Anda di halaman 1dari 18

PERMASALAHAN DI DUNIA PENDIDIKAN TERKAIT PENGELOLAAN PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan

Dosen Pengampuh: Dr. Tuti Mutia, M.Pd

Disusun oleh:

Siska Hidayatul Aini

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Sosial dan EKonomi

Universitas Hamzanwadi

Tahun Akademik 2020/2021


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan petunjuk dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai bukti penyelesaian tugas
mata kuliah Pengelolaan Pendidikanyang membahas tentang “Permasalahan Dalam Dunia
Pendidikan Terkait Dengan Pengelolaan Pendidikan”.

Saya harapkan makalah ini dapat menambah wawasan para mahasiswa untuk
mengetahuipermasalahn pendidikan. Namun dengan ini saya menyadari bahwa makalah ini
belum mencapai taraf kesempurnaan, maka sayya mengharapka kritik dan salam pembaca agar
saya bisa memperbaiki dan menyempurnakan makalh ini dan semoga makalah inidapat
bermanfaat dan senantiasa mendapatkan Ridho Allah Swt.

Sikur, 1 Maret 2020

(Siska Hidayatul Aini)

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………………..ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………………………iii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………………….1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………………………….…1
C. Tujuan …………………………………………………………………………………………………………………...1

Bab II Isi

A. Pengertian masalah pendidikan ……………………………………………………………………………..2


B. Permasalahan permasalahan di dunia pendidikan ………………………………………………….2
C. Permasalahan di dunia pendidikkan terkait pengelolaan pendidikan …..…………………2

Bab III Penutup

A. Kesimpulan ……………………………………………………............................................................3
B. Saran …..…………………………………………………………………………………………………………………4

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia.
Pada zaman yang semakin modern ini, pendidikan adalah modal yang harus kita miliki dalam
menghadapi tuntutan zaman. Maju mundurnya suatu bangsa dipengaruhi oleh faktor
pendidikan. Jika pendidikan dalam suatu bangsa dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Jika
pendidikan dalam suatu bangsa itu baik maka akan mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas baik dari segi spiritual, intelegensi dan keterampilan.

Namun masih banyak Mahasiswa/si yang belum mengetahui permasalahan yang ada pada
dunia pendidikan terkait dengan pengelolaan pendidikan saat ini. Oleh karena itu dalam
makalah yang saya buat ini saya akan menjelaskan permasalahan-permasalahan di dunia
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian masalah pendidikan
2. Permasalahan-permasalahan didunia pendidikan
3. Permasalahan-permasalahan didunia pendidikan terkait dengan pengelolaan
pendidikan

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu masalah pendidikan
2. Mengetahui permasalahan-permaslahan diduunia pendidikan
3. Mengetahui masalah-masalah di dunia pendidikan terkait manajemen (pengelolaan)
pendidikan
BAB II

ISI

A. Pengertian Masalah Pendidikan

Pendidikan merupakan sistem mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. Pendidikan
adalah kasus asasi bagi manusia. Manusia sebagai makhluk yang bisa dididik dan mesti
dididikbakal tumbuh menjadi manusia dewasa dengan sistem pendidikan yang dialaminya.

Sedangakan masalah adalah sesuatu yang bisa diselesaikan (dipecahkan), dengan kata lain
kasus merupakan kesenjangan pada kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik,
sehingga tercapai target dengan hasil yang maksimal.

Dalam perjalanannya menuju tujuan pendidikan nasional sebagai mana yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang tujuan pendidikan nasional adalah
’’mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya , yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab dan kemasyarakatan dan kebangsaan.

Jadi, masalah pendidikan adalah adalah persoalan-persoalan atau masalah-masalah yang


dihadapi dalam dunia pendidikan .

B. Permasalahan-permasalahan di Dunia Pendidikan

1. Filosofi Tujuan Pendidikan masih semu

Filosofi pendidikan yang ada pada Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas
terkonsentrasi pada aktivitas guru, dosen atau pendidik. Filosofi pendidikan yang demikian akan
menelikung kemampuan kreativitas peserta didik dan pedagoginya cenderung bersifat naratif dan
indoktrinatif.

Filosofi Tujuan Pendidikan Nasional seharusnya : mendampingi dan mengantar peserta didik
kepada kemandirian, kedewasaan, kecerdasan, agar menjadi manusia profesional (artinya
memiliki keterampilan (skill), komitmen pada nilai-nilai dan semangat dasar
pengabdian/pengorbanan) yang beriman dan bertanggung jawab akan kesejahteraan dan
kemakmuran warga masyarakat, nusa dan bangsa Indonesia
2. Pola Fikir pendidik dan tenaga kependidikan cenderung financial oriented

Anggaran Pendidikan 20 % belum tentu menjamin kualitas pendidikan ini lebih baik, selama
pendidik dan tenaga kependidikan bekerja untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-
besarnya. Yang terjadi sekarang dengan melimpahnya materi untuk jabatan pendidik terkesan
justru meninabobokan mereka. Mereka berfikir bagaimana supaya gaji besar dan jarang yang
berfikir bagaimana memperbaiki kualitasnya sebagai bentuk feedback dari semua fasilitasnya
sebagai pendidik. Adanya sertifikasi guru belum tentu menjamin guru itu terpanggil untuk
memperbaiki kualitasnya.

3. Paradigma Tujuan pendidikan dimasyarakat masih banyak yang salah.

Masyarakat terutama di pedesaan masih berparadigma bahwa pertama, tujuan pendidikan adalah


untuk mendapatkan pekerjaan semata bukan untuk mendewasakan peserta didik, kedua, masih
banyak masyarakat yang berpandangan bahwa ukuran kesuksesan dari pendidikan adalah
menjadi PNS, jadi meskipun ia berhasil dalam bidang materi namun tidak menjadi PNS/
berseragam dinas mereka menganggap bahwa pendidikannya telah gagal. Paradigma tujuan
pendidikan yang masih memprihatinkan meskipun terkesan sepele namun cukup fatal karena
akan membentuk pola fikir anak didik yang salah pula.

4. Paradigma peserta didik yang sertificate oriented

Paradigma ini masih melekat dalam benak kebanyakan peserta didik, mereka masih berfikir
bahwa sekolah ini hanyalah untuk mendapatkan pekerjaan yang bersifat formal semata. Masalah
lebih serius lagi ketika mereka beranggapan bahwa pekerjaan itu bisa mudah dengan selembar
ijazah, Implikasinya adalah mereka menganggap bahwa ijazah kelulusan adalah segala-galanya,
konsekwensinya adalah mereka tidak belajar serius selama proses pendidikannya dan tidak
memilki kualitas, apalagi untuk belajar seumur hidup. sehingga mereka berfikir bagaimana saya
supaya lulus ujian bukan bagaimana supaya memilki kompetensi dan skill.

5. Manajemen pendidikan di Indonesia Tidak berbasis kompetensi yang sebenarnya

Kalimat kompetensi yang saat ini banyak tersurat dalam sistem pendidikan dan dalam proses
kegiatan belajar mengajar (KBM), dipandang masih bersifat bias, tidak mengena dan tampak
hanya tekstual semata tidak pada essensi yang sebenarnya. Hal ini sangat tampak terlihat jika
melihat kasus-kasus seperti ini, jangankan lulusan SMA/SMK orang yang sarjana pun bingung
sebenarnya dia bisa apa, punya kompetensi apa, apakah kompeten dalam bidangnya atau tidak,
ditambah lagi ketika mereka melanjutkan ke perguruan tinggi tanpa mempertimbangkan potensi
diri dan kompetensi yang sudah ia miliki. Satu refleksi kegagalan pendidikan yang sangat fatal,
dimana pendidikan sebnarnya tidak berbasis kompetensi yang sebenarnya.

6. Implementasi manajemen pendidikan kan dalam Simbolisme verbal dan tekstual.

Ini berkaitan dengan maslah kultur dimana pendidik dan tenaga kependidikan menganggap
bahwa ia hanyalah melakukan tugas secara formal dan rutinitas dan berkaitan pula dengan
masalah SDM nya yang kurang berkualitas. Jangankan dalam melaksanakan inovasi pendidikan,
dalam mengimplementasikan manajemen yang ada pun mereka masih berprinsip asal
melaksanakan. Sehingga ia mengimplementasikannya itu hanyalah sebatas simbolisme verbal
dan tekstual semata yang penting melaksanakan tuntutan aturan yang ada namun bekerja seperti
biasa saja seadanya.

7. Pendidikan tidak berbasis Cita-Cita peserta didik

Masalah yang paling fatal dalam pendidikan kita adalah sampai saat ini pendidikan kita sama
sekali tidak dengan sesungguhnya ingin mencerdaskan dan ingin mendidik supaya generasi
muda mendapatkan masa depan yang jelas. Manajemen pendidikan kita belum memperhatikan
dan belum menganggap penting untuk mengembangkan anak sesuai dengan potensinya. Harus
diakui bahwa peserta didik kita mayoritas sama sekali tidak memiliki cita-cita untuk menjadi apa
kelak, meskipun ada yang yang punya mungkin itu bersifat semu dan hanya pengakuan verbal
semata. Yang terjadi adalah mereka belajar secara ngambang dan tidak memiliki arah yang jelas
yang penting berangkat sekolah. Satu hal lagi yang lebih penting adalah manajemen pendidikan
kita tidak mengarahkan anak untuk mewujudkan cita-citanya namun bagaimana anak supaya bisa
menghapal semua materi pelajaran tanpa terkecuali.

8. Sistem Kurikulum yang gemuk dan tidak berbasis potensi.

Masalah yang tidak kalah pelik dalam sistem pendidikan kita adalah kurikulum bersifat gemuk
dan tidak berbasis potensi peserta didik, manajemen kita memaksakan anak untuk menguasasi
seluruh materi yang dikurikulumkan, tidak pernah mempertimbangkan apakah materi tersebut
sesuai dengan potensinya atau tidak.Sehingga yang terjadi adalah peserta didik hanya dijadikan
objek penderita yang seperti robot. Konsekwensinya adalah peserta didik berkembang bukan
berdasarkan potensinya namun seolah-olah karena keterpaksaan.

9. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kurang Inovatif

Ketika Pendidik dan tenaga kependidikan masih berpolafikir bahwa tugasnya adalah mengajar,
bekerja hanya melaksanakan tugas dan rutinitas semata, maka akan sulit lingkungan pendidikan
itu berubah menjadi lebih baik. Mereka justru tidak merasa berkewajiban untuk melakukan
inovasi manajemen pendidikan supaya hasil pendidikannya jauh lebih baik.

10. Sistem seleksi CPNS tidak berbasis kompetensi bidang studi

Disinilah mungkin awal mula keterpurukan dunia pendidikan kita, seleksi CPNS keguruan
sampai saat ini tidak berbasis kompetensi bidang studi, namun dengan sistem generalisasi, semua
disamakan. Akibatnya peluang CPNS Keguruan yang lolos bukan berdasarkan kompetensinya
sangat terbuka.

Beberapa Masalah lain yang terjadi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia antara lain :

1.       Mahalnya Biaya pendidikan


Walaupun dibeberapa daerah sudah ada bantuan pendidikan bahkan sampai membebaskan biaya
pendidikan tapi program tersebut belum dapat dirasakan oleh seluruh warga negara di Indonesia
sehingga banyak anak atau calon siswa yang kurang beruntung dapat menikmati pendidikan.
masalah ini hanya dapat diselesaikan dengan memberikan anggaran lebih dalam bidang
pendidikan sehingga biaya pendidikan bisa murah atau bahkan gratis.

2.       Rendahnya pemerataan pendidikan


Mungkin bagi saya yang hidup dikota besar merasa beruntung begitu banyaknya fasilitas
pendidikan dan tenaga pengajar, tapi bagi warga lain yang hidup jauh dari pusat kemajuan
seperti kita ambil contoh dipedalaman papua, masih sedikit fasilitas dan tenaga pengajar
sehingga pemerataan pendidikan tidak bisa maksimal. untuk mengatasi masalah ini adalah sama
dengan point pertama yaitu menambah anggaran dibidang pendidikan sehingga dapat
membangun fasilitas pendidikan dan mengirimkan guru kedaerah yang masih sedikit atau
bahkan belum terjangkau fasilitas pendidikan.

3.       Rendahnya Kualitas Guru


Bukan bermaksud untuk menghina atau mencela profesi seorang guru, tapi dijaman yang akses
Informasi dan Teknologi yang berkembang pesat ini Guru dituntut untuk mengikuti
perkembangan dan tren pendidikan, sekarang sumber informasi tidak hanya bisa didapat dari
buku, atau berita, tapi sumber lain seperti Internet dan Media sosial mempunyai pengaruh besar
dalam menyebarkan Informasi dan berita baru tentang pendidikan sehingga sering terjadi
seorang siswa lebih “pintar” daripada Gurunya. hal ini dapat diselesaikan dengan memberikan
pengenalan, pelatihan untuk dapat menggunakan media-media Informasi dan teknologi yang
sedang berkembang sekarang ini.

C. Permasalahan-permasalahan di Dunia Pendidikan Terkait dengan Manajamen


(Pengelolaan) Pendidikan

Berbicara mengenai pendidikan di Negara kita, tentu tidak terlepas dari berbagai macam
persoalan yang selalu menderanya mulai dari Negara ini diproklamirkan hingga di penghujung
hari jadinya yang ke 65 tahun. Masalah klasik yang timbul diantaranya harga buku mata
pelajaran yang mahal, gedung sekolah yang hampir ambruk, mahalnya biaya pendidikan baik
biaya masuk maupuan SPP, terutama di sekolah swasta., penyimpangan dana Bantuan
Operasional Sekolah ( BOS ) oleh oknum pejabat sekolah, pembebanan biaya pendidikan kepada
siswa baru walaupun sekolah mendapatkan dana BOS dari pemerintah.

Apabila dicermati, semua permasalahan diatas timbul karena tidak berjalannya fungsi
manajemen baik di tingkat pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional maupun
lembaga penyelenggara pendidikan, yakni sekolah baik negeri maupun swasta.

Indonesia merupkan Negara yang menganut sistem sratifikasi ( pelapisan ) lembaga


penyelenggara pendidikan, yakni sekolah negeri dan swasta. Kebijakan ini tentu saja
menimbulkan permasalahan yang berbeda dan akan menciptakan jurang pemisah ( gap ) antara
sekolah negeri dan sekolah swasta yang menerapkan standar International dengan tarif
Internasional. Hal ini secara langsung atau tidak langsung menciptakan pelapisan ( Stratifikasi )
sosial masyarakat berdasarkan hak memperoleh pendidikan. Tidak ayalnya, praktek
penyelenggaraan pendidikan pada zaman kolonial. Saat itu kita kita mengenal sekolah khusus
diperuntukkan bagi orang belanda, eropa dan bangsawan Indonesia. Seperti HBS, HIS, MULO.
Tetapi sekolah khusus bagi rakyat biasa ( jelata ) yang menempati strata terendah adalah SR
( Sekolah Rakyat ).

Mengenai masalah ini, penulis akan mengkaji dan menguraikan permasalahan yang timbul di
lembaga penyelenggara pendidikan ( Sekolah ) baik negeri maupun swasta, terkait pelaksanaan
( implementasi ) fungsi manajemen di masing – masing lembaga dan bagaimana cara
meyelesaikan masalahnya.

 Permasalahan manajemen pendidikan di sekolah negeri :

1.Garis komando, pengendali, pengawasan diterapkan sistem hierarki ( bertingkat ). Mulai dari
pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal, Sekretariat Jenderal,
Dinas Pedidikan daerah dan kepala sekolah sebagai pemangku jabatan “ Top Management “ di
tingkat penyelenggara pendidikan ( sekolah ) yang bersinggungan langsung dengan pekerja
( guru ). Dalam hal ini, kepala sekolah tidak memiliki wewenang untuk memberikan sanksi
langsung kepada guru yang tidak melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik. Kewenangan
memberikan sanksi tegas kepada guru yang indisipliner dilakukan oleh BKD ( Badan
Kepegawaian Daerah ). Yang nota bene secara struktur organisasi tidak berda langsung di
bawah Kementrian Pendidikan Nasional. Hal ini tidak relevans sebab BKD berada di bawah
kewenangan pemerintah daerah.

2.Setiap lembaga penyelenggara pendidikan dari tingkat SD dan SMP, mendapatkan dana BOS
untuk menyelenggarakan proses pendidikan bagi seluruh siswa.jadi, seluruh siswa di sekolah –
sekolah nusantara berhak mendpatkan pendidikan cuma – cuma ( gratis ), baik biaya pendidikan
masuk dan SPP dan buku mata pelajaran. Ironisnya, banyak sekolah – sekolah negeri tetap
memungut biaya awal pendidikan dengan mengatasnamakan “ Biaya Sukarela “.Disinyalir pula,
sekolah – sekolah berperan sebagai “ Book Dealer Store “,yang berfungsi sebagai pendistribusi
buku – buku LKS ( Lembar Kerja Siswa ) penerbit kepada siswa dengan mematok harga diluar
harga resmi penerbit, hal ini ditenggarai sebagai praktek komersialisasi sekolah yang berorientasi
pada keuntungan ( profit ).

3.Dikotomi kewenangan manajemen di sekolah – sekolah negeri berbasis prinsip keagamaan,


yaitu Madrasah Ibtidaiyah ( MI ), Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) dan Madrasah aliyah ( MA ).
Hendaknya dihilangkan dan dikembalikan kepada fungsi manajemen yang sebenarnya.
 Permasalahan manajemen pendidikan di sekolah swasta :

1.Kepala sekolah sebagi pemangku jabatan “ Top Management “ di sekolah langsung


bertanggung jawab kepada pemilik sekolah ( Yayasan ). Ketika kepala sekolah mendapatkan
guru tidak disiplin di dalam melaksanakan tugas dan kewajibanya, maka kepala sekolah
memiliki wewenag untuk meberikan sanksi tanpa meminta keputusan kepada atasannya
( Yayasan ).

2.Dengan menerapkan klasifikasi swasta pada lembaga penyelenggara pendidikan ( sekolah ).


Membuat sekolah – sekolah swasta menolak menerima dana BOS, dengan alas an mereka dapat
mandiri dan mampu untuk menyelenggarakan proses pendidikan dari pungutan ( Uang pangkal
dan SPP ) kepada siswa. Sehingga banyak sekolah swasta, dengan dalih mengklaim sebagai
“ Market Label “mereka. Menjadi sekolah Intenational, sekolah National plus, sekolah National,
sekolah Terpadu ( Integrated School ), dengan seenaknya membandrol biaya pendidikan ( biaya
masuk, SPP dan Buku Pelajaran ) dengan tarif mahal. Dan untuk sekolah – sekolah yang bertarif
mahal ini hanya dapat dinikmati oleh masyarakat kalangan menengah ke atas ( middle-up
society). Hal ini tentu saja akan menimbulkan kesenjangan sosial dan akan menimbulkan istilah
sekolah kaya ( swasta ) dan sekolah miskin ( negeri ).

3.Peneyelenggaraan pendidikan sekolah MI, MTs dan MA dengan kualifikasi sekolah swasta,
menurut penilaian masyarakat merupakan lembaga penyelenggara pendidikan yang berada pada
stratifikasi ( lapisan ) terendah, karena rendahnya kualitas SDM ( guru ) dan peserta didik yang
mayoritas berasal dari golongan masyarakat kelas bawah.

Terlepas dari output ( jebolan lulusan ) yang dihasilkan oleh penyelenggara pendidikan
( sekolah) negeri atau swasta, apakah berkualitas atau memiliki daya guna dan saing untuk
menghadapi era globalisasi dan teknologi ini. Seyogyanya pemerintah dengan tegas melalui
Departemen Pendidikan Nasional mengembalikan dan menjalankan fungsi manajemen
kependidikan yang berbasis kualitas yang optimal ( TQM = Total Quality Management ) dan
harus di implementasikan

Pada lembaga penyelenggara tingkat pendidikan ( sekolah ) baik negeri, swasta maupun berbasis
keagamaan. Berpijak dari keharusan bahwa seluruh masyarakat Indonesia berhak mengenyam
pendidikan dasar dan hingga sekolah lanjutan tingkat atas ( SMA, SMK dan MA ), sebagaimana
termaktub dalam pasal 31 UUD 1945, “ Setiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran
( pendidikan ) “. Sehingga tujuan dan cita – cita mulia untuk menciptakan masyarakat Indonesia
yang memiliki sumber daya yang unggul dan tangguh dengan berlandaskan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi akan terwujud.

Adapun langkah – langkah kongkret yang harus diimplementasikan oleh Departemen Pendidikan
Nasional, selaku lembaga pemegang kewenangan dalam proses penyelenggaraan pendidikan
adalah, sebagai beriku;

1. Mengambil alih tugas dan wewenang penyelenggaraan pendidikan di sekolah – sekolah


berbasis keagamaan ( MI, MTs dan MA ) dari Departemen Agama. Agar terciptanya
sinkronisasi dan relevansi tugas dan kewenangan yang berasal dari satu lembaga
penyelenggara pendidikan. Sehingga tidak terjadi benturan kepentingan dan konflik yang
berpotensi menimbulkan kerancuan dan keraguan dalam hal penerapan kebijakan.
2. Menghilangkan Stratifikasi ( Pelapisan ) istilah sekolah swasta dan negeri. Dengan
mengganti istilah dengan sekolah berprestasi,unggulan dan rintisan unggulan. Agar
penempatan siswa pada sekolah – sekolah berdasarkan prestasi akademik maupun non-
akademik ( bakat dan minat ) akan tepat sasaran ( match and link ). Sehingga langkah ini
akan menghilangkan istilah sekolah kaya dan miskin. Karena dengan kebijakan ini,
berpotensi akan menempatkan siswa – siswa dari berbagai latar belakang ekonomi dan sosial
yang berbeda, berkumpul dalam satu sekolah yang sama.
3. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional harus berani dan tegas untuk
memaksakan sekolah – sekolah swasta yang berbasis International, National Plus, National
dan Terpadu untuk menerima dana Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ) tanpa terkecuali.
Dan apabila sekolah – sekolah tersebut tidak mau menerima dana BOS tersebut, maka
pemerintah melalui Kementrian Depdiknas berhak memberikan sanksi dengan mencabut ijin
operasional sekolah tersebut.
4. Pemerintah harus memberlakukan pendidikan gratis untuk seluruh sekolah dan tingkatan
serta berbasis apapun, hingga tingkat SMA, SMK dan MA. Seluruh biaya penyelenggaraan
pendidikan, seperti biaya masuk ( uang pangkal ), SPP, buku pelajaran dan lembar kerja
siswa ( LKS ), seragam harus bebas biaya tanpa dipungut sepeserpun dan tanpa dalih apapun.
Apabila pihak sekolah yang melanggar kebijakan ini. Maka, Departemen Pendidikan
Nasional melalui Badan Kepegawaian Penegakkan Kebijakan dan Displin yang
bertanggunjawab langsung dibawah Kementrian DEPDIKNAS, berhak memberikan sanksi
berat dan tegas kepada pelaku ( oknum ) pelanggar.
5. Memberikan wewenang yang luas kepada Kepala Sekolah, sebagai “Top Management “
di sekolah. Untuk memberikan sanksi berat dan tegas kepada guru dan pegawai yang
melanggar aturan ( indispliner ).
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia. Semakin tinggi dan semakin baik pemerintah sertaguru dalam mengelola
manajemen di dunia pendidikan maka semakin berkualitas juga sumber daya manusia yang
dimiliki. Permasalahan pendidikan adalah persoalan-persoalan yang dihadapi oleh dunia
pendidikan . Dalam dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah
pendidikanyaang cukup mendasar dan bersifat kompleks. Permasalahan-permasalahan
tersebut ialah, tujuan pendidikan masih semu, pola fikir pendidik dan tenaga kependidikan
cenderung financial oriented, paradigma tujuan pendidikan dimasyarakat masih banyak yang
salah, paradigma peserta didik yang sertificate oriented, manajemen pendidikan di Indonesia
tidak berbasis kompetensi yang sebenarnya, Implementasi manajemen pendidikan kan dalam
Simbolisme verbal dan tekstual, pendidikan tidak berbasis cita-cita peserta didik, system
kurikulum yang gemuk dan tidak berbasis potensi, pendidik dan tenaga kependidikan kurang
inofatif.

Selain itu ada permasalahan di dunia pendidikan yang terkait dengan manajemen
(pengelolaan ) pendidikan ada dua yaitu, permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan
pendidikan sekolah negeri dan permasalahan pengelolaan pendidikan sskolah swasta.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini mungkin banyak sekali terdapat kekurangan yang disengaja
ataupun tidak disengaja. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik
yang sifatnya membangun.

 
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Ngalim.2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

http://chumhienk-mhienk.blogspot.com/2011/01/masalah-pendidikan-di-indonesia.html

http://chrisna.blogdetik.com/page/179/

http://mulok.library.um.ac.id/artikel/00396KI11-BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai