DOSEN PENGAMPU:
Dr. H. Ahmad Muhyani Rizalie, M.Si
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
7B PGSD
1. Hilmah 1710125120023
2. Fahrin Ilham 1710125210017
3. Dina Julianti 1710125320040
4. Dwi Putri Rahayu 1710125320043
5. Ghefira Nur Fatimah 1710125320066
6. Harni Wijaya Mandari 1710125320073
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya dengan judul “Kepemimpinan Transformasional Kepada Sekolah DalamKontek
MBS”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah berperan dan
mendukung kami dalam menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala urusan kita.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian kepemimpinan...............................................................................................3
B. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Konteks MBS...................................................4
C. Kepemimpinan Transformasional...................................................................................5
1. Pengertian Kepemimpinan Transformasional.............................................................5
2. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional.........................................................7
3. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Transformasional......................................................7
4. Faktor-faktor Kepemimpinan Transformasional.........................................................8
5. Komponen Kepemimpinan Transformasional............................................................9
6. Penerapan Kepemimpinan Tranformasional.............................................................10
7. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dalam MBS..............................11
D. Kepemimpinan Transformasional dan Peningkatan Mutu Pendidikan.........................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
2. Jelaskan apa kepempimpinan transformasional?
3. Bagaimana kepemimpinan transformasional dapat meningkatkan mutu
pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kepemimpinan
Apakah kepemimpinan itu? Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena
universal. Siapa pun menjalankan tugas-tugas kepemimpinan, ketika dalam tugas itu dia
berinteraksi dengan dan memengaruhi orang lain. Bahkan dalam kapasitas pribadi pun,
di dalam tubuh manusia itu ada kapasitas atau potensi pengendali yang pada intinya
memfasilitasi seseorang untuk dapat memimpin dirinya sendiri. Kepemimpinan
merupakan sebuah fenomena yang kompleks sehingga amat sukar untuk dibuat rumusan
yang menyeluruh tentang arti kepemimpinan. Oleh karenanya, tidak ada satu defnisi
kepemimpinan pun dapat dirumuskan secara sangat lengkap untuk mengabstraksikan
perilaku sosial atau perilaku interaktif manusia di dalam organisasi yang memiliki
regulasi dan struktur tertentu, serta misi yang kompleks.
Beberapa definisi memberi gambaran yang cukup luas dan mendalam tentang
kepemimpinan. Beberapa rumusan lain yang dapat ditarik dari definisi tersebut adalah
sebagai berikut.
2. Aktivitas kepala sekolah antara lain terjelrna dalam bentuk memberi perintah,
membimbing, dan mempengaruhi kelompok kerja atau orang lain dalam rangka
mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
3. Aktivitas kepala sekolah dapat dilukiskan sebagai seni (art) dan bukan ilmu
(science) untuk mengoordinasi dan memberikan arah kepada anggota kelompok
dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
3
5. Pimpinan selalu berada dalam situasi sosial sebab kepemimpinan pada hakikatnya
adalah hubungan antara individu dan individu atau kelompok dan individu atau
kelompok lain. Individu atau kelompok tertentu disebut pimpinan dan individu atau
kelompok lain disebut bawahan.
Kembali ke pemikiran tersebut, jelaslah bahwa kepala sekolah harus dipilih dari
kalangan guru yang benar-benar memiliki pengalaman, wawasan, dan kompetensi yang
sesuai. Kepala sekolah harus mampu menampilkan kepemimpinan tim (team leadership)
bersama wakil kepala sekolah, demikian juga dengan guru dan staf lainnya. Mereka ini
bukan tidak mungkin nantinya dipilih oleh anggota Komite Sekolah (School Board) atau
Yayasan, yang anggotanya dapat terdiri dari guru-guru, tokoh masyarakat, LSM
penyelenggara pendidikan, alumni, siswa, lembaga bisnis, para pakar, dan pihak-pihak
lain yang dipandang relevan. Secara tim, kepala sekolah akan memerankan fungsi
memimpin sekolahnya, termasuk dalam kerangka desain strategi dan arah,
mengembangkan dan mengoptimalkan rencana perbaikan sekolah, mengukur dan
melaporkan kemajuan yang dicapai.
Di samping itu, kepala sekolah dan tim harus mampu menjalin komunikasi
dengan masyarakat, mengelola sumber-sumber, bekerja sama dengan orang tua murid
dan keluarga, serta membuat kebijakan dan praktik kerja yang manjur bagi perbaikan
4
prestasi belajar siswa. Di samping menjalankan roda kepemimpinan di sekolahnya,
kepala sekolah dan tim harus mampu melakukan hubungan yang sinergis dengan Dinas
Diknas, Pemerintah Kabupaten atau Kota, dan pengguna lain dalam kerangka :
Mendesain program pendidikan dan pembelajaran, menjadwalkan program pendidikan
dan pembelajaran, pengembangan staf, program-program elektif, menyeleksi material
pembelajaran, penganggaran, pencarian dana, pengadaan barang, pendistribusian dana,
optimalisasi penggunaan bangunan, mewawancarai staf, menugaskan staf, membangun
semangat bagi orang tua dengan guru, menggunakan tenaga dan luar yang akan
melakukan fungsi profesional dan layanan lain, pengaturan seragam siswa, tugas-tugas
lainnya.
C. Kepemimpinan Transformasional
Istilah kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership)
merupakan hasil suatu perkembangan pemikiran beberapa teoritisi kepemimpinan.
Diawali dengan pemikiran James Mac Gregor Burns (1979) yang menggunakan istilah
Transforming Leadership (kepemimpinan Mentransformasi) kemudian dikembangkan
oleh Benard M. Bass (1985) dalam bukunya yang berjudul Leadership and Performance
Beyond Expectations yang menggunakan istilah Transformational Leadership
(Kepemimpinan Transformasional) yang menurut pengakuan diinspirasi oleh Pemikiran
Burn. Semenjak Bass, Istilah Transformational Leadership merupakan istilah baku dalam
ilmu kepemimpinan.
5
di awal merupakan setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang untuk
mengkoordinasikan, mengarahkan dan memengaruhi orang lain dalam memilih dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Istilah transformasi berasal dari kata “to
transform”, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi
bentuk lain yang berbeda, misalnya mentransformasikan visi menjadi realita, atau
mengubah sesuatu yang potensial menjadi aktual.
Pemimpin transformasional sesungguhnya merupakan agen perubahan,
karena memang erat kaitannya dengan transformasi yang terjadi di dalam suatu
organisasi. Fungsi utamanya adalah berperan sebagai katalis perubahan, bukannya
sebagai pengontrol perubahan. Seorang pemimpin transformasional memiliki visi
yang jelas, memiliki gambaran holistik tentang bagaimana organisasi di masa
depan ketika semua tujuan dan sasarannya telah tercapai.
Menurut Imam Machali (2016: 99) Kepemimpinan transformatif dapat
didefinisikan sebagai kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan
dan/atau melalui orang lain untuk menstransformasikan secara optimal sumber
daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan sesuai dengan target tercapainya
yang telah ditetapka. Sumber daya dimaksud dapat berupa SDM, fasilitas, dana,
dan faktot-faktor eksternal keorganisasian. Sadler mengungkapkan,
“Transformational leadership is the process of engaging the commitment of
employess in the context of shared values and shared vision.”
Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan dimana pemimpin
mengembangkan komitmen pengikutnya dengan berbagai nilai-nilai dan visi
organisasi. Dari pengertian tersebut, ada tiga hal yang merupakan inti
kepemimpinan transformasional, yaitu komitmen, berbagi nilai-nilai organisasi,
dan berbagi visi organisasi. Menurut Bass (1985),” Transformational leadership
contains four components: charisma or idealized influence(attributed or
behavioral), inspirational motibation, intellectual stimulation, and individualized
consideration.”
Asumsi yang mendasari kepemimpinan transformasional adalah bahwa
setiap orang akan mengikuti seseorang yang dapat memberikan mereka inspirasi,
memiliki visi yang jelas, serta cara dan energi yang baik untuk mencapai suatu
tujuan. Bekerja sama dengan seorang pemimpin transformasional dapat
memberikan suatu pengalaman yang berharga, karena pemimpin transformasional
akan selalu memberikan semangat dan energi positif terhadap bawahannya.
6
2. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional
Menurut Sadler, 1997 (dalam Imam Machali, 2016: 101-102) terdapat
beberapa karakteristik pemimpin transformative, yaitu:
a) Pemimpin menempatkan diri sebagai agen of change.
b) Mereka berani bertindak untuk melakukan perubahan, pemimpin tersebut
berani menghadapi resistensi, menanggung resiko, dan berani menghadapi
kenyataan.
c) Pemimpin percaya kepada pengikut, dengan cara mengembangkan
kepercayaan melalui motivasi, kejujuran dan pemberdayaan, perduli terhadap
aspek-aspek humanistik.
d) Pemimpin transfomasional menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan seperti
mengembangkan rasa empati dan simpati, saling menghargai, memperhatikan
harkat dan martabat sesama, saling memedulikan, ramah, bertindak secara
santun, perduli terhadap aspek-aspek pribadi, dan sosio-emosional.
e) Pemimpin selalu belajar sepanjang hayat.
f) Pemimpin mampu mengatasi permasalahan yang kompleks, tidak menentu,
dan membingungkan.
g) Pemimpin memiliki pandangan jauh ke depan (visioner).
3. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Transformasional
Menurut Erik Rees: 2001 (dalam Imam Machali, (2016: 100) terdapat tujuh
prinsip-prinsip kepemimpinan transformasional, yaitu:
a) Simplifikasi.
Keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan
menjadi cermin dan tujuan bersama. Kemampuan serta ketrampilan dalam
mengungkapkan visi secara jelas, praktis, dan tentu saja transformasional yang
dapat menjawab “ke mana kita akan melangkah?” menjadi hal pertama yang
penting untuk kita implementasikan.
b) Motivasi.
Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat
terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu kita lakukan.
Pada saat pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergitas
didalam organisasi, berarti seharusnya dia dapat pula mengoptimalkan,
memotivasi, dan memberikan energi kepada setiap pengikutnya. Praktisnya
dapat aja berupa tugas atau pekerjaan yang betulbetul menantang serta
7
memberikan peluang bagi mereka pula untuk terlibat dalam suatu proses
kreatif baik dalam memberikan usulan ataupun mengambil keputusan dalam
pemecahan masalah, serta hal ini pula akan memberikan nilai tambah bagi
mereka sendiri.
c) Fasilitasi.
Dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi
“pembelajaran” yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan,
kelompok, ataupun individual. Hal ini akan berdampak pada semakin
bertambahnya modal intelektual dari setiap orang yang terlibat di dalamnya.
d) Inovasi.
Yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawab melakukan
suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu tuntutan dengan
perubahan yang terjadi. Dalam suatu organisasi yang efektif dan efisien, setiap
orang yang terlibat perlu mengantisipasi perubahan dan seharusnya pula
mereka tidak takut akan perubahan tersebut. Dalam kasus tertentu, pemimpin
transformasional harus sigap merespon perubahan tanpa mengorbankan rasa
percaya dan tim yang sudah dibangun.
e) Mobilitas.
Yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan
memperkuat setiap orang yang terlibat didalamnya dalam mencapai visi dan
tujuan. Pemimpin transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang
penuh tanggung jawab.
f) Siap Siaga.
Yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan
menyabut perubahan dengan paradigma baru yang posisitf.
g) Tekad.
Yaitu tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk
menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini tentu perlu pula
didukung oleh pengembangan disiplin spiritualitas, emosi, dan fisik serta
komitmen.
4. Faktor-faktor Kepemimpinan Transformasional
Menurut Bass (1990) faktor-faktor kepemimpinan transformasional adalah
sebagai berikut:
a) Karisma
8
Ditandai dengan kekuatan visi dan penghayatan akan misi, menimbulkan
hormat, meningkatkan optimisme, menekankan pentingnya tujuan, dan
pemimpin akan membuat bawahan memiliki kepercayaan diri.
b) Inspirasional
Mencakup kapasitas seorang pemimpin untuk menjadi panutan bagi
bawahannya. Pemimpin menyampaikan tujuan yang jelas dan menjadi contoh
yang baik bagi bawahannya.
c) Perhatian Individual
Perhatian dapat berupa bimbingan dan mentoring kepada bawahan. Pemimpin
memberikan perhatian personal terhadap bawahannya dan memberi perhatian
khusus agar bawahan dapat mengembangkan kemampuan.
d) Stimulus Intelektual
Stimulus intelektual yakni kemampuan pemimpin untuk menghilangkan
keengganan bawahan untuk mencetuskan ide-ide, mendorong bawahan lebih
kreatif dan menstimulus pemikiran dari bawahan dalam memecahkan
permasalahan.
5. Komponen Kepemimpinan Transformasional
Sesuai pendapat Bass & Aviola dalam Komariah & Triatna (2010, pp. 79-
80), terdapat empat komponen kepemimpinan transformasional tersebut, sebagai
berikut.
a) Idealized influence
Pengaruh yang diidealkan, memiliki visi dan tujuan yang jelas, para pemimpin
tersebut mampu menghasilkan rasa hormat dan rasa percaya pada bawahan.
Idealized Influence mengandung makna saling berbagi resiko, melalui
9
pertimbangan atas kebutuhan yang dipimpin di atas kebutuhan pribadi, serta
perilaku moral dan etis.
b) Inspirational motivation
Aspek ini tercermin dalam perilaku yang senantiasa menyediakan tantangan
dan makna atas pekerjaan orang-orang yang dipimpin, dan perilaku yang
mampu mendemonstrasikan komitmen terhadap sasaran organisasi. Semangat
ini dibangkitkan melalui antusiasme dan optimisme staf.
c) Intellectual stimulation
Stimulasi intelektual direfleksikan oleh pemimpin yang selalu
mendemonstrasikan tipe kepemimpinan senantiasamenggali ide-ide baru dan
solusi secara nalar yang kreatif dari orang-orang yang dipimpinnya. Ia juga
selalu mendorong pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan.
d) Individualized consideration
Pemimpin yang selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, dan
memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan prestasi dan kebutuhan dari
orang-orang yang dipimpinnya.
Uraian tersebut memberikan gambaran bahwa kepemimpinan
transformasional adalah kepemimpinan yang berani melakukan perubahan menuju
tingkat produktivitas organisasi yang lebih tinggi, yang mampu membangkitkan
semangat dan motivasi pengikutnya, dan mampu menciptakan budaya organisasi
yang positif. (Wahyudi, Heri Retnowati, 2014)
6. Penerapan Kepemimpinan Tranformasional
Kepemimpinan transformasional sangat relevan untuk diterapkan dalam
lembaga pendidikan atau sekolah karena hal-hal (Imam Machali, 2016: 101),
sebagai berikut :
a) Pemimpin mampu mengembangkan nila-nilai organisasi yang meliputi kerja
keras, menghargai waktu, semangat, dan motivasi tinggi untuk berprestasi,
disiplin, dan sadar akan tanggung jawab.
b) Pemimpin mampu menyadarkan amggota akan rasa memiliki dan
tanggungjawab (sense of belonging and sense responsibility)
c) Pemimpin dalam proses pengambilan keputusan selalu menggunakan
kemampuan intelektualnya secara cerdas.
d) Pemimpin selalu memperjuangkan nasib staf dan anggotanya dan perduli
akan kebutuhan-kebutuhannya.
10
e) Pemimpin berani melakukan perubahan menuju tingkat produktiviras
organisasi yang lebih tinggi.
f) Pemimpin mampu membangkitkan motivasi dan semangat anggota untuk
mencapai produktivitas yang lebih tinggi.
g) Pemimpin mampu menciptakan budaya organisasi yang positif.
7. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dalam MBS
Kepemimpinan transformasi kepala sekolah adalah kepemimpinan yang
melibatkanperubahan dalam organisasi sekolah. Kepemimpinan transformasi
kepala sekolah berkenaan juga dengan kemampuan kepala sekolah untuk
memotivasi sumberdaya manusia yang ada di sekolah agar bersedia bekerja demi
sasaran- sasaran tingkat tinggi yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya,
dimana segala hal yang diberikan dalam pekerjaan merupakan semata mata demi
kepentingan kemajuan sekolah. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah
meliputi pengembangan hubungan yang lebih dekat antara kepala sekolah dan
sumberdaya yang ada di sekolah, bukan hanya sekedar sebuah perjanjian, tetapi
lebih didasarkan kepada kepercayaan dan komitmen bersama demi kepentingan
sekolah.
Eduardus Sepryanto Nadur (2017) menyimpulkan bahwa kepemimpinan
transformasional kepala sekolah merupakan gaya kepemimpinan yang
mengutamakan pemberian kesempatan yang mendorong semua unsur atau elemen
sekolah (guru, siswa, pegawai/ staf, orangtua siswa, masyarakat sekitar dan
lainnya) untuk bekerja keras atas dasar sistem nilai (values system) yang luhur,
sehingga semua unsur yang ada di sekolah tersebut bersedia untuk berpartisipatif
secara optimal dalam mencapai visi sekolah.
Dalam UU No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
2000-2004 untuk sector pendidikan disebutkan akan perlunya pelaksanaan
manajemen otonomi pendidikan. Perubahan manajemen pendidikan dari
sentralistik ke desentralistik menuntut proses pengambilan keputusan pendidikan
menjadi lebih terbuka, dinamik, dan demokratis.Untuk pendidikan dasar dan
menengah, proses pengambilan keputusan yang otonom seperti itu dapat
dilaksanakan secara efektif dengan menerapkan MBS. Dalam melaksanakan MBS
menurut Komite Reformasi Pendidikan, kepala sekolah memiliki kepemimpinan
yang kuat, partisipatif, dan demokratis. (Junaidi, 2019)
11
Untuk mengakomodasi persyaratan ini kepala sekolah perlu mengadopsi
kepemimpinan tranformasional. Kepemimpinan tranformasional dicirikan dengan
adanya proses untuk membangun komitmen bersama terhadap sasaran organisasi
dan memberikan kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran.
Pemimpin mencoba menimbulkan kesadaran dari para pengikut dengan
menyerukan nilai-nilai moral dan cita-cita yang tinggi (Burns dalam Nurkolis,
2003).
Yulk (dalam Nurkolis, 2003) menyatakan bahwa kepemimpinan
transformasional mampu mentransformasi dan memotivasi para pengikutnya
dengan cara sebagai berikut.
1. Membuat para pengikut sadar akan pentingnya suatu pekerjaan.
2. Mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi daripada
kepentingan pribadi.
3. Mengaktifkan kebutuhan para pengikut pada taraf yang lebih tinggi (seperti
aktualisasi diri).
Tipe kepemimpinan transformasional disarankan untuk diterapkan dalam
implementasi MBS karena tipe kepemimpinan ini sejalan dengan gaya MBS.
Pertama, adanya kesamaan yakni organisasi tidak digerakkan oleh birokrasi tetapi
oleh kesadaran bersama. Kedua, para pelaku mementingkan kepentingan
organisasi. Ketiga, adanya partisipasi aktif dari orang yang dipimpin. Hanya saja,
tipe kepemimpinan ini cukup berat bila dilaksanakan dalam budaya organisasi
sekolah di Indonesia mengingat sekolah masih digerakkan oleh kekuatan birokrasi.
Selama ini kepala sekolah memimpin sekolah sesuai kehendak atasan, bukan
berdasarkan otonomi sendiri.
Budaya sekolah seperti di atas harus diubah agar kepemimpinan
transformasional dan implementasi MBS dapat terlaksana. Langkah utama yang
dapat ditempuh adalah dengan memberdayakan kepala sekolah sebagai pemimpin
dan sebagai manajer. Selama ini, kepala sekolah cenderung melakukan kegiatan
administrasi daripada melakukan tugasnya sebagai pemimpin dan manajer seperti
melakukan supervisi terhadap pegawai. Padahal berdasarkan taksonomi Page,
kegiatan administrasi hanya salah satu dari sembilan tugas dan tanggung jawab
pemimpin (Nurkolis, 2003).
Oleh karena itu, proses pengangkatan kepala sekolah harus dikaji ulang.
Selama ini pengangkatan kepala sekolah terlalu menekankan urutan jenjang
12
kepangkatan dan mengabaikan factor kemampuan dalam memimpin lembaga. Pada
era MBS ini, kepemimpinan transformasional harus dimiliki oleh setiap kepala
sekolah mengingat kepala sekolah memiliki peran baru sebagai designer,
motivator, fasilitator, dan liaison. Untuk hal tersebut, hal-hal yang harus dilakukan
kepala sekolah dalam menerapkan kepemimpinan transformasional di era MBS ini
adalah sebagai berikut.
1. Kepala sekolah harus mengembangkan visi sekolah secara jelas. Seluruh
stakeholder terutama anggota dewan sekolah harus terlibat dalam perumusan
visi tersebut. Semua pihak harus mengerti strategi yang akan ditempuh untuk
mencapai visi yang ditetapkan.
2. Kepala sekolah harus mengajak stakeholder untuk membangun komitmen
dan kesadaran untuk mencapai visi, misi, dan tujuan pendidikan. Hal ini
penting untuk mengajarkan tanggung jawab kepada pihak terkait.
3. Kepala sekolah harus lebih banyak berperan sebagai pemimpin daripada
sebagai bos yang didasarkan pada kekuasaan. Oleh sebab itu kepala sekolah
harus memberikan kepercayaan, pendelegasian sekaligus pengambil resiko
dalam suatu pekerjaan.
Keberhasilan seseorang menerapkan gaya kepemimpinan tranformasional
dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi dirinya sebagai agen pembaruan.
b. Memiliki sifat pemberani.
c. Mempercayai orang lain.
d. Bertindak atas dasar sistem nilai, bukan pada kepentingan pribadi ataupun
kepentingan kroninya.
e. Meningkatkan kemampuan terus-menerus.
f. Mampu menghadapi situasi yang sulit, tidak jelas, bahkan tidak menentu.
g. Memiliki visi ke depan.
Sementara itu karakteristik kepala sekolah di era MBS adalah sebagai
berikut. a) visi, misi, dan strategi; b) kemampuan mengidentifikasi dan
menyerasikan sumber daya dengan tujuan; c) mampu mengambil keputusan
dengan terampil; d) toleransi terhadap perbedaan tiap-tiap orang; e) memobilisasi
sumber daya; f) memerangi musuh-musuh kepala sekolah; g) menggunakan sistem
sebagai cara berpikir, mengelola dan menganalisis sekolah; h) menggunakan input
manajemen; i) menjalankan peran sebagai manajer, pemimpin, pendidik,
13
wirausahawan, regulator, penyedia, pencipta iklim kerja, administrator, pembaru,
dan pembangkit motivasi; j) melaksanakan dimensi-dimensi tugas, proses,
lingkungan, dan keterampilan personal; k) menjalankan gejala empat serangkai
yaitu merumuskan sasaran, memilih fungsi-fungsi yang diperlukan guna mencapai
sasaran, melakukan analisis SWOT, dan mengupayakan langkah-langkah untuk
meniadakan persoalan; l) menggalang teamwork yang cerdas dan kompak; m)
mendorong kegiatan kreatif; n) menciptakan sekolah belajar; o) menerapkan
manajemen berbasis sekolah; pengetahuan awal; p) memusatkan perhatian pada
pengelolaan proses belajar mengajar; dan q) memberdayakan sekolah.
14
terutama dalam kepemimpinan transformasional pada pendidikan, karena pendidikan
adalah proses pembentukan karakter pertama dalam dunia pendidikan formal.
15
solusi dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini untuk menghasilkan
generasi yang unggul dalam mengoptimalisasikan masa emas pada anak generasi bangsa.
A.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Syadzili, M. F. R. (2019). Polarisasi Tahapan Kepemimpinan Transformatif
Pendidikan Islam. Al-Tanzim : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3(1), 55– 81.
Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Departemen Pendidikan dan
Wahyudi, Heri Retnowati. 2014. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala
Sekolah, Pelaksanaan MBS, Dan Pelaksanaan TU Terhadap Kualitas Pendidikan SD/MI
Depok Sleman. Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan Volume 2, Nomor 2, 2014
19