Anda di halaman 1dari 11

BAB VIII

PENGOLAHAN DATA HASIL TES


DENGAN PAP DAN PAN
Setelah diperoleh skor setiap siswa, sebagaimana yang dibicarakan dalam Bab VI,
Anda hendaknya tidak tergesa-gesa menentukan prestasi belajar (nilai) siswa yang
didasarkan pada angka yang diperoleh setelah membagi skor dengan jumlah soal, karena
cara tersebut dianggap kurang proporsional. Menurut Karuru (2014) ada dua pendekatan
penafsiran hasil tes, yaitu “pendekatan penilaian acuan patokan (criterion-referenced
assessment) dan pendekatan penilaian acuan norma (norm-referenced assessment)”.
Pendekatan penilaian acuan patokan (PAP) pada umumnya digunakan untuk
menafsirkan hasil tes formatif, sedangkan penilaian acuan norma (PAN) digunakan untuk
menafsirkan hasil tes sumatif. Namun, dalam Kurikulum 2013 dengan model penilaian
berbasis kelas (classroom-based assessment) pendekatan yang digunakan adalah PAP.
A. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Pendekatan ini lebih menitikberatkan pada apa yang dapat dilakukan oleh siswa.
Dengan kata lain, kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai siswa sesudah
menyelesaikan satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi, penilaian acuan
patokan meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh siswa, dan bukan membandingkan seorang
siswa dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik.
Kriteria yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar yang diharapkan tercapai
sesudah selesai kegiatan belajar atau sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetapkan
terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung. Misalnya, kriteria yang digunakan
75% atau 80%. Bagi siswa yang kemampuannya di bawah kriteria yang telah ditetapkan
dinyatakan tidak berhasil dan harus mendapatkan remedial.
Tujuan penilaian acuan patokan adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau
kompetensi yang ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. Penilaian acuan patokan
sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar, sebab siswa diusahakan
untuk mencapai standar yang telah ditentukan, dan hasil belajar siswa dapat diketahui
derajat pencapaiannya. Untuk menentukan batas lulus (passing grade) dengan pendekatan
ini, setiap skor siswa dibandingkan dengan skor ideal yang mungkin dicapai oleh siswa.
Misalnya, dalam suatu tes ditetapkan skor idealnya adalah 100, maka siswa yang
memperoleh skor 85 sama dengan memperoleh nilai 8,5 dalam skala 0 – 10. Demikian
seterusnya.
Contoh : Diketahui skor 52 orang siswa sebagai berikut :
32 20 35 24 17 30 36 27 37 50 22 31 29
36 35 50 43 31 25 44 36 30 40 38 46 33
27 36 37 32 21 22 42 39 47 28 50 38 34
50 27 43 17 42 34 38 37 31 32 50 21 29
Pedoman konversi yang digunakan dalam mengubah skor mentah menjadi skor
standar pada norma absolut skala lima adalah :

Perdy Karuru Evaluasi Pengajaran 111


Matematika
Tingkat Penguasaan Skor Standar
90 % - 100 % A
80 % - 89 % B
70 % - 79 % C
60 % - 69 % D
> 59 % E
Jika skor maksimum ditetapkan berdasarkan kunci jawaban = 60, maka penguasaan
90 % = 0,90 x 60 = 54, penguasaan 80 % = 0,80 x 60 = 48, penguasaan 70 % = 0,70 x 60 =
42, penguasaan 60 % = 0,60 x 60 = 36. Dengan demikian, diperoleh tabel konversi sebagai
berikut :
Skor Mentah Skor Standar
54 – 60 A
48 – 53 B
42 – 47 C
36 – 41 D
< 35 E
Jadi, siswa yang memperoleh skor 50 berarti nilainya B, skor 35 nilainya E (tidak
lulus), skor 44 nilainya C, dan seterusnya. Jika dikehendaki standar sepuluh, maka skor
siswa dapat dikonversi dengan pedoman sebagai berikut :
Tingkat Penguasaan Skor Standar
95 % - 100 % 10
85 % - 94 % 9
75 % - 84 % 8
65 % - 74 % 7
55 % - 64 % 6
45 % - 54 % 5
35 % - 44 % 4
25 % - 34 % 3
15 % - 24 % 2
05 % - 14 % 1
Selanjutnya, persentase tingkat penguasaan terlebih dahulu diubah dalam bentuk
tabel konversi. Caranya sama dengan skala lima di atas, setiap batas bawah tingkat
penguasaan dikalikan dengan skor maksimum.
Contoh : penguasaan 95 % = 0,95 x 60 = 57, penguasaan 85 % = 0,85 x 60 = 51, penguasaan
75 % = 0,75 x 60 = 45, dan seterusnya. Dengan demikian, tabel konversinya adalah :
Skor Mentah Skor Standar
57 – 60 10
51 – 56 9
45 – 50 8
39 – 44 7
33 – 38 6
27 – 32 5

Perdy Karuru Evaluasi Pengajaran 112


Matematika
21 – 26 4
15 – 20 3
09 – 14 2
03 – 08 1
Berdasarkan tabel konversi di atas, maka siswa yang memperoleh skor 47 nilainya 8,
skor 35 nilainya 6, skor 24 nilainya 4, dan seterusnya. Penafsiran dengan pendekatan PAP
dapat juga menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mencari skor ideal, yaitu skor yang mungkin dicapai oleh siswa, jika semua soal dapat
dijawab dengan betul.
1
X ideal = x skor ideal
2. Mencari rata-rata ( X ) ideal dengan rumus : 2
1
x X ideal
3. Mencari simpangan baku (s) ideal dengan rumus : S ideal = 3
4. Menyusun pedoman konversi sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan langkah-langkah di atas, maka pengolahannya adalah :
1. Mencari skor ideal, yaitu 60.
1
x 60 = 30
2. Mencari rata-rata ideal, yaitu 2
1
x 30 = 10
3. Mencari simpangan baku ideal, yaitu 3
4. Menyusun pedoman konversi :
a. Skala lima :
A
X + 1,5 s = 30 + 1,5 (10) = 45
B
X + 0,5 s = 30 + 0,5 (10) = 35
C
X - 0,5 s = 30 - 0,5 (10) = 25
D
X - 1,5 s = 30 - 1,5 (10) = 15
E
Dengan demikian, skor 32 nilainya C, skor 20 nilainya D, skor 35 nilainya C, skor
24 nilainya D, dan skor 17 nilainya D.
b. Skala sepuluh
10
X + 2,25 s = 30 + 2,25 (10) = 52,5
9
X + 1,75 s = 30 + 1,75 (10) = 47,5
8
X + 1,25 s = 30 + 1,25 (10) = 42,5
7

Perdy Karuru Evaluasi Pengajaran 113


Matematika
X + 0,75 s = 30 + 0,75 (10) = 37,5
6
X + 0,25 s = 30 + 0,25 (10) = 32,5
5
X - 0,25 s = 30 - 0,25 (10) = 27,5
4
X - 0,75 s = 30 - 0,75 (10) = 22,5
3
X - 1,25 s = 30 - 1,25 (10) = 17,5
2
X - 1,75 s = 30 - 1,75 (10) = 12,5
1
X - 2,25 s = 30 - 2,25 (10) = 7,5
0
Dengan demikian, skor 32 nilainya 5, skor 20 nilainya 3, skor 35 nilainya 6, skor 24
nilainya 4, dan skor 17 nilainya 2.
c. Skala 0 – 100 ( T – skor)

Rumus yang digunakan yaitu : T – skor =


50+ ( )
X- X
s
x 10

Keterangan :
50 dan 10 = bilangan tetap
X = skor mentah yang diperoleh setiap siswa
X = rata-rata
s = simpangan baku
Contoh :
Siswa A memperoleh skor mentah 35. Rata-rata = 60 dan simpangan baku = 20.
Dengan demikian, nilai yang diperoleh siswa A dalam skala nilai 0 -100 adalah :

50+ ( 20 )
35 - 60
x 10 = 37,5

d. Konversi dengan Z – score :


Z – score adalah suatu ukuran yang menunjukkan berapa besarnya simpangan baku
seseorang berada di bawah atau di atas rata-rata dalam kelompok tersebut.
X- X
Z=
Rumus : s
Contoh :
Diketahui : skor ( X ) = 35; rata-rata ( X ) = 60; simpangan baku = 20, berapakah
nilai Z-skornya ?
X - X 35 - 60
Z= = - 1,25
s = 20

Perdy Karuru Evaluasi Pengajaran 114


Matematika
e. Peringkat (Rangking)
Menafsirkan skor mentah dapat pula dilakukan dengan cara menyusun peringkat.
Caranya adalah dengan mengurutkan skor, mulai dari skor terbesar sampai dengan
skor terkecil. Skor terbesar diberi peringkat 1, begitu seterusnya sampai dengan skor
terkecil. Skor-skor yang sama harus diberi peringkat yang sama pula.
Contoh :
Diketahui : 5 (lima) orang siswa kelas VIII SMP memperoleh skor sebagai berikut :
20, 35, 25, 25, dan 30. Untuk memberikan peringkat terhadap skor-skor tersebut
dapat diikuti langkah-langkah berikut :
Pertama, mengurutkan skor-skor tersebut dari yang terbesar sampai dengan terkecil
dengan diberi nomor urut sesuai dengan jumlah data.
1. 35
2. 30
3. 25
4. 25
5. 20
Kedua, memberi peringkat berdasarkan nomor urut, tetapi untuk skor yang sama
harus diberi peringkat yang sama.
Skor : Peringkat :
1. 35 1
2. 30 2
3. 25 3,5
4. 25 3,5
5. 20 4
Peringkat untuk skor 25 adalah 3,5 yang diperoleh dari (3 + 4) : 2 = 3,5. Skor
selanjutnya diberi peringkat sesuai dengan nomor urut selanjutnya.
Dalam kurikulum 2013, prestasi belajar siswa ditentukan oleh perbandingan antara
pencapaian sebelum dan sesudah pembelajaran serta kriteria penguasaan kompetensi
yang ditentukan. Oleh karena itu, dalam penilaian berbasis kelas lebih tepat apabila
menggunakan penilaian acuan patokan (PAP).

B. Penilaian Acuan Norma (PAN)


Dalam penilaian acuan norma, makna angka (skor) seorang siswa ditemukan dengan
cara membandingkan hasil belajarnya dengan hasil belajar siswa lainnya dalam satu
kelompok/kelas. Siswa dikelompokkan berdasarkan jenjang hasil belajar, sehingga dapat
diketahui kedudukan relatif sedorang siswa dibandingkan dengan teman sekelasnya. Tujuan
penilaian acuan norma adalah untuk membedakan siswa atas kelompok-kelompok tingkat
kemampuan, mulai dari yang terendah sampai dengan tertinggi. Secara ideal, pendistribusian
tingkat kemampuan dalam satu kelompok menggambarkan suatu kurva normal.
Pada umumnya, penilaian acuan norma dipergunakan untuk seleksi. Soal tes dalam
pendekatan ini dikembangkan dari bagian bahan yang dianggap oleh guru urgen sebagai
sampel dari bahan yang telah disampaikan. Anda berwenang untuk menentukan bagian
Perdy Karuru Evaluasi Pengajaran 115
Matematika
mana yang lebih urgen. Untuk itu, Anda harus dapat membatasi jumlah soal yang
diperlukan, karena tidak semua materi yang disampaikan kepada siswa dapat dimunculkan
soalsoalnya secara lengkap. Soal-soal harus dibuat dengan tingkat kesukaran yang
bervariasi, mulai dari yang mudah sampai dengan sukar, sehingga memberikan
kemungkinan jawaban siswa bervariasi, soal dapat menyebar, dan dapat membandingkan
siswa yang satu dengan lainnya.
Peringkat dan klasifikasi anak yang didasarkan pada penilaian acuan norma lebih
banyak mendorong kompetisi daripada membangun semangat kerjasama. Lagi pula tidak
menolong sebagian besar siswa yang mengalami kegagalan. Dengan kata lain, keberhasilan
siswa hanya ditentukan oleh kelompoknya. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, prestasi
siswa ditentukan oleh perbandingan antara pencapaian sebelum dan sesudah pembelajaran,
serta kriteria penguasaan kompetensi yang ditentukan.
Penilaian acuan norma biasanya digunakan pada akhir unit pembelajaran untuk
menentukan tingkat hasil belajar siswa. Pedoman konversi yang digunakan dalam
pendekatan PAN sama dengan pendekatan PAP. Perbedaannya hanya terletak dalam
menghitung rata-rata dan simpangan baku. Dalam pendekatan PAN, rata-rata dan simpangan
baku dihitung dengan rumus statistik sesuai dengan skor mentah yang diperoleh siswa.
Adapun langkah-langkah pengolahannya adalah :
1. Mencari skor mentah setiap siswa.
2. Menghitung rata-rata ( X ) aktual dengan rumus :

X aktual = Md + (∑ )n
fd

Keterangan : Md = mean duga


f = frekuensi
d = deviasi = xi - xs
fd = frekuensi kali deviasi
n = jumlah sampel
3. Menghitung simpangan baku ( s ) aktual dengan rumus :

s=
√ n (∑ f d2) -
n(n-1)
4. Menyusun pedoman konversi.
(∑ f d 2 )

Contoh :
Diketahui : 52 orang siswa setelah mengikuti Ujian Akhir Semester mata pelajaran
matematika memperoleh skor sebagai berikut :
32 20 35 24 17 30 36 27 37 50 22 31 29
36 35 50 43 31 25 44 36 30 40 38 46 33
27 36 37 32 21 22 42 39 47 28 50 38 34
50 27 43 17 42 34 38 37 31 32 50 21 29
Pertanyaan : tentukan nilai siswa dengan pendekatan PAN !
Langkah-langkah penyelesaian :

Perdy Karuru Evaluasi Pengajaran 116


Matematika
a. Menyusun skor terkecil sampai dengan skor terbesar seperti berikut :
17 25 30 34 37 42 50
17 27 31 34 37 42 50
20 27 31 35 37 43 50
21 27 31 35 38 43 50
21 28 32 36 38 44
22 29 32 36 38 46
22 29 32 36 39 47
24 30 33 36 40 50
Selanjutnya data ini ditabulasikan dalam daftar distribusi frekuensi, yaitu
mengelompokkan data sesuai dengan kelas interval. Untuk membuat kelas interval
dapat digunakan rumus Sturges.
Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
1) Mencari rentang (range), yaitu skor terbesar dikurangi skor terkecil.
Skor terbesar = 50, Skor terkecil = 17, Rentang = 33
2) Mencari banyak kelas interval :
Banyaknya kelas = 1 + (3,3) log. n
= 1 + (3,3) log 52
= 1 + (3,3) (1,7160)
= 1 + 5,6628
= 6,6628 = 7 ( di bulatkan )
3) Mencari interval kelas :
Rentang 33
i= = = 4,9529 = 5 (dibulatkan)
Banyaknya Kelas 6,6628
4) Menyusun daftar distribusi frekuensi :
Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Skor Tes Matematika
Kelas Interval Tolly Frekuensi
47 – 51 1111 1 6
42 – 46 1111 1 6
37 – 41 1111 111 8
32 – 36 1111 1111 11 12
27 – 31 1111 1111 1 11
22 – 26 1111 4
17 – 21 1111 5
Jumlah 52
b. Menghitung rata-rata aktual dan simpangan baku aktual.
Tabel 6.2 Menghitung Rata-rata dan Simpangan Baku Aktual
Kelas Interval f d fd f(d)2
47 – 51 6 + 15 90 1350
42 – 46 6 + 10 60 60
37 – 41 8 +5 40 200
32 – 36 12 0 0 0
27 – 31 11 -5 - 55 275

Perdy Karuru Evaluasi Pengajaran 117


Matematika
22 – 26 4 - 10 - 40 400
17 – 21 5 - 15 - 75 1125
Jumlah 52 20 3950

X = Md + (∑ )n
fd
= 34 +
20
52 ( )
= 34,38

s=
√ n (∑ f d 2) -
n(n-1)
(∑ f d2 )

c. Menyusun pedoman konversi :


=
√ 52(3950 ) - (20 )2
52(52-1 )
= 8,79

1) Skala Lima (0 – 5) : X
A 47,57 - 50
X + 1,5 s = 34,38 + 1,5 (8,79) = 47,57
B 38,78 – 47,56
X + 0,5 s = 34,38 + 0,5 (8,79) = 38,78
C 29,99 – 38,77
X - 0,5 s = 34,38 - 0,5 (8,79) = 29,99
D 21,20 – 29,98
X - 1,5 s = 34,38 - 1,5 (8,79) = 21,20
E 0 – 21,19
Dengan demikian, skor 32 nilainya C, skor 20 nilainya E, skor 35 nilainya C,
skor 24 nilainya D, dan skor 17 nilainya E.
2) Skala Sepuluh (0 – 10) :
10 54,16
X + 2,25 s = 34,38 + 2,25 (8,79) = 54,16
9 49,76 – 54,15
X + 1,75 s = 34,38 + 1,75 (8,79) = 49,76
8 45,37 – 49,75
X + 1,25 s = 34,38 + 1,25 (8,79) = 45,37
7 40,97 – 45,36
X + 0,75 s = 34,38 + 0,75 (8,79) = 40,97
6 36,58 – 40,96
X + 0,25 s = 34,38 + 0,25 (8,79) = 36,58
5 32,18 – 36,57
X - 0,25 s = 34,38 - 0,25 (8,79) = 32,18
4 27,79 – 32,17
X - 0,75 s = 34,38 - 0,75 (8,79) = 27,79
3 23,39 – 27,78
X - 1,25 s = 34,38 - 1,25 (10) = 23,39
2 19,00 – 23,38
X - 1,75 s = 34,38 - 1,75 (8,79) = 19,00
1 14,60 – 18,89
Perdy Karuru Evaluasi Pengajaran 118
Matematika
X - 2,25 s = 34,38 - 2,25 (8,79) = 14,60
0 0 – 14,59
Dengan demikian, skor 32 nilainya 4, skor 20 nilainya 2, skor 35 nilainya 5, skor
24 nilainya 3, dan skor 17 nilainya 1.

3) Skala Seratus (0 – 100) atau T-Skor


siswa A memperoleh skor mentah 35. Rata-rata = 34,38 dan
Dari contoh di atas
simpangan baku = 8,79. Dengan demikian, nilai yang diperoleh siswa A dalam

skala 0 - 100 adalah


(358,79- 3 4,38 ) x 10 = 50,71
50+

4) Konversi dengan Z – skor :


X - X 35 - 34,38
Z= = = 0,07
s 8,79
Secara teoritik, pendekatan penilaian terdiri atas dua pendekatan seperti telah
dijelaskan dalam kegiatan belajar 1 dan 2, tetapi dalam praktik, kita dapat menggunakan
pendekatan gabungan antara PAP dan PAN. Pendekatan gabungan digunakan dengan
asumsi bahwa pendekatan PAP dan PAN masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Pedoman konversi yang digunakan sama dengan pedoman konversi dalam PAP
dan PAN. Perbedaannya hanya terletak dalam perhitungan rata-rata dan simpangan baku.
Rata-rata gabungan = ( X ideal + X aktual) / 2.
Simpangan baku (SB) gabungan = (SB ideal + SB aktual) / 2.
Dengan demikian, untuk memperoleh rata-rata gabungan, terlebih dahulu harus
dicari rata-rata ideal dan rata-rata aktual. Begitu juga untuk mencari simpangan baku
gabungan.
Contoh :
Diketahui : X ideal = 60
SB ideal = 20
X aktual = 34,38
SB aktual = 8,79
Jadi, X gabungan = ½ x ( X ideal + X aktual )
= ½ x ( 60 + 34,38 )
= 47,19
SB gabungan = ½ x ( SB ideal + SB aktual )
= ½ x ( 20 + 8,79 )
= 14,395

Rangkuman

Perdy Karuru Evaluasi Pengajaran 119


Matematika
Penilaian acuan patokan meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh siswa, dan bukan
membandingkan seorang siswa dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria
atau patokan yang spesifik. Tujuan penilaian acuan patokan adalah untuk mengukur secara
pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. Langkah-
langkah pendekatan PAP adalah mencari skor ideal, mencari rata-rata ideal, mencari
simpangan baku ideal, dan menyusun pedoman konversi sesuai dengan kebutuhan.
Dalam praktik, kita dapat menggunakan pendekatan gabungan antara PAP dan PAN.
Pendekatan gabungan digunakan dengan asumsi bahwa pendekatan PAP dan PAN masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pedoman konversi yang digunakan sama
dengan pedoman konversi dalam PAP dan PAN. Perbedaannya hanya terletak dalam
perhitungan rata-rata dan simpangan baku.
Rata-rata gabungan = ( X ideal + X aktual) / 2.
Simpangan baku gabungan = (SB ideal + SB aktual) / 2.

Tugas 7 :
1. Susunlah satu set soal dalam mata pelajaran yang Anda bina untuk Madrasah Ibtidaiyah
kelas V. Jumlah soal 45 butir terdiri atas 5 soal bentuk uraian objektif, 10 soal bentuk
benar-salah (model perbaikan), 10 soal bentuk pilihan-ganda (4 opsi), 10 soal bentuk
menjodohkan, 5 soal bentuk jawaban singkat dan 5 soal bentuk melengkapi. Tugas
Anda :
a. Lengkapilah soal di atas dengan petunjuk pengerjaan soal untuk setiap bentuk soal
termasuk lembar jawaban, kunci jawaban, dan pedoman pengolahan skor.
b. Suruhlah peserta didik untuk menjawab soal tersebut (minimal 30 orang).
c. Carilah skor mentah setiap peserta didik sesuai untuk setiap bentuk soal dan
tentukan skor total.
d. Berdasarkan skor total dan pedoman pengolahan skor, Anda tentukan nilai setiap
peserta didik dengan pendekatan PAN dalam skala 0 – 10.
e. Hitung jumlah peserta didik yang lulus dan tidak lulus.
f. Susunlah peringkat pesera didik.
2. Diketahui : 10 orang peserta didik memperoleh skor tes dalam mata pelajaran
matematika sebagai berikut :
50 42 50 43 38 47 39 38 46 44
Skor maksimum = 70
Pertanyaan :
a. Tentukan persentase tingkat penguasaan dengan skala 0 – 10.
b. Buatlah tabel konversi skala 0 – 10.
c. Tentukan nilai 10 orang peserta didik tersebut dalam skala 0 – 10
3. 40 orang peserta didik mengikuti tes matematika. Hasil tes diperoleh sebagai berikut :
33 46 37 27 21 36 36 24 29 38 38 50 32 44 50
35 21 31 34 28 37 25 37 20 32 27 31 36 47 42

Perdy Karuru Evaluasi Pengajaran 120


Matematika
22 50 34 50 31 43 25 30 39 40
Diketahui skor ideal = 60
Pertanyaan :
a. Tentukan nilai peserta didik berdasarkan pendekatan PAP dan PAN dengan
menggunakan pedoman konversi :
1) Skala 0 – 5 , 2) Skala 0 – 10, 3) Skala 0 – 100, 4) Z – skor,
b. Buatlah peringkat untuk masing-masing peserta didik.

Perdy Karuru Evaluasi Pengajaran 121


Matematika

Anda mungkin juga menyukai