Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Potret Perjuangan dan Kepribadian Kedua Putri TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid (Hj. Siti
Rauhun dan Hj. Siti Raehanun)

Dosen Pengampu : TGH. Samiin Hadi Harianto, MA

Disusun oleh

Siska Hidayatul Aini (190401035)

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi

Universitas Hamzanwadi

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan anugerah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ke-NW-an tentang’’kepribadian
Kedua Putri TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid (Hj. Siti Rauhun dan Hj. Siti Raehanun)”.
Shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah menunjukkan
kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna.

Malah ini disusun agar pembaca dapat memeperluas ilmunya dalam mata kuliah Ke-NW-
an ini. Makalah ini di sajikan sesingkat dan serinci-rincinya agar pembaca lebih mudah dalam
memahami isi dari makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas. Penulis
menyadari bahea makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
saya harapkan para pembaca memberikan masukan demi perbaikan pembuatan makalah ini
dimasa yang akan datang.

Pancor, 19 Mei 2020

Siska Hidayatul Aini

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid..........................................................................2


B. Potret Perjuangan dan Kepribadian Hj. Siti Rauhun ................................................2
C. Potret Perjuangan dan Kepribadian Hj. Siti Raehanun..............................................4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................9
B. Saran …………………………………………………………………………….....9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...…10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddi Abdul Madjid atau disingkat
HAMZANWADI yang nama kecilnya Muhammad Saggaf dilahirkan pada hari Rabu, 17
Rabi’ul Awal 1316 H ( 1898 M ), di Kampung Bermi, Desa Pancor, Kecamatan Rarang
Timur yang sekarang menjadi Kecamatan Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Beliau menikahi tujuh perempuan yang latar belakangnya berbeda-beda, mulai
dari anak bangsawan sampai anak orang biasa. Perbedaan ini merupakan sebuah refleksi
dari pendidikan ayahnya yang menginginkan anaknya mampu menghadapi keluarga
plural. Keluarga ini menggambarkan masyarakat Lombok yang akan dihadapi sangat
majemuk.
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid adalah ulama karismatik asal
Lombok. Tokoh yang dikenal juga dengan sebutan Tuan GurubPancor ini adalah pendiri
Nahdlatul Wathan, organisasi masa keislaman yangberpengaruh di NTB.
Nahdlatul Wathan sebagia organisai kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang
pendidikan, sosial, dan dakwah Islamiyah dan beraqidahkan Islam Ahlussunnah wal
Jama’ah ala Madzhabil Imamisy Syafi’i r.a terus dan tetap eksis di bumi pancasila ini.
Hal ini menunjukkan bahwa Nahdaltul Wahthan sebagai organisai islam yang selalu
memperjuangkan tegaknya aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah diterima oleh masyarakat
islam negeri ini yang mayoritas bermahzhab Syafi’i

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana silsilah perkawinan TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid?
2. Bagaimana potret perjuangan dan kepribadian Hj. Siti Rauhun?
3. Bagaimana potret perjuangan dan kepribadian Hj. Siti Raehanun ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perkawinan TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid
2. Untuk mengetahui potret perjuangan dan kepribadian Hj. Siti Rauhun
3. Untuk mengetahui potret perjuangan dan kepribadian Hj. Siti Raehanun
BAB II

PEMBAHASAN

A. TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID

Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selama hayatnya telah menikah
sebanyak tujuh kali. Dari ketujuh perempuan yang pernah dinikahinya itu, ada yang
mendampinginya sampai wafat, ada yang wafat terlebih dahuku dan ada juga yang diceraikannya
setelah beberapa bulan menikah. Ketujuh perempuan yang telah dinikahinya tersebut berasal dari
berbagai pelosok desa di pulau Lombok dan dari berbagai latar belakang.

Adapun nama-nama perempuan yang pernah dinikahi oleh TGKH. Muhammad


Zainuddin Abdul Madjid, adalah: 1. Chasanah; 2. Hajah Siti Fatmah; 3. Hajah Raihan; 4. Hajah
Siti Jauhariyah; 5. Hajah Siti Rahmatullah; 6. Hajah Baiq Siti Zuhriyah Mukhtar; dan, 7. Hajah
Adniyah.
Dari ketujuh orang perempuan yang dinikahinya, TGLH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid, hanya mendapatkan dua orang puteri, yakni Siti Rauhun dari perkawinannya dengan
Hajah Siti Jauhariyah dan Siti Raihanun dari perkawinannya dengan Hajah Siti Rahmatullah.

B. Potret Perjuangan dan Kepribadian Hj. Siti Rauhun

Hj. Siti Rauhun adalah anak pertama dari pernikahan TGKH. M. Zainuddin. Abdul Majid
dengan Hj. Siti Jauhariyah. Hajah Siti Jauhariyah adalah seorang perempuan yang tenkenal
cantik, hingga pada masa gadisnya, orang sering menyebutnya sebagai “Kembang dari Kampung
Jawa”. Disebut demikian karena ia adalah puteri dari perkawinan antara seorang wanita Selong
yang bernama Masnah dan pria berasal dan Jawa yang bernama Abdurrahim. Abdurrahim adalah
seorang muballigh yang mengembangkan ajaran Islam di Kampung Jawa. Tugas sehari-harinya
adalah sebagai seorang pejabat pemerintah pada waktu itu.
Pada tahun 1947, ketika Siti Jauhariyah telah berusia sekitar 20 tahun, ia dinyatakan positif
hamil. Kehamilan ini disambut dengan senang dan gembira, karena setelah lama menikah Tuan
Guru Kyai Haji Muhammad Zaiuddin belum juga diberikan keturunan oleh Allah SWT. Ia
bahkan pernah dikatakan mandul dan tidak akan mendapatkan keturunan. Mendengar informasi
kehamilan Siti Jauhariyah, Tuan Guru Kyai Muhammad Zainuddin segera datang ke rumahnya
untuk menantikan saat-saat kelahiran anak pertamanya. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Jabang
bayi yang ditunggu-tunggu lahir dengan selamat dan berjenis kelamin perempuan. Ia kemudian
diberi nama Siti Rauhun. Nama tersebut diambil dari bahasa Arab yang artinya “kegembiraan/
kenikmatan”.
TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid mendidik putrinya dengan pola yang berbeda dengan
orang tua yang lain, pola yang diterapkan cendrung keras dan tegas. Sekalipun putri-putrinya
dianggap melakukan kesalahan, ia berusahan menegurnya dengan lembah lembut. Sebagai
ilustrasi, ketika siti rauhun sekolah di Mu’allimat Tsanawiyah Nahdlatul Banat, ia pernah pergi
bersama teman-temannya ke Labuhan Haji Lombok Timur. Jarak antar Labuhan Haji dengan
Selong sekitar 5-7 kilometer. Karena jarak tempuhnya yang cukup jauh, maka ia dan teman-
temannya menggunakan dokar. Mereka pergi ke Labuhan Haji hanya untuk melihat pohon
“Ndes” buah ini jarang di temui di pancor, sehingga merekapun ingin melihat buah ini di daerah
Labuhan Haji.
Saat Siti Rauhun menaiki dokar bersama teman-temannya menuju Labuhan Haji, ditengah
perjalana ada orang yang mengenalinya. Kemudian orang itu melaporkan kejadian tersebut
kepada ayahnya. Keesokan harinya ia di panggil ayahnya dan disuruh menghadap ke pancor.
Mendapat pesan itu, ia tidak mempunyai firasat apa-apa. Apalagi dengan firasat akan dimarahi
oleh ayahnya.
Selanjutnya ia memenuhi panggilan ayahnya, ia diterima oleh ayahnya dengan baik. Dan
oleh ayahnya, ia langsung diminta untuk mengurut kaki ayahnya. Saat ia sedang mengurut kaki
ayahnya, tiba-tiba ayahnya bertanya dengan nada menyindir,”rauhun, enak naik dokar, ya?”
mendengar sindiran tersebut, telinga Siti Rauhun seperti terasa tersambar petir. Karena ia merasa
ayahnya mengetahui kepergiannya ke Labuhan Haji. Belum sempat ia menjawab sindiran
tersebut, ayahnya langsung melanjutkan ucapanny,”saya khawatir terjadi sesuatu pada diri kamu
di tengah jalan. Kalua kamu diculik orang , atau terjadi hal-hal uang tidak diinginkan”
Seluruh ucapan ayahnya itu tidak satupun yang dijawabnya. Ia hanya terdiam sambil
menundukkan kepala. Baginya, sebagai seorang anak yang patuh dan pemalu, peristiwa itu
sangat terkesan didalam hidupnya. Sindiran ayahnya itu bagaikan sebuah kemarahan, yang tidak
boleh terulang lagi dalam perjalanan hidupnya. Dan memang sekali itulah ia merasa dimarahi
oleh ayahya, karena berbuat sesuatu yang tidak pantas menurut pandangan ayahnya.
Pola didikan seperti itu, sangat dirasakan nilai positifnya oleh kedua putrinya, hingga sejak
kecil sudah terbiasa berhadapan dan berbicara di muka umum. Dan hinga saat ini putrinya
merupakan pelanjut setia estafet perjuangan dan da’wah ayahnya melalui organisasi Nahdlatul
Wathan (NW) yang didirikan pada tahun 1943.
Hj. Sitti Rauhun menikah dengan H. Jalaluddin, S.H. dan mendapat 5 orang putra-putri,
yakni (1) ir. Hj. Sitti Rahmi  Jalilah, M.Pd;  (2) H.M. Syamsul Lutfi, S.E.,M.Si.; (3) Dr. TGH.
Zainul Madjdi, MA.;  (4) Jamaluddin, MA;  dan (5) Sitti Soraya. Karena satu dan lain hal beliau
bercerai dan menikah kembali dengan Drs. H. M. Syubli dan mendapat seorang putri, yakni Sitti
Hidayati.

C. Potret Perjuangan dan Kepribadian Hj. Siti Raehanun

Puteri kedua TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid diberi nama Siti Raihanun, yang akrab
dipanggil Ummi Raihanunputeri keduanya ini adalah buah dari perkawinannya dengan Hajah
Siti Rahmatullah.
Siti Rahmatullah adalah puteri dan Guru Hasan, seorang imam khatib di Masjid distrik
Rarang. Perkenalan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin dengan Siti Rahmatullah
tenjadi ketika pada suatu hari ayahnya datang bersilaturrahmi ke rumah Guru Hasan di Rarang.
Saat itulah ia mengutarakan keinginannya untuk menikahkan puteranya dengan puteri Guru
Hasan. Karena waktu itu Siti Rahmatullah masih sangat kecil dan belum mempunyai keinginan
sama sekali untuk menikah, Tuan Guru Haji Abdul Madjid hanya berjanji akan menikahkan
puteranya dengan Siti Rahmatullah. Semenjak itu hubungan di antara kedua keluarga ini
terbangun dengan sangat erat. Setiap tahun Tuan Guru Haji Abdul Madjid bersilaturrahmi ke
Rarang, demikian pula sebaliknya. Setelah mencapai usia yang cukup, barulah keduanya
dinikahkan. Dan dari pernikahan ini kemudian lahir seorang puteri yang diberi nama Siti
Raihanun.
Beliau hanya mempunyai dua orang puteri yang bernama Siti Rauhun dan Raihanun, ia juga
populer dengan sebutan “Abu Rauhun wa Raihanun”.
Beliau mengakui bahwa nama kedua puterinya diambil dari Al-Qur’an Surat Al-Waqi’ah
ayat 89 yang berbuyi “Fa rauhun wa raiharnen wajannatu na’im”, [maka dia memperoleh
ketenteraman dan rezeki serta sorga kenikmatan].
 Dibesarkan Ditengah Keluarga Religius

Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid lahir pada tahun 1952 M. Hidup
ditengah-tengah keluarga dengan latar belakang ilmu agama yang tindih. Ketua Umum Pengurus
Besar Nahdlatul Wathan Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid dibesarkan
dengan penuh kasih sayang yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Sebagai putri Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid yang sekaligus tokoh
sentral organisasi, hampir masa kecil Ummuna tidak dapat disamakan dengan anak perempuan
seumurnya pada masa itu. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mendampingi perjuangan
sang ayah dalam menegakkan ajaran agama dan upaya menumbuhkembangkan organisasi
Nahdlatul Wathan.

Kedekatannya dengan seluruh aktivitas sang ayah rupanya telah mengajarkan Ummuna Hj.
Sitti Raihanun Zainuddin A.M. cukup memahami seluk beluk perjuangan khususnya dalam
memperjuangkan organisasi sesuai dengan niat awal sang pendirinya. Ummuna Hj. Sitti
Raihanun Zainuddin A.M. tidak hanya berbekalkan pengalaman yang sudah didapatkan bersama
Al-Maghfurlah namun juga bimbingan dan arahan sang ayah kepada dirinya cukup dominan
dalam menentukan arah perjuangan.

 Menerima Tetesan Kecerdasan Sang Ayah

Padahal kualifikasi kependidikan yang pernah ditempuh Ummuna Hj. Sitti Raihanun
Zainuddin A.M. dibandingkan dengan pemimpin organisasi sebesar NW tentu tidak sebanding
dengan kualitas kepemimpinannya. Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M. menyelesaikan
pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Negeri 2 Pancor yang dilanjutkan dengan Madrasah
Mu’allimat NW Pancor. Namun kecerdasan ayahnya sebagai seorang ulama besar sudah ia
warisi sebagai hukum biologis yang lumrah. Tidak heran bila prestasi yang pernah ditoreh
sebagai bintang kelas di hampir semua jenjang pendidikan.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Madrasah Mu’allimat NW Pancor, Ummuna Hj. Sitti


Raihanun Zainuddin Abdul Madjid dipersunting oleh seorang tokoh bangsawan yang sekaligus
murid kesayangan ayahandanya yaitu Drs. H. Lalu Gede Wiresentane yang berasal dari Bonjerok
– Lombok Tengah. Setelah itu, Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M. melanjutkan
pendidikannya ke IAIN Sunan Ampel Malang.
Dari hasil pernikahan dengan Drs. H. Lalu Gede Wiresentane, beliau dikaruniai 4 orang putra
dan 3 orang putri, yakni (1) TGH. L.G.Muhammad Wirasakti Amir Murni, MA; (2) Lale
Lasmining Puji Jagat, S.Ag; (3) Lale Yaquttunanfis, S.Sos.; (4) Lalu G. Syamsul Mujahidin, SE.;
(5) RTGB. L.G. Muhammad Zainuddin Atsany, Lc.; (6) Lale Syifa’un Nufus, S.Far; dan (7)
H.L.G.Muh. Khairul Fatihin. Setelah Drs. H. L.G. Wiresentane wafat beliau menikah lagi pada
tahun 1999 dengan Drs. H. Abdul Hayyi Nu’man tetapi tidak dikarunia keturunan.

 Istri dan Ibu Rumah Tangga

Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid sebagai seorang istri telah
mengabdikan dirinya sesuai dengan ketentuan ajaran agama. Kebaktian sebagai seorang istri
telah membuktikan dirinya sebagai seorang perempuan yang patuh dan tunduk terhadap perintah
dan bimbingan sang suami. Terlebih lagi sebagai seorang istri Pegawai Negeri Sipil yang
berpindah-pindah dari suatu posisi jabatan yang satu ke posisi jabatan yang lainnya. Namun
sebagai seorang istri, Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid selalu mampu
menyesuaikan diri dengan karir sang suami. Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M. aktif
diberbagai organisasi kewanitaan dalam struktur birokrasi kepemerintahan, seperti Tim
Penggerak PKK di beberapa institusi pemerintah sesuai dengan jenjang karir sang suami.
Beliaupun tercatat sebagai Wakil Ketua PKK BKPMD Propinsi NTB.

 Pejuang Organisasi Yang Handal


1. Berjuang Tanpa Memandang Jabatan

Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M. dalam perjalanan berorganisasi berawal dari
luar struktur oranisasi Nahdlatul Wathan. Beliau berjuang tidak memandang jabatan, yang
terpenting baginya adalah bagaimana mengambil peran dalam mendukung perjuangan
Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid. Hampir semua kegiatan-kegiatan
organisasi Nahdlatul Wathan beliau geluti.

Berkat kegigihan Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid dalam
memperjuangkan semua kegiatan organisasilah yang membuat Lalu Yahya Sakre
mengusulkan agar terbentuknya Pengurus Kegiatan Muslimat NW. Hal tersebut dilakukan
setelah melihat kegigihan Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M. dalam mengikuti
semua kegiatan Muslimat NW, semua kegiatan organisasi yang dilakukan oleh ibundanya
selalu diikuti kemanapun beliau pergi, dari pagi sampai malam hari, diseluruh pelosok
desa di NTB. Dan pada saat itu Penulis sedang duduk dibangku taman kanak-
kanak.Setelah beberapa tahun kemudian, Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M.
diberikan SK langsung sebagai Ketua Pengurus Kegiatan Muslimat oleh Pimpinan Pusat
Muslimat NW.

Setelah beberapa lama berjalan, diadakanlah Konferensi Wilayah Muslimat NTB


untuk pertama kalinya. Dipundaknyalah (Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M.) sejarah
pertama terbentuknya Pengurus Wilayah Muslimat NW NTB. Pada awal
kepemimpinannya, beliau menghidupkan seluruh Pengurus Daerah Muslimat NW se-
NTB. Dan setelah satu periode memimpin Pengurus Wilayah Muslimat NW NTB, beliau
langsung diangkat menjadi Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muslimat NW.

2. Jabatan Ketua Umum PB NW Bukan Impian

Sebagaimana ditegaskan diatas, Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M.


bukanlah sosok perempuan yang haus jabatan. Hal tersebut didukung dengan latar
belakang kehidupan beliau sebelumnya, dengan pendidikan seadanya, mengabdikan diri
sebagai istri sekaligus ibu bagi putra-putrinya, sama sekali tidak pernah bermimpi untuk
memegang peranan penting dalam oranisasi yang dibangun ayahandanya.Baginya
berjuang bukanlah lantaran jabatan semata, namun organisasi NW bagi beliau merupakan
hidup sekaligus amanat yang harus dilaksanakan dalam kapasistas apapun, terlebih lagi
karena beliau merupakan putri dari Pendiri NWDI-NBDI yang dipercayakan sebagai
pemegang surat kuasa Al-Maghfurlah, melanjutkan perjuangan organisasi sudah tentu
menjadi tangguingjawab dirinya.

Tingginya semangat perjuangan Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M. untuk
melanjutkan perjuangan organisasi setelah wafatnya Al-Maghfurlah menjadi catatan
sekaligus pertimbangan para petinggi organisasi NW. Sehingga membuat dirinya
diamanatkan memegang jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan sebagai
hasil Muktamar X pada tanggal 24-26 Juli 1998 di Praya – Lombok Tengah. Walaupun
kemudian hasil Muktamar tersebut menjadi tonggak bersejarah kontroversi internal
organisasi.

Ditengah berkecamuknya dinamika yang dialami organisasi, Ummuna Hj. Sitti


Raihanun Zainuddin A.M. mampu membuktikan diri sebagai penerus ayahandanya dalam
memperjuangkan organisasi. Berbagai keberhasilan dalam memimpin organisasi dapat
diwujudkan.

Perjuangan Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M. yang tak kenal lelah, tanpa
mengenal waktu dan tempat. Bagi Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M., pulang
larut malam sudah menjadi kebiasaannya. Tidak heran, pertumbuhan organisasi dibawah
kepemimpinan beliau telah berhasil membesarkan NW. Terbukti dengan pesatnya
pertumbuhan jumlah Madrasah NW dan Madrasah NWDI-NBDI.

Madrasah NW merupakan madrasah yang didirikan oleh Maulana Syaikh TGKH. M.


Zainuddin Abdul Madjid pertama kali. Pada umumnya madrasah ini belum membedakan
siswa banat (siswa perempuan) dengan banin (siswa laki-laki). Guna memisahkan tullab
(siswa) banin dan tullab banat, didirikanlah Madrasah NWDI untuk banin dan NBDI
tullab banat. Berdasarkan data yang ada, jumlah madrasah pada era Maulana Syaikh
TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid hingga akhir hayatnya (1953 M – 1997 M)
berjumlah 747 buah madrasah.

Dibawah kepemimpinan Ummuna Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M., pertumbuhan


organisasi cukup pesat. Beliau mampu menyebarkan NW ke-18 propinsi diseluruh
Indonesia, lengkap dengan Pengurus Wilayah masing-masing. Begitu juga dengan
pertumbuhan jumlah madrasah, baik Madrasah NW, Madrasah NWDI dan Madrasah
NBDI, yang hingga kini mencapai 925 buah madrasah. Dan setiap kali Ummuna Hj. Sitti
Raihanun Zainuddin A.M. melakukan kunjungan ke berbagai daerah, selalu
menghasilkan minimal satu buah madrasah NW.

 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hj. Siti Rauhun adalah putri pertama TGKH. M. Zainuddn Abdul Majid dengan Hj. Siti
Juhairiyah. Hj. Sitti Rauhun menikah dengan H. Jalaluddin, S.H. dan mendapat 5 orang putra-
putri, yakni (1) ir. Hj. Sitti Rahmi  Jalilah, M.Pd;  (2) H.M. Syamsul Lutfi, S.E.,M.Si.; (3) Dr.
TGH. Zainul Madjdi, MA.;  (4) Jamaluddin, MA;  dan (5) Sitti Soraya. Karena satu dan lain hal
beliau bercerai dan menikah kembali dengan Drs. H. M. Syubli dan mendapat seorang putri,
yakni Sitti Hidayati.
Hj. Siti Raihanun adalah putri kedua TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid yang merupakan
buah pernikahannya dengan Hj.Siti Rahmatullah. Perkawinan Hj. Siti Raihanuan dengan Drs. H.
Lalu Gede Wiresentane, beliau dikaruniai 4 orang putra dan 3 orang putri, yakni (1) TGH.
L.G.Muhammad Wirasakti Amir Murni, MA; (2) Lale Lasmining Puji Jagat, S.Ag; (3) Lale
Yaquttunanfis, S.Sos.; (4) Lalu G. Syamsul Mujahidin, SE.; (5) RTGB. L.G. Muhammad
Zainuddin Atsany, Lc.; (6) Lale Syifa’un Nufus, S.Far; dan (7) H.L.G.Muh. Khairul Fatihin.
Setelah Drs. H. L.G. Wiresentane wafat beliau menikah lagi pada tahun 1999 dengan Drs. H.
Abdul Hayyi Nu’man tetapi tidak dikarunia keturunan.
Pola Pendidikan yang didapatkan kedua putrinya cendrung keras dan tegas dan
menegurnya dengan lemah lembut serta menanamkan jiwa pemberani dan percaya diri kepada
kedua putri beliau.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan yang disengaja atau
pun tidak disengaja. Oleh karena itu, penulis penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA

https://nasional.tempo.co./read/1032172/tgkh-abdul-madjid-pahlawan-nasional-pendiri-
nahdlatul-wathan/full?view=ok
https://riadiora.blogspot.com/2015/05/masa-pernikahan-dan-keluarga-besar-tgkh.html
https://pontrencendekiadlmnw.blogspot.com/2017/11/riwayat-ummi-hj-sitti-raihanun.html

Anda mungkin juga menyukai