Anda di halaman 1dari 34

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams


Achievement Division (STAD)
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam
satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi, menurut
Nurulhayati dalam Rusman (2012:203). Model
pembelajaran ini, menginstruksikan siswa untuk belajar
bekerja sama dengan anggota lainnya. Siswa memiliki
dua tanggung jawab, yaitu belajar untuk dirinya sendiri
dan membantu sesama anggota kelompok untuk
belajar.
Menurut Rusman (2012:209), model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana
siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan berbeda. Setiap anggota
saling bekerja sama dan membantu memahami bahan
pembelajaran untuk menyelesaikan tugas kelompok.
Sanjaya dalam Rusman (2012:203) menyebutkan bahwa
cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa
yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model
pemebelajaran berkelompok adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas,
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat
diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang
menitik beratkan pada aktivitas belajar siswa dalam

9
10

sebuah kelompok–kelompok belajar dengan tingkat


kemampuan berbeda yang saling bekerjasama untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditargetkan.
Rusman (2012:211), menyebutkan bahwa terdapat
enam langkah utama atau tahapan di dalam
pembelajaran yang menggunakan pembelajaran
kooperatif, keenam langkah tersebut adalah sebagai
berikut: (1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa untuk belajar. Guru menyampaikan
tujuan pelajaran yang hendak dicapai dan menekankan
pentingnya topik yang akan dipelajari. (2) Menyajikan
inforamsi berupa bahan ajar atau materi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau bacaan. (3)
Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar. (4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
(5) Evaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya. (6) Memberikan
penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun
individu.
Rusman (2012:213), menyebutkan bahwa terdapat
beberapa variasi jenis model pembelajaran kooperatif
yang telah diterapkan oleh guru. Namun, prinsip dasar
dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah.
Beberapa jenis model pembelajaran kooperatif tersebut
yaitu sebagai berikut:
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
STAD merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk
menghadapi kemampuan siswa yang heterogen,
dimana model pembelajaran ini dipandang
sebagai pembelajaran kooperatif yang paling
11

sederhana dan langsung dari pendekatan


kooperatif.
b. Teams Games Tournament (TGT)
TGT merupakan model pembelajaran
kooperatif yang di dalamnya siswa memainkan
permainan dengan anggota-anggota tim lain
untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim
mereka. Model ini sangat cocok untuk mengajar
tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan
tajam dengan satu jawaban benar.
c. Jigsaw
Jigsaw merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa
aktif dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran dengan tujuan mencapai prestasi
yang maksimal, baik individu maupun kelompok.
d. Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC)
CIRC merupakan model pembelajaran
kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan
secara menyeluruh, kemudian
mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian
penting.
e. Group Investigation (GI)
GI merupakan model pembelajaran
kooperatif yang membimbing siswa untuk
memecahkan masalah secara kritis dan ilmiah.
Kelima model pembelajaran koperatif ini
melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab
individual, dan kesempatan sukses yang sama, tetapi
dengan cara yang berbeda (Slavin dalam Rusman, 2012:
208-209).
12

Hasil kajian terhadap beberapa macam model


pembelajaran di atas, dipilihlah model pembelajaran
Students Teams Achievement Division (STAD) karena
model pembelajaran tersebut mampu membantu siswa
agar saling mendorong dan memotivasi dalam
menguasai materi yang diajarkan, guna meningkatkan
prestasi yang maksimal. Model pembelajaran ini sangat
mudah diadaptasi dan telah digunakan dalam mata
pelajaran matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik,
dan banyak subjek lainnya pada tingkat sekolah dasar
sampai perguruan tinggi. Model pembelajaran ini
cocok digunakan untuk mata pelajaran yang bersifat
teoritis maupun hitungan, sehingga cocok digunakan
untuk mata pelajaran konstruksi bangunan gedung
yang memiliki banyak teori-teori dan perhitungan
tentang struktur bangunan.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Student Teams Achievement Division (STAD)
merupakan variasi dari pembelajaran kooperatif yang
paling banyak diteliti, Slavin dalam Rusman,
(2012:213). Pembelajaran kooperatif model STAD
merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang
diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang
heterogen. Model ini ditemukan dan dikembangkan
oleh para peneliti pendidikan di John Hopskins
University, Amerika Serikat dengan menyediakan
suatu bentuk belajar kooperatif yang di dalamnya
siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi
dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk
diskusi kelompok untuk memecahkan suatu
permasalahan, Hosnan dalam Sedayu (2016:41).
13

Dalam model pembelajaran STAD, siswa dibagi


menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang
beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya.
Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswi di
dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota
kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.
Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan
tentang materi yang telah dijelaskan, dan pada saat itu
mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain.
Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan
nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh
sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah
berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang
bisa mereka capai. Nilai-nilai ini kemudian
dijumlahkan menjadi nilai kelompok, dan kelompok
yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa
mendapatkan sertifikat atau hadiah lainnya, Rusman
(2012:213-214).
Gagasan utama dari model pembelajaran STAD
adalah untuk memotifasi siswa agar dapat saling
mendukung dan membantu satu sama lain dalam
menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika
siswa ingin agar kelompoknya mendapatkan
penghargaan kelompok, mereka harus membantu
teman satu kelompoknya untuk mempelajari materi.
Mereka harus mendukung teman satu kelompoknya
untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan
norma bahwa belajar itu penting, berharga, dan
menyenangkan.
Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama
setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Mereka
diperbolehkan bekerja berpasangan dalam bertukar
14

jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, saling


membantu satu sama lain, mendiskusikan pendekatan-
pendekatan untuk memecahkan masalah yang
diberikan, atau mereka bisa saling memberikan
pertanyaan tentang isi dari materi yang mereka
pelajari. Akan tetapi mereka tidak diperbolehkan saling
membantu ketika menjalani kuis, setiap siswa harus
harus menguasai materi tersebut (tanggung jawab
perseorangan).
Skor kelompok didasarkan pada kemajuan yang
diperoleh siswa atas nilai sebelumnya, semua siswa
mempunyai kesempatan untuk menjadi bintang
kelompok dalam minggu tersebut, baik memperoleh
nilai yang lebih tinggi dari nilai sebelumnya maupun
dengan membuat jawaban kuis yang sempurna, yang
selalu akan menghasilkan nilai maksmimal tanpa
menghiraukan nilai rata-rata siswa sebelumnya, Slavin
dalam Rusman (2012:214).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran STAD merupakan model
pembelajaran yang menekankan pada kerja kelompok
agar saling mendorong dan memotivasi teman
belajarnya untuk menguasai ilmu pengetahuan yang
diajarkan oleh guru. Siswa diberi kesempatan untuk
belajar bersama namun tidak diperkenankan untuk
saling membantu pada saat tes berlangsung. Setiap
anggota kelompok akan berusaha menyumbangkan
poin terbaik untuk kelompoknya. Kelompok yang telah
mencapai kriteria tertentu akan diberikan penghargaan
atas hasil kerja yang telah mereka lakukan.
15

3. Langkah-langkah (Sintak) Model Pembelajaran STAD


Rusman (2012:215-216) menyebutkan terdapat
beberapa langkah dalam model pembelajaran STAD,
langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penyampaian Tujuan dan Motivasi
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan
memotifasi siswa untuk belajar.
b. Pembagian Kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok,
dimana setiap kelompoknya terdiri dari 5-6 siswa
yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman)
kelas kedalam prestasi akademik, gender, ras atau
etnik.
c. Presentasi dari Guru
Guru meyampaikan materi pelajaran dibantu
oleh media, demontrasi, pertanyaan atau masalah
nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Dijelaskan juga tentang keterampilan dan
kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa,
tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-
cara mengerjakannya.
d. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah
dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai
pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua
anggota harus menguasai dan masing-masing
memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru
melakukan pengamatan, memberikan bimbingan,
dorongan, dan bantuan bila diperlukan.
e. Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui
pemberian kuis tentang materi yang telah dipelajari.
16

Siswa diberikan kuis secara individu dan tidak


dibenarkan bekerja sama. Hal ini dilakukan untuk
menjamin agar siswa secara individu bertanggung
jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan
ajar tersebut.
f. Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil
kerja siswa dan memberi nilai dengan rentang 0-100.
Selanjutnya pemberian penghargaan atas
keberhasilan kelompok dilakukan guru dengan
tahapan sebagai berikut:
1) Menghitung Skor Individu
Menurut Slavin dalam Rusman (2012:216),
perkembangan skor individu dihitung
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Perhitungan Perkembangan Skor
Individu
No. Nilai Tes Skor
Perkembangan
1. Lebih dari 10 poin di 0 poin
bawah skor dasar
2. 10 sampai 1 poin di 10 poin
bawah skor dasar
3. Skor 0 sampai 10 poin di 20 poin
atas skor dasar
4. Lebih dari 10 poin di 30 poin
atas skor dasar
5. Pekerjaan sempurna 30 poin
(tanpa memperhatikan
skor dasar)
17

2) Menghitung Skor Kelompok


Menurut Rusman (2012:216), Skor kelompok
dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan
cara menjumlahkan semua skor perkembangan
individu anggota kelompok dan membagi
sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai
dengan rata-rata skor perkemabangan kelompok
sebagaimana dalam Tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor


Kelompok
No. Rata-rata Skor Kualifikasi
1. 0≤N≤5 -
2. 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang Baik (Good
Team)
3. 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang Baik Sekali
(Great Team)
4. 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang Istimewa
(Super Team)

3) Pemberian Hadiah dan Pengakuan Skor


Kelompok
Setelah masing-masing kelompok
memperoleh predikat, guru memberikan hadiah
atau penghargaan kepada masing-masing
kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria
tertentu ditetapkan oleh guru), Rusman (2012:216-
217).
Berdasarkan pendapat di atas, apabila
langkah-langkah tersebut dapat dijalankan dengan
baik dalam proses pembelajaran, maka akan
menciptakan suasana belajar yang aktif dan
menyenangkan. Setiap siswa akan saling
18

mendorong anggota kelompoknya supaya dapat


menguasai materi yang diberikan sehingga dapat
mencapai hasil yang optimal.

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran


STAD
Menurut Hamdayana dalam Hasanudin (2016:26),
terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dari model
pemebelajaran kooperatif. Kelebihan dari model STAD
adalah sebagai berikut:
a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan
dengan menjunjung tinggi norma-norma
kelompok.
b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat
untuk berhasil bersama.
c. Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk
lebih meningkatkan keberhasilan kelompoknya.
d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan
kemampuan mereka dalam berpendapat.
e. Meningkatkan kecakapan individu dan kelompok.
f. Tidak memiliki rasa dendam.
Sedangkan kelemahan yang terdapat pada model
pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:
a. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi
kurang.
b. Siswa berprestasi tinggi akan mengalami
kekecewaan karena peran anggota yang pandai
lebih dominan.
c. Membutuhkan waktu yang lama pada guru
sehingga pada umumnya tidak menggunakan
model pembelajaran kooperatif.
19

d. Membutuhkan kemampuan khusus guru


sehingga tidak semua guru dapat melaksanakan
pembelajaran kooperatif.
e. Menuntut sifat tertentu dari siswa.

B. Media Pembelajaran Focusky


1. Pengertian Media Pembelajaran
Hanafi, dkk dalam Hasanudin (2016:28)
menyatakan media pembelajaran merupakan segala
bentuk perangsang dan alat yang disediakan oleh guru
untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat,
mudah, benar, dan tidak terjadinya verbalisme.
Selanjutnya Sumiati, dkk dalam Hasanudin (2016:28)
mengemukakan media pembelajaran diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga
dapat mendorong proses belajar. Salah satu fungsi
utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh
guru, Arsyad (2013:19).
Hamalik dalam Arsyad (2013:19), berpendapat
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan
menumbuhkan minat baru dalam memotivasi dan
merangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pembelajaran akan sangat membantu keefektifan
proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran pada saat itu.
20

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat


disimpulkan bahwa media pembelajaran berfungsi
sebagai perantara atau alat bantu yang dapat
digunakan dalam penyampaian informasi atau materi
sehingga suasana pembelajaran dapat lebih aktif,
menarik, dan menyenangkan bagi siswa.
Hal tersebut mendorong para pakar IT atau guru
berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi-inovasi
terbaru dalam strategi pembelajaran dan teknologi,
sehingga munculah berbagai aplikasi yang dapat
membantu menyajikan presentasi berbasis animasi-
animasi yang menarik salah satunya adalah aplikasi
bernama Focusky. Focusky merupakan aplikasi yang
hampir serupa dengan Microsoft Power Point hanya saja
dalam pengolahan animasinya terdapat beberapa
perbedaan. Animasi yang disajikan pada aplikasi
Focusky lebih menonjolkan gambar, tulisan, dan lain-
lain dengan efek zooming dan animasi yang membuat
tampilan lebih menarik.

2. Pengertian Media Pembelajaran Focusky


Focusky merupakan suatu trobosan multimedia
presentasi interaktif yang dapat membantu dan
memudahkan guru dalam penyampaian materi yang
diajarkan. Dikutip dari PCWorld (2014) dalam website
focusky.com menyatakan “Focusky.com is one of the new
generation of presentation apps that overturns almost every
idea you have about presentations. Focusky uses Adobe's
Flash and HTML5 technology to create animated
presentations with a few clicks and drags. Instead of creating
a series of separate slides, Make awesome ...". Selain itu
menurut Cnet (2014) dalam website focusky.com
menyatakan "Focusky tries to change this by turning your
presentation into a wide-open canvas on which you can draw
21

your ideas spatially, and then present them by zooming and


panning all over the canvas. Importanly, the output
presentation feels cinematic and engaging in a way
traditional presentations rarely are..."
“Focusky is effective communication and presentation
software that help you express your mind and be
amazed with results. Unlike slides, Focusky uses an
open canvas to make you freely present your ideas. You
can easily get started with creating new project, adding
diverse elements and adding wonderful animation effect
and publishing online or offline.”
“Focusky adalah perangkat lunak komunikasi dan
presentasi yang efektif yang dapat membantu
mengekspresikan pikiran dengan hasil yang
mengagumkan. Tidak seperti slide, Focusky
menggunakan kanvas terbuka untuk membuat
pengguna bebas mempresentasikan ide pengguna.
Pengguna dapat dengan mudah memulai dengan
membuat proyek baru, menambahkan beragam elemen
dan menambahkan efek animasi yang indah dan
publikasi online atau offline”. (Help Document of Focusky,
2016:3).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa software focusky merupakan sebuah
aplikasi presentasi dengan unsur zooming yang
menyediakan beragam elemen dan efek animasi yang
indah. Media ini memudahkan setiap penggunanya
untuk membuat sebuah presentasi yang menarik dan
mengagumkan.

3. Kelebihan dan Kekurangan Media Pembelajaran


Focusky
Secara umum keistimewaan dari software focusky
yang dikutip dari www.focusky.com adalah sebagai
berikut :
22

a. Professional result in just 5 minutes (mendapatkan


hasil yang profesional dengan waktu 5 menit).
b. Infinite canvas & unlimited zoom and pan effect
(menyediakan kanvas dan efek zoom dan pan yang
tak terbatas).
c. Smooth animation and transition effects
(menghasilkan animasi dan efek-efek transisi yang
halus).
d. Give record and caption to present better (dapat
menambahkan rekaman suara dan caption untuk
menghasilkan tampilan yang lebih baik).
e. Easy to use interaction designer (memudahkan
interaksi pengguna).
f. Variety of formats (e.g:MP4, Exe) can be exported
(dapat mengekspor berbagai jenis format seperti
MP4, Exe).
g. Tons of built in templates and character library
(tersedia ratusan template dan karakter).

Namun setiap media pasti ada kekurangannya.


Adapun kekurangan dari aplikasi ini salah satunya
adalah setiap pengguna yang ingin membuka
presentasi tersebut harus mempunyai programnya
terlebih dahulu, hal ini dapat menyulitkan siswa
apabila ingin membuka sendiri atau belajar sendiri
materi yang berbasis focusky namun tidak memiliki
program tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan cara
mempublish terlebih dahulu presentasi berbasis focusky
yang telah dibuat, namun untuk bisa mempublish
presentasi tersebut, pembuat presentasi harus
menggunakan versi bayar.
23

4. Tampilan Media Focusky


Menurut Document Help of Focusky (2016:11),
tampilan area kerja Software Focusky dapat dibagi
menjadi enam bagian utama, yaitu: (1) menu toolbar, (2)
convenient buttons, (3) add frame, (4) action bar, (5) element
toolbar, dan (6) edit path. Masing-masing bagian utama
ini memiliki fungsi yang dapat mempermudah
pengguna dalam membuat atau mengoprasikan
software Focusky. Pengguna dapat dengan bebas
membuat materi yang diinginkan dan menambahkan
berbagai format seperti SWF, MP4, 3D image, dan lain-
lain dengan efek zooming yang tak terbatas. Tampilan
area kerja Focusky dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Area Kerja Focusky


Sumber: Document Help of Focusky
Pembuatan media pembelajaran dengan
menggunakan software Focusky dapat menjadi salah
satu upaya yang digunakan oleh guru untuk
24

mempermudah dalam penyampaian materi dan


menarik perhatian siswa, mengingat mata pelajaran
konstruksi bangunan gedung memiliki banyak teori
yang harus dikuasai oleh siswa. Sehingga dengan
adanya bantuan media Focusky, diharapkan dapat
menarik perhatian siswa, meningkatkan minat dan
motivasi siswa untuk memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru. Adapun kerangka media
Focusky yang dibuat pada mata pelajaran Konstruksi
Bangunan Gedung materi Pondasi Telapak adalah
sebagai berikut:
a. Halaman Sampul
Halaman sampul berisi judul dari media
pembelajaran yang dibuat.
b. Halaman Menu Utama
Pada halaman menu utama terdapat sub-sub
menu yang dapat diakses pengguna. Sub menu
tersebut antara lain: (a) Petunjuk, (b) KD &
Indikator, (c) Materi Pembelajaran, (d) Latihan
Soal, (e) Daftar Pustaka, (f) Profil, dan (g) Galeri.
c. Halaman Menu Petunjuk
Pada halaman menu petunjuk berisi petunjuk
dari masing-masing icon (tombol) yang digunakan
dalam pengoprasian media Focusky.
d. Halaman Menu KD & Indikator
Pada halaman menu KD & Indikator berisi
uraian Kompetensi Dasar & Indikator yang akan
dicapai pada materi pelajaran ini.
e. Halaman Materi Pembelajaran
Pada halaman menu materi pembelajaran
berisi tentang menu materi yang disajikan dalam
media Focusky. Menu materi dibagi menjadi materi
25

1 dan materi 2. Tiap-tiap menu materi terdapat


uraian sub materi yang akan dipelajari.
f. Halaman Menu Latihan Soal
Pada halaman menu latihan soal berisi
latihan soal pilihan ganda yang dapat diakses
sebagai pemantapan dari materi yang telah
dijelaskan.
g. Halaman Menu Daftar Pustaka
Pada halaman menu daftar pustaka berisi
daftar rujukan materi-materi yang digunakan
dalam perancangan media Focusky materi pondasi
telapak.
h. Halaman Menu Profil
Pada halaman menu profil berisi profil
mahasiswa sebagai penyusun serta dosen
pembimbing.
i. Halaman Menu Galeri
Pada halaman menu galeri berisi tentang foto-foto
yang berkaitan tentang materi pondasi telapak.

C. Kegiatan Mengajar Guru


Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks.
Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru
kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang
harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang
lebih baik oleh seluruh siswa. Menurut Alvin W. Howard
dalam Slameto (2013:32), mengajar adalah suatu aktivitas
untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk
mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill,
attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan), dan
knowledge. Dalam pengertian ini guru akan berusaha
membawa perubahan tingkah laku yang baik atau
26

berkecenderungan langsung untuk mengubah tingkah laku


siswanya.
Ali (2014:12) menyebutkan bahwa mengajar adalah
segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar
sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Selain itu
William H. Burton dalam Ali (2014:13) mengemukakan
bahwa mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang
(stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada
siswa agar terjadi proses belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang
dilakukan guna mengajak siswa untuk melaksanakan proses
belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditargetkan
sehingga terjadi perubahan sikap, kemampuan, maupun
pengetahuan pada diri siswa.

D. Kegiatan Belajar Siswa


Menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh
aspek tingkah laku.
Slameto (2013:2-4) mengemukakan belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku
yang dimaksud dalam pengertian belajar yaitu : (1)
Perubahan yang terjadi secara sadar, (2) Perubahan dalam
belajar bersifat kontinu dan fungsional, (3) Perubahan dalam
27

belajar bersifat positif dan aktif, (4) Perubahan dalam belajar


bukan bersifat sementara, (5) Perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah, dan (6) Perubahan mencakup
seluruh aspek tingkah laku.
Sedangkan E.R Hilgard dalam Hasanudin (2016:13)
menyebutkan bahwa belajar adalah suatu perubahan
kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan
yang dimaksud meliputi pengetahuan, kecakapan, tingkah
laku, dan hal ini diperoleh melalui latihan (pengalaman).
Rusman dalam Sedayu (2016:10) menjelaskan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil
dari pengalamannya dalam berinteraksi yang terjadi dalam
diri seseorang dengan lingkungan. Belajar bukan hanya
sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental yang
berkelanjutan untuk mengembangkan potensi diri
seseorang.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungan yang dapat mengembangkan
pengetahuan, kecakapan, maupun tingkah laku.

E. Hasil belajar
Rusman dalam Sedayu (2016:14) mengemukakan
bahwa hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang
diperoleh siswa yang mencangkup ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Jadi belajar tidak sebatas hanya
pengetahuan konsep teori mata pelajaran saja, tetapi juga
penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat,
penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita,
keinginan, dan harapan. Sedangkan Susanto dalam
Hasanudin (2016:14) mendefinisikan tentang hasil belajar,
28

yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,


baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Benyamin S. Bloom dalam Hasanudin, (2016:14-15)
membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu: (a) Ranah
Kognitif (cognitive domain), yaitu ranah yang mencakup
kekuatan mental (otak) dan hasil belajar intelektual. Ranah
ini terdiri dari empat aspek, yaitu aspek
pengetahuan/ingatan (knowledge), aspek pemahaman
(comprehension), aspek aplikasi (application), aspek analisis
(analysis), aspek sintesis (synthesis), aspek evaluasi
(evaluation), (b) Ranah Afektif ( Affective Domain) berkaitan
dengan sikap, perasaan, emosi, dan respon siswa dalam
proses pembelajaran. Ranah ini terdiri dari lima aspek yaitu,
menerima (receiving), merespon (responding), menilai
(valung), pengaturan (organization), internalisasi nilai
(internalizing value), dan (c) Ranah Psikomotorik
(Pyschomotor Domain), berkaitan dengan penggunaan
keterampilan (skill) motor dasar, koordinasi dan pergerakan
fisik. Keterampilan (skill) terdiri dari enam tingkatan, yaitu
gerak reflek (keterampilan pada gerak yang tidak sadar),
keterampilan pada gerak-gerak dasar, kemampuan
perseptual, kemampuan di bidang fisik, gerakan-gerakan
skill, dan kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi
non-decursive.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan
siswa yang timbul akibat dari proses belajar yang dapat
meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
29

F. Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan Gedung


1. Pengertian Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan
Gedung
Konstruksi Bangunan Gedung merupakan salah
satu dari empat mata pelajaran kompetensi keahlian
(C3) yang diajarkan pada siswa kelas XI KGSP SMK
Negeri 5 Surabaya. Mata pelajaran ini berisi teori dan
praktik tentang ilmu struktur bangunan. Ilmu struktur
bangunan merupakan teori dan pengetahuan yang
tinjauannya sampai pada tingkat analisis dan
perencanaan. Untuk tingkat sekolah menengah
kejuruan, maka struktur yang dimaksud lebih dibatasi
dan ditekankan pada pengetahuan-pengetahuan
praktis bentuk dan karakter struktur bangunan
terutama elemen-elemen pembentuk struktur, sistem
struktur dan rangkaiannya, tinjauan struktur
berdasarkan bahannya, serta aplikasi teknik struktur
pada bangunan gedung dan jembatan.

2. Kompetensi Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan


Gedung
a. Kompetensi Inti (KI)
KI–3: Memahami, menerapkan, menganalisis, dan
mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasioanal lanjut, dan
metakognitif secara multidisiplin sesuai
dengan bidang dan lingkup kerja
Konstruksi Gedung, Sanitasi dan Perawatan
pada tingkat teknis, spesifik, detail, dan
kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dalam konteks pengembangan
potensi diri sebagai bagian dari keluarga,
30

sekolah, dunia kerja, warga masyarakat


nasioanal, regional, dan internasional.
KI-4 : Melaksanakan tugas spesifik dengan
menggunakan alat, informasi, dan prosedur
kerja yang lazim dilakukan serta
memecahkan masalah sesuai dengan bidang
kerja Konstruksi Gedung, Sanitasi dan
Perawatan. Menampilkan kinerja mandiri
dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara efektif,
kreatif, produktifitas, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah abstrak yang terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah, serta mampu melaksanakan tugas
spesifik secara mandiri. Menunjukkan
keterampilan mempersepsi, kesiapan,
meniru, membiasakan, gerak mahir,
menjadikan gerak alami, sampai dengan
tindakan orisinal dalam ranah konkret
terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik secara mandiri.
b. Kompetensi Dasar (KD)
KI-3 :
3.7 Memahami pengertian pondasi telapak untuk
konstruksi bangunan gedung sederhana.
3.8 Menganalisis pondasi telapak untuk
konstruksi bangunan sederhana.
31

KI-4:
4.7 Menyajikan pengertian pondasi telapak
untuk konstruksi bangunan gedung dengan
tepat di lapangan.
4.8 Menggambar pondasi telapak untuk
konstruksi bangunan sederhana.
c. Indikator
KI-3 :
3.7.1 Mendeskripsikan pengertian pondasi telapak
untuk konstruksi bangunan gedung
sederhana.
3.7.2 Mengidentifikasi macam-macam pondasi
telapak untuk konstruksi bangunan gedung
sederhana.
3.7.3Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan
penggunaan pondasi telapak untuk
konstruksi bangunan gedung sederhana.
3.8.1 Mendeskripsikan susunan pondasi telapak
untuk konstruksi bangunan gedung
sederhana.
3.8.2 Mendeskripsikan metode kerja pondasi
telapak untuk konstruksi bangunan gedung
sederhana.
KI-4:
4.7.1 Mempresentasikan pengertian pondasi
telapak untuk konstruksi bangunan gedung
sederhana.
4.7.2 Mempresentasikan macam-macam pondasi
telapak untuk konstruksi bangunan gedung
sederhana.
4.7.3 Mempresentasikan kelebihan dan
Kekurangan pondasi telapak untuk
32

konstruksi bangunan gedung sederhana.


4.8.1 Menggambar penampang pondasi telapak
untuk konstruksi bangunan gedung
sederhana.
d. Alokasi Waktu Pelaksanaan
2 x 6 JP @ 45 menit
e. Materi
Adapun materi-materi yang akan diajarkan
meliputi :
1) Pengenalan Pondasi
Secara garis besar, struktur bangunan
dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu
struktur bangunan di dalam tanah dan
struktur bangunan di atas tanah. Struktur
bangunan di dalam tanah sering disebut
dengan struktur bawah, sedangkan struktur
bangunan di atas tanah sering disebut
dengan struktur atas. Struktur bawah dari
suatu bangunan lazim disebut dengan
pondasi, yang bertugas untuk memikul
bangunan di atasnya. Seluruh muatan
(beban) dari bangunan, termasuk beban-
beban yang bekerja pada bangunan dan berat
pondasi sendiri, harus dipindahkan atau
diteruskan oleh pondasi ke tanah dasar
dengan sebaik-baiknya.
Karena pondasi harus memikul
bangunan beserta beban-beban yang bekerja
pada bangunan, maka dalam perencanaan
pondasi harus diperhitungkan dengan cermat
terhadap dua macam beban, yaitu beban
gravitasi dan beban lateral. Beban gravitasi
33

merupakan beban vertikal dengan arah dari


atas ke bawah, dan berasal dari dalam
struktur bangunan, baik berupa beban mati
(berat sendiri bangunan) maupun beban
hidup (orang dan peralatan di dalam
bangunan). Sedangkan beban lateral
merupakan beban horizontal dengan arah
dari kiri ke kanan atau kanan ke kiri dan
berasal dari luar struktur bangunan, baik
berupa beban yang yang diakibatkan oleh
angin maupun beban yang diakibatkan oleh
gempa.
Dari uraian di atas, dapatlah dipahami
bahwa pondasi merupakan bagian yang
paling penting dari struktur bangunan,
karena jika terjadi kegagalan/ kerusakan dari
pondasi, maka dapat berakibat pada
kerusakan bangunan di atasnya, atau bahkan
robohnya struktur bangunan secara
keseluruhan. Pondasi juga dapat diartikan
sebagai bagian dari konstruksi bangunan
yang menyalurkan beban struktur dengan
aman ke dalam tanah menurut, menurut
Ariestadi (2008:239). Terdapat berbagai
bentuk dan bahan pondasi yang saat ini
diterapkan untuk mendukung bangunan.
Bahan pondasi umumnya dibuat dari bahan
yang tahan terhadap umur dan pengaruh
tanah dimana pondasi tersebut dipasang.
2) Pengertian Pondasi Telapak (Footing
Foundation)
34

Menurut Ferdiana (2014:22), pondasi


telapak adalah pondasi yang berdiri sendiri
dalam mendukung kolom. Pondasi footplat
dipergunakan pada kondisi tanah dengan
sigma antara 1,5-2,00 kg/cm2. Pondasi footplat
ini pada umumnya dipakai untuk bangunan
gedung 2-4 lantai, dengan kondisi tanah yang
baik dan stabil. Kedalaman pondasi telapak
harus mencapai lapisan tanah keras sekitar
kedalamaan > 1,5 m dari permukaan tanah
setempat.
Pondasi ini terbuat dari beton bertulang,
berupa pelat beton dengan tulangan kolom
sampai ke dasar pelat. Dimana sifat beton
dapat mendukung tegangan tekan dan
sedikit mendukung tegangan tarik. Oleh
karena itu, agar dapat mendukung tegangan
tarik, konstruksi beton membutuhkan
tambahan besi tulangan yang dipasang sesuai
daerah tarik yang memerlukan. Pondasi
telapak dapat digunakan apabila pondasi
menerus akan sangat mahal dan tidak efisien.
Semua beban yang diterima kolom-kolom
pendukung akan dilimpahkan pada pondasi
telapak untuk kemudian disalurkan ke tanah.
Untuk menentukan dimensi dari pondasi ini
digunakan perhitungan konstruksi beton
bertulang.
3) Macam-macam Pondasi Telapak
Secara garis besar, pondasi telapak
dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu
sebagai berikut:
35

a) Pondasi Dinding
Pondasi dinding ini sering disebut dengan
pondasi lajur. Pondasi telapak dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
b) Pondasi Telapak Tunggal
Pondasi telapak tunggal sering disebut
dengan pondasi kolom tunggal, artinya
setiap kolom mempunyai pondasi sendiri-
sendiri. Pondasi telapak tunggal dapat
berbentuk bujur sangkar, lingkaran,
maupun persegi panjang. Pondasi telapak
tunggal dapat dilihat pada Gambar 2.3 (a)
dan Gambar 2.3 (b).
c) Pondasi Gabungan
Jika letak kolom relatif dekat, pondasi
digabung menjadi satu. Bentuk pondasi
dapat berupa persegi panjang atau
trapesium. Pondasi gabungan dapat dilihat
pada Gambar 2.4 (a) dan Gambar 2.4 (b).
d) Pondasi Telapak Menerus
Jika letak kolom berdekatan dan daya
dukung tanah relatif kecil, lebih baik
dibuat pondasi telapak menerus. Agar
kedudukan kolom lebih kuat dan kokoh,
maka antara kolom satu dengan lainnya
dijepit oleh balok sloof. Pondasi telapak
menerus dapat dilihat pada Gambar 2.5.
e) Pondasi Mat
Pondasi mat sering disebut pondasi pelat,
dipasang di bawah seluruh bangunan,
karena daya dukung tanahnya sangat kecil.
Gambar pondasi mat dapat dilihat pada
Gambar 2.6.
36

Gambar 2.2 Pondasi Dinding

Gambar 2.3 Pondasi Telapak


Tunggal Gambar 2.4 Pondasi Gabungan

Gambar 2.6 Pondasi Mat

Gambar 2.5 Pondasi Telapak


Menerus
37

4) Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan


Pondasi Telapak
a) Kelebihan
i. Biaya pembuatan konstruksi cukup
murah dibandingkan jenis pondasi
lainnya.
ii. Kebutuhan galian tanahnya tidak
terlalu dalam.
iii. Dapat digunakan untuk menahan
bangunan yang mempunyai satu
sampai 4 lantai.
iv. Daya dukung yang dimilikinya
baik.
v. Sistem pengerjaannya relatif
mudah, apabila proses pengecoran
dilakukan di tempat (di lubang
galian pondasi tersebut).
b) Kekurangan
i. Apabila pembuatan struktur
pondasi telapak di buat di luar
lubang galian pondasi, maka
diperlukan waktu pengerjaan yang
lebih lama, karena pondasi
setempat dibuat/ dicetak dengan
menggunakan cetakan/bekisting
terlebih dahulu.
ii. Diperlukan waktu untuk
menunggu beton kering sesuai
dengan umur beton, agar dapat
dipindahkan ke posisi lubang
pondasi telapak (yang telah digali
sebelumnya).
38

iii. Diperlukan pemahaman terhadap


ilmu struktur, dari segi pembesian
dan desain penulangannya.
iv. Waktu pengerjaan pondasi harus
lebih dini, karena memerlukan
waktu pengeringan selama 28 hari
agar dapat digunakan.

G. Penelitian yang Relevan


Tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk mengkaji
hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, antara lain :
1. Sedayu (2016:115), penelitian yang berjudul “
Peningkatan Hasil Belajar Mekanika Teknik
Menggunakan Model Pembelajaran STAD Pada Siswa
Paket Keahlian Gambar Bangunan SMK Negeri 1
Magelang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa, terbukti dengan
peningkatan jumlah siswa yang memperoleh skor
minimal berkategori baik, yaitu 20 siswa (64,52%) pada
siklus I menjadi 24 siswa (77,42%) pada siklus II,
kemudian menjadi 26 siswa (83,87%) pada siklus III.
Selain itu terjadi peningkatan hasil belajar siswa
terbukti dengan adanya peningkatan jumlah siswa
yang memperoleh nilai minimal KKM, yaitu dari 8
siswa (25,80%) pada pra siklus menjadi 14 siswa
(45,16%) pada siklus I, kemudian menjadi 25 siswa
(80,64%) pada siklus II dan menjadi 29 siswa (93,55%)
pada siklus III.
39

2. Hasanudin (2016:95), penelitian yang berjudul “


Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Team Achievement Division (STAD) dengan
Media Grafis Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SDN
Sidodadi Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat peningkatan aktivitas belajar
siswa dalam proses pembelajaran IPS dengan
menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata
aktivitas belajar siswa siklus I memperoleh nilai sebesar
72,92 dengan presentase sebesar 61,54% dengan
kategori “Aktif”. Kemudian pada siklus II nilai rata-
rata aktivitas belajar siswa mengalami kenaikan sebesar
79,54 dengan presentase 84,62% dengan kategori
“Sangat Aktif”. Selain itu terdapat peningkatan hasil
belajar siswa, hal ini dibuktikan siklus I nilai rata-rata
siswa sebesar 68,72 dan siklus II nilai rata-rata kelas
sebesar 81,03 dengan peningkatan sebesar 12,31. Pada
siklus I terdapat 9 siswa yang tuntas atau 69,23%
dengan kategori “Tinggi”. Pada siklus II terdapat 11
siswa yang tuntas atau 84,62% dengan kategori “Sangat
Tinggi”. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa
dari siklus I ke siklus II sebesar 15,38%.
3. Rumbewas (2016:222), penelitian yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk
Meningkatakan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran
Konstruksi Bangunan Pada Siswa Kelas X di SMK N 1
Sidoarjo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tes
awal sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe STAD yaitu memiliki rata-rata 28% yang belum
40

tuntas sedangkan sesudah menggunakan pembelajaran


kooperatif tipe STAD pada siklus I belum tercapai
karena memiliki rata-rata 45% tuntas, dan pada siklus II
mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata 76%
tuntas.
Dengan mempelajari beberapa penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, peneliti mencoba
menerapkan model pemebelajaran kooperatif tipe
STAD menggunakan media pembelajaran berbasis
presentasi interaktif focusky yang diharapkan dapat
meningkatkan minat siswa dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar, sehingga hasil belajar dapat
meningkat.

H. Kerangka Berfikir
Dalam pelaksanaan suatu proses belajar mengajar, dua
komponen utama yang sangat penting ialah model
pembelajaran yang dilakukan dan media pembelajaran yang
digunakan. Kedua aspek ini saling berkaitan, sehingga
pemilihan salah satu model pembelajaran tententu dapat
mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai untuk
digunakan. Meskipun beberapa aspek lain juga
mempengaruhi dalam pemilihan media, antara lain tujuan
pembelajaran, jenis tugas yang diberikan, dan keterampilan
yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran
berlangsung, serta konteks pembelajaran dalam hal ini
adalah karakteristik siswa.
Karena fungsi utama media pembelajaran adalah
sebagai alat bantu yang dapat digunakan oleh guru sebagai
perantara untuk menyampaikan materi. Pemilihan media
pembelajaran yang tepat diharapkan dapat membantu
terlaksananya pembelajaran yang lebih aktif dan
menyenangkan yang dapat meningkatkan minat siswa
41

dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Sehingga


hasil belajar siswa juga dapat maksimal.
Pada kenyataan pembelajaran di kelas, guru
mengungkapkan kesulitan dalam penyampaian materi.
Model pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran
Konstruksi Bangunan Gedung adalah model pembelajaran
langsung (MPL) yang berdampak pada ketidakefektifan
suasana pembelajaran di kelas dikarenakan siswa cenderung
pasif pada saat pembelajaran di kelas dan berdampak pada
rendahnya hasil belajar siswa. Untuk itu diperlukan suatu
upaya perbaikan proses belajar yang dapat mengefektifkan
proses belajar mengajar. Diharapkan semua materi dapat
tersampaikan dengan baik oleh guru dan pemahaman siswa
terkait materi yang diajarkan juga bisa maksimal. Sehingga
hasil belajar yang didapat siswa maksimal sesuai dengan
target yang direncanakan.
Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk
mewujudkan suatu pembelajaran yang efektif tersebut
adalah kombinasi antara model pembelajaran students teams
achievement division (STAD) menggunakan media interaktif
berbasis 3D presentation. Penggabungan kedua unsur ini
diharapkan dapat mengatasi hambatan yang terjadi dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah oleh
siswa dan guru. Media pembelajaran yang tepat ialah media
yang tepat sasaran, maksudnya media tersebut dapat
digunakan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
Selain itu, media juga harus dapat memfasilitasi tidak hanya
saat pembelajaran berlangsung, namun juga ketika proses
evaluasi berlangsung sehingga menjadi suatu media yang
berkesinambungan.
Berdasarkan permasalahan yang ada dan kajian teori
diatas, maka penerapan model pembelajaran Student Team
42

Achievement Division (STAD) dengan bantuan media Focusky


diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada, oleh
karena itu peneliti bermaksud untuk mengajukan tema ini
sebagai bahan untuk penelitian dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division
(STAD) Menggunakan Media Focusky pada Mata Pelajaran
Konstruksi Bangunan Gedung di SMK Negeri 5 Surabaya.

I. Hipotesis
Berdasarkan uraian rumusan masalah yang telah
diuraikan di atas, dapat dibuat hipotesis (jawaban
sementara) yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan pelaksanaan kegiatan mengajar


guru dengan diterapkannya model pembelajaran
Student Teams Achievement Division (STAD)
Menggunakan Media Focusky pada Mata Pelajaran
Konstruksi Bangunan Gedung di SMK Negeri 5
Surabaya.
2. Terdapat peningkatan kegiatan belajar siswa dengan
diterapkannya model pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) menggunakan media
Focusky pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan
Gedung di SMK Negeri 5 Surabaya.
3. Terdapat peningkatan hasil belajar dengan
diterapkannya model pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) menggunakan media
Focusky pada Mata Pelajaran Konstruksi Bangunan
Gedung di SMK Negeri 5 Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai