TANGGUNG JAWAB “
Dosen :
Fakultas Pendidikan
PG PAUD
2019/2020
KASIH SAYANG, KEWIBAWAAN DAN TANGGUNG JAWAB
Oleh : Kelompok 7
(Mahasiswi PG PAUD, Universitas Al-Azhar Indonesia)
Abstrak
Pemahaman pendidik terhadap konsep kasih sayang mendasari bagaimana sikap pendidik dalam
menjalankan proses pendidikan, sehingga anak didik dapat belajar dengan suasana kehangatan dan
menyenangkan. Kewibawaan dipandang sebagai alat pendidikan yang penting bagi pendidik
dimana lemahnya kewibawaan pendidik akan berdampak pada proses pendidikan. Begitu juga
dengan tanggung jawab, di samping menjadi tujuan pendidikan, yakni menghasilkan manusia yang
bertanggungjwab, juga menjadi motivasi pendidik untuk dapat bertanggung jawab terhadap tugas
yang diembannya. Kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab pendidikan merupakan ruh dari
pendidikan, tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Tanpa kasih sayang anak akan berkembang
menurut kemauannya sendiri. Tanpa kewibawaan, pendidik akan kehilangan kepercayaan dari anak
didiknya dan tanpa tanggung jawab dari pendidik, upaya pendidikan tidak akan memiliki arah dan
tujuan, karena pendidik akan acuh dalam melaksanakan tugasnya sebagai orang dewasa yang harus
membawa anak kepada kedewasaan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidik merupakan orang dewasa yang membimbing anak agar si anak tersebut bisa
menuju ke arah kedewasaan. Peran orang dewasa di dalam proses pembelajaran sangat penting
karena tidak mungkin orangyang belum dewasa mendewasakan orang yang belum dewasa.
Sosok pendidik begitu besar dalam proses pembelajaran dalam mendidik, mengajar ,
membimbing, mengarahan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, namun selain itu
seorang pendidik harus memiliki suatu kasih sayang, kewibawaan dan tanggung jawab terhadap
peserta didiknya.
Pada prakteknya, ternyata menerapkan kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab
dalam proses pendidikan tidak mudah, banyak hambatan dan kendala yang dihadapi pendidik,
baik berkaitan dengan pemahaman maupun kemampuan pendidik. Untuk itu, kemauan dan
ketulusan pendidik dalam menjalankan tugasnya menjadi dasar dalam memahami sifat dan sikap
anak didik.
Kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab pendidikan, merupakan suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan karena suatu ruh dari pendidikan atau menjadi suatu yang perlu
dimiliki oleh seorang pendidik. Tanpa kasih sayang anak akan berkembang menurut kemauan-
kemauannya sendiri, karena pendidik sama sekali tidak peduli terhadap perkembangan peserta
didiknya. Tanpa kewibawaan, pendidik akan kehilangan kepercayaan dari peserta didiknya.
Peserta didik bertindak semaunya tanpa peduli terhadap pendidiknya. Semua upaya pendidik
mungkin akan dilecehkan oleh peserta didiknya. Tanpa tanggung jawab dari pendidik, upaya
pendidik tidak akan memiliki arah tujuan, karena pendidik akan acuh dalam melaksanakan
tugasnya sebagai orang dewasayang harus membawa anak kepada kedewasaan. Maka dari itu
kami dalam malakah ini akan membahas tentang kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab?
2. Bagaimana kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab dalam pendidikan?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui kasih sayang, kewibawaan, dan tangung jawab.
2. Mengetahui bagaimana kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab dalam pendidikan.
D. Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan agar pendidik dan bagi calon pendidik dapat
mengetahui makna dan bagaimana kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab dalam
pendidikan sehingga seorang pendidik dapat menjadi seseorang pendidik yang baik bagi peserta
didiknya di dalam proses pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan fitrah manusia, artinya setiap manusia ditakdirkan oleh Allah
memiliki kasih sayang terhadap sesamanya. Dalam pendidikan, kasih sayang harus mendasari
semua upaya dalam membawa anak menuju kedewasaan. Tanpa kasih sayang pendidikan tidak
akan bermakna apa-apa.
1. Makna kewibawaan
Ciri utama seorang pendidik adalah adanya kewibawaan yang terpancar dari dirinya
terhadap anak didik. Kewibawaan merupakan pancaran batin yang dapat menimbulkan pada
pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas
pengaruh tersebut. Kewibawaan hanya dimiliki oleh manusia yang sudah dewasa, suatu
kedewasaan rohaniah yang didukung kedewasaan jasmaniah terutama pada orang tua dan itu
merupakan kewibawaan asli. Pendidik harus memiliki kewibawaan di mata anak didik, karena
mereka membutuhkan perlindungan, bantuan, bimbingan, dan pendidik bersedia untuk
memenuhinya.
Kewibawaan merupakan suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang,
sehingga orang lain yang berhadapan dengannya secara sadar dan sukarela menjadi tunduk dan
patuh kepadanya. Anak kecil (sampai usia 3 tahun) belum mengenal kewibawaan, artinya anak
kecil belum dapat tunduk kepada suatu pengaruh atas kesadaran dan kerelaan sendiri.
Pengenalan dan pengakuan terhadap wibawa membutuhkan bahasa. Bahasa merupakan tempat
pertemuan antara pendidik dan anak didik. Dengan bahasa, anak didik dapat mengerti apa arti
anjuran dan larangan dari pendidik, sehingga dengan demikian dapatlah dikenal dan diakui
berwibawa.
Apabila orang tua tidak menggunakan anjuran dan larangan kepada anak, maka dapat
mengakibatkan anak mempunyai sikap yang tidak dapat didekati, anak akan menjadi asing
terhadap kekerasan anak, menjadi tidak dapat lagi dinasihati atau didekati. Sebaliknya jika orang
tua terlalu banyak menggunakan kesempatan untuk memberi nasihat atau anjuran maupun
larangan, akan memberi akibat yang dapat merugikan dalam pendidikan.
4. Mempertahankan kewibawaan
Pendidik harus mempertahankan kewibawaan yang dimilikinya, sehingga kewibawaan
tersebut harus dipelihara dan dibinanya. Langeveld mengemukakan 3 sendi kewibawaan yaitu,
kepercayaan, kasih sayang dan kemampuan mendidik. Dalam hal kepercayaan, pendidik harus
percaya bahwa dirinya bisa dan mampu mendidik dan juga harus percaya bahwa anak didik
dapat dididik. Kasih sayang mengandung dua makna yaitu penyerahan diri kepada yang dikasih
sayangi dan pengendalian terhadap yang disayangi. Kemampuan mendidik dapat dikembangkan
melalui beberapa cara, diantaranya pengkajian terhadap ilmu pengetahuan khususnya ilmu
pendidikan.
Selain ketiga hal diatas, dalam mempertahankan kewibawaan tersebut perlu didukung
oleh keadaan batin pemilik kewibawaan yaitu :
a. Adanya rasa cinta : kewibawaan itu dapat dimiliki oleh seseorang, apabila hidupnya penuh
kecintaan dengan atau kepada orang lain.
b. Adanya rasa demi kamu : adalah sikap yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan, perintah
atau anjuran bukan untuk kepentingan orang yang memerintah, tetapi untuk kepentingan orang
yang diperintah, menganjurkan demi orang yang menerima anjuran, melarang juga demi orang
dilarang, misalnya guru memerintahkan anak didiknya belajar keras dalam menghadapi ujian,
bukan agar dirinya mendapat nama karena anak didiknya melainkan agar anak didik mendapat
nilai yang bagus.
c. Adanya kelebihan batin : seorang guru yang menguasai bidang studi yang menjadi tanggung
jawabnya, bisa berlaku adil dan obyektif, bijaksana, merupakan contoh-contoh yang dapat
menimbulkan kewibawaan batin.
d. Adanya ketaatannya kepada norma : menunjukkan bahwa dalam tingkah lakunya dia sebagai
pendukung norma yang sungguh-sungguh, selalu menepati janji yang pernah dibuat, disiplin
dalam hal-hal yang telah digariskan.
Selanjutnya dalam melaksanakan kewibawaan, pendidik hendaknya memperhatikan
beberapa faktor berikut :
e. Perkembangan anak sebagai pribadi. Pendidik hendaknya mengabdi kepada perkembangan
anak, mengembangkan seluruh pribadi anak, intelektualnya, emosinya, dan spiritualnya.
f. Pendidik memberi kesempatan pada anak untuk berinisiatif, anak melakukan kegiatan atas
inisiatif sendiri. Anak harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melatih diri bersikap patuh
sehingga kepatuhan anak terhadap peraturan akan didasarkan atas pertimbangan nuraninya
sendiri, tidak karena paksaan atau pengaruh orang lain.
g. Kewibawaan dilaksanakan atas dasar kasih sayang pada anak. Pendidik berbuat sesuatu demi
kepentingan anak didik, mengabdi kepada anak didik, bukan untuk kepentingan pendidik.
C. Tanggung Jawab
Diantara makhluk yang ada, manusia mempunyai sebuah kewajiban khusus, yaitu
kelayakan menerima kewajiban, sedangkan makhluk lain tidak meiliki kelayakan ini. Benda mati
dan tumbuhan tidak mempunyai ilmu, pemahaman dan kehendak, dan mereka tidak memiliki
kelayakan untuk menerima kewajiban dan tidak mempunyai tanggung jawab terhadap
perbuatannya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban.
A. KESIMPULAN
Kasih Sayang, Kewibawaan, dan Tanggung Jawab Pendidikan, merupakan ruh dari
pendidikan, tidak dapat di pisahkan satu sama lainya . ketiga hal tersebut dapat dikatakan
merupakan prasyarat dalam melaksanakan pendidikan. Pada praktiknya, ternyata menerapkan
kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab dalam proses pendidikan tidak mudah, banyak
hambatan dan kendala yang dihadapi pendidik, baik berkaitan dengan pemahaman maupun
kemampuan pendidik.
B. SARAN
Kita sebagai calon pendidik hendaknya mempunyai rasa kasih sayang karena tanpa kasih
sayanag anak akan berkembang menurut kemauanya sendiri, maka dari itu seorang calon
pendidik harus mempunyai rasa kasih sayang terhadap anak didiknya. Seorang guru harus
memilki kewibawaan tapa kewibawaan pendidik akan kehilangan kepercayaan dari anak
didiknya. Seorang pendidik harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugasnya
sebagi guru yaitu mendidik dan mengajar anak-anak yang telah dipercayakan orang tua anak
kepadanya.
Daftar Pustaka
Sadulloh, Uyoh. (2011). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: ALFABETA
https://panjirifat.blogspot.com/2016/06/makalah-kasih-sayang-kewibawaan-dan_29.html
http://sematawayang94.blogspot.com/2017/11/makalah-kasih-sayang-tanggung-jawab-dan.html