Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosa kesulitan belajar sebagai
segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat
kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan
kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik
secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan)
berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin.
Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa. Perlunya diadakan
diagnosa belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya
mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal,
kedua; adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar
belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di
sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai
dengan kemampuannya. Dan, keempat, untuk menghadapi permasalahan
yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta BK lebih intensif dalam
menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan
mengasah keterampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa.
Berkait dengan kegiatan diagnosa, secara garis besar dapat
diklasifikasikan ragam diagnosa ada dua macam, yaitu diagnosa untuk
mengerti masalah dan diagnosa yang mengklasifikasi masalah. Diagnosa
untuk mengerti masalah merupakan usaha untuk dapat lebih banyak mengerti
masalah secara menyeluruh. Sedangkan diagnosa yang mengklasifikasi
masalah merupakan pengelompokan masalah sesuai ragam dan sifatnya. Ada
masalah yang digolongkan ke dalam masalah yang bersifat vokasional,
pendidikan, keuangan, kesehatan, keluarga dan kepribadian. Kesulitan belajar
merupakan problem yang nyaris dialami oleh semua siswa. Kesulitan belajar
2

dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis.
Menurut Thorndike dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat
diartikan sebagai :
1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,
disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi
yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms).
2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas
gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam
konsep diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya.
Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar
mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu
kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu
upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya.
Dan dalam kaitannya dengan Bimbingan dan Konseling, Bruce
Shertzer dan Shelley C. Stone ( 1980 : 310 ) dan Hansel ea.al (1977 : 371 )
mengemukakan bahwa Diagnosis merupakan upaya untuk mengenal dan
memahami klien sehingga upaya upaya yang dilakukan selanjutnya dalam
pelaksanaan konseling dapat lebih terarah.
Syahril (1991 : 45 ) mengemukakan bahwa Diagnosis kesulitan
belajar itu merupakan usaha untuk meneliti kasus, menemukan gejala,
penyebab dan menemukan serta menetapkan kemungkinan bantuan yang
akan diberikan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar"
Menurut Burton, seorang siswa dapat juga diduga mengalami
kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukan kegagalan tertentu
dalam mencapai tujuan belajarnya. Kegagalan belajar ini, seperti siswa dalam
3

batas tertentu tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat
penguasaan minimal dalam pengajaran tertentu, siswa tidak dapat mencapai
prestasi yang semestinya sesuai dengan potensinya, siswa gagal kalau tidak
dapat mewujudkan tugas tugas perkembangannya, dan lain lain.
Bila kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada
belajar, maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis
kesulitan belajar gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam
belajar diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan
diupayakan jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut.

B. Tujuan
1. Tujuan Bagi Siswa
- siswa memahami dan mengetahui kekeliruannya
- siswa memperbaiki kesalahannya
- siswa dapat memilih cara atau metode untuk memperbaiki kesalahannya
- siswa dapat menguasai pelajaran dengan baik
- siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya

2. Tujuan Bagi Guru
- guru mengetahui kelemahan dalam proses belajar mengajar.
- guru dapat memperbaiki kelemahannya yang ada pada dirinya.

3. Bagi Penulis
- Menambah wawasan dalam menyelesaikan mata kuliah yang sangat
penting dalam program study BK
- Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar agar dapat
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan dapat meningkatkan
prestasinya, sehingga tidak tertinggal dari kelompoknya.



4

C. Waktu, Tempat, dan Pelaksaan Kegiatan
1. Waktu
Praktek Diagnosa Kesulitan Belajar ini direncanakan selama 15 hari,
yakni mulai hari Senin, 12 Mei sampai Sabtu, 31 Mei 2014.

2. Tempat
SMK ABDI NEGARA, yang beralamat di Jl.Williem Iskander No.42,
Kec.Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan.
Alasan Penulis memilih SMK ABDI NEGARA 2 Padangsidimpuan
karena Tempat tersebut sangat terjangkau oleh Penulis.

3. Pelaksanaan Kegiatan
3.1 Senin, 12 Mei 2014
Laporan, sekalian pengantaran surat izin untuk melakukan Praktek
Diagnosa Kesulitan Belajar di SMK ABDI NEGARA 2 Padangsidimpuan,
yakni Ibu Hj. Inayah Sari Hutasuhut S.Pd.PKS I. P selaku Wakil Kepala
Sekolah Bidang Kesiswaan, yang dilanjutkan kepada Ibu Ibu Emnera Parleni
Siregar selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat dengan
kata lain yaitu mengurusi surat-menyurat di SMK ABDI NEGARA 2
Padangsidimpuan.
Dan hari itu juga surat pengantar atau surat izin kami di acc kan oleh
Ibu Emnera Parleni Siregar selaku wakil kepala sekolah yang membidangi
hubungan masyarakat. Selanjutnya Laporan dan wawancara dengan Guru
BK, dan Alhamdulillah diberi izin untuk melakukan Praktek Diagnosa
Kesulitan Belajar.

3.2 Selasa, 13 Mei 2014
Penulis, melakukan wawancara dengan wali kelas XI M OTO 3 yaitu
Ibu Ernawati,S.Pd. Penulis menjelaskan Tujuan untuk melakukan Praktek
Kesulitan Belajar di SMK ABDI NEGARA 2, Khususnya di Kelas XI M
5

OTO 3. Sehingga Penulis memperoleh izin untuk melakukan praktek
diagnosa kesulitan belajar di kelas XI M OTO 3.

3.3 Rabu, 14 Mei 2014
Penulis dan teman kelompok melakukan Bimbingan secara klasikal di
kelas XI M OTO 3, memberikan penjelasan mengenai apa itu BK, dan
Diagnosa Kesulitan Belajar. Siswa yang ada di kelas XI M OTO 3
memberikan respon yang begitu baik sehingga mempermudah penulis untuk
memberikan materi.

3.4 Jumat, 16 Mei 2014
Penulis, melakukan pengumpulan data siswa berupa biodata yang
memberikan keterangan tentang diri siswa-siswi, yang ada di kelas XI M
OTO 3.

3.5 Sabtu, 17 Mei 2014
Penulis, bertemu kembali dengan wali kelas XI M OTO 3 dengan
keperluan pengumpulan nilai yang di peroleh siswa-siswi selama satu
semester yaitu semester ganjil.

3.6 Senin, 19 Mei 2014
Penulis, mengumpukan daftar hadir siwa selama satu semester yang
lalu dan ditambahkan dengan daftar hadir bulan Mei.

3.7 Selasa, 20 Mei 2014
Dari biodata, hasil belajar, dan daftar hadir siswa Penulis, dapat
menentukan siapa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Selanjutnya
penulis bertemu dengan siswa yang menjadi klien penulis dalam praktek
diagnosa kesulitan belajar, sehingga tercapai kesepakatan untuk melakukan
proses konseling.

6

3.8 Rabu, 21 Mei 2014
Penulis, melakukan pemantauan bagaimana cara belajar siswa/klien di
kelas tanpa sepengetahuan siswa.

3.9 Kamis, 22 Mei 2014
Penulis, bertemu dengan siswa untuk melakukan proses konseling
yang telah disepakati sebelumnya. Dalam proses konseling yang dilakukan
penulis melakukan pendekatan terlebih dahulu, sehingga siswa memberikan
respon yang cukup baik walaupun sedikit malu-malu, enggan untuk berbicara
dan sebagainya tetapi siswa masih bisa menjawab pertanyaan dari penulis,
sehingga penulis dapat memberikan berbagai motivasi untuk memperbaiki
diri siswa kearah yang lebik baik lagi.

3.10 Jumat, 23 Mei 2014
Penulis, memberikan pembelajaran kepada siswa, khususnya pada
mata pelajaran KIMIA yang menjadi mata pelajaran yang begitu sulit untuk
dipahami siswa sehingga hasil belajar yang ia, peroleh tergolong rendah.

3.11 Sabtu, 24 Mei 2014
Penulis bersama teman kelompok, menemui pihak ataupun guru yang
terkait dengan praktek diagnosa kesulitan belajar yaitu dimulai dari kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, guru kelas, dan guru mata pelajran, dan yang
dilanjutkan pertemuan dengan siswa untuk berfhoto guna kepentingan
dokumentasi sebagai salah satu bukti telah melakukan praktek diagnosa
kesulitan belajar.

3.11 Senin, 26 Mei 2014
Penulis, melakukan kegiatan pendalaman materi kepada siswa,
bahannya tersebut diperoleh dari guru mata pelajaran KIMIA.


7

3.12 Rabu, 28 Mei 2014
Penulis, menjumpai guru mata pelajaran guna kepentingan meminta
materi untuk bahan pendalaman materi untuk siswa, ternyata proses
pembelajaran yang diperoleh siswa cukup memuaskan. Guru mata pelajaran
bangga dengan hasil pendalaman materi yang diberikan siswa, dan penulis
juga merasa bangga karena proses konseling dan pembelajaran yang telah
diberikan kepada siswa tidak sia-sia.

3.13 Jumat, 30 Januari 2014
Penulis, bertemu kembali dengan siswa dan melakukan proses
konseling tahap akhir. Penulis menyatakan perasaan bangga terhadap siswa
atas apa yang telah dicapainya. Siswa terharu dan sempat meneteskan air
mata dan berterimaksih kepada penulis. Penulis mengingatkan bahwa itu
semua karena kegigihannya. Penulis berpesan kepada siswa agar bisa
mempertahankan apa yang telah di raihnya tersebut, dan menyarankan agar
siswa mulai belajar dengan giat, selalu hadir dalam proses belajar-mengajar
kecuali ada halangan yang jelas, dan yang utamanya penulis menekankan
kepada siswa agar selalu menjalankan Shalat lima waktu sesuai ajaran Islam,
dan berdoa guna pencapaian hidup bahagia.

3.14 Jumat, 30 Mei 2014
Penulis bertemu dengan siswa untuk pemberian sekedar cenderamata
berupa alat-alat tulis yang dapat digunakan oleh siswa dalam proses belajar.

3.15 Sabtu, 31 Mei 2014
Penulis bersama teman kelompok melakukan laporan kepada Wakil
kepala sekolah dan Guru BK, Bahwa sanya telah selesai melakukan Praktek
Diagnosa Kesulitan Belajar. Selanjutnya Wakil kepala sekolah memberikan
surat keterangan kepada penulis yang menyatakan bahwa penulis telah
melakukan Praktek Diagnosa Kesulitan Belajar di SMK ABDI NEGARA 2
Padangsidimpuan.
8

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Data
1. Biodata Siswa
Nama
1. Nama lengkap : Dedi Saputra Siregar
2. Nama panggilan : Dedi
Agama : Islam
Alamat : Palopat Maria
Anak ke : 1
Hobi : Bermain sepak bola
Cita-cita : Angkatan
Nama Orang tua
1. Ayah : Riswan Siregar
2. Ibu : Warna Jelita
Pekerjaan Orang tua
1. Ayah : Wiraswasta
2. Ibu : Ibu Rumah Tangga
Motto hidup : ingin membahagiakan kedua orang
tua
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 50 kg
Penyakit yang pernah diderita : Sakit kepala
Teman yang di sukai : -
Teman yang di benci : -
Pelajaran yang tidak disukai : KIMIA

2. Daftar Kehadiran Siswa
Daftar Kehadiran merupakan pendukung untuk menunjang hasil
belajar siswa. Daftar Hadir ini akan di isi setiap hari aktif sekolah. Menurut
9

yang Penulis amati Kehadiran siswa yang menjadi klien penulis ini termasuk
siswa yang bermasalah yakni selama semester ganjil klien penulis
Absen/tanpa keterangan sebanyak 12 pertemuan dengan berbagai alasan, dan
di semester genap baru satu bulan berjalannya proses belajar mengajar suda
Absen 12 pertemuan. Penulis termotivasi untuk meningkatkan kehadiran
siswa.

3. Nilai Raport
Nilai Raport adalah hasil belajar yang di peroleh siswa selama
mengikuti proses belajar-mengajar. Penulis mengamati raport yang telah
dikumpulkan mulai dari jenjang SD sampai SMP, kebetulan yang menjadi
klien penulis baru duduk di kelas XI 3 maka nilai raport di SMP baru
mengikuti satu semester yaitu semester ganjil dan menuju semester genap.
Hasil pengamatan penulis, nilai raport Sekolah Dasar (SD) siswa ini dan nilai
raport Sekolah Menengah Pertama (SMP) belum belajar kimia jadi tidak
dicantumkan nilai kimia, pelajaran kimia hanya dipelajari di tingkat Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
Dijenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jumlah Nilai KIMIA
yang diperoleh siswa :
Tabel 1.1
No. Kelas Semester Jumlah Nilai
1 I I 75
II 69
2 II I 78

Nilai KIMIA Yang diperoleh siswa dijenjang SMK Semester Ganjil
yaitu 75. Menurut KKM yang telah ada nilai yang diperoleh siswa di batas
standar karena KKM KIMIA yaitu 60 . Berdasarkan KKM yang sudah ada
nilai yang diperoleh siswa hanya di batas standar.


10

4. Daftar Kasus
Dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis, daftar kasus
yang ada pada Guru BK, menunjukkan ketidak jelasan sebab Guru BK
menyatakan kepada penulis bahwa Dedi Saputra Siregar tidak terdaftar dalam
catatan kasus yang ada di pada Guru BK. Penulis merasa kurang puas atas
pernyataan dari Guru BK, sebab menurut daftar hadir siswa Dedi Saputra
Siregar sudah berkali-kali tidak hadir dalam proses belajar-mengajar dengan
tanpa keterangan. Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa sanya Guru BK
yang menangani siswa kelas XI 3 profesional karena menjalankan tanggung
jawab yang telah ditugaskan. Penulis bangga atas pelayanan Guru BK kelas
XI 3 tersebut. Penulis menemui salah seorang guru, dan penulis menanyakan
cara kerja Guru BK kelas XI 3 tersebut, Penulis terkejut ketika mendengar
jawaban guru yang ditemui penulis, yang menyatakan bahwa Guru BK kelas
XI 3 ini selalu di senangi oleh siswa. Letak keprofesionalan Guru BK tersebut
sudah cukup memuaskan.

B. Pengolahan Data
Menurut data yang telah dikumpulkan oleh penulis mulai dari Biodata
Siswa, Daftar Hadir Siswa, Nilai Raport, dan Daftar Kasus yang diperoleh
dari guru yang bersangkutan. Langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh
penulis adalah memberikan bantuan kepada siswa. Penulis termotivasi untuk
memperbaiki nilai dan sikap dari siswa yang menjadi klien penulis.

C. Diagnosis
1. Biodata Siswa
Nama
3. Nama lengkap : Dedi Saputra Siregar
4. Nama panggilan : Dedi
Agama : Islam
Alamat : Palopat Maria
Anak ke : 1
11

Hobi : Bermain sepak bola
Cita-cita : Angkatan
Nama Orang tua
3. Ayah : Riswan Siregar
4. Ibu : Warna Jelita
Pekerjaan Orang tua
3. Ayah : Wiraswasta
4. Ibu : Ibu Rumah Tangga
Motto hidup : ingin membahagiakan kedua orang tua
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 50 kg
Penyakit yang pernah diderita : Sakit kepala
Teman yang di sukai : -
Teman yang di benci : -
Pelajaran yang tidak disukai : KIMIA

2. Jenis Kesulitan Belajar Siswa
2.1 Learning disorder (kekacauan dalam belajar)
Keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena keadaan
timbulnya respon yang bertentangan, kekacauan belajar ini terjadi bukan pada
potensi dasarnya akan tetapi belajarnya terganggu oleh respon yang
bertentangan.
2.2 Learning Disabilities (ketidak mampuan dalam belajar)
Mengacu pada gejala dimana anak tidak mampu belajar atau
menghindari belajar sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah
potensinya.
2.3 Learning Disfungsi
Mengacu pada gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan
baik, meskipun sebenarnya anak tidak menunjukan adanya abnormalitas
mental, gangguan alat indra atau gangguan psikologis.

12

2.4 Underachiver
Adalah keadaan dimana anak-anak yang mempunyai tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi hasil belajarnya tergolong
rendah.
2.5 Slow Learning ( lambat belajar)
Keadaan dimana anak yang lambat dalam proses belajarnya sehingga
ia membutuhkan waktu yang relative lama dibandingkan kelompok anak
yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
Dari jenis kesulitan belajar diatas Penulis melihat bahwa Dedi Saputra
Siregar yang menjadi klien penulis tergolong ke dalam Underachiver
(intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi hasil belajarnya tergolong
rendah) karena dilihat dari hasil belajarnya di batas standar.

Sifat Kesulitan Belajar
Sifat dari kesulitan belajar yang dialami siswa ini sedang, karena hasil
belajarnya menunjukkan perkembangan di batas standar.

3. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
a. Faktor Internal
1. Kelemahan secara fisik, seperti :
Pusat susunan saraf tidak berkembang secara sempurna karena luka atau
cacat sehingga membawa ganguan emosional
Panca indra mungkin berkembang kurang sempurna atau sakit sehingga
menyulitkan proses interaksi secara efektif
Keidakseimbangan proses interaksi secara efektif
Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna sering membawa
ketidak stabilan mental dan emosional
Penyakit menahun seperti asma menghambat usaha-usaha belajar secara
optimal
Obesitas, seperti terlalu tinggi, terlalu rendah, terlalu kurus, atau terlalu
gemuk.
13

2. Kelemahan secara mental
Kurang minat serta usaha dalam kegiatan belajar
Aktivitas yang tidak terarah
Kurang menguasi keterampilan belajar
Kurang bergizi

3. Kelemahan secara intelektual
Ketidak mampuan dalam membaca
Kemampuan dasar yang minim
Memiliki IQ yang rendah

4. Kelemahan secara social
Status atau tingkat ekonomi yang rendah sehingga fasilitas belajar kurang
memadai, hal ini cendrung menyebabkan prestasi belajar rendah.
Status atau tingkat ekonomi yang tinggi, sehingga kurang motivasi dalam
belajar, karna merasa diri dan keluarganya adalah orang kaya.
Bencana alam dapat mempengaruhi hasil belajar

5. Perkembangan kepribadian
Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang
kegiatan sekolah
Sering bolos dan tidak mengikuti pelajaran di kelas
Tidak percaya diri
Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.
Kurang berani atau gagal untuk berusaha memusatkan perhatian terhadap
pelajaran
Kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab
Malas dan tidak berminat terhadap pelajaran
Sering gugup dalam mengemukakan pendapat

14

6. Proses belajar yang dilakukan
Lamban dalam mengamati dan mereaksi peristiwa yang terjadi di
lingkungan
Kurang berminat terhadap hal-hal yang baru dilingkungan
Tidak banyak bertanya atau inisiatif
Sangat bertanggung pada orang tua atau keluarga dalam belajar
Sulit dalam membuat karangan
Sulit memahami konsep-konsep yang abstrak
Sulit mentransfer ilmu yang satu ke ilmu yang lain
Tidak senang dengan adanya PR

b. Faktor Eksternal
1. Kurikulum yang seragam, bahan dan buku-buku yang tidak sesuai dengan
tingkat kematangan dan perbedaan individu.
2. Ketidak sesuian standar system mengajar, penilaian, pengolahan kegiatan
PBM
3. Terlalu berat beban belajar (siswa) dan mengajar (guru), terlalu besar
populasi siswa dalam kelas., terlalu banyak tuntutan diluar kegiatan belajar.
4. Terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas dan sebagainya.
5. Kelemahan dari system belajar mengajar pada tingkat pendidikan sebelumnya
6. Kondisi keluar, status sosial ekonomi
7. Terlalu banyak kegiatan diluar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak
terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuer.
8. Kekurangan makan (gizi, kalori, dan sebagainya)
Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-
326), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa
faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan
faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan.


15

1. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor
kejiwaan dan faktor kejasmanian.
a. Faktor kejiwaan, antara lain :
1) minat terhadap mata pelajaran kurang;
2) motif belajar rendah;
3) rasa percaya diri kurang;
4) disiplin pribadi rendah;
5) sering meremehkan persoalan;
6) sering mengalami konflik psikis;
7) integritas kepribadian lemah.

b. Faktor kejasmanian, antara lain :
1) keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit);
2) adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan;
3) adanya gangguan pada fungsi indera;
4) kelelahan secara fisik.

2. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada
atau berasal dari luar mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua :
faktor instrumental dan faktor lingkungan.
a. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar
siswa antara lain :
1) Kemampuan profesional dan kepribadian guru yang tidak memadai;
2) Kurikulum yang terlalu berat bagi siswa;
3) Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik;
4) Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

16

b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik.
Penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain :
1) Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;
2) Lingkungan sosial sekolah yang tidak kondusif;
3) Teman-teman bergaul yang tidak baik;
4) Lokasi sekolah yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan
Dari faktor-faktor kesulitan belajar siswa yang telah dipaparkan oleh penulis dari
berbgai sumber, dan hasil tes yang di lakukan penulis maka penulis dapat
menyimpulkan faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa yaitu :
1. Faktor Internal
- Kurang minat serta usaha dalam kegiatan belajar
- Aktivitas yang tidak terarah
- Kurang menguasi keterampilan belajar
- Status atau tingkat ekonomi yang rendah sehingga fasilitas belajar
kurang memadai, hal ini cendrung menyebabkan prestasi belajar
rendah.
- Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang
kegiatan sekolah
- Sering absen dan tidak mengikuti pelajaran di kelas
- Tidak percaya diri
- Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.
- Kurang berani atau gagal untuk berusaha memusatkan perhatian
terhadap pelajaran
- Kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab
- Malas dan tidak berminat terhadap pelajaran
- Sering gugup dalam mengemukakan pendapat
- Kurang berminat terhadap hal-hal yang baru dilingkungan
- Tidak banyak bertanya atau inisiatif
- Tidak senang dengan adanya PR
17

2. Faktor Eksternal
Kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua, ini di sebabkan
karena Ayah dari siswa sibuk dengan mencari nafkah untuk keluarga,
sedangkan ibu siswa seorang ibu rumah tangga yang sibuk dengan
mengurus keluarga.
Status ekonomi yang tergolong rendah
Kemampuan profesional dan kepribadian guru yang tidak memadai.

D. Prognosis
1. Layanan Konseling
Pada tahap prognosis penulis melakukan layanan konseling
sebanyak dua kali yang di lakukan pada :

1.1 Kamis, 22 Mei 2014
Penulis, bertemu dengan siswa utuk melakukan proses konseling yang telah
disepakati sebelumnya. Dalam proses konseling yang dilakukan penulis
melakukan pendekatan terlebih dahulu, sehingga siswa memberikan respon
yang cukup baik walaupun sedikit malu-malu, enggan untuk berbicara dan
sebagainya tetapi siswa masih bisa menjawab pertanyaan dari penulis,
sehingga penulis dapat memberikan berbagai motivasi untuk memperbaiki
diri siswa kearah yang lebik baik lagi.

1.2 Jumat, 30 Mei 2014
Penulis, bertemu kembali dengan siswa dan melakukan proses konseling
tahap akhir. Penulis menyatakan perasaan bangga terhadap siswa atas apa
yang telah dicapainya. Siswa terharu dan sempat meneteskan air mata dan
berterimaksih kepada penulis. Penulis mengingatkan bahwa itu semua karena
kegigihannya. Penulis berpesan kepada siswa agar bisa mempertahankan apa
yang telah di raihnya tersebut, dan menyarankan agar siswa mulai belajar
dengan giat, selalu hadir dalam proses belajar-mengajar kecuali ada halangan
yang jelas, dan yang utamanya penulis menekankan kepada siswa agar sealalu
18

menjalankan Shalat lima waktu sesuai ajaran Islam, dan berdoa guna
pencapaian hidup bahagia.

2. Pendalaman Materi
Dalam tahap pendalaman materi penulis melakukan langkah sebagai berikut :
21. Bertemu dengan guru mata pelajaran KIMIA
2.2 Meminta materi KIMIA
2.3 Menemui Siswa
2.4 Memberikan materi
2.5 Bertemu kembali dengan guru mata pelajaran KIMIA


E. Treatment
1. Pelaksanaan Prognosis
Penulis melakukan prognosis sesuai dengan diagnosis yang ada yaitu melakukan
layanan konseling sebanyak dua kali kepada siswa yakni pada :
1.1 Kamis, 22 Mei 2014
1.2 Jumat, 30 Januari 2014
Selain layanan konseling kegiatan pendalaman materi juga diberikan kepada
siswa yaitu pada, Jumat, 23 Mei 2014.

2. Kegiatan Bantuan
Pada tahap kegiatan pemberian bantuan kepada siswa berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan ketentuan yang telah ada. Dari awal sampai akhir
dalam proses pemberian bantuan yang di berikan kepada siswa mendapat
respon yang begitu bagus, baik itu dari Guru BK, Guru Kelas, Guru Mata
pelajaran dan siswa yang menjadi klien penulis, sehingga Praktek Diagnosa
Kesulitan Belajr dapat di selesaikan sesuai dengan yang direncanakan oleh
penulis.


19

3. Posedur Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan Praktek Diagnosa Kesulitan Belajar yang
dilakukan oleh penulis di SMK ABDI NEGARA 2 Padangsidimpuan,
berjalan sesuai dengan prosedur yang ada. Dalam pelaksaan kegiatan ini
penulis juga banyak mendapatkan kesulitan, tetapi kesulitan itu masih bisa
diatasi oleh penulis melalui kerjasama yang dijalin di awal yaitu dengan
pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan Praktek Diagnosa Kesulitan Belajar
ini.

F. Evalusi
Dalam tahap evaluasi ini, penulis melakukan kegiatan pendalaman materi
kepada siswa. Naskah materi yang diperoleh dari guru mata pelajaran KIMIA
sebagai berikut :

LARUTAN
Larutan adalah campuran homogen dari dua jenis atau lebih zat.
A. Konsentrasi larutan
Konsntrasi larutan menyatakan jumlah relatif zat terlarut. Konsentrasi
larutan dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Dalam pembahasan sifat-sifat
larutan digunakan kemolaran, kemolalan, dan fraksi mol.
1. Kemolaran (Molaritas, M)
a. Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.
b. Kemolaran telah dibahas dalam Bab Stoikiometri maupun dalam Bab
Kinetika.
2. Kemolalan (Molalitas, m)
a. Kemolalan menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut.
b. m = n / mol kg
1
(p = masa pelarut dalam kg)
c. Jika masa pelarut dinyatakan dalam gram, maka rumus di atas menjadi:
m = n x 1000 / p (p = masa pelarut dalam gram)
3. Fraksi Mol (X)
20

a. Fraksi mol menyatakan perbandingan jumlah mol salah satu komponen
dengan jumlah mol larutan.
X
1
= n
1
/ n
1
+ n
2
X
2
= n
2
/ n
1
+ n
2
X
1
+ X
2

B. Larutan elektrolit dan nonelektrolit
a. Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan digolongkan ke dalam larutan
elektrolit dan nonelektrolit.
b. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik.
c. Larutan nonelektrolit yaitu larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik.
d. Larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik karena mengandung ion-ion
dapat bergerak.
e. Elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawa kovalen polar.
f. Tidak semua senyawa kovalen polar bersifat elektrolit, hanya senyawa yang
dapat mengalami hidrolisis.
Contoh elektrolit:
Senyawa ion : NaCl, NaOH, MgSO
4
Senyawa kovalen polar : CH
3
COOH, HCl, H
2
SO
4
Contoh nonelektrolit :C
2
H
5
OH (alkohol), CO(NH
2
)
2
(urea), C
6
H
12
O
6

(glukosa)
g. Elektrolit senyawa ion: lelehan dan larutannya dapat menghantarkan listrik.
h. Elektrolit senyawa kovalen polar: larutannya dapat menghantarkan listrik,
lelehannya tidak.
i. Elektrolit kuat: dalam uji elektrolit tampak lampu menyala, banyak
gelembung.
j. Elektrolik lemah: dalam uji elektrolit tampak lampu tidak menyala, sedikit
gelembung.
k. Nonelektrolit: dalam uji elektrolik tampak lampu tidak menyala, tidak ada
gelembung.
C. Larutan asam basa
Defenisi asam dan basa telah mengalami perkembangan sehingga
mencakup semua zat yang bersifat asam atau bersifat basa. Pengertian asam
21

dan basa yang biasa kita gunakan diambil menurut pengertian Arrhenius.
Pengertian asam dan basa yang lebih luas diberikan oleh bronsted Lowry dan
selanjutnya oleh Lewis.
1. Teori asam basa Arrhenius
a. Defenisi asam dan basa yang lazim digunakan adalah menurut Arrhenius.
b. Asam : dalam air menghasilkan ion H
+
.
c. Basa : dalam air menghasilkan ion OH
-
.
2. Indikator asam basa
a. Asam dan basa dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator asam basa,
yaitu zat-zat warna yang memberi warna berbeda dalam lingkungan asam dan
dalam lingkungan basa.
Contoh: lakmus, fenolftalein, dan berbagai estrak bunga atau buah yang berwarna
.
3. Kekuatan asam-basa
a. Kekuatan asam/basa dinyatakan dengan parameter derajat ionisasi () dan
tetapan ionisasi (K
a
atau K
b
).
b. Kuat : derajat ionisasi (), 1; K
a
atau K
b
besar.
c. Lemah : derajat ionisasi (), 1; K
a
atau K
b
kecil.
d. Semakin encer laruta, semakin besar derajat ionisasi (), tetapi nilai K
a
atau
K
b
tetap.
D. KONSEP pH
1. Tetapan kesetimbangan air (K
w
)
a. Air mengalami isonisasi menurut reaksi kesetimbangan H
2
O(l)H
+
(aq) +
OH

(aq)
b. Tetapan kesetimbangan air, K
w
= [H
+
][ OH

]
c. Pada 25C, K
w
= 1 x 10
-14

2. Konsep pH dan pOH
a. Tingkat keasaman bergantung pada perbandingan konsentrasi ion H
+
dengan
konsentrasi ion OH

dalam larutan.
b. pH larutan dinyatakan dalam skala pH.
c. pH = -log [H
+
]
22

d. larutan asam : pH 7
e. larutan basa : pH 7
f. larutan netral : pH = 7
g. seperti juga dengan pH, [ OH

] dapat dinyatakan sebagai pOH : pOH = -log [


OH

]
h. dalam pelarut air, pada suhu kamar: pH + pOH = 14
3. Menentukan pH larutan
a. pH larutan dapat ditentukan dengan menggunakan pH-meter, indikator
universal, atau dengan menggunakan beberapa indikator yang diketahui
trayek pH-nya.
b. Trayek pH adalah batas-batas pH di mana indikator mengalami perubahan
warna.
Contoh:
Trayek pH lakmus:5,5 8 (merah - biru)
4. Menghitung pH larutan asam basa
Nilai pH larutan asam dan basa dapat diperkirakan jika diketahui konsentrasi
dan derajat ionisasi atau tetapan asam/basa.
a. Asam kuat : [H
+
] = M (Untuk asam sulfat, [H
+
] = 2 x [asam] jika asamnya
cukup encer)
b. Asam lemah : 1) [H
+
] = M
2) [H
+
] = K
b
M
E. teori asam basa bronsted-lowry
1. pengertian
a. asam = donor proton.
b. basa = akseptor proton
2. asam dan basa konjugasi
Dari evaluasi yang dilakukan oleh penulis kepada siswa berupa
pendalaman materi siswa dapat menyelesaikannya dengan baik, sehingga
hasil yang diperoleh siswa meningkat. Peningkatan nilai yang di peroleh
siswa akan di jelas pada tabel di bawah ini :
23

Tabel 1.2
Mata
Pelajaran

KKM
Nilai Sebelum
Pendalaman
Materi
Nilai Sesudah
Pendalaman
Materi

KIMIA


60

75

85










24

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kegiatan Praktek Diagnosa Kesulitan Belajar yang di lakukan
oleh penulis di SMK ABDI NEGARA 2 Padangsidimpuan, hasil yang
didapatkan cukup memuaskan bagi penulis karena memenuhi persyaratan
yang diberikan oleh Dosen Pengasuh, yaitu berupa perubahan Nilai dan
Sikap.
Dengan demikian penulis sudah memanuhi persyaratan untuk
melakukan diagnosa kesulitan belajar dan didukung dengan hasil yang
diperoleh. Penulis dapat menyimpulkan bahwa kesulitan belajar ini, bisa
terjadi kepada siswa karena dipengaruhi berbagai faktor baik itu faktor
internal (dalam diri) dan faktor eksternal (lingkungan).

B. Saran
1. Mahasiswa
Bagi pelaksana Praktek Diagnosa Kesulitan Belajar lanjutan, dapat
menjadikan laporan ini sebagai pedoman untuk menulis laporan.
2. Sekolah
Bagi sekolah dapat menjadikan ini sebagai bahan pertimbangan untuk
melaksakan kegiatan Diagnosa Kesulitan Belajar.
3. Orangtua
Orangtua dapat menjadikan ini sebagi acuan untuk memperbaiki cara
belajar anaknya di rumah
4. Masyarakat
Masyarakat dapat menjadikan laporan ini sebagai acuan untuk
mendukung kegiatan belajar siswa.



25

DAFTAR PUSTAKA


Abin, S.M. 2002. Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Bruce Shertzer. 1980. Layanan Bimbingan Belajar. Sukakarta : UNS

Shelley C. Stone. 1980 Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Karunika.

Fauzi (http://zdeslav blogspot.com/05 Desember 2013/09:05).




















26

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai