Disusun oleh:
Universitas Hamzanwadi
Bismillahirrahmanirrahim
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan petunjuk dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai bukti penyelesaian tugas
mata kuliah Pengelolaan Pendidikanyang membahas tentang “Permasalahan Dalam Dunia
Pendidikan Terkait Dengan Pengelolaan Pendidikan”.
Saya harapkan makalah ini dapat menambah wawasan para mahasiswa untuk
mengetahuipermasalahn pendidikan. Namun dengan ini saya menyadari bahwa makalah ini
belum mencapai taraf kesempurnaan, maka sayya mengharapka kritik dan salam pembaca agar
saya bisa memperbaiki dan menyempurnakan makalh ini dan semoga makalah inidapat
bermanfaat dan senantiasa mendapatkan Ridho Allah Swt.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………………..ii
Bab I Pendahuluan
Bab II Isi
A. Kesimpulan ……………………………………………………............................................................3
B. Saran …..…………………………………………………………………………………………………………………4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia.
Pada zaman yang semakin modern ini, pendidikan adalah modal yang harus kita miliki dalam
menghadapi tuntutan zaman. Maju mundurnya suatu bangsa dipengaruhi oleh faktor
pendidikan. Jika pendidikan dalam suatu bangsa dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Jika
pendidikan dalam suatu bangsa itu baik maka akan mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas baik dari segi spiritual, intelegensi dan keterampilan.
Namun masih banyak Mahasiswa/si yang belum mengetahui permasalahan yang ada pada
dunia pendidikan terkait dengan pengelolaan pendidikan saat ini. Oleh karena itu dalam
makalah yang saya buat ini saya akan menjelaskan permasalahan-permasalahan di dunia
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian masalah pendidikan
2. Permasalahan-permasalahan didunia pendidikan
3. Permasalahan-permasalahan didunia pendidikan terkait dengan pengelolaan
pendidikan
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu masalah pendidikan
2. Mengetahui permasalahan-permaslahan diduunia pendidikan
3. Mengetahui masalah-masalah di dunia pendidikan terkait manajemen (pengelolaan)
pendidikan
BAB II
ISI
Pendidikan merupakan sistem mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. Pendidikan
adalah kasus asasi bagi manusia. Manusia sebagai makhluk yang bisa dididik dan mesti
dididikbakal tumbuh menjadi manusia dewasa dengan sistem pendidikan yang dialaminya.
Sedangakan masalah adalah sesuatu yang bisa diselesaikan (dipecahkan), dengan kata lain
kasus merupakan kesenjangan pada kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik,
sehingga tercapai target dengan hasil yang maksimal.
Dalam perjalanannya menuju tujuan pendidikan nasional sebagai mana yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang tujuan pendidikan nasional adalah
’’mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya , yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab dan kemasyarakatan dan kebangsaan.
Filosofi pendidikan yang ada pada Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas
terkonsentrasi pada aktivitas guru, dosen atau pendidik. Filosofi pendidikan yang demikian akan
menelikung kemampuan kreativitas peserta didik dan pedagoginya cenderung bersifat naratif dan
indoktrinatif.
Filosofi Tujuan Pendidikan Nasional seharusnya : mendampingi dan mengantar peserta didik
kepada kemandirian, kedewasaan, kecerdasan, agar menjadi manusia profesional (artinya
memiliki keterampilan (skill), komitmen pada nilai-nilai dan semangat dasar
pengabdian/pengorbanan) yang beriman dan bertanggung jawab akan kesejahteraan dan
kemakmuran warga masyarakat, nusa dan bangsa Indonesia
2. Pola Fikir pendidik dan tenaga kependidikan cenderung financial oriented
Anggaran Pendidikan 20 % belum tentu menjamin kualitas pendidikan ini lebih baik, selama
pendidik dan tenaga kependidikan bekerja untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-
besarnya. Yang terjadi sekarang dengan melimpahnya materi untuk jabatan pendidik terkesan
justru meninabobokan mereka. Mereka berfikir bagaimana supaya gaji besar dan jarang yang
berfikir bagaimana memperbaiki kualitasnya sebagai bentuk feedback dari semua fasilitasnya
sebagai pendidik. Adanya sertifikasi guru belum tentu menjamin guru itu terpanggil untuk
memperbaiki kualitasnya.
Paradigma ini masih melekat dalam benak kebanyakan peserta didik, mereka masih berfikir
bahwa sekolah ini hanyalah untuk mendapatkan pekerjaan yang bersifat formal semata. Masalah
lebih serius lagi ketika mereka beranggapan bahwa pekerjaan itu bisa mudah dengan selembar
ijazah, Implikasinya adalah mereka menganggap bahwa ijazah kelulusan adalah segala-galanya,
konsekwensinya adalah mereka tidak belajar serius selama proses pendidikannya dan tidak
memilki kualitas, apalagi untuk belajar seumur hidup. sehingga mereka berfikir bagaimana saya
supaya lulus ujian bukan bagaimana supaya memilki kompetensi dan skill.
Kalimat kompetensi yang saat ini banyak tersurat dalam sistem pendidikan dan dalam proses
kegiatan belajar mengajar (KBM), dipandang masih bersifat bias, tidak mengena dan tampak
hanya tekstual semata tidak pada essensi yang sebenarnya. Hal ini sangat tampak terlihat jika
melihat kasus-kasus seperti ini, jangankan lulusan SMA/SMK orang yang sarjana pun bingung
sebenarnya dia bisa apa, punya kompetensi apa, apakah kompeten dalam bidangnya atau tidak,
ditambah lagi ketika mereka melanjutkan ke perguruan tinggi tanpa mempertimbangkan potensi
diri dan kompetensi yang sudah ia miliki. Satu refleksi kegagalan pendidikan yang sangat fatal,
dimana pendidikan sebnarnya tidak berbasis kompetensi yang sebenarnya.
Ini berkaitan dengan maslah kultur dimana pendidik dan tenaga kependidikan menganggap
bahwa ia hanyalah melakukan tugas secara formal dan rutinitas dan berkaitan pula dengan
masalah SDM nya yang kurang berkualitas. Jangankan dalam melaksanakan inovasi pendidikan,
dalam mengimplementasikan manajemen yang ada pun mereka masih berprinsip asal
melaksanakan. Sehingga ia mengimplementasikannya itu hanyalah sebatas simbolisme verbal
dan tekstual semata yang penting melaksanakan tuntutan aturan yang ada namun bekerja seperti
biasa saja seadanya.
Masalah yang paling fatal dalam pendidikan kita adalah sampai saat ini pendidikan kita sama
sekali tidak dengan sesungguhnya ingin mencerdaskan dan ingin mendidik supaya generasi
muda mendapatkan masa depan yang jelas. Manajemen pendidikan kita belum memperhatikan
dan belum menganggap penting untuk mengembangkan anak sesuai dengan potensinya. Harus
diakui bahwa peserta didik kita mayoritas sama sekali tidak memiliki cita-cita untuk menjadi apa
kelak, meskipun ada yang yang punya mungkin itu bersifat semu dan hanya pengakuan verbal
semata. Yang terjadi adalah mereka belajar secara ngambang dan tidak memiliki arah yang jelas
yang penting berangkat sekolah. Satu hal lagi yang lebih penting adalah manajemen pendidikan
kita tidak mengarahkan anak untuk mewujudkan cita-citanya namun bagaimana anak supaya bisa
menghapal semua materi pelajaran tanpa terkecuali.
Masalah yang tidak kalah pelik dalam sistem pendidikan kita adalah kurikulum bersifat gemuk
dan tidak berbasis potensi peserta didik, manajemen kita memaksakan anak untuk menguasasi
seluruh materi yang dikurikulumkan, tidak pernah mempertimbangkan apakah materi tersebut
sesuai dengan potensinya atau tidak.Sehingga yang terjadi adalah peserta didik hanya dijadikan
objek penderita yang seperti robot. Konsekwensinya adalah peserta didik berkembang bukan
berdasarkan potensinya namun seolah-olah karena keterpaksaan.
Ketika Pendidik dan tenaga kependidikan masih berpolafikir bahwa tugasnya adalah mengajar,
bekerja hanya melaksanakan tugas dan rutinitas semata, maka akan sulit lingkungan pendidikan
itu berubah menjadi lebih baik. Mereka justru tidak merasa berkewajiban untuk melakukan
inovasi manajemen pendidikan supaya hasil pendidikannya jauh lebih baik.
Disinilah mungkin awal mula keterpurukan dunia pendidikan kita, seleksi CPNS keguruan
sampai saat ini tidak berbasis kompetensi bidang studi, namun dengan sistem generalisasi, semua
disamakan. Akibatnya peluang CPNS Keguruan yang lolos bukan berdasarkan kompetensinya
sangat terbuka.
Beberapa Masalah lain yang terjadi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia antara lain :
Berbicara mengenai pendidikan di Negara kita, tentu tidak terlepas dari berbagai macam
persoalan yang selalu menderanya mulai dari Negara ini diproklamirkan hingga di penghujung
hari jadinya yang ke 65 tahun. Masalah klasik yang timbul diantaranya harga buku mata
pelajaran yang mahal, gedung sekolah yang hampir ambruk, mahalnya biaya pendidikan baik
biaya masuk maupuan SPP, terutama di sekolah swasta., penyimpangan dana Bantuan
Operasional Sekolah ( BOS ) oleh oknum pejabat sekolah, pembebanan biaya pendidikan kepada
siswa baru walaupun sekolah mendapatkan dana BOS dari pemerintah.
Apabila dicermati, semua permasalahan diatas timbul karena tidak berjalannya fungsi
manajemen baik di tingkat pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional maupun
lembaga penyelenggara pendidikan, yakni sekolah baik negeri maupun swasta.
Mengenai masalah ini, penulis akan mengkaji dan menguraikan permasalahan yang timbul di
lembaga penyelenggara pendidikan ( Sekolah ) baik negeri maupun swasta, terkait pelaksanaan
( implementasi ) fungsi manajemen di masing – masing lembaga dan bagaimana cara
meyelesaikan masalahnya.
1.Garis komando, pengendali, pengawasan diterapkan sistem hierarki ( bertingkat ). Mulai dari
pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal, Sekretariat Jenderal,
Dinas Pedidikan daerah dan kepala sekolah sebagai pemangku jabatan “ Top Management “ di
tingkat penyelenggara pendidikan ( sekolah ) yang bersinggungan langsung dengan pekerja
( guru ). Dalam hal ini, kepala sekolah tidak memiliki wewenang untuk memberikan sanksi
langsung kepada guru yang tidak melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik. Kewenangan
memberikan sanksi tegas kepada guru yang indisipliner dilakukan oleh BKD ( Badan
Kepegawaian Daerah ). Yang nota bene secara struktur organisasi tidak berda langsung di
bawah Kementrian Pendidikan Nasional. Hal ini tidak relevans sebab BKD berada di bawah
kewenangan pemerintah daerah.
2.Setiap lembaga penyelenggara pendidikan dari tingkat SD dan SMP, mendapatkan dana BOS
untuk menyelenggarakan proses pendidikan bagi seluruh siswa.jadi, seluruh siswa di sekolah –
sekolah nusantara berhak mendpatkan pendidikan cuma – cuma ( gratis ), baik biaya pendidikan
masuk dan SPP dan buku mata pelajaran. Ironisnya, banyak sekolah – sekolah negeri tetap
memungut biaya awal pendidikan dengan mengatasnamakan “ Biaya Sukarela “.Disinyalir pula,
sekolah – sekolah berperan sebagai “ Book Dealer Store “,yang berfungsi sebagai pendistribusi
buku – buku LKS ( Lembar Kerja Siswa ) penerbit kepada siswa dengan mematok harga diluar
harga resmi penerbit, hal ini ditenggarai sebagai praktek komersialisasi sekolah yang berorientasi
pada keuntungan ( profit ).
3.Peneyelenggaraan pendidikan sekolah MI, MTs dan MA dengan kualifikasi sekolah swasta,
menurut penilaian masyarakat merupakan lembaga penyelenggara pendidikan yang berada pada
stratifikasi ( lapisan ) terendah, karena rendahnya kualitas SDM ( guru ) dan peserta didik yang
mayoritas berasal dari golongan masyarakat kelas bawah.
Terlepas dari output ( jebolan lulusan ) yang dihasilkan oleh penyelenggara pendidikan
( sekolah) negeri atau swasta, apakah berkualitas atau memiliki daya guna dan saing untuk
menghadapi era globalisasi dan teknologi ini. Seyogyanya pemerintah dengan tegas melalui
Departemen Pendidikan Nasional mengembalikan dan menjalankan fungsi manajemen
kependidikan yang berbasis kualitas yang optimal ( TQM = Total Quality Management ) dan
harus di implementasikan
Pada lembaga penyelenggara tingkat pendidikan ( sekolah ) baik negeri, swasta maupun berbasis
keagamaan. Berpijak dari keharusan bahwa seluruh masyarakat Indonesia berhak mengenyam
pendidikan dasar dan hingga sekolah lanjutan tingkat atas ( SMA, SMK dan MA ), sebagaimana
termaktub dalam pasal 31 UUD 1945, “ Setiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran
( pendidikan ) “. Sehingga tujuan dan cita – cita mulia untuk menciptakan masyarakat Indonesia
yang memiliki sumber daya yang unggul dan tangguh dengan berlandaskan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi akan terwujud.
Adapun langkah – langkah kongkret yang harus diimplementasikan oleh Departemen Pendidikan
Nasional, selaku lembaga pemegang kewenangan dalam proses penyelenggaraan pendidikan
adalah, sebagai beriku;
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia. Semakin tinggi dan semakin baik pemerintah sertaguru dalam mengelola
manajemen di dunia pendidikan maka semakin berkualitas juga sumber daya manusia yang
dimiliki. Permasalahan pendidikan adalah persoalan-persoalan yang dihadapi oleh dunia
pendidikan . Dalam dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah
pendidikanyaang cukup mendasar dan bersifat kompleks. Permasalahan-permasalahan
tersebut ialah, tujuan pendidikan masih semu, pola fikir pendidik dan tenaga kependidikan
cenderung financial oriented, paradigma tujuan pendidikan dimasyarakat masih banyak yang
salah, paradigma peserta didik yang sertificate oriented, manajemen pendidikan di Indonesia
tidak berbasis kompetensi yang sebenarnya, Implementasi manajemen pendidikan kan dalam
Simbolisme verbal dan tekstual, pendidikan tidak berbasis cita-cita peserta didik, system
kurikulum yang gemuk dan tidak berbasis potensi, pendidik dan tenaga kependidikan kurang
inofatif.
Selain itu ada permasalahan di dunia pendidikan yang terkait dengan manajemen
(pengelolaan ) pendidikan ada dua yaitu, permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan
pendidikan sekolah negeri dan permasalahan pengelolaan pendidikan sskolah swasta.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini mungkin banyak sekali terdapat kekurangan yang disengaja
ataupun tidak disengaja. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik
yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA
http://chumhienk-mhienk.blogspot.com/2011/01/masalah-pendidikan-di-indonesia.html
http://chrisna.blogdetik.com/page/179/
http://mulok.library.um.ac.id/artikel/00396KI11-BAB%20I.pdf