..
2. Dalam mencapai tujuan pendidikan anak didik itu harus diikutkan agar
sepenuhnya terlibat dengan aktif.
3. Pencapaian tujuan tersebut terselenggara pada proses dimana dibutuhkan
bimbingan yang terencana, teratur, dan analitis.

7
4. Kegiatan tersebut terlaksana pada alur pendidikan formal, informal, dan
nonformal pada sekolah dan di luar sekolah.
Tentunya hakikat pendidikan sendiri ini tidak bisa terlepas dari hakikat manusia
yang sebenarnya. Hal tersebut dikarenakan urusan fundamental pendidikan sendiri
adalah manusia. Adapun pengetahuan yang diyakini oleh guru mengenai manusia
yang akan mempengaruhi strategi atau metode yang diterapkan pada saat
melakukan sejumlah tugasnya. Dan tentunya juga konsep dari suatu pendidikan
yang diyakini itu mempunyai keterkaitan yang erat dengan hakikat dari suatu
pendidikan.
e. Asumsi Dasar yang Berkenaan dengan Hakikat Pendidikan
1. Pendidikan adalah sebuah proses interaksi yang terjadi pada manusia dengan
ditandai oleh adanya keseimbangan anatara kedaulatan subjek didik dan
kewibawaan pendidikan itu sendiri.
2. Pendidikan adalah usaha persiapan subjek didik dalam upaya menghadapi
lingkungan hidup yang mendapati perubahan yang semakin cepat.
3. Pendidikan memajukan kualitas kehidupan pribadi serta masyarakat.
4. Pendidikan ini berlaku seumur hidup
5. Pendidikan ini dianggap sebagai kunci dalam mengimplementasikan prinsip-
prinsip Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam membentuk manusia
sepenuhnya.
f. Dimensi Pendidikan
Pendidikan sendiri pada dasarnya hendaklah terealisasi di dalam ketiga
dimensinya, diantaranya yaitu :
1. Dimensi Demokratik
Dimensi demokratik dalam pendidikan sendiri mengungkapkan bahwasannya
baik isi ataupun penyelenggaraan pendidikan sendiri ini seharusnya bisa
memupuk wawasan pengetahuan dan sikap dari siswa agar dapat menghargai
orang lain sebagaimana ia menghargai diri mereka sendiri. Tentunya dalam
hal ini juga disertai memupuk tumbuhnya sikap yang bersifat bebas dalam
upaya untuk berpikir, berpendapat, serta bertindak.
2. Dimensi Inspiratif
Dimensi inspiratif dalam pendidikan sendiri mengungkapkan bahwasannya
pendidikan ini harus berisi semua hal yang bisa mengoptimalkan sejumlah
potensi diri dari seorang peserta didik, memupuk seorang peserta didik agar

8
dapat menjunjung tinggi nilai, moral, budi pekerti yang baik, membangun
penilaian yang baik pada dirinya sendiri tersebut, melajukan semangat dan
motivasi peserta didik, serta membangkitkan jiwa mereka tersebut.
3. Dimensi Produktif
Dimensi produktif dalam pendidikan sendiri mengungkapkan bahwasannya
pendidikan ini harus dapat membimbing seorang siswa agar dapat terlibat
secara aktif pada penyelenggaraan pengajaran yang ada. Dalam hal ini disertai
dengan adanya kontribusi dari seorang pendidik dalam penggunaan strategi
belajar yang tepat dan cara penyusunan satuan pembelajaran yang ada dengan
melibatkan konsep cara belajar siswa yang aktif (Syafril & Zen, 2017).
g. Batasan Pendidikan Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan dari segi fungsinya, pendidikan dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu :
1. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Pendidikan adalah kegiatan pewarisan suatu budaya dari satu generasi ke
generasi berikutnya, dimana inilah yang disebut transformasi budaya.
Tentunya terdapat tiga macam bentuk dari transformasi, diantaranya yaitu
nilai-nilai yang masih selaras diteruskan, contohnya nilai tanggung jawab,
nilai-nilai yang kurang cocok diperbaiki, contohnya nilai adat istiadat, serta
nilai-nilai yang tidak cocok untuk diganti, contohnya nilai yang dulu
ditabukan, kemudian beralih menjadi transparansi, contohnya persoalan
pendidikan seks.
2. Pendidikan sebagai Pembentukan Pribadi
Dalam hal ini pendidikan itu dianggap menjadi kegiatan yang berbentuk
sistemik dan sistematik. Tentunya terdapat dua sasaran pada proses ini
diantaranya, yaitu pembentukan individu untuk mereka yang belum cukup
dewasa oleh mereka yang sudah dikategorikan dewasa, pembentukan individu
untuk mereka yang sudah dewasa atas usahanya sendiri.
3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara yang Meng-
Indonesia
Dalam hal ini tentunya pendidikan sendiri dianggap sebagai suatu kegiatan
yang sudah tersusun dalam membekali individu untuk menjadi seorang warga
negara yang berkepribadian baik. Warga negara yang baik itu adalah warga

9
negara yang sudah mengerti lebih lanjut terkait dengan hak dan kewajibannya
tersebut.
4. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Dalam hal ini tentunya pendidikan sendiri diterapkan untuk menyiapkan
tenaga kerja dengan cara melakukan kegiatan pembimbingan terhadap peserta
didik supaya nantinya mereka mempunyai bekal dasar dalam bekerja untuk
nantinya (Uno & Lamatenggo, 2016).

B. Hakikat Psikologi Pendidikan

a. Definisi Psikologi
Secara harfiah, psikologi umumnya dipahami sebagai ilmu jiwa. Dimana,
pengertian ini didasarkan pada terjemahan kata Yunani, yaitu psyche yang berarti
jiwa dan logos yang berarti ilmu atau mempelajari tentang. Dengan begitu,
psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa (Nurliani, 2016).
Selain itu, psikologi adalah ilmu terapan yang mempelajari perilaku manusia dan
fungsi mental ilmiah dimana psikolog mencoba untuk mempelajari peran fungsi
mental dalam perilaku individu dan kelompok serta belajar tentang proses
fisiologis dan neurobiologis yang mendasari perilaku (Hidayah et al., 2017).
Adapula berbagai definisi yang disebutlan oleh para ahli, yaitu sebagai berikut
(Ekaningtyas, 2022):

NO Nama Ahli Pengertian Psikologi


1. Wilhelm Wundt Ilmu tentang kesadaran manusia
2. Robert S. Woodworth Ilmu tentang aktivitas individu,
dan Donald G. Marquis baik motorik, kognitif maupun
emosional.
3. Albert Branca Ilmu pengetahuan tentang
perilaku manusia.
4. Clifford T. Morgan Ilmu pengetahuan yang
mempelajari perilaku manusia
dan binatang
5. Rod Plotnik Studi yang sistematis dan ilmiah
tentang perilaku dan proses
mental.

10
b. Definisi Psikologi Pendidikan
Mengacu pada definisi psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang
perilaku manusia dan proses mental yang melatarbelakanginya, terlihat jelas
bahwa psikologi dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, begitu pula
pada pendidikan. Psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan
ilmiah yang mempelajari perilaku penyadaran sehingga terjadi interaksi berbagai
faktor yang terkait peserta didik dan potensinya serta alam lingkungan dengan
kemungkinan-kemungkinannya (Ekaningtyas, 2022). Menurut Barlow dalam
(Hidayah et al., 2017), psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan
berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber untuk
membantu guru melaksanakan tugas dalam proses belajar mengajar secara efektif.
Psikologi pendidikan (educational psychology) adalah studi mengenai tingkah
laku manusia dalam kegiatan belajar dan pembelajaran, dan penerapan konsep dan
teori- teori psikologi dalam kegiatan belajar/pendidikan. Psikologi pendidikan
adalah cabang dari psikologi yang memfokuskan diri pada pemahaman tentang
proses belajar dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan (Santrock, 2008:4).
Jadi, bisa dikatakan bahwa masalah yang sentral dalam psikologi pendidikan
adalah masalah belajar dan pembelajaran. Hal ini tidaklah mengherankan, karena
sebenarnya belajar dan pembelajaran adalah tindak pelaksanaan dalam usaha
pendidikan. Di dalam usaha mendidik, anak-anak didik belajar dan si pendidik
melakukan pembelajaran kepada para anak didik. Belajar merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan
prilaku individu. Sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui
kegiatan belajar. Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam
dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indra
dan pengalamannya (Rusdi, 2014).
Apapun yang dikemukakan oleh para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat
disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam
penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada sebuah pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya
dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan
belajar (Supriyanto, 2017).

11
c. Tujuan Psikologi Pendidikan
Menurut penelitian dari (Tas’adi, 2019), psikologi pendidikan yang
merupakan cabang dari psikologi ini merupakan suatu pengetahuan yang perlu
dimiliki oleh setiap pendidik. Arthur S. Reber (1988), seorang guru besar
psikologi dari Brooklyn College, mengatakan bahwa psikologi pendidikan adalah
sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah
kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Penerapan prinsip-prinsip belajar dikelas
2. Pengembangan dan pembauran kurikulum
3. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan
pendayagunaan ranah kognitif
5. Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Selain itu, rumusan tujuan psikologi pendidikan dapat digambarkan sebagai
berikut (Ekaningtyas, 2022):
1. Mendeskripsikan gejala-gejala peserta didik sebagai manifestasi interaksi
potensi peserta didik dengan alam lingkungannya
2. Menjelasakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku learning
disabilities.
3. Memprediksiskan perilaku individu dalam menghadapi situasi terkait kegiatan
belajar dan dalam proses belajar mengajar atau pembelajaran.
4. Melakukan kontrol atau upaya dalam mengatasi keterbelakangan dengan
treatment tertentu.
d. Manfaat Psikologi Pendidikan
Manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi guru dan calon guru dapat dibagi
menjadi dua aspek, yaitu (Supriyanto, 2017):
a. Untuk Mempelajari Situasi dalam Proses Pembelajaran:
 Tenaga pendidik diharapkan mampu memahami perbedaan individu
 Tenaga pendidik diharapkan mampu menciptakan iklim pembelajaran
yang kondusif di dalam kelas
 Pemilihan strategi dan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan
karakteristik pengembangan siswa

12
 Memberikan bimbingan kepada peserta didik dengan memberikan bantuan
kepada siswa untuk memecagkan masalah yang dihadapi oleh peserta
didik
 Mengevaluasi hasil pembelajaran guru
b. Untuk Penerapan Prinsip Belajar Mengajar
 Menetapkan tujuan pembelajaran
 Penggunaan media pembelajaran
 Penyusunan jadwal pelajaran.
Selain itu, adapula manfaat lain dari psikologi pendidikan dimandalam hal ini
mencakup manfaat bagi peserta didik, pendidik dan orang tua dari peserta didik.
Beberapa manfaat tersebut antara lain (Ekaningtyas, 2022):
 Para pendidik lebih memahami tentang peserta didik dan kebutuhan
pembelajaran sehingga pendidik dapat memilih pendekatan pembelajaran
yang paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran
 Para pendidik lebih memahami proses peserta didik dalam mempelajari
suatu hal baru sehingga pendidik dapat menyesuaikan metode mengajar
yang sesuai dan mengarahkan cara belajar yang efektif pada peserta didik
 Pendidik juga tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik
 Orang tua juga mampu memanfaatkan dengan menentukan pola asuh yang
tepat pada karakteristik anak
e. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok bahasan psikologi
pendidikan menjadi tiga macam, yaitu (Supriyanto, 2017):
 Pokok bahasan mengenai “belajar” yang meliputi teori, prinsip dan ciri
khas perilaku belajar siswa dan sebagainya.
 Pokok bahasan mengenai “proses belajar” yaitu tahapan perbuatan dan
peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa
 Pokok bahasan mengenai “situasi belajar” yaitu suasana dan keadaan
lingkungan baik bersifat fisik ataupun nonfisik yang berhubungan dengan
kegiatan belajar siswa.

13
f. Penerapan Psikologi Pendidikan
Ketika pengajar mampu memahami psikologi pendidikan, maka seorang
pengajar diharapkan dapat melakukan; (a) merumuskan tujuan pembelajaran
secara tepat, (b) memilih strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi dan kemampuan peserta didik, (c) memilih alat bantu dan media
pembelajaran yang tepat, (d) memberikan bimbingan atau bahkan memberikan
konseling kepada peserta didik, (e) memotivasi belajar peserta didik, (f)
menciptakan iklim belajar yang kondusif, (g) berinteraksi dengan peserta didik
secara baik dan disenangi, (h) menilai hasil belajar peserta didik (Rusdi, 2014).
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan dengan adanya psikologi
pendidikan ini proses perkembangan siswa dapat dipertimbangkan lebih guna
sebagai bahan pokok dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar. Kedua,
cara belajar yang akan diberikan kepada siswa ini diharapkan para pengajar dan
tenaga pendidik mampu melakukan penyesuaian sesuai dengan tahapan
perkembangan. Ketiga, tenaga pendidik diharapkan mampu menghubungkan
antara mengajar dengan belajar yang dilakukan dengan interaksi positif antara
tenaga pendidik dan para siswa. Terakhir, pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh tenaga pendidik dalam melakukan proses belajar mengajar. Dalam mengelola
sebuah proses belajar mengajar, seorang guru diharapkan bisa menjadi seorang
central figure yang kuat dan berwibawa serta tetap bersahabat (Tas’adi, 2019).

C. Aliran-aliran dalam psikologi

a. Aliran Behaviorisme
Behaviorisme merupakan sebuah aliran yang terdapat di dalam psikologi. Aliran ini
didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913. Behaviorisme sebagai teori
psikologi dan pembelajaran menjadi berpengaruh pada awal abad ke-dua puluh dan
mencapai punjak emasnya pada tahun 1950 dan 1960-an Aliran ini lahir sebagai
reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisis jiwa manusia
didasakan dari laporan-laporan subjektif dan psikonalisis (aliran yang membahas
tentang kesadaran). Behaviorisme dengan keras menolak unsur-unsur kesadaran
yang bersifat tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi dan membatasi diri
pada studi tentang perilaku yang tidak nyata. Hal ini juga yang membuat
behaviorisme tidak setuju dengan adanya penguraian jiwa ke dalam elemen-elemen
seperti apa yang dipercayai oleh aliran strukturalisme. Behaviorisme hanya ingin

14
menganalisis perilaku yang tampak dan dapat diukur, dilukiskan serta diramalkan
(Sama’ et al., 2021).
Teori ini berakar dari penelitian milik Ivan Pavlov di Rusia pada pergantian
abad yang lalu. Pavlon menunjukkan bagaimana seekor anjing dapat dikondisikan
untuk mengeluarkan air liur saat diberikan stimulus yang sifatnya semau-maunya
contohnya seperti bel, jika stimulus tersebut dipasangkan secara terus-menerus
dengan pemberian makanan, secara berangsur-angsur, semakin sedikit makanan
diberikan bersamaan dengan bunyi dering bel. Pavlov menyebutnya dengan refleks
terkondisi atau conditioned reflex (Ekawati, 2019).
Aliran behaviorisme ini memiliki pandangan bahwa ketika dilahiran, pada
dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Hal ini karena manusia akan
berkembang sesuai dengan stimulus yang berada di lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia yang buruk begitupun
sebaliknya lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia yang baik pula.
Skinner juga berpendapat bahwa kepribadian merupakan hasil dari sejarah
penguatan pribadi individu. Skinner membuat tiga asumsi dasar yaitu:
1. Perilaku itu terjadi menurut hukum (behavior can be controlled). Perilaku
manusia merupakan organisme yang mempunyai peran dan berpikir tetapi
tidak mencari penyebab perilaku dalam jiwa manusia dan menolak alasan-
alasan penjelasan dengan mengendalikan keadaan pikiran atau motif-motif
internal.
2. Perilaku dan kepribadian manusia tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme
psikis seperti id atau ego. Perilaku yang dapat dijelaskan hanya yang
berhubungan dengan kejadian atau situasi-situasi anteseden yang dapat
diamati. Ia menekankan bahwa kondisi-kondisi sosial dan fisik yang ada di
lingkungan kita sangat penting dalammenentuan perilaku.
3. Perilaku manusia tidak ditentukan oleh pilihan individual. Skinner menolak
bahwa orang-orang adalah perilaku-perilaku bebas yang menentukan nasibnya
sendiri. Menurutnya, perilaku manusia ditentukan oleh kejadian-kejadian di
masa lalu dan masa sekarang.
Sedangkan menurut Watson, kepribadian manusia dapat dibentuk melalui
pemberian rangsangan-rangsangan tertentu. Watson juga berpendapat bahwa
hampir semua perilaku merupakan hasil dari pengondisian dan lingkungan akan
membentuk perilaku kita dengan memperkuat kebiasaan tertentu.

15
Aliran behaviorisme ini pada dasarnya merupakan teori belajar yang dikenal
dengan kondisioning yang kemudian dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Teori belajar asosiatif
Merupakan teori belajar yang dibangun oleh Pavlov. Pavlov menyimpulkan
bahwa perilaku itu dapat dibentuk melalui kondisioning atau kebiasaan.
Misalnya anak dibaiasakan untuk mencuci kaki sebelum tidur atau
menggunakan tangan kanan untuk menerima sesuatu pemberian dari orang
lain. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kondisioning dengan
menghubungkan suatu stimulus dengan responnya.
2. Teori belajar fungsionalistik
Merupakan teori yang dipelopori oleh Thorndike dan Skinner.
 Thorndike
Thorndike menjelaskan dalam eksperimennya bahwa dalam belajar itu
dapat dikemukakan dengan adanya beberapa hukum, yaitu: hukum
kesiapan, hukum latihan dan hukum efek.
Dalam hukum ini, Thorndike menjelaskan juga bahwa agar dalam
belajar mendapatkan hasil yang baik maka, harus ada kesiapan untuk
belajar tersebut. Tanpa adanya kesiapan yang cukup dapat diprediksi
bahwa hasil yang akan muncul bersifat kurang memuaskan. Selain itu,
dijelaskan juga bahwa agar proses belajar mencapai hasil yang
maksimal, maka diperlukan adanya latihan. Semakin sering latihan
diadakan maka akan semakin baik pula hasil yang akan muncul. Oleh
karena itu, dalam kondisioning operasi tekanannya ada pada respon
atau perilaku dan konsekuensinya.
 Skinner
Skinner berpendapat bahwa dalam kondisioning operan memiliki dua
macam prinsip umum, yaitu:
a. Setiap respon yang diikuti dengan reward maka respon tersebut
akan berpotensi untuk diulang-ulang. Contoh: Dalam kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas, guru akan memberikan poin nilai
untuk siswanya yang berani menjawab. Hal ini tentunya akan
berpotensi untuk diulang-ulang lagi di kemudian hari karena
reward yang diberikan tersebut.

16
b. Reward yang merupakan reinforcing stimuli akan meningkatkan
kecepatan terjadinya respon.

Pandangan behaviorisme ini mirip dengan salah satu hukum dasar


yaitu hukum empirisme yang dipelopori oleh Jhon Locke yang mengatakan
bahwa perkembangan pribadi ditentukan oleh factor-faktor lingkungan. Teori
ini kemudian dikenal dengan sebutan Tabularasa, yang menganggap bahwa
lingkungan relative dapat direkayasa dan bersifat optimistic.
Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus
dengan respon dan dapat diamati, diukur serta dinilai secara konkret. Teori ini
mementingkan factor lingkungan, menekankan pada factor bagian,
menekankan pada tingkah laku yang tampak dengan menggunakan metode
obyektif, dan bersifat mekanis serta mementingkan masa lalu. Dari beberapa
teori belajar behavioristik yang sudah dikembangkan dapat terlihat bahwa
untuk memunculkan sebuah respon yang diharapkan maka diperlukan adanya
penguatan atau reinforcement. Pembelajaran yang berpedoman pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, dan
tidak berubah. Hal ini karena pengetahuan telah tersusun rapi.
Aplikasi teori belajar behavioristik sangat cocok untuk perolehan
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung
undur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan
sebagainya. Teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran dapat
diaplikasikan ke dalam beberapa hal seperti pada tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, karakteristik siswa, serta media dan fasilitas pembelajaran yang
ada di sekolah (Sama’ et al., 2021).

 Prinsip Aplikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran


a. Teori behaviorisme menganggap bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku. Seseorang akan dikatakan telah belajar apabila yang
bersangkutan menunjukkan adanya perubahan tingkah laku.
b. Teori behaviorisme menganggap ahwa yang terpenting dari belajar adalah
adanya stimulus dan respon. Karena, hal inilah yang dapat diamati.

17
c. Reinforcement atau apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respon
merupakan factor penting dalam pembelajaran. Hal ini karena respon akan
semakin kuat apabila reinforcementnya ditambah.
(Sama’ et al., 2021).
 Langkah umum yang dapat dilakukan oleh guru untuk menerapkan teori
behaviorisme dalam proses pembelajaran
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
2. Melakukan analisis pembelajaran
3. Mengidentifikasi karakter dan kemampuan awal pembelajar
4. Menentukan indicator-indicator keberhasilan belajar
5. Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dsb)
6. Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media dan
waktu).
7. Mengamati stimulus yang dapat diberikan (latihan, tugas, tes dan
sebagainya)
8. Mengamati dan menganalisis respons pembelajar
9. Memberikan penguatan baik berupa penguatan positif maupun penguatan
negative
10. Merevisi kegiatan pembelajaran

b. Aliran Kognitif
Aliran kognitif lahir pada awal tahun 70-an ketika psikologi sosial
berkembang kea rah paradigma baru. Manusia tidak lagi dipandang sebagai
makhluk pasif yang digerakkan oleh lingkungannya tetapi menjadi makhluk
yang paham serta berpikir tentang lingkungannya (homo sapiens). Aliran ini
memunculkan teori rasionalitas dan mengembalikan unsur jiwa ke dalam
kesatuan, dalam diri manusi. Asumsi yang digunakan adalah manusia bersifat
aktif yang menafsirkan stimuli secara tidak otomatis bahkan mendistorsi
lingkungan. Jadi, manusialah yang menentukan stimuli. Salah satu tokoh dari
aliran ini ialah Kurt Lewin yang dikenal dengan teori B = f (P.E) yaitu
behavior merupakan hasil interaksi antara persons dengan environment
(Ekawati, 2019).

Kognitivisme merupakan kegiatan untuk mengetahui sesuatu yang


mencakup perolehan, pengorganisasian dan pemakaian pengetahuan. Kognisi

18
disini berfokus pada memori, atensi, persepsi, bahasa, rasio, pemecahan
masalah dan kreatifitas serta peran struktur mental dan pengorganisasiannya
dalam proses mengetahui sesuatu. Fokus utama pada pendekatan psikologi
kognitif ini terletak pada bagaimana informasi di proses dan disimpan. Dengan
demikian psikologi kognitif merupakan sebuah studi tentang struktur kognisi
dan komponennya dalam memproses informasi. Sedangkan, konsep kognitif
pembelajaran menurut Shuell telah berpengaruh besar pada pembelajaran yang
berupa pemberian kesadaran yang tinggi kepada pendidik tentang betapa
pentingnya pengaruh pengetahuan awal siswa dan strategi penguatan memori
mereka terhadap pembelajaran mereka pada saat ini (Anidar, 2017).

 Aspek-aspek kegiatan pembelajaran aliran kognitif-konstruktivis


Hakekat belajar menurut aliran ini sebagai suatu aktivitas yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan
proses internal. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar amat diperhitungkan agar belajar lebih bermakna bagi
siswa. Adapun aspck-aspek dalam kegiatan pembelajaran yang
berlandaskan aliran kognitif konstruktivisme adalah :
1. Belajar. Belajar merupakan usaha pemberian makna oleh peserta
didik kepada pengalamannva melalui asimilasi dan akomodasi
yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya. Belajar
menurut aliran ini adalah perubahan persepsi dan pemahaman,
yang tidak selalu berbentuk perilaku yang dapat diamati dan dapat
diukur.
2. Pembelajaran. Kegiatan pembelajaran menekankan pada proses
daripada hasil. Pemberian makna terhadap objeklmateri yang
dipelajari atau pengalaman yang diperoleh oleh individu/peserta
didik melalui interaksi dengan jaringan sosial yang unik, yang
terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas.
3. Evaluasi. Evaluasi proses dan basil belajar peserta didik terjalin di
dalam kesatuan kegiatan pembelajaran. dengan cara guru
mengamati hal-hal yang sedang dilakukan peserta didik, serta
melalui tugas-tugas pckerjaan. Bentukbentuk evaluasi bisa

19
berbentuk tugastugas otentik atau berbagai penilaian alternatif
selain rnenggunakan paper and pencil test di akhir pembelajaran.
4. Peserta didik. Pembentukan pengetahuan hares dilakukan oleh
peserta didik, maka is hares aktif melakukan kegiatan, aktif
berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal yang
dipelajarinya.Siswa dipandang sudah inemiliki pengetahuan awal
sebelum rnempelajari sesuatu.
5. Pendidik/guru. Guru tidak mendominasi pembelajaran, tetapi
membantu proses pengkonstruksian pengetahuan peserta didik
berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang dim
ilikinya, melainkan membantu peserta didik membentuk
pengetahuannya sendiri.
6. Lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan kondisi yang
memungkinkan terlaksananya kegiatan pembelajaran. Aliran
kognitifkonstruktivis rnenekankan bahwa kegiatan pembelajaran
yang penting adalah aktivitas peserta didik dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Jadi lingkungan belajar dipilih yang
mendukung munculnya berbagai aktivitas belajar peserta didik.
(Ekawati, 2019).
 Implikasi teori kognitif terhadap kurikulum dan model
pembelajaran
a. pembelajaran konstruktivisme
Konstruktivisme didasarkan pada perspektif psikologis dan filosofis
bahwa individu membentuk atau mengkonstruksi banyak hal yang
dipelajari dan dipahaminya. Satu prinsip dari psikologi pendidikan
yang penting adalah guru tidak memberikan pengetahuan kepada
siswa melainkan siswa harus mengkonstruksi materi atau informasi
tersebut menjadi sebuah pengetahuan dengan menjadikan informasi
tersebut menjadi bermakna bagi dirinya. Cara pertama yang dapat
dilakukan ialah dengan:
1. pembelajaran proses atau process learning, pembelajaran ini
berfokus pada siswa yang dibantu untuk mengolah informasi
menjadi pengetahuan yang bermakna. Hal ini sesuai dengan esensi

20
konstruktivisme yaitu pengembangan potensi siswa mengkonstruksi
informasi menjadi pengetahuan.
 Generative learning, hal ini sesuai dengan prinsip pokok
konstruktivis yaitu semua pembelajaran “ditemukan”.
Maksudnya adalah walaupun pengetahuan tersebut diajarkan
oleh guru kepada siswa, siswa tersebut juga harus dibantu
supaya dapat melakukan kerja mental terhadap informasi baru
agar informasi tersebut menjadi kepunyaan siswa.
Pembelajaran generative merupakan proses pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi
sendiri hubungan yang berarti antara pengetahuan yang baru
dipelajari siswa dan pengetahuan yang telah mereka kuasai.
Contohnya seperti membuat pertanyaan, meringkas dan
melakukan analogi tentang suatu materi.
 Cooperative learning, merupakan system pembelajaran
dimana para siswa bekerja dalam beberapa grup kecil (2-4
siswa) dengan difasilitasi dan dimotivasi oleh guru. Para siswa
dituntut untuk mengeluarkan pendapat agar para siswa dapat
menemukan cara yang efektif dalam memecahkan suatu
masalah. Strategi ini mengandung pembelajaran sosial. Hal
tersebut karena siswa akan mengemukakan dan
mempertahakan argumentasi masing-masing sebelum secara
bersama menemukan cara yang efektif untuk memecahkan
masalah.
b. pembelajaran penemuan
Pembelajaran penemuan merupakan pembelajaran yang berfokus
pada merubaha sikap siswa dari yang biasa menerima materi oleh
guru di kelas menjadi senang mencari dan bereksplorasi sendiri
untuk menemukan sesuatu yang baru sehingga menghasilkan
keyakinan dan kemampuan diri siswa untuk belajar mandiri di kelas
maupun di luar sekolah.
Pembelajaran penemuan ini berfokus pada pemberdayaan semua
potensi siswa agar mereka belajar dari hasil kreativitas dan

21
keterlibatan langsung. Mereka juga mengeksplorasi berbagai konsep
dan prisip dalam tiap mata pelajaran. Jadi, pembelajaran penemuan
ialah pembelajaran yang diperoleh leh sisa sendiri, bukan hasil dari
pengajaran guru. Strateginya ialah siswa dimotivasi untuk
menemukan hubungan antar semua elemen pengetahuan yang sesuai
dengan kurikulum. Selain itu, pembelajaran penemuan ini juga
merupakan proses induktif. Para siswa dibantu memformulasi
prinsip-prinsip, mengenal serta menetapkan generalisasi sebagai
hasil dari pengalaman sendiri atas materi pelajaran. Salah satu
manfaat dari model pembelajaran penemuan ini ialah merangsang
keinginan tahuan siswa sehingga memotivasi mereka untuk terus
bekerja menemukan jawaban atas keinginan tahuan tersebut. Selain
ituz, siswa juga belajar tentang teknik pemecahan masalah dan
belajar tentang cara berpikir kritis serta mandiri. Hal ini disebabkan
karena siswa harus melakukana analisis serta memanipulasi
berbagai informasi.
c. advanced organizors
advanced organizors atau pemahaman awal merupakan pengajaran
ekpositori yang berfungsi untuk membantu siswa mengetahui
informasi umum tentang pokok yang akan dipelajari siswa
selanjutnya misalnya dalam mengajarkan suatu novel, guru akan
memberikan ringkasan atau tema pokok novel tersebut sebagai
advanced organizer sebelum siswa membaca sendiri novel tersebut.
Kemudian guru akan membimbing diskusi mengenai berbagai
konsep seperti kesetiaan, kemandirian, konflik dan lain sebagainya
yang relevan dengan tema novel tersebut. Sasarannya adalah
membantu siswa untuk menyiapkan struktur kognitifnya agar siap
membentuk ikatan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan
yang baru. Dengan cara tersebut siswa akan mendapatkan
pengetahuan yang bermakna sehingga pengetahuan tersebut menjadi
lebih mudah untuk dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Pemahaman
awal ini diperlukan dalam dua kondiri berikut: jika siswa tidak
memiliki informasi yang relevan dengan apa yang akan mereka
pelajari selajutnya dan jika siswa sudah memiliki sedikit informasi

22
yang relevan tetapi besar kemungkinan siswa tersebut tidak
memahami relevansinya dengan apa yang akan dipelajari
selanjutnya (Ekawati, 2019)

c. Aliran Humanisme
Aliran humanistik muncul pada tahun 1940-an sebagai reaksi
ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Aliran
Humanistik dalam psikologi pendidikan adalah suatu pendekatan yang berfokus
pada pengembangan pribadi, pertumbuhan, dan potensi individu dalam konteks
pendidikan. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap pandangan-pandangan
behaviorisme dan psikoanalisis yang lebih mendahulukan aspek-aspek eksternal
dan kekuatan tak sadar dalam pemahaman perilaku manusia (Wirianto, 2014). Di
bawah aliran humanistik, para psikolog pendidikan memusatkan perhatian pada
pengalaman dan kebutuhan individu, serta pentingnya pemahaman dan
pertumbuhan diri sebagai landasan bagi pendidikan yang efektif. Aliran ini dapat
dikatakan relatif masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-
menerus mengeluarkan konsep yang relevan dengan bidang pengkajian psikologi.
Menurut Agus Suprijono (2011:15), "Teori Belajar" adalah suatu prinsip
terstruktur tentang peristiwa tertentu di lingkungan. Teori ini dapat digambarkan
sebagai hubungan sebab-akibat antara proposisi seperti konstruksi. tersusun
secara konseptual, kausalitas, dan proposisi. Sebaliknya, seorang individu
belajar. untuk memperoleh pengetahuan baru dari awal dari yang tidak mengerti
menjadi paham. Sedangkan menurut Sugiharto, Aliran Humanistik adalah sebuah
ilmu psikologi yang sama seperti Teori Kepribadian. Pada tahun 1950-an Aliran
ini muncul sebagai hasil dari habiorisme dan psikoanalisis. Semakin
berkembangnya IPTEK, Aliran ini cukup penting untuk dikaji dan di aplikasikan
didunia pendidikan baik formal maupun non-formal. Tujuan Aliran ini agar
peserta didik dapat melek mengenai perubahan pada diri peserta didik itu sendiri
dan terhadap lingkungannya.
 Tokoh-tokoh penting dalam aliran humanistic
1. Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow lahir pada 1 April 1908 di Brooklyn, New
York, Amerika Serikat. Dia adalah seorang psikolog terkenal yang
dikenal karena kontribusinya dalam mengembangkan aliran humanistik

23
dalam psikologi. Maslow memulai pendidikannya di Universitas
Wisconsin dan lulus dengan gelar sarjana dalam bidang psikologi. Dia
kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana di Universitas Columbia
dan meraih gelar doktor dalam bidang psikologi pada tahun 1934.
Selama karirnya, Maslow menjadi dosen dan profesor di berbagai
universitas, termasuk Brandeis University dan Brooklyn College. Dia
juga terkenal sebagai psikolog yang aktif di American Psychological
Association (APA) dan memainkan peran penting dalam
mengembangkan bidang psikologi humanistik.
Abraham Maslow adalah salah satu tokoh utama dalam perkembangan
aliran humanistik dalam psikologi. Kontribusinya yang paling terkenal
adalah teori tentang hierarki kebutuhan dan konsep aktualisasi diri (self-
actualization) (Hadi, 2022). Berikut adalah penjelasan singkat mengenai
pemikiran-pemikirannya:
a. Hierarki Kebutuhan Maslow: Maslow mengembangkan Hierarki
Kebutuhan Maslow, yang adalah piramida lima tingkat yang
menggambarkan kebutuhan manusia. Dari bawah ke atas, hierarki
ini mencakup kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, harga diri, dan
aktualisasi diri. Menurut Maslow, individu perlu memenuhi
kebutuhan di tingkat yang lebih rendah sebelum mereka dapat
mencapai tingkat kebutuhan yang lebih tinggi.
b. Aktualisasi Diri: Konsep utama dalam pemikiran Maslow adalah
aktualisasi diri. Ini merujuk pada keadaan di mana individu
mencapai potensi penuh mereka dan mengalami pertumbuhan
pribadi yang optimal. Aktualisasi diri terjadi ketika individu merasa
puas, bahagia, dan hidup secara bermakna.
c. Pendidikan Berpusat pada Siswa: Maslow mempromosikan
pendidikan yang berfokus pada siswa. Dia berpendapat bahwa
pendidikan seharusnya tidak hanya tentang pengajaran informasi,
tetapi juga tentang mendukung pertumbuhan pribadi siswa. Guru
seharusnya menciptakan lingkungan yang mendukung aktualisasi
diri siswa.

24
d. Self-Actualized People: Maslow melakukan penelitian terhadap
individu yang telah mencapai tingkat aktualisasi diri. Ia menemukan
bahwa mereka memiliki karakteristik seperti otonomi, kreativitas,
kebebasan berpikir, dan empati yang tinggi. Ia mendefinisikan self-
actualized people sebagai individu yang hidup sesuai dengan nilai-
nilai dan tujuan pribadi mereka.
e. Kritik terhadap Behaviorisme dan Psikoanalisis: Maslow menjadi
kritikus utama terhadap aliran psikologi seperti behaviorisme dan
psikoanalisis yang lebih menekankan pada determinisme dan aspek-
aspek tak sadar. Dia berusaha membawa kembali fokus pada sisi
positif dan aktualisasi potensi manusia dalam psikologi (Syifa’a
Rachmahana, 2008).
Pemikiran Abraham Maslow telah memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap perkembangan psikologi humanistik dan
pendidikan berpusat pada siswa.
2. Carl R. Rogers
Carl Rogers merupakan seorang ahli psikologi humanistik yang memiliki
banyak gagasan berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di
semua bidang. Carl Rogers berpendapat tentang prinsip-prinsip belajar
yang humanistic, meliputi Hasrah untuk belajar. belajar yang berarti,
belajar dengan nyaman tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan
belajar untuk perubahan (Rumini,dkk. 1993).
a. Hasrat untuk belajar
Rogers menyatakan bahwa setiap orang memiliki keinginan alami
untuk belajar. Ketika anak-anak diberi kesempatan untuk
mengeksplorasi lingkungannya, rasa ingin tahu mereka sangat
tinggi. Asumsi dasar pendidikan humanistik adalah keinginan untuk
belajar. Di kelas humanistik, anak-anak diberi kesempatan dan
kebebasan untuk memenuhi hasrat mereka untuk belajar, memenuhi
keingintahuan mereka, dan menemukan apa yang penting dan
berarti tentang dunia sekitar mereka.
b. Belajar yang berarti
Belajar akan bermakna jika apa yang dipelajari sesuai dengan

25
kebutuhan dan keinginan anak. Artinya, anak-anak akan belajar
dengan cepat jika apa yang mereka pelajari memiliki makna
baginya.
 Belajar tanpa ancaman
Belajar dengan nyaman, mudah dan hasilnya dapat disimpan dengan
baik dalam lingkungan yang aman. Selama siswa dapat menguji
kemampuan mereka, mencoba pengalaman baru, atau membuat
kesalahan, proses belajar akan berjalan lancar. Mereka tidak akan
dikritik karena kesalahan mereka yang menyinggung.
 Belajar dengan inisiatif sendiri
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif
sendiri dan melibatkan perasaan si pelajar. Hal tersebut dapat
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk "belajar bagaimana
caranya belajar" (to learn how to learn) dan dapat memberikan
motivasi bagi mereka untuk memilih jalan belajar sesuai pilihan
mereka sendiri. Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian
murid baik pada proses maupun hasil belajar. Belajar atas inisiatif
sendiri juga mengajarkan mereka untuk menjadi bebas, tidak
bergantung, dan percaya pada diri sendiri. Belajar atas inisiatif
sendiri juga memberi mereka kesempatan untuk menimbang-
nimbang, membuat keputusan, dan menilai (Syifa’a Rachmahana,
2008). Dia menjadi lebih bergantung pada dirinya sendiri dan
kurang bergantung pada bagaimana orang lain melihatnya.
3. Aldous Huxley
Selama ini, manusia tidak memanfaatkan banyak potensi yang
dimilikinya. Pendidikan dimaksudkan untuk membantu manusia dalam
mengembangkan potensi mereka, oleh karena itu kurikulum harus
berorientasi pada pengembangan potensi. Ini melibatkan semua pihak
dalam proses pendidikan, termasuk guru, murid, pemerhati, peneliti, dan
perencana pendidikan.
Huxley menekankan bahwa siswa harus diajarkan pendidikan nonverbal
juga. Pendidikan non-verbal mencakup aktivitas seperti senam, sepak
bola, bernyanyi, atau menari. Sebaliknya, itu adalah hal-hal yang tidak

26
termasuk dalam materi pelajaran dan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran siswa. Seharusnya proses pendidikan non-verbal dimulai dari
usia dini hingga tingkat tinggi. Dengan cara ini, seseorang dapat
menjalani kehidupan yang menyenangkan dan memiliki makna
(Mulyana, 2016).
Pendidikan non-verbal memberi Anda banyak cara untuk menjadi lebih
tenang dan menghargai setiap pengalaman hidup dengan lebih menarik.
Pada akhirnya, memiliki kemampuan ini akan memberikan kontribusi
yang signifikan kepada kebudayaan dan moral manusia.
 Implikasi aliran humanistic terhadap pendidikan
Implikasi aliran Humanistik pada psikologi pendidikan sangat signifikan
dan telah membawa perubahan yang positif dalam pendekatan pengajaran dan
pembelajaran. Berikut adalah beberapa implikasi utama dari aliran Humanistik
dalam konteks psikologi pendidikan:
a. Pendidikan Berpusat pada Siswa: Aliran Humanistik menekankan
pentingnya pendidikan yang berpusat pada siswa. Ini berarti bahwa
pendidikan harus mempertimbangkan kebutuhan, minat, dan pengalaman
individu siswa. Guru harus menjadi fasilitator belajar yang membantu
siswa mengejar minat mereka dan mengembangkan potensi mereka.
b. Aktualisasi Diri: Konsep aktualisasi diri yang diperkenalkan oleh
Abraham Maslow menjadi inti dari pendidikan humanistik. Guru harus
membantu siswa mencapai potensi penuh mereka, mendorong mereka
untuk mengembangkan keterampilan, kepercayaan diri, dan motivasi
untuk mencapai tujuan mereka dalam pendidikan dan kehidupan.
c. Pendekatan Holistik: Aliran Humanistik menekankan pendekatan holistik
terhadap pendidikan. Ini berarti pendidikan tidak hanya tentang pemberian
informasi akademis, tetapi juga tentang pengembangan individu secara
keseluruhan, termasuk aspek emosional, sosial, dan moral. Pendidikan
harus membantu siswa menjadi manusia yang lebih baik secara
keseluruhan.
d. Pentingnya Hubungan Guru-Murid: Humanistik menekankan pentingnya
hubungan yang positif dan mendukung antara guru dan murid. Guru
seharusnya bukan hanya instruktur, tetapi juga penasehat dan pendukung

27
bagi siswa. Hubungan yang kuat antara guru dan siswa dapat menciptakan
lingkungan belajar yang aman dan memotivasi.
e. Penghargaan terhadap Perbedaan Individual: Aliran ini juga menghargai
perbedaan individual di antara siswa. Setiap individu memiliki keunikan
dan kebutuhan yang berbeda, dan pendidikan seharusnya mencerminkan
ini. Guru harus berusaha untuk memahami perbedaan tersebut dan
merancang pembelajaran yang sesuai.
f. Pendidikan Seumur Hidup: Humanistik mendorong gagasan bahwa
pendidikan bukanlah proses yang terbatas pada masa sekolah saja. Ini
adalah proses seumur hidup di mana individu terus belajar dan
berkembang. Pendidikan harus berlanjut di luar dinding kelas dan
melibatkan pembelajaran sepanjang hidup.
g. Kritik terhadap Pengukuran Kuantitatif: Aliran ini juga mengevaluasi
kritis pengukuran kuantitatif dalam pendidikan. Humanistik menyarankan
bahwa pengukuran kualitatif, seperti observasi dan penilaian berdasarkan
portofolio, dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
kemajuan siswa daripada hanya mengandalkan tes standar (Nur Utami,
2020).

Pengaruh aliran Humanistik dalam psikologi pendidikan mengubah paradigma


pendidikan dari fokus pada pengajaran menjadi fokus pada pembelajaran dan
pertumbuhan individu. Hal ini telah membantu meningkatkan kualitas
pengajaran dan pembelajaran dengan memberikan perhatian yang lebih besar
pada kebutuhan dan potensi siswa. Dengan demikian, pendidikan yang berbasis
pada prinsip-prinsip Humanistik mendorong siswa untuk menjadi individu yang
lebih sadar diri, mandiri, dan aktif dalam pembelajaran mereka.

28
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Hakikat pendidikan adalah sebuah hubungan berpengaruh yang bermanfaat pada


manusia pada saat berada dalam kondisi tumbuh dalam menggapai tujuan hidup
kemanusiaan. Tentunya pada saat bertumbuh, bila individu tersebut masih hidup, maka
tentunya masih memerlukan dan membutuhkan adanya pendidikan. Psikologi pendidikan
adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan
pada sebuah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat
erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan
keberhasilan belajar.

Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah


laku yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dengan respon dan dapat diamati,
diukur serta dinilai secara konkret. Teori ini mementingkan factor lingkungan, menekankan
pada factor bagian, menekankan pada tingkah laku yang tampak dengan menggunakan
metode obyektif, dan bersifat mekanis serta mementingkan masa lalu. Dari beberapa teori
belajar behavioristik yang sudah dikembangkan dapat terlihat bahwa untuk memunculkan
sebuah respon yang diharapkan maka diperlukan adanya penguatan atau reinforcement.
Pembelajaran yang berpedoman pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah objektif, pasti, tetap, dan tidak berubah. Hal ini karena pengetahuan telah tersusun
rapi.Aplikasi teori belajar behavioristik sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung undur-unsur seperti: kecepatan,
spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya. Teori behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran dapat diaplikasikan ke dalam beberapa hal seperti pada tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik siswa, serta media dan fasilitas
pembelajaran yang ada di sekolah.

Konsep kognitif pembelajaran menurut Shuell telah berpengaruh besar pada


pembelajaran yang berupa pemberian kesadaran yang tinggi kepada pendidik tentang betapa
pentingnya pengaruh pengetahuan awal siswa dan strategi penguatan memori mereka
terhadap pembelajaran mereka pada saat ini. Implikasi teori kognitif terhadap pembelajaran
ada tiga yaitu: pembelajaran konstruktivisme, pembelajaran penemuan dan pemahaman awal.

29
Pengaruh aliran Humanistik dalam psikologi pendidikan mengubah paradigma
pendidikan dari fokus pada pengajaran menjadi fokus pada pembelajaran dan pertumbuhan
individu. Hal ini telah membantu meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran
dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada kebutuhan dan potensi siswa. Dengan
demikian, pendidikan yang berbasis pada prinsip-prinsip Humanistik mendorong siswa untuk
menjadi individu yang lebih sadar diri, mandiri, dan aktif dalam pembelajaran mereka.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anidar, J. (2017). Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif Serta Implikasinya Dalam
Pembelajaran. Jurnal Al-Taujih : Bingkai Bimbingan Dan Konseling Islami, 3(2), 8–16.
https://doi.org/10.15548/atj.v3i2.528

Anshory, I., & Utami, I. W. (2018). Pengantar Pendidikan. Malang: Universitas


Muhammadiyah Malang.
Ekaningtyas, N. L. D. (2022). Psikologi Dalam Dunia Pendidikan. Padma Sari: Jurnal Ilmu
Pengetahuan, 02(01), 29–38. https://doi.org/10.53977/ps.v2i01.526

Ekawati, M. (2019). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Kognitif Serta Implikasinya
Dalam Proses Belajar dan Pembelajaran. Seminar Nasional: Jambore Konseling 3,
00(00), XX–XX. https://doi.org/10.1007/XXXXXX-XX-0000-00

Hadi, S. (2022). Konsep Humanisme Yunani Kuno Dalam Sejarah Pemikiran Filsafat. Jurnal
Filsafat, 22(2).

Hidayah, N., Hardika, Hotifah, Y., Susilawati, S. Y., & Gunawan, I. (2017). Psikologi
Pendidikan.

Kurniawan, A., Mahmud, R., Ramatika, Z., Mustofa, M., Maksum, M. N., Jumini, S., et al.
(2022). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Padang: Global Eksekutif Teknologi.
Marbun, S. M. (2018). Psikologi Pendidikan. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Masang, A. (2021). Hakikat Pendidikan. Al-Urwatul Wutsqa: Kajian Pendidikan Islam 1(1),
14-31.
Mulyana. (2016). Humanisme dan Tantangan Kehidupan Beragama Abad Ke-21. Jurnal
Agama Dan Lintas Budaya, 1(1), 41–51.

Nurliani. (2016). Studi Psikologi Pendidikan. Jurnal As-Salam, 1(2), 39–51.

Nur Utami, E. (2020). Teori Belajar Humanistik dan Implementasinya Dalam Pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Jurnal MUDARRISUNA, 10(4).
https://doi.org/10.22373/jm.v10i4.6978

Rusdi. (2014). Hakikat dan Konsep-konsep Dasar Psikologi Pendidikan, Belajar, dan
Pembelajaran serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Journal Polingua, 3(2), 156–164.

31
Sama’, Wahyuni., A., Anggraeni, A. D., Tonasih, Yoniartini, D. M., Amni, S. S., Ismarianti,
Jolanda, D. H., Pelangi, I., & Widiastuti, R. (2021). Psikologi Pendidikan.

Supriyanto, D. (2017). Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan. MODELING: Jurnal Program


Studi PGMI, 4(2), 229–238.

Syafril, & Zen, Z. (2017). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Kencana.


Syifa’a Rachmahana, R. (2008). Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan:
Vol. I (Issue 1).

Tas’adi, R. (2019). Hakekat dan Konsep Dasar Psikologi Pendidikan, Belajar dan
Pembelajaran serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Al-Taujih, 5(1), 103–113.

Ulfa, A. Y. (2020). Psikologi Pendidikan. Gowa: Aksara Timur.


Uno, H. B., & Lamatenggo, N. (2016). Landasan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wirianto, D. (2014). Aliran Dalam Psikologi Pendidikan. Islamic Studies Journal.
http://psikologi.or.id.

32

Anda mungkin juga menyukai