Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PKN SD

Disusun oleh :

VITO OTMA SAPUTRA

NIM : (220118071)

KELAS:B11
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Makale, 3 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ..............................................................................................

Kata Pengantar .................................................................................................

Daftar Isi...........................................................................................................

BAB I Pendahuluan..........................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan .................................................................................

BAB II Pembahasan.........................................................................................

A. Pengembangan Pertumbuhan Kognitif Siswa SD................................


B. Multiple Intelegensi..............................................................................
C. Pembelajaran Behavioristik..................................................................
D. Pembelajaran Langsung........................................................................
E. Pelatihan Langsung...............................................................................
F. Penguasaan Diri....................................................................................
G. Pelatihan Kesadaran..............................................................................
H. Pembelajaran Kontruktivisme..............................................................
I. Holistic Learning..................................................................................
J. Metode Pembelajaran Socrates.............................................................

BAB III Penutup...............................................................................................

Kesimpulan ......................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran PKn di SD mempunyai kedudukan yang penting dalam upaya
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat
dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh
karena itu, pembelajaran PKn diarahkan untuk membentuk warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hakhak dan kewajibannya untuk menjadi
warga Negara yang baik, cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh
pancasila dan UUD 1945.
Keberhasilan belajar Pendidikan Kewarganegaraan lebih diutamakan perubahan
sikap dan perilaku, karena Pendidikan Kewarganegaraan berkaitan dengan nilai luhur
dan moral seseorang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Susanto
(2013: 234) tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar untuk menjadikan
warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan
kewajibannya. Dengan demikian, diharapkan kelak dapat menjadi bangsa yang
terampil dan cerdas, dan bersikap baik sehingga mampu mengikuti kemajuan
teknologi modern.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengembangan pertumbuhan kognitif ?
2. Apa yang dimaksud dengan multiple intelegensi?
3. Bagaimana pembelajaran behavioristik pada siswa ?
4. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran langsung?
5. Apa yang dimaksud dengan pelatihan langsung?
6. Apa yang dimaksud dengan penguasaan diri?
7. Apa yang dimaksud dengan pelatihan kesadaran?
8. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kontruktivisme?
9. Apa yang dimaksu dengan holistic learning?
10. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran socrates?

B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengembangan pertumbuhan kognitif
2. Untuk mengetahui multiple intelegensi
3. Untuk mengetahui pembelajaran behavioristik
4. Untuk mengetahui pembelajaran langsung
5. Untuk mengetahui pelatihan langsung
6. Untuk mengetahui penguasaan diri
7. Untuk mengetahui pelatihan kesadaran
8. Untuk mengetahui pembelajaran kontruktivisme
9. Untuk mengetahui holistic learning
10. Untuk mengetahui metode pembelajaran socrates
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengembangan Pertumbuhan Kognitif


Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak
juga mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, pada buku
karangan (Desmita, 2009) dijelaskan kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan
penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini
akan memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas,
sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya
dengan masyarakat dan lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya, sesuai buku karangan (Desmita, 2009).
B. Multiple Intelegensi
Intelegensi seseorang dapat dikembangkan melalui pendidikan dan jumlahnya
banyak, hal ini berbeda dengan konsep lama yang menyatakan bahwa inteligensi
seseorang tetap mulai sejak lahir sampai kelak dewasa, dan tidak dapat diubah secara
signifikan. Bagi Gardner suatu kemampuan disebut inteligensi bila menunjukkan
suatu kemahiran dan keterampilan seseorang untuk memecahkan masalah dan
kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya.
C. Pembelajaran Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan
perilaku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah laku
siswa ini diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata
lain, teori belajar behavioristik atau teori behaviorisme ini berorientasi pada perilaku
yang lebih baik. Jika siswa tidak menunjukkan perubahan setelah diberikan pelajaran,
maka menurut teori ini siswa tersebut tidak dapat dikatakan telah belajar dengan baik.
Beberapa kegiatan di kelas yang dapat dikategorikan sebagai penerapan teori belajar
behavioristik antara lain:
 Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari
materi sederhana sampai kompleks.
 Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar.
 Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka
guru akan segera diperbaiki.
 Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau
pembiasaan seperti yang diinginkan.
 Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
D. Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung atau direct instructional merupakan pendekatan
instruksional secara sistematis di mana guru memimpin dan menyajikan materi
kepada siswa dengan cara demonstrasi atau ceramah. Secara singkat, model
pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang di mana proses belajar diarahkan
oleh guru.
Ciri-Ciri Model Pembelajaran Langsung
 Model pembelajaran jenis ini memiliki tujuan yang jelas. Hal ini dikarenakan model
jenis ini sudah tersusun secara sistematis.
 Materi dan lingkungan belajar tersusun secara sistematis. Seperti yang sudah
dijelaskan bahwa model ini merupakan model pembelajaran yang sistematis. Mulai
dari langkah-langkah, metode sampai lingkungan belajar tersusun secara sistematis.
 Terdapat perubahan keterampilan dan sikap secara langsung. Dalam model ini, siswa
diharapkan memiliki dua pengetahuan deklaratif dan prosedural. Salah satu
pengetahuan ini yakni deklararif, menuntut siswa untuk merealisasikan hasil belajar
dalam kehidupannya. Sehingga, dapat terlihat perubahan sikap dalam diri siswa.
 Guru dituntut untuk menggunakan beragam media yang menarik. Dalam
penerapannya, model pembelajaran ini menuntut guru untuk lebih kreatif dalam
menggunakan sumber belajar. Seperti pemanfaatan media pembelajaran yakni musik,
film, atau media lainnya.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Langsung
Terdapat beberapa langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran langsung.
Berikut ini penjelasannya.
1. Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran kepada siswa. Seperti biasa, guru
menyampaikan apa tujuan dalam pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari serta capaian pembelajaran.
Langkah selanjutnya adalah penjelasan materi yang akan disampaikan serta capaian
yang harus siswa peroleh. Hal ini bertujuan agar siswa tau materi yang akan mereka
pelajari dan apa saja hal yang harus mereka lakukan selama proses pembelajaran.
3. Memaparkan kembali beberapa materi yang telah disampaikan. Hal ini penting
dilakukan untuk mengembalikan ingatan siswa pada pembelajaran. Selain itu, untuk
mengecek sejauh mana pemahaman siswa pada bahan ajar.
4. Memberikan bahan ajar atau materi. Guru menjelaskan materi yang dibawakan
beserta contohnya. Dalam hal ini, guru dapat menggunakan media pembelajaran
sebagai alat bantu.
5. Melakukan bimbingan. Bimbingan dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada siswa. Namun, sebelum itu, siswa diberi kesempatan untuk
mendalami dan mengasah materi yang telah disampaikan.
6. Melakukan evaluasi. Pada tahap ini guru mengulangi materi yang telah disampaikan
secara ringkas. Kemudian, siswa memberikan tanggapan sebagai feedback atau
timbal balik.
7. Memberikan latihan. Terakhir adalah memberikan latihan kepada siswa. Hal ini
bertujuan agar pemahaman serta pengetahuan terkait materi dapat berkembang.
Sehingga siswa tidak mudah lupa dengan apa yang telah disampaikan.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung
1.Kelebihan
 Materi yang diajarkan dapat terkendali secara sistematis sehingga inti materi dapat
diterima dengan baik oleh siswa.
 Model pembelajaran ini dapat digunakan dalam kelas kecil maupun besar.
 Model jenis ini cocok jika diterapkan pada materi yang berbasis konsep dan
praktik secara langsung.

2.Kekurangan

 Siswa cenderung lebih karena pembelajaran sepenuhnya berada dalam kontrol


guru. Sehingga siswa tidak dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan
yang dimiliki.
 Jika guru tidak dapat berkomunikasi dengan baik, maka pembelajaran ini menjadi
tidak bermakna. Sebab, model pembelajaran langsung memerlukan kecakapan
guru dalam berkomunikasi.
 Kegiatan pembelajaran bisa menyebabkan kebosanan sebab siswa dituntut untuk
mendengarkan penjelasan guru secara seksama.

E. Pelatihan Langsung

Pelatihan dapat diartikan sebagai proses terencana untuk memodikfikasi sikap


atau perilaku pengetahuan, keterampilan melalui pengalaman belajar. Tujuannya
adalah untuk mencapai kinerja yang efektif dalam setiap kegiatan atau berbagai
kegiatan. Dalam hal pekerjaan tujuan pelatihan adaah untuk mengembangkan
kemampuan individu dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja saat ini dan masa depan
organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelatihan perusahaan memberikan
ppengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas
terkait pekerjaan. Ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja pekerjaan secara
langsung.

Idealnya, pelatihan sebaiknya dilengkapi dengan pengalaman praktis dan


langsung. Hasil pengamatan Overman menunjukkan bahwa orang akan cenderung
melupakan apa yang ia dengarkan, namun mereka cenderung akan mengingat apa
yang dilihat dan dipahami.

F. Penguasaan Diri
Penguasaan diri adalah individu yang mampu mengelola tegangan kreatif (creative
tension) antara keinginan untuk mencapai visi pribadi terhadap hambatan perasaan
tidak berdaya. Individu dituntut untuk secara terus menerus belajar untuk mengelola
tegangan kreatif. Untuk itu, diperlukan anggota-anggota organisasi yang terus belajar,
mengembangkan keterampilan dan kompetensinya.
Pembelajaran secara terus-menerus akan terjadi apabila dipicu oleh semangat
keingintahuan setiap orang itu sendiri. Pembelajaran akan terjadi apabila dimotivasi
oleh semangat untuk meningkatkan kapasitas atau keahliannya. Untuk itu, setidaknya
ada dua langkah penting yang harus dilakukan. Pertama, setiap orang didorong untuk
memiliki visi. Kedua, mereka disadarkan tentang realitas kekinian yang dimilikinya
(current reality).
Mengapa kita harus menawarkan dorongan semangat dan dukungan itu? Karena
pembelajaran tidak akan berlangsung lama kecuali dipicu oleh minat dan rasa ingin
tahu yang besar dari orang itu sendiri. Bilamana pemicunya tidak ada, orang-orang
akan patuh menerima pelatihan apa pun yang diberikan. Dampak dari latihan itu
berlangsung sementara, namun tanpa komitmen, orang-orang yang dilatih itu akan
berhenti menerapkan ketrampilan baru tersebut. Sebaliknya, jika pembelajaran
dikaitkan dengan visi seseorang, maka orang itu akan berupaya keras
mempertahankannya agar pembelajaran dapat terus berlangsung. Namun, sayangnya
ketimbang mendorong "motivasi intrinsik," banyak perusahaan cenderung
merintanginya. Misalnya, ada setumpuk formulir dan daftar persyaratan, setiap kali
seseorang ingin mengejar pelatihan untuk diri mereka sendiri; atau mungkin ada
kebijakan dan sikap yang mematahkan semangat untuk berbicara secara terbuka
tentang realitas saat ini, atau secara samar melemahkan upaya untuk menyuarakan visi
pribadi yang besar.

G. Pelatihan Kesadaran

Pelatihan kesadaran (Awareness Training) adalah model pembelajaran yang


menekankan pada perkembangan interpersonal dan personal yang ditinjau dari
keterbukaan, kejujuran, tanggung jawab dan perhatian terhadap diri sendiri ataupun
oranglain dan orientasi pada kondisi saat ini. Tujuan dalam model ini adalah agar
siswa punya kesadaran pribadi dalam menyelesaikan tugasnya serta siswa memiliki
dorongan untuk lebih kreatif, aktif, dan produktif. Siswa diharapkan dapat
mengeksplor dirinya untuk bertanggungjawab dalam menyelesaikan masalah yang
akan diberikan oleh seorang guru, kemudian siswa juga akan termotivasi untuk kerja
sama dalam tugasnya untuk menyelesaikan permasalahannya, dalam pembelajaran
yang menggunakan model ini maka akan dilakukukan beberapa proses pembelajaran,
yaitu dengan memberikan materi yang dapat dilakukan 2-3 pertemuan setelah itu
diberi tugas yang mampu memancing motivasi dari siswa itu sendiri dalam
penyelesaian tugasnya.

H. Pembelajaran Kontruktivisme
Pembelajaran Konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan
lama. Teori konstruktivisme memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses
dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui
pengalaman-pengalaman dan interaksi mereka .

Karakteristik Pembelajaran Konstruktivisme


 Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik;
 Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dan pengetahuan
lama yang dimiliki peserta didik;
 Pandangan yang berbeda antara peserta didik dihargai sebagai tradisi dalam proses
pembelajaran;
 Dalam proses pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan berbagai
kemungkinan dan menyintesiskan secara terintegritas;
 Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam
proses pencarian (inquiry) yang dialami;
 Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan kompetitif di kalangan
peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan
 Proses pembelajaran dilakukan secara kontekstual, yaitu peserta didik dihadapkan ke
dalam pengalaman nyata.
Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivisme
1. Tahap appersepsi, ini berguna untuk mengungkapkan konsep awal siswa, siswa
didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas.
Bila perlu guru memancing dengan pertanyaan-pertanyaan problematis tentang
fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengkaitkannya dengan
konsep;
2. Tahap eksporasi, mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang
konsep tersebut;
a. Tahap diskusi dan penjelasan konsep;
b. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep. Guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kontruktivisme
kelebihan dari pendekatan Konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah adalah
sebagai berikut:
 Dapat membiasakan siswa secara mandiri dalam mecahkan masalah;
 Menciptakan kreatifitas untuk belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih
nyaman dan kreatif;
 Terjalin kerja sama dan siswa terlibat langsung dalam melakukan kegiatan;
Kekurangan dari pendekatan kontruktivisme
 Sulit mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur bertahun-tahun
menggunakan pendekatan tradisional;
 Guru Konstruktivis dituntut lebih kreatif dalam merencakan pelajaran dan
memilih atau menggunakan media;
 Siswa dan orang tua mungkin memerlukan waktu beradaptasi dengan proses
belajar dan mengajar yang baru.

I. HOLISTIK LEARNING
Pembelajaran holistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada pemahaman informasi dan mengaitkannya dengan beberapa topik lain yang akan
membangun suatu kerangka pengetahuan baru. Dalam penerapannya, pembelajaran
secara holistik ini akan membentuk proses belajar yang akan diterapkan dengan
metode pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada materi pelajarannya saja.
Namun, dalam proses belajar, siswa akan melakukan suatu kegiatan tertentu yang
dapat membantu proses kegiatan belajar mereka menjadi lebih menyenangkan.
Metode Pembelajaran Holistik
1) Belajar Melalui Keseluruhan Bagian Otak
Dalam proses kegiatan belajarnya siswa akan melibatkan berbagai macam
tingkatan indera, seperti indra, emosional, dan intelektual. Dengan begitu, aspek
kognitif, efektif, dan psikomotor siswa dapat berkembang secara baik dan juga
dapat berkembang sesuai dengan tingkatan pada fase pertumbuhan manusia.
2) Belajar Melalui Kecerdasan Majemuk Multiple Intelligences
Dalam proses kegiatan belajarnya, siswa akan mempelajari materi pembelajaran
dengan menggunakan jenis kecerdasan yang paling menonjol di dalam dirinya.
Pada kesempatan ini, kecerdasan yang digunakan siswa sesuai dengan
karakteristik pembelajaran. Apakah karakteristik siswa tersebut bertipe audio,
visual, atau kinestetik.

Teknik Pembelajaran Holistik


Beberapa teknik yang digunakan dalam pembelajaran holistik di antaranya adalah
sebagai berikut.

1.Mengajukan Pertanyaan

Dalam proses kegiatan belajar, siswa akan menanyakan beberapa pertanyaan terkait
materi pembelajaran yang sedang dibahas sembari mengaitkan materi tersebut dengan
lingkungan sekitar, pengalaman, maupun dengan materi yang sudah pernah dibahas
sebelumnya.

2.Memvisualisasikan Informasi

Pada kesempatan ini, guru akan mengajak siswa untuk meyakinkan informasi yang
telah mereka dapatkan ke dalam bentuk gambar, diagram maupun dalam bentuk
sketsa. Sebagai contoh, siswa mendapatkan informasi dalam bentuk objek ataupun
situasi. Maka, informasi tersebut bisa disajikan dalam bentuk gambar. Apabila siswa
ingin memberikan gambaran atau hubungan antara informasi dengan topik-topik
lainnya yang ingin dibahas, siswa dapat membuatnya ke dalam bentuk diagram.

3.Merasakan Informasi

Apabila siswa kesulitan dalam memvisualisasikan informasi yang mereka dapatkan,


siswa dapat menangkapnya dengan menggunakan indera lainnya, seperti indera
peraba, pengecap, pembau, pendengaran, atau dengan memeragakan.
1. Kelebihan Pembelajaran Holistik
Berikut adalah kelebihan dari pembelajaran holistik.
 Segala sesuatu yang dipelajari siswa merupakan unit yang saling berkaitan, bukan
pembelajaran yang terlepas satu sama lain.
 Siswa akan dihadapkan pada suatu permasalahan yang berarti dalam kehidupan
manusia.
 Pembelajaran yang dilaksanakan akan memungkinkan hubungan yang erat antara
pihak sekolah dengan masyarakat.
 Aktivitas siswa akan semakin meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan
bekerja secara mandiri atau bekerja sama dengan anggota kelompok.
 Kegiatan pembelajaran akan mudah disesuaikan dengan minat siswa dan kesanggupan
mereka dalam memahami pembelajaran.
 Kekurangan Pembelajaran Holistik
 Kebanyakan guru masih belum siap untuk menerapkan pembelajaran holistik.
 Pembelajaran holistik dapat memberatkan tugas guru.
 Tidak memungkinkan adanya tujuan umum, karena tidak ada keseragaman di
sekolah-sekolah antara satu dengan yang lainnya.
 Untuk menerapkan pembelajaran holistik, sekolah harus memiliki alat-alat yang
lengkap untuk melaksanakan pembelajaran ini, padahal pada umumnya kondisi
sekolah masih kekurangan alat-alat untuk melaksanakan pembelajaran holistik ini.

J. METODE PEMBELAJARAN SOCRATES


Metode Socrates (Socrates Method), yaitu suatu metode pembelajaran yang
dilakukan dengan percakapan, perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
yang saling berdiskusi dan dihadapkan dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan,
yang dari serangkaian pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan siswa mampu/ dapat
menemukan jawabannya, saling membantu dalam menemukan sebuah jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Secara historis sokrates banyak bergulat soal isu-isu
yang terkait dengan kehidupan manusia yang mempertanyakan soal-soal yang terkait
dengan kebaikan, moral, dan keadilan.
Peserta dalam metode ini, antara yang satu dengan yang lainnya memiliki sudut
pandang yang berbeda-beda dalam menyikapi sebuah pertanyaan atau topik sehingga
menyebabkan adanya kontradiksi dalam diskusi. Peserta yang melakukan metode ini
berusaha untuk mempertahankan argumennya masing-masing. Namun, dari beberapa
argumen tersebut berdasarkan hasil diskusi nantinya akan ditemukan sebuah jawaban
yang benar berdasarkan logika dan fakta.
Metode ini menelanjangi ketidaktahuan manusia, yang menganggap benar banyak
hal tapi sesungguhnya salah.Yang terpenting dari metode ini bukanlah jawaban yang
dihasilkan nanti, melainkan bagaimana proses dalam mendiskusikan pertanyaan atau
topik yang diajukan.
Dasar filsafat metode Socrates ini, adalah pandangan dari Socrates, bahwa pada tiap
individu anak didik telah ada potensi untuk mengetahui kebenaran dan kebaikan serta
kesalahan. Dan dengan demikian seseorang sekalipun kelihatannya bodoh mungkin
pula berpendapat / berbuat sebaliknya. Dalam proses belajar-mengajar metode ini
sangat baik digunakan dimana secara teknis dalam bangku perkuliahan misalnya
seorang dosen melontarkan sebuah pertanyaan atau topik secara diam-diam (kejutan)
tanpa diketahui mahasiswa sebelumnya, sehingga mahasiswa dituntut untuk berani,
percaya diri, berpartisipasi secara aktif dan kritis dalam menanggapi topik tersebut.
Elemen kejutan memberikan insentif yang kuat bagi mahasiswa untuk memenuhi
tanggung jawab dan juga mendorong untuk mempersiapkan kelas, yang akan
memungkinkan mereka untuk belajar lebih banyak terlebih dahulu.
Tujuan dari metode socrates ini adalah merangsang mahasiswa untuk menganalisis
suatu masalah dengan sebuah analogi dan berpikir kritis tentang suatu argumen.
Metode ini juga membantu mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan
penalaran serta menanamkan pada siswa kebiasaan ketat dan analisis kritis argumen-
argumen yang mereka dengar secara tegas dan persuasif, serta praktek menilai dan
merevisi ide-ide mereka sendiri dan pendekatan dalam terang informasi baru atau
penalaran yang berbeda.
1. Ciri atau karakteristik dari metode Socrates adalah sebagai berikut
a. Dialektik, artinya bahwa metode tersebut dilakukan oleh dua orang atau lebih
yang pro dan kontra, atau yang memiliki perbedaan pendapat.
b. Konfersasi, artinya bahwa metode dilakukan dalam bentuk percakapan atau
komunikasi lisan.
c. Tentatif dan provisional, artinya kebenaran yang dicari bersifat sementara tidak
mutlak, dan merupakan alternatif-alternatif yang terbuka untuk semua
kemungkinan.
d. Empiris dan induktif, artinya segala sesuatu yang dibicarakan dan cara
penyelesaiannya harus bersumber pada hal-hal empiris.
e. Konsepsional, artinya metode ditujukan untuk tercapainya pengetahuan,
pengertian dan konsep yang telah definitif daripada sebelumnya.
f. Berdasarkan kelima ciri yang disebutkan di atas maka ciri yang sesuai dengan
penelitian adalah empiris dan induktif serta konseptional.
1. Kelebihan metode Socrates adalah :
 Membimbing siswa berpikir rasional dan ilmiah
 Mendorong siswa untuk aktif belajar dan menguasai ilustrasi pengetahuan
 Menumbuhkan motivasi dan keberanian dalam mengemukakan pendapat dan
pikiran sendiri
 Memupuk rasa percaya pada diri sendiri
 Meningkatkan partisipasi siswa dan berlomba-lomba dalam belajar yang
menimbulkan persaingan yang dinamis
 Menumbuhkan disiplin
2. Kekurangan metode Socrates sebagai berikut :
 Metode Socrates dalam pelaksanaannya masih sulit dilaksanakan, pada sekolah
tingkat rendah. Sebab siswa belum mampu berpikir secara mandiri
 Metode Socrates terlalu bersifat mekanis, dimana anak didik dapat dipandang
sebagai mesin, yang selalu siap untuk digerakkan
 Lebih menekankan dari segi efektif (aspek berfikir) daripada kognitif
(penghayatan/perasaan). Padahal pengajaran agama sangat menonjolkan segi
perasaan dan penghayatan ini
 Kadang-kadang tidak semua guru selalu siap memakai metode Socrates, karena
metode Socrates menuntut dari semua pihak baik guru maupun siswa sama-sama
aktif untuk belajar dan menguasai bahan/ilmu pengetahuan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek terpenting untuk menjadi
pedoman dalam proses pendidikan. Ranah kognitif adalah ranah yang berkaitan dengan
tujuan belajar yang berorientasi pada kemampuan berpikir yang dalam pendidikan dikenal
dengan istilah Talksonomi Bloom ranah kognitif.

Teori multiple inteligensi atau kecerdasan majemuk ditemukan dan dikembangkan oleh
Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan professor pendidikan dari Graduate
School of Education, Harvard Univercity, Amerika Serikat. Gardner mendefinisikan
inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk
dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata.

Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku
manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.Teori belajar behavioristik
berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
dengan aliran behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.

Pembelajaran langsung atau direct instructional merupakan pendekatan instruksional


secara sistematis di mana guru memimpin dan menyajikan materi kepada siswa dengan cara
demonstrasi atau ceramah. Secara singkat, model pembelajaran ini adalah model
pembelajaran yang di mana proses belajar diarahkan oleh guru.
Pelatihan dapat diartikan sebagai proses terencana untuk memodikfikasi sikap atau
perilaku pengetahuan, keterampilan melalui pengalaman belajar. Tujuannya adalah untuk
mencapai kinerja yang efektif dalam setiap kegiatan atau berbagai kegiatan.

Penguasaan diri adalah individu yang mampu mengelola tegangan kreatif (creative
tension) antara keinginan untuk mencapai visi pribadi terhadap hambatan perasaan tidak
berdaya. Individu dituntut untuk secara terus menerus belajar untuk mengelola tegangan
kreatif. Untuk itu, diperlukan anggota-anggota organisasi yang terus belajar, mengembangkan
keterampilan dan kompetensinya.

Pelatihan kesadaran (Awareness Training) adalah model pembelajaran yang menekankan


pada perkembangan interpersonal dan personal yang ditinjau dari keterbukaan, kejujuran,
tanggung jawab dan perhatian terhadap diri sendiri ataupun oranglain dan orientasi pada
kondisi saat ini.

Pembelajaran Konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan


mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan
lama. Teori konstruktivisme memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana
anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-
pengalaman dan interaksi mereka

Pembelajaran holistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berfokus pada


pemahaman informasi dan mengaitkannya dengan beberapa topik lain yang akan membangun
suatu kerangka pengetahuan baru.

Metode Socrates (Socrates Method), yaitu suatu metode pembelajaran yang dilakukan
dengan percakapan, perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling
berdiskusi dan dihadapkan dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan, yang dari
serangkaian pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan siswa mampu/ dapat menemukan
jawabannya, saling membantu dalam menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang sulit.
DAFTAR PUSTAKA

3 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-12, (Bandung : Alfabeta, 2016), hlm.
1. 4 Subagyo, J., Metode Penelitian dan Praktek, (Jakarta : Rhineka Cipta, 1991), hlm. 109. 5

Atien Nur chamidah, Deteksi Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, (Jurnal
Pendidikan Khusus, Vol. 5 No. 2, 2009).

i Gamayanti, Hubungan Antara Status Gizi dan Faktor Sosio Demografi dengan Kemampuan
Kognitif Anak Sekolah Dasar Di Daerah Endemis Gaki, (Jurnal Gizi Indon, 34 (1) : 52-60,
2011). 7

Imam Gunawan & Anggarini Retno Palupi, Taksonomi Bloom – Revisi Ranah : Kerangka
Landasan Untuk Pembelajaran pengajaran, dan penilaian, (Journal Premiere Educandum :
Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, Vol. 2, No. 2, 2012).

:Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 4 No 6 Desember 2022 p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071

7698 Analisis Multiple Intelegensi terhadap Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar - Andi
Lely Nurmaya. G, Irsan, Suarti, Gawise, Harisal Siompu

Zulhammi.2015. Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik dalam Perspektif Pendidikan


Islam.(Jurnal Darul Ilmi) Vol. 3 No. 1 Hal.105-127

Anda mungkin juga menyukai