Anda di halaman 1dari 9

PENCIPTAAN IKLIM KELAS

Dzakirah Hasna, Faras Afifah Setyaningsih, Gilang Alief Pratama, Ilma Fauziah

A. PENDAHULUAN
Proses pembelajaran seharusnya mampu menciptakan suasana kelas atau iklim
kelas yang kondusif untuk mendukung terciptanya kualitas proses pembelajaran. Namun
sayangnya proses pembelajaran yang terjadi selama ini masih cenderung satu arah,
kurang memperhatikan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Guru
cenderung belum menempatkan dirinya sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator
dalam suatu proses pembelajaran yang lebih menempatkan peserta didik sebagai subjek
belajar. Guru lebih cenderung. menempatkan dirinya sebagai satu-satunya sumber
belajar, sehingga peserta didik selama ini lebih cenderung dinggab sebagai objek belajar
yang harus menerima segala sesuatu yang akan diberikan oleh guru. Iklim belajar
demikian tentunya kurang kondusif untuk mengembangkan kreatifitas, daya analisis, dan
sikap kritis siswa dalam proses pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran yang
terjadi selama ini kurang bermakna bagi siswa, sehingga belum mampu mengembangkan
kompetensi dan potensi kemampuan siswa secara lebih optimal.
Tujuan dari pembahasan ini diantaranya, mengetahui pengertian dari iklim kelas,
mengetahui pentingnya menciptakan iklim kelas, mengetahui cara menciptakan iklim
kelas yang kondusif, mengetahui pengembangan komunikasi di kelas.
Pembahasan ini dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara
praktis. Manfaat Teoretis, diantaranya sebagai bahan referensi dalam mengkaji iklim
kelas, menambah wawasan dan pengetahuan tentang teori-teori yang berhubungan
dengan iklim kelas. Manfaat Praktis, bagi pemakalah merupakan sarana untuk
menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan dan untuk memperluas
pengetahuan tentang iklim kelas. Bagi guru diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan untuk guru dalam menciptakan Iklim kelas yang baik bagi peserta didik agar
peserta didik semakin termotivasi untuk belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
B. POKOK BAHASAN
1. Pengertian Iklim Kelas
Iklim sebenarnya merupakan terjemahan kata "climate" da lam bahasa Inggris.
Namun demikian, beberapa istilah kadang kadang digunakan secara bergantian dengan
kata 'climate', seperti feel, atmosphere, tone, dan environment. Dengan kata lain, iklim
dapat diartikan sebagai perasaan, suasana, sifat, dan lingkungan. Dalam konteks. ini,
istilah "iklim kelas" digunakan untuk mewakili kata-kata tersebut, dan kata-kata lain
seperti learning environment, group climate dan classroom environment. Menurut Afriza
(2014: 79) iklim kelas adalah kondisi lingkungan kelas dalam hubungannya dengan
kegiatan pembelajaran. Iklim kelas merupakan suasana yang ditandai oleh adanya pola
interaksi atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa siswa. Menurut
Novan (2013: 186), iklim kelas yang kondusif adalah suasana atau keadaan yang
mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Seorang guru
sebagai manajer dikelas tentu saja berperan dalam mancipatakan suasana atau iklim
kelas yang kondusif. Menurut Hadiyanto (2016: 4) iklim kelas adalah segala situasi yang
muncul akibat hubungan antara pendidik dan peserta didik atau hubungan antar-peserta
didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan memengaruhi proses belajar dan mengajar.
Situasi di sini dapat dipahami sebagai beberapa skala (scales) yang dikemukakan oleh
beberapa ahli dengan istilah seperti kekompakan (cohesiveness), kepuasan (satisfaction),
kecepatan (speed), formalitas (formality), kesulitan (difficulty), dan demokrasi
(democracy) dari kelas.
Tinjauan tentang suasana kelas (classroom climate) dikemukakan oleh Nasution
dalam Afriza (2014: 79). Menurutnya ada tiga jenis suasana yang dihadapi siswa dalam
proses pembelajaran di sekolah berdasarkan sikap guru terhadap anak dalam
mengajarkan materi pelajaran.
a. Suasana kelas dengan sikap guru yang dengan sikap guru yang "otoriter".
Suasana kelas yang otoriteriter terjadi bila guru menggunakan kekuasaannya untuk
mencapai tujuannya tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak,
khususnya bagi perkembangan pribadinya. Dengan hukuman dan ancaman anak
dipaksa untuk menguasai bahan pelajaran yang dianggab perlu untuk ujian dan masa
depannya.
b. Suasana kelas dengan sikap guru yang "permisif".
Suasana kelas dengan sikap guru yang permisif ditandai dengan membiarkan anak
berkembang dalam kebebasan tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah, atau
paksaan. Pelajaran selalu dibuat menyenangang. Guru tidak menonjolkan dirinya dan
berada di belakang untuk memberi bantuan bila dibutuhkan. Sikap ini Guru
mengutamakan perkembangan pribadi anak khususnya dalam aspek emosional, agar
anak bebas dari kegoncangan jiwa dan menjadi anak yang dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
c. Suasana kelas dengan sikap guru yang "riil".
Suasana kelas dengan sikap guru yang riil ditandai dengan adanya kebebasan anak
yang disertai dengan pengendalian. Anak-anak diberi kesempatan yang cukup untuk
bermain bebas tanpa diawasi atau diatur dengan ketat. Dilain pihak anak diberi tugas
sesuai petunjuk dan pengawasan guru.
Menurut Nana Sudjana dalam Afriza (2014: 80) pada pendekatan sosio-
emosional kelas, terdapat tiga jenis suasana yang dihadapi oleh siswa setiap hari.
a. Suasana autokrasi.
Dalam suasana outokrasi guru banyak menerapkan perintah, menggunakan
kekerasan, penekanan, persaingan, hukuman dan ancaman untuk maksud
pengawasan perilaku siswa, serta dominan guru yang sangat menonjol.
b. Suasana Laissez-faire.
Dalam suasana ini, guru terlalu sedikit bahkan sama sama sekali tidak
memperlihatkan kegiatannya atau kepemimpinannya serta banyak memberikan
kebebasan kepada siswanya. Guru melepaskan tanggung jawab kepada anggota
kelompok; dan;
c. Suasana demokratis.
Guru memperlakukan siswanya sebagai individu yang dapat bertanggung jawab,
berharga, mampu mengambil keputusan dan dapat memecahkan masalah yang
dihadapi. Dampak yang ditimbulkan dari suasana demokratis adalah tumbuhnya rasa
percaya diri, saling menerima dan percaya satu sama yang lain, baik antara guru
dengan siswa maupun antar siswa. Guru membimbing, mengembangkan, dan
membagi tanggung jawab untuk semua warga kelas termasuk guru. Dengan demikian
suasana kelas yang demokratis ini akan memberikan dampak positif, karena guru dan
siswa mempunyai kesempatan untuk saling memahami, membantu, mengemukakan
sesuatu yang dirasakan secara terbuka. Guru akan memahami keadaan siswa, dan di
sisi lain siswa akan melihat keteladanan dan segala merasa ada contoh yang dapat
dilihat. Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai hasil
belajar yang optimal, dibandingkan dengan suasana belajar yang kaku, disiplin yang.
ketat dengan otoritas pada guru.
2. Pentingnya Menciptakan Iklim Kelas
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi belajar
antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid yang lainnya. Berhasil
tidaknya suatu interaksi proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor
dari guru sendiri, siswa, fasilitas penunjang, maupun suasana proses interaksi
pembelajaran tersebut. Suatu proses pembelajaran di sekolah yang penting tersebut
bukan saja materi yang diajarkan atau pun siapa yang mengajarkan, melainkan
bagaimana materi diajarkan. Bagaimana guru menciptakan iklim kelas (Classroom
Climate) dalam proses pembelajaran tersebut.
Iklim kelas yang tidak kondusif akan berdampak negatif terhadap proses
pembelajaran dan sulitnya tercapai tujuan pembelajaran, siswa akan merasa gelisah,
resah, bosan dan jenuh. Sebaliknya dengan iklim kelas yang kondusif dan menarik dapat
dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang dilakukan
menyenangkan bagi peserta didik. Iklim kelas adalah suasana dan kondisi kelas dalam
hubungannya dengan kegiatan pembelajaran. Iklim kelas merupakan suasana yang
ditandai oleh adanya pola interaksi atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan
siswa-siswa. Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar
mengajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
Membangun iklim kelas yang positif sangat membantu siswa dalam memahami
proses pembelajaran Rasa tenang dan nyaman di dalam kelas membuat siswa senang
dalam menerima materi pelajaran. Keuntungan tersebut tidak hanya dirasakan oleh siswa
saja, tetapi juga guru. Untuk itu iklim kelas sangatlah bermanfaat dalam pembelajaran.
Manfaat Iklim Kelas yang Positif Iklim kelas yang positif memberi peluang dalam
mencapai hasil kegiatan belajar mengajar secara optimal. Menurut Novan (2013: 190)
iklim kelas yang kondusif dapat memberikan sumbangan positif berikut ini:
a. Peserta didik merasa betah di kelas sehingga angka bolos sekolah dapat
diminimalisasi.
b. Peserta didik antusias belajar di kelas. Antusiasme peserta didik tersebut dapat
memotivasi mereka dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
mereka.
c. Dengan iklim kelas yang kondusif, peserta didik akan mematuhi segala tata tertib
kelas secara suka rela tanpa ada paksaan dari pihak lain, khususnya guru.
d. Iklim kelas yang kondusif dapat menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis
antara guru dengan peserta didik dan juga antarpeserta didik. Keharmonisan tersebut
dapat menjadikan mereka merasa berada di dalam sebuah keluarga dalam satu
rumah, bukan di dalam sebuah kelas.
e. Suasana kelas yang kondusif menjadikan guru bersemangat dan energik saat
mengajar. Dengan semangat tersebut, guru dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dengan maksimal.
f. Suasana kelas yang kondusif ditandai dengan keaktifan peserta didik di dalam kelas
saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung dan hal itu dapat menjadikan kegiatan
belajar mengajar berjalan dengan efektif pula.
g. Iklim kelas yang kondusif memudahkan guru dalam melakukan transformasi
pengetahuan dan transformasi nilai kepada peserta didiknya.
h. Iklim kelas yang kondusif dapat memunculkan kesiapan lebih kuat bagi peserta didik.
3. Menciptakan Iklim Kelas yang Kondusif
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang
berkualitas dan kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun beberapa
faktor yang perlu diperhatikan tersebut antara lain, yaitu:
a. Pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa belajar
(student centered). Mengandung pengertian bahwa proses pembelajaran hendaknya
diarahkan pada siswa yang aktif mengkonstruksi atau membangun sendiri
pengetahuannya. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan
dinamisator dalam pembelajaran.
b. Adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam setiap konteks
pembelajaran. Hal ini akan mendorong siswa untuk berani mengemukakan
pendapatnya, dan berani mengkritisi materi pembelajaran yang sedang dibahas.
Dengan demikian siswa akan terbiasa untuk berpikir kritis, kreatif, dan terlatih untuk
mengemukakan pendapatnya tanpa adanya perasaan minder atau rendah diri. Dan
kaitannya dengan penghargaan terhadap partisipasi aktif siswa ini, hendaknya tidak
sekedar dinilai dari segi keaktifannya saja, tetapi juga perlu diperhatikan sikap
penghargaan siswa terhadap aktivitas tivitas teman-temannya dan kemampuannya
didalam bekerja sama dengan orang lain.
c. Guru hendaknya bersikap demokratis dalam mengatur kegiatan pembelajaran.
karena kepemimpinan guru yang demokratis dalam mengelola proses pembelajaran
akan dapat menjadikan siswa merasa nyaman untuk dapat belajar semaksimal
mungkin. Setting demokrasi merupakan pemberian kesempatan seluas luasnya pada
siswa untuk belajar, yaitu bahwa sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi siswa
untuk semaksimal mungkin mereka belajar. Kemampuan guru dalam menanamkan
setting demokrasi pada siswa sangat berpengaruh terhadap pencapaian misi
pendidikan.
d. Setiap permasalahan yang muncul dalam proses. pembelajaran sebaiknya dibahas
secara dialogis. Hal ini karena proses dialogis dalam interaksi pembelajaran lebih
mendudukkan siswa sebagai subyek didik. yang mempunyai hak dan tanggung jawab
yang sama dalam setiap interaksi pembelajaran. Proses dialogis juga akan mampu
mengembangkan pemikiran kritis siswa dalam membahas dan menyelesaikan setiap
permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran.
e. Lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar
siswa dan mendorong terjadinyat proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat
dilakukan dalam menyetting lingkungan kelas yang kondusif untuk belajar siswa
yaitu dengan cara mengatur tempat duduk atau meja kursi siswa secara variatif dan
pengaturan perobot sekolah yang cukup artistik, serta pemanfaatan dinding-dinding
rungan kelas sebagai media penyampai pesan pembelajaran. Pengaturan lingkungan
kelas ini, jika diperhatikan akan mampu mendukung terciptanya iklim pembelajaran
yang kondusif dan berkualitas. Pengaturan ruang secara tepat dapat menciptakan
suasana yang wajar, tanpa tekanan, dan menggairahkan siswa untuk belajar secara
efektif. Agar tercipta suasana belajar yang aktif (mampu mengaktifkan siswa),
pengaturan ruang belajar dan perabot sekolah perlu diperhatikan. Pengaturan itu
hendaknya memungkinkan siswa duduk berkelompok dan memudahkan guru secara
leluasa membimbing dan membantu siswa dalam belajar. Pengaturan meja secara
berkelompok, akan mampu meningkatkan kerjasama yang baik antar siswa. Dengan
terciptanya gairah siswa dalam belajar, tentunya akan berpengaruh pada efektifitas
belajar siswa. Dan dengan terciptanya suasana belajar yang wajar tanpa tekanan
tentunya akan memungkinkan munculnya daya kritis dan kreatifitas siswa.
f. Menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang berkaitan dengan
berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari siswa dengan cepat. Hal
ini mengandung pengertian bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar dalam
proses pembelajaran. Siswa dapat belajar dalam ruang perpustakaan dalam "ruang
sumber belajar". khusus atau bahkan di luar sekolah, bila ia mempelajari lingkungan
yang berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu. Peranan guru adalah
memberi bimbingan konsultasi, pengarahan jika ada kesulitan siswa dalam
memahami materi pembelajaran. Selain itu guru juga dituntut untuk memberikan
informasi tentang dimana sumber belajar yang harus dipelajari tersebut berada,
sehingga siswa secara aktif dan mandiri dapat menemukan dan mengakses sumber
belajar tersebut. Keberadaan berbagai jenis sumber belajar yang memadai di
lingkungan sekolah cukup membantu siswa untuk membangun dan mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Jenis sumber belajar tersebut bisa dalam bentuk: buku,
modul, pembelajaran berprograma, audio, video, dan lain sebagainya. Hal ini akan
mempermudah siswa untuk dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan
karakteristik gaya belajarnya masing-masing.
Untuk menciptakan iklim yang kondusif di dalam lingkungan kelas menurut Ardi
(2014: 72), guru dapat menerapkan beberapa cara:
a. Pertama, berbicara dengan tenang dan sopan terhadap siswa. Sebab, pilihan kata
secara lisan mengindikasi keadaan manusia yang sebenarnya. Saat siswa merasa
frustasi atau terancam, guru harus merespon dengan tenang dan sopan. Hal tersebut
akan berdampak positif berupa membuat siswa merasa lebih tenang.
b. Kedua, saling memberi informasi satu sama lain, baik guru ke siswa atau sebaliknya.
Dengan kata lain, informasi tidak boleh hanya dimonopoli oleh salah satu pihak.
Melalui sikap saling memberi informasi, setiap siswa secara bersama sama merasa
memiliki ruang kelas. Oleh karena itu, setiap informasi harus dipastikan menjangkau
seluruh siswa. Bahkan, guru dapat melakukan komunikasi secara personal dengan
siswa.
c. Ketiga, memiliki sikap berbaik sangka terhadap siswa. Tidak jarang guru lebih sering
mengingat kelakuan negatif dari siswa. Hal tersebut berakibat guru sering
memberikan komentar buruk terhadap siswa. Sebenarnya, pernyataan negatif boleh
jadi perlu diungkapkan apabila hal itu dapat membantu siswa mengubah sikapnya.
Akan tetapi, kenyataan yang sering terjadi justru sebaliknya Pernyataan negatif tidak
hanya menyakiti siswa, tetapi juga menciptakan lingkungan yang jauh dari kondusif.
Sebab, siswa cenderung mencontoh ucapan serta perilaku lingkungan sekitarnya.
4. Pengembangan Komunikasi di Kelas
Menurut Novan Andy Wiyani (2013: 191) di dalam dunia pendidikan tidak luput
dari aktivitas komunikasi, dalam konteks sekolah kualitas komunikasi dapat menjadi
penentu suasana atau iklim sekolah. Sedangkan dalam konteks mikro sekolah, kualitas
komunikasi dapat menciptakan iklim kelas yang kondusif. Secara umum ada dua gaya
komunikasi, yaitu:
a. Komunikasi satu arah. yang merupakan komunikasi yang hanya dimonopoli oleh
komunikator. Dalam konteks kelas, komunikasi satu arah merupakan komunikasi
yang datang dari guru kepada peserta didiknya yang berupa perintah, arahan dan
nasihat, meaupun teguran.
b. Komunikasi dua arah, merupakan komunikasi yang komunikator dan komunikan
bergantian memberikan informasi. Guru bersedia mendengarkan keluh kesah peserta
didiknya, menampung aspirasi atau keinginan peserta didiknya, kemudian
mewujudkan aspirasi tersebut dan bekerja sepenuhnya untuk peserta didiknya.
Dari komunikasi diatas maka dapat terlihat bahwa dalam komunikasi dua arah
guru tentu saja bukan menjadikan dirinya sebagai pemimpin sekaligus manajer kelas
yang otoriter, melainkan menjadi pemimpin sekaligus manajer kelas yang demokratis
Maka dapat disimpulkan bahwa dengan mempraktikan komunikasi dua arah peserta
didik nantinya akan merasa nyaman, suka, dan aman untuk belajar di kelas sehingga iklim
kelas pun menjadi kondusif.
C. PENERAPAN

D. SIMPULAN
Iklim kelas adalah kondisi lingkungan kelas dalam hubungannya dengan kegiatan
pembelajaran. Iklim kelas merupakan suasana yang ditandai oleh adanya pola interaksi
atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa. Banyak faktor yang perlu
diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang berkualitas dan kondusif guna
meningkatkan prestasi belajar siswa, antara lain yaitu: pertama, pendekatan pembelajaran
hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa belajar (student centered); Kedua, adanya
penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam setiap konteks pembelajaran.
Ketiga, guru hendaknya bersikap demokratis dalam memeneg kegiatan pembelajaran.
Keempat, setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran sebaiknya
dibahas secara dialogis. Kelima, lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa
sehingga memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran.
Keenam, menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang berkaitan
dengan berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari siswa dengan cepat.
Menciptakan Iklim kelas yang kondusif sangat membantu siswa dalam
memahami proses pembelajaran. Rasa tenang dan nyaman di dalam kelas membuat siswa
senang dalam menerima materi pelajaran. Keuntungan tersebut tidak hanya dirasakan
oleh siswa saja, tetapi juga guru. Untuk itu iklim kelas sangatlah bermanfaat dalam
pembelajaran. Dunia pendidikan tidak luput dari aktivitas komunikasi, dalam konteks
sekolah kualitas komunikasi dapat menjadi penentu suasana atau iklim sekolah, dengan
mempraktikan komunikasi dua arah peserta didik nantinya akan merasa nyaman, suka,
dan aman untuk belajar di kelas sehingga iklim kelas pun menjadi kondusif.
E. Daftar Pustaka
Afriza. 2014. Manajemen Kelas. Kreasi Edukasi: Pekan Baru.
Hadiyanto. 2016. Teori dan Pengembangan Iklim Kelas & Iklim Sekolah. Kencana: Jakarta.
Mukhtadi, Ali. 2005. Menciptakan Iklim Kelas (Classroom Climate) yang Kondusif dan
Berkualitas dalam Proses Pembelajaran. Majalah Ilmiah Pembelajaran, 1(2).
Winandari, Windi. 2016. Hubungan Antara Iklim Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas
V SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Skripsi. Fakultas Ilmu
Pendidikan UNNES. Semarang.
Wiyani, N. A. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi Untuk Mencipakan Kelas yang Kondusif.
2013. Ar-Ruzz Media: Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai