Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KKL FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PONDOK PESANTREN SUNAN DERAJAT LAMONGAN


JAWA TIMUR
Guna Memenuhi Tugas Ahir Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
Pendamping /Pembimbing : Nur Khasan, S.Ag, M.Pd.I

Penyusun :

1. Reza Maulana ( 11910217 )


2. Muhammmad Maulana ( 11910215 )
3. Mukhamad Arif Ulul Albab ( 11010214 )
4. Nikmatul Fadhilah ( 11910203 )
5. Shabrina Imroatul Faza ( 11910202 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN SEMARANG

2021/2022

1
PERSETUJUAN

2
PENGESAHAN

Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Fakultas Tarbiyah (PAI) Sekolah


Tinggi Agama Islam Wali Sembilan Semarang (SETIA WS) di PONDOK
PESANTREN SUNAN DERAJAT LAMONGAN yang telah di laksanankan pada
tanggal 1 – 5 Desember 2021 oleh :

Nama :  Reza Maulana


NIM :  11910217
Nama :  Muhammad Maulana
NIM :  11910215
Nama :  Muhammad Arif Ulul Albab
NIM :  11910214
Nama :  Nikmatul Fadhilah
NIM :  11910203
Nama :  Shabrina Imroatul Faza
NIM :  11910202
Disahkan dan dapat diterima sebagai salah satu syarat guna
menyelesaikan jenjang strata satu (S1) jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Sekolah Tinggi Agama Islam Wali Sembilan Semarang (SETIA WS) Pada :

Hari                     :  .............................

Tanggal                :  .............................

Dosen Pendamping Lapangan

Nur Khasan, S.Ag, M.Pd.I

NIDN

3
PERNYATAAN ORISINILITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :  Reza Maulana
NIM :  11910217
Nama :  Muhammad Maulana
NIM :  11910215
Nama :  Muhammad Arif Ulul Albab
NIM :  11910214
Nama :  Nikmatul Fadhilah
NIM :  11910203
Nama :  Shabrina Imroatul Faza
NIM :  11910202
Jenjang :  S1 (Strata Satu)
Jurusan :  Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas :  SETIA WALI SEMBILAN SEMARANG
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan KKL ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, dan bukan plagiasi karya orang lain.

Semarang, 8 Desember 2021


Yang Menyatakan
Ketua Kelompok

Reza Maulana

4
MOTTO

‫ص ْد يَ ْز َر ْع َم ْن‬
ُ ْ‫يَح‬
“Barang Siapa Menanam Pasti Akan Memanen / Memetik / Mengetam”

5
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah,


kekuatan, dan karunia-Nya yang telah di berikan kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan Karya Ilmiyah yang berkenaan dengan KKL di “Pondok Pesantren
Sunan Derajat Lamongan Jawa Timur”. Penulisan Karya Ilmiyah ini guna
memenuhi  tugas akhir kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).

Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi


Agung Muhammad SAW. yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada kita
semua.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak Karya
Ilmiyah ini tidak akan terselesaikan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Allah SWT yang telah senantiasa meridhoi, memberikan kekuatan, baik lahir


maupun batin dan kesempatan untuk menyelesaikan karya ilmiyah ini.
2. Bapak Nur Khasan, S.Ag, M.Pd.I selaku Dosen Pendamping Lapangan.
3. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu
dalam penyusunan tugas ini.

Akhirnya penulis menyadari akan kekurangan, keterbatasan, serta kemampuan


dalam menyusunan, sehingga masih banyak kekurangan di dalam Karya Ilmiyah
ini. Kritik dan saran pembaca, sangat penulis harapkan untuk koreksi dan
perbaikan di kemudian hari.

Semoga karya ilmiyah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan


umumnya para pembaca yang budiman.

                                                                                    

Semarang, 8 Desember 2021

Penulis

6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. LATAR BELAKANG MASALAH.....................................................1


B. RUMUSAN MASALAH......................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2

A. Pengertian Intelegensi...........................................................................2
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi.....................................3
C. Ciri-ciri Perbuatan Inteligensi...............................................................4
D. Pengukuran Tes Intelegensi dan Manfaatnya.......................................5
E. Inteligensi dan Kaitannya dengan Pendidikan......................................7
F. Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Intelegensi........................9
BAB III PENUTUP.........................................................................................10

A. KESIMPULAN.....................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11

7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah salah satu kegiatan yang menjadi


agenda rutin di setiap program studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Kegiatan
ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai program studi pada
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), yang lain melalui kegiatan-
kegiatan, seperti pengenalan atmosphere academic, tinjauan sistem akademis,
kuliah umum, diskusi, peninjauan kepustakaan yang berkaitan dengan skripsi,
dan budaya perkuliahan yang di lakukan dengan program studi yang sama di
PTKI yang lain.

PTKI yang menjadi pembanding adalah PTKI yang dianggap memiliki


kredibilitas yang lebih baik, khususnya terhadap program studi yang
bersangkutan. Hal ini dapat di nilai dari lama berdirinya program studi yang
bersangkutan, kualitas lulusan (alumni), sarana dan prasarana perkuliahan, dan
memiliki jaringan (link) yang baik sehingga memungkinkan alumninya untuk
dapat di terima di dunia kerja.

Sebagai program studi yang ingin terus berinovasi, tentu saja Program


Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) di SETIA WS masih memerlukan
pembenahan diri, dan masih memerlukan acuan terhadap komponen-
komponennya. Untuk itu, SETIA WS mengadakan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) sekaligus bersilaturrahim ke Pondok Pesantren SUNAN DERAJAT
LAMONGAN JAWA TIMUR, agar mahasiswa mengetahuhi lebih mendalam
mengenai kegiatan akademis di program studi yang bersangkutan, serta sarana
prasarana yang dibutuhkan mahasiswa dan dosen dalam kegiatan belajar
mengajar, membantu mahasiswa dan dosen mengenai sistematika dan acuan
penulisan skripsi secara langsung mengenai tinjauan kepustakaan, mengajak
mahasiswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan perkuliahan melalui kuliah
umum, diskusi dan pengenalan kegiatan kampus lainnya. Hal ini nantinya akan
sangat berpengaruh terhadap kualitas alumni dan akreditasi program studi yang
berpatok pada hal-hal di atas. Pesatnya persaingan kerja dan kebutuhan tenaga
kerja mayoritas di lihat dari akreditasi program studi yang bersangkutan
tersebut, sehingga dapat di simpulkan KKL dapat membantu mepercepat
proses tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka di ambil


rumusan masalah sebagai berikut :

1
1. Bagaimana Identitas dan Sejarah Singkat Berdirinya Pon-Pes Sunan Derajat
Lamongan Jawa Timur ?
2. Apa Visi dan Misi Pon-Pes Sunan Derajat Lamongan Jawa Timur ?
3. Bagaimana Letak Geografis Pondok Pesantren Sunan Derajat Lamongan
Jawa Timur ?
4. Bagaimana Keadaan Lembaga, Santri, dan Guru di Pon-Pes Sunan Derajat
Lamongan Jawa Timur  ?
5. Bagaimana Pengelolaan di Pon-Pes Sunan Derajat Lamongan Jawa Timur ?
6. Bagaimana Pembiayaan di Pon-Pes Sunan Derajat Lamongan Jawa Timur  ?
7. Bagaimana Bidang Usaha yang di Kembangkan di Pon-Pes Sunan Derajat
Lamongan Jawa Timur  ?

C. Tujuan
1. Mengetahui lebih mendalam mengenai kegiatan akademis di program studi
yang bersangkutan, serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan mahasiswa
dan dosen dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Membantu mahasiswa dan dosen mengenai sistematika dan acuan penulisan
skripsi secara langsung mengenai tinjauan kepustakaan.
3. Mengajak mahasiswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan perkuliahan
melalui kuliah umum, diskusi dan pengenalan kegiatan kampus lainnya.
4. Membuka jaringan baru (link) yang dapat membantu terciptanya kerja sama
antar SETIA-WS dimasa datang.

D. Manfaat :
1. Mahasiswa dan dosen yang melakukan KKL dapat mengadaptasi kegiatan
perkuliahan untuk diterapkan di universitas asal, dan membantu pemenuhan
sarana dan prasarana yang menunjang aktivitas pembelajar.
2. Mahasiswa akan lebih terbantu dalam hal penulisan skripsi karena adanya
patokan penulisan, isi dan arah penulisan skripsi yang selama ini belum
dimiliki Perguruan Tinggi asal.
3. Menambah khazanah pengetahuan terutama tentang disiplin ilmu yang
diajarkan di program studi yang bersangkutan.

2
BAB II

DESKRIPSI, KONDIDI UMUM OBYEK KKL

A. Identitas Dan Sejarah Singkat


1. Identitas
a. Nama Pondok : Pondok Pesantren Sunan Drajat
Alamat
b. Desa : Banjaranyar
c. Kecamatan : Paciran
d. Kabupaten : Lamongan
e. Propinsi : Jawa Timur
f. Telephone : (0322) 662261, 3326799,663622
g. Tahun berdiri : 7 September 1977
h. Nama Pendiri : KH Abdul Ghofur
i. Akte Notaris :
j. Nomor Statistik :
k. Nomor Piagam Terdaftar :
l. Nama Yayasan : Sunan Drajat
m. Alamat Yayasan : PP. Sunan Drajat
n. Ketua Yayasan :
o. Website : https://ppsd.or.id/
p. Email : admin@ppsd.or.id
2. Sejarah Singkat
Pondok Pesantren Sunan Drajat didirikan pada tanggal 7 September
1977 di desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan oleh KH
Abdul Ghofur Menilik dari namanya pondok pesantren ini memang
mempunyai ikatan historis, psikologis, dan filosofis yang sangat lekat
dengan nama Kanjeng Sunan Drajat.
Bahkan secara geografis bangunan pondok tepat berada di atas
reruntuhan pondok pesantren peninggalan Sunan Drajat yang sempat
menghilang dari percaturan dunia Islam di Jawa selama beberapa ratus
tahun.
Pondok Pesantren Sunan Drajat adalah salah satu pondok pesantren
yang memiliki nilai historis yang amat panjang karena keberadaan pesantren
ini tak lepas dari nama yang disandangnya, yakni Sunan Drajat.
Sunan Drajat adalah julukan dari Raden Qosim putra kedua
pasangan Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) dengan Nyi Ageng Manila
(Putri Adipati Tuban Arya Teja). Dia juga memiliki nama Syarifuddin atau
Masih Ma’unat.
Perjuangan Sunan Drajat di Banjaranyar dimulai tatkala dia diutus
ayahandanya untuk membantu perjuangan Mbah Banjar dan Mbah Mayang

3
Madu guna mengembangkan syiar Islam didaerah pesisir pantai utara
Kabupaten Lamongan saat ini.
Pada tahun 1440-an ada seorang pelaut muslim asal Banjar yang
mengalami musibah di pesisir pantai utara, kapal yang ditumpanginya pecah
terbentur karang dan karam di laut. Adapun Sang Pelaut Banjar terdampar
di tepian pantai Jelaq dan ditolong oleh Mbah Mayang Madu penguasa
kampung Jelaq pada saat itu.
Melihat kondisi masyarakat Jelaq yang telah terseret sedemikian
jauh dalam kesesatan, Sang Pelaut muslim itu pun terketuk hatinya untuk
menegakkan sendi-sendi agama Allah. Dia pun mulai berdakwah dan
mensyiarkan ajaran Islam kepada penduduk Jelaq dan sekitarnya. Lambat-
laun perjuangan Sang Pelaut yang kemudian hari lebih dikenal dengan
Mbah Banjar, mulai membuahkan hasil. Apa lagi bersamaan dengan itu
Mbah Mayang Madu pun turut menyatakan diri masuk Islam dan menjadi
penyokong utama perjuangan Mbah Banjar.

Ada suatu hari, Mbah Banjar dan Mbah Mayang Madu berkeinginan
untuk mendirikan tempat pengajaran dan pendidikan agama agar syiar Islam
semakin berkembang, namun mereka menemui kendala dikarenakan masih
kurangnya tenaga edukatif yang mumpuni di bidang ilmu diniyah.
Akhirnya mereka pun sepakat untuk sowan menghadap Kanjeng
Sunan Ampel di Ampeldenta Surabaya. Gayung pun bersambut Kanjeng
Sunan Ampel memberikan restu dengan mengutus putranya Raden Qosim
untuk turut serta membantu perjuangan kedua tokoh tersebut. Akhirnya
Raden Qosim mendirikan Pondok Pesantren di suatu petak tanah yang
terletak di areal Pondok Pesantren putri Sunan Drajat saat ini.
Dia pun mengatakan bahwa barang siapa yang mau belajar
mendalami ilmu agama di tempat tersebut, semoga Allah menjadikannya
manusia yang memiliki derajat luhur. Karena do’a Raden Qosim inilah para
pencari ilmu pun berbondong-bondong belajar di tempat dia dan Raden
Qosim pun mendapat gelar Sunan Drajat.
Sementara itu untuk mengenang perjuangan Mbah Banjar, maka
dusun yang sebelumnya bernama kampung Jelaq, dirubah namanya menjadi
Banjaranyar untuk mengabadikan nama Mbah Banjar dan anyar sebagai
suasana baru di bawah sinar petunjuk Islam.
Sunan Drajat yang merupakan putra sunan ampel menjadi tokoh
sentral dalam penyebaran agama Islam yang ada di wilayah Lamongan.
Raden Qosim atau Sunan Drajat mendirikan pondok pesantren di suatu
petak tanah, terletak di areal Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat saat ini.
Dia pun mengatakan bahwa barang siapa yang mau belajar mendalami ilmu
agama di tempat tersebut, semoga Allah menjadikannya manusia yang
memiliki derajat luhur. Karena do’a Raden Qosim inilah para pencari ilmu

4
pun berbondong-bondong belajar di tempat dia dan Raden Qosim pun
mendapat gelar Sunan Drajat.
Setelah beberapa lama dia berdakwah di Banjaranyar, maka Raden
Qosim mengembangkan daerah dakwahnya dengan mendirikan masjid dan
pondok pesantren yang baru di kampung Sentono. Dia berjuang hingga
akhir hayatnya dan dimakamkan di belakang masjid tersebut. Kampung di
mana dia mendirikan masjid dan pondok pesantren itu akhirnya dinamakan
pula sebagai Desa Drajat.
Sepeninggalan Sunan Drajat, tongkat estafet perjuangan dilanjutkan
oleh anak cucu dia. Namun seiring dengan perjalanan waktu yang cukup
panjang kebesaran nama Pondok Pesantren Sunan Drajat pun semakin pudar
dan akhirnya lenyap ditelan masa. Saat itu hanyalah tinggal sumur tua yang
tertimbun tanah dan pondasi bekas langgar yang tersisa. Kemaksiatan dan
perjudian merajalela di sekitar wilayah Banjaranyar dan sekitarnya, bahkan
areal di mana Raden Qosim mendirikan Pondok Pesantren di Banjaranyar
saat itu berubah menjadi tempat pemujaan.
Setelah mengalami proses kemunduran, bahkan sempat menghilang
dari percaturan dunia Islam di Pulau Jawa, pada akhirnya Pondok Pesantren
Sunan Drajat kembali menata diri dan menatap masa depannya dengan rasa
optimis dan tekad yang kuat. Hal ini bermula dari upaya yang dilakukan
oleh anak cucu Sunan Drajat yang bercita-cita untuk melanjutkan
perjuangan Sunan Drajat di Banjaranyar.
Keadaan itu pun berangsur-angsur pulih kembali saat di tempat yang
sama didirikan Pondok Pesantren Sunan Drajat oleh KH. Abdul Ghofur
yang masih termasuk salah seorang keturunan Sunan Drajat pada tahun
1977 yang bertujuan untuk melanjutkan perjuangan wali songo dalam
mengagungkan syiar agama Allah di muka bumi.
Munculnya kembali Pondok Pesantren Sunan Drajat saat ini tentu
tidak terlepas dari perjalanan panjang dan perjuangan anak cucu Sunan
Drajat itu sendiri. Sebagai institusi resmi dan legal, Pondok Pesantren Sunan
Drajat tentu memiliki persamaan dan perbedaan dengan cikal bakal
berdirinya pondok pesantren itu sendiri.
Di sisi lain di dalam Pondok Pesantren Sunan Drajat terdapat
pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal, non formal dan in formal.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tidak semua pondok pesantren memiliki
pendidikan yang mengajarkan tentang pengetahuan dan keahlian/skill secara
intensif terhadap santrinya. Dengan demikian sangat penting bagi seorang
akademisi untuk mempelajari kembali ide-ide dasar yang muncul dan
menyertai perkembangan Pondok Pesantren Sunan Drajat.

5
B. Visi Dan Misi
1. Visi
Menjadi sebuah pondok pesantren yang mampu melakukan perubahan
bagi masyarakat untuk menjadi masyarakat yang madani. Dan meneruskan
cita-cita sembilan wali. Serta membentuk insan yang berbudi luhur,
berakhlakul karimah, bertaqwa kepada Allah SWT, berpengetahuan luas
dan bertanggung jawab terhadap agama, nusa dan bangsa.
2. Misi
a. Menjadi pondok pesantren yang baik yang bisa menjadikan santrinya
sebagai santri yang berkompetensi serta dijadikan contoh bagi pondok
pesantren lainnya.
b. Menyelenggarakan pendidikan Islam dan dibekali dengan pendidikan
formal.
c. Mengikuti Pedoman Sunan Kalijaga “Kenek Iwak’e Gak Buthek
Banyune”.
d. Mengembangkan Jiwa Mandiri pada santri sebagaimana wasiat Sunan
Drajat “Wenehono” (Berilah).
e. Membentuk insan yang berbudi luhur, berakhlakul karimah, bertaqwa
kepada Allah SWT, berpengetahuan luas dan bertanggung jawab
terhadap agama, nusa dan bangsa.
C. Letak Geografis

Desa Banjaranyar termasuk dalam wilayah kecamatan Paciran yang


terletak di daerah dekat pantai utara Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa.
Dokumen Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan Jawa Timur,
sedangkan letak desa tersebut dari kabupaten Lamongan 35 Km. Sukodadi
(Telon Semelaran) belok ke kiri terus ke utara sampai di desa Banjaranyar.
Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

1. Selatan selatan, berbatasan dengan Desa Sendang.


2. Sebelah utara, berbatasan dengan Pantai Utara Jawa.
3. Sebelah barat, berbatasan dengan Desa Kranji.
4. Sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Kemantren. Desa Banjaranyar
terbagi menjadi dua dusun, meliputi Dusun Banjaranyar dan Dusun
Banjarwati.

Adapun luas desa Banjaranyar sekitar 326.297 Ha, yang menurut


fungsinya adalah:

1. Perumahan dan Pekarangan : 4,398 Ha.


2. Tanah Kering : 326,297 Ha.
3. Lapangan Olahraga : 10.
4. Kuburan : 4.

6
5. Tempat Keperluan Fasilitas Umum : 6 tempat.
6. Jalan Sungai : 1.
7. Tanah Pondok Pesantren : 10 Ha.
Dari data potensi desa ini menunjukkan jumlah penduduk kurang lebih
2130 jiwa dengan kepala keluarga sebanyak 958 kepala keluarga, dengan
jumlah rincian penduduk menurut jenis kelaminnya adalah sebagai
D. Keadaan Lembaga, Santri Dan Asatidz/Asatidzah/Guru
1. Keadaan Lembaga
Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai tempat berusaha bisa santri,
memiliki pola pengajaran pendidikan formal dan non formal. Pendidikan
formal antara lain: MTs Sunan Drajat, SMP Negeri 2 Paciran. MA Ma'arif 7
Sunan Drajat. SMK Sunan Drajat. Madrasah Mu'allimin Mu'allimat. dan
Sekolah Tinggi Agama Islam Raden Qosim (STAIRA). Sedangkan
Lembaga Pendidikan nonformal antara lain: Madrasatul Qur'an, Madrasah
Diniyah, Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) dan Pengajian
Kitab Salaf.
2. Data Santri
Data Santri yang belajar di Pondok Pesantren Sunan Drajat berjumlah
lebih kurang 6000 (enam ribu) orang terdiri dari santri putra mukim 2400
orang, santri putri mukim 1900 orang, santri karyawan 300 orang, santri
tidak mukim 1400 orang. Dilihat dari jenis dan jenjang pendidikan yang
diikuti, santri yang belajar di MI sebanyak 230 orang, MTs sebanyak 450
orang, SMPN sebanyak 495 orang, MA sebanyak 420 orang, SMEA
sebanyak 350 orang, STM Otomotif sebanyak 260 orang, SUPM sebanyak
250 orang, Mu’allimin-Mu’allimat sebanyak 805 orang, Madrasah Diniyah
sebanyak 620 orang, Madrasatul Qur’an sebanyak 450 orang, dan Unisla
sebanyak 875 orang. Asal santri dari sekitar Lamongan, Gresik, Bojonegoro,
Tuban, Jombang, Kalimantan Barat, Riau, Sumatera Utara, NTB, DKI
Jakarta, Jawa Tengah, jambi, Madura, Kota Madya Surabaya, dan
kabupaten lain di Jawa Timur.
3. Data Asatidz
Adapun jumlah tenaga pendidiknya sebagai berikut: Kyai: 1 orang,
Ustadz atau guru sebanyak 360 orang, terdiri dari 227 laki-laki, dan 133
perempuan dengan latar belakang pendidikan antara lain: alumni Pondok
Pesantren Tebuireng, Tambak Beras, Lirboyo, Gontor, Darul Ulum, Sunan
Drajat, Langitan, Pacul Goang, Sarang Lasem, Pare Kediri, Kranji. Tamatan
Madrasatul Qur’an, Sarjana Strata 1 (S1), Strata 2 (S2) dan Strata 3 (S3).
Status kepegawaian adalah tenaga yang diangkat oleh yayasan sebagai
pegawai tetap yayasan kecuali guru SMPN 2 Paciran yang sebagian besar
gurunya adalah Pegawai Negeri Sipil. Para tenaga pendidikan ditempatkan
diperumahan khusus bagi para ustadz atau guru yang berada di dalam
kompleks Pondok Pesantren Sunan Drajat dan ada beberapa orang yang

7
tinggal di luar Pondok Pesantren Sunan Drajat karena telah memiliki rumah
sendiri. Bagi guru atau ustadz yang tinggal di dalam kompleks Pondok
Pesantren ditugaskan sebagai pengawas disiplin dan tata tertib santri yang
diberlakukan di Pondok Pesantren Sunan Drajat.

8
BAB III
ANALISIS

A. Deskripsi Observasi, Pengamatan Dan Informasi


1. Metode Pembelajaran
Sebagai lembaga pendidikan islam, pesantren pada dasarnya hanya
mengajarkan agama, sedangkan kajia atau mata pelajarannya ialah kitab-
kitab dalam bahasa arab (kitab kuning). Pelajaran agama yang dikaji di
pesantren ialah al-Qur’an dengan tajwid dan tafsirnya, aqa’id dan ilmu
kalam, fiqih dan usul fiqih, hadits dengan musthalahah hadits, bahasa arab
dengan ilmunya, tarikh, mantiq dan tasawuf.
Adapun metode yang lazim digunakan dalam pendidikan pesantren
adalah sebagai berikut, yang oleh Mujamil Qomar dibagi menjadi kategori
tradisional dan kombinatif.
a. Metode-metode tradisional
1) Wetonan, yakni suatu metode kuliah dimana para santri mengikuti
pelakaran dengan duduk mengelilingi kiai yang menerangkan
pelajaran. Santri menyiimak kitab masing-masing dan mencatat jika
perlu. Pelajaran diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum
atau sesudah melaksanakan shalat fardhu. Di jawa barat, metode ini
sebut dengan bandongan,sedangkan di Sumatera di sebut
dengan halaqah.
2) Penerapan metode ini membuat santri bersikap pasif, sebab
keberlangsungan pengajaran didominasi oleh pengajar/ kyai. Santri
tidak diberi kesempatan untuk bertanya apalagi mengkritisi. Hal inilah
yang perlu dirubah, santri harus diberi kesempatan untuk sekedar
bertanya atau mengkritisi, sehingga hubungan interaksi terjadi dalam
sebuah proses pembelajaran.
3) Metode ini merupakan hasil adaptasi dari metode pengajaran agama
yang berlangsung di Timur Tengah terutama Mekah dan Al-Azhar,
Mesir. Hal ini timbul dari hasil interaksi intelektual antara perintis
(kyai) pesantren dengan pendidikan yang berlangsung di sana.
4) Metode sorogan, yakni suatu metode dimana santri menghadap kiai
seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan
dipelajarinya. Metodesorogan ini merupakan bagian yang paling sulit
dari keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, sebab sistem
ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi santri/
kendatipu demikian, metode ini diakui paling intensif, karena
dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk tanggung
jawab langsung.

9
5) Metode hafalan, yakni suatu metode dimana santri menghafal teks
atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya.
6) Bahkan di beberapa pesantren, keilmuan hanya dianggap sah dan
kokoh bila dilakukan melalui transmisi dan hafalan, baru kemudian
menjadi keniscayaan. Lebih jauh lagi, parameter kealiman seseorang
dinilai berdasarkan kemampuan menghafal teks-teks.
7) Metode muhawarah, adalah suatu kegiatan berlatih bercakap-cakap
dengan bahasa arab yang diwajibkan pesantren kepada santri selama
mereka tinggal di pesantren. Frekuensi penerapan metode ini di
pesantren tidak ada keberagaman. Ada yang menerapkan hanya pada
kegiatan-kegiatan tertentu, tetapi ada beberapa pesantren yang
mewajibkan penggunaan metode ini kepada santrinya setiap hari.

b. Metode-metode kombinatif
Sekarang pesantren mulai mempertimbangkan dan mengambil alih
metodik pendidikan nasional yang di dalamnya mengalir paham-paham
paedagogis yang bersumber di samping dari pendidikan pribumi juga dari
belanda maupun Amerika.
Akibat tuntutan zaman dan kebutuhan masyaarakat disamping
kemajuan dan perkembangan pendidikan di tanah air, sebagian pesantren
menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan pada lembaga pendidikan
formal, sedang sebagian lagi masih tetap bertahan pada metode
pengajaran yang lama.
Betapapun masih terdapat model pesantren yang hanya
menerapkan  metode yang hanya bersifat tradisional saja, tetapi pesantren
yang   kombinasi berbagai metode dengan sistem klasikal dalam
bentuk madrasah, tampaknya belakangan ini menjadi semacam mode.
Akibatnya situasi dalam proses belajar mengajar menjadi bervariasi dan
menyebabkan santri bertambahinterest akibat aplikasi berbagai metode
secara kombinatif.
2. Sistem Pengelolaan
Pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan yang berada di Pondok
Pesantren Sunan Drajat di bawah suatu badan hukum Yayasan Pondok
Pesantren Sunan Drajat. Pelaksanaan kegiatan kelembagaan ditangani oleh
suatu organisasi pelaksana kegiatan. Seperti bidang pendidikan menangani
lembaga-lembaga pendidikan formal, sedang pendidikan kepesantrenan
ditangani oleh bidang Pondok Pesantren. Masalah administrasi dan
keuangan di tangani oleh bidang administrasi keuangan Badan Koordinasi
Keuangan (BKK), untuk pengembangan usaha atau industri ditangani oleh
Badan Koordinasi Perekonomian dan Pengembangan Usaha, yang menjalin
kemitraan dengan dunia usaha Pondok Pesantren maupun pemerintah.

10
3. Sistem Pendidikan
Di Pondok Pesantren Sunan Drajat ini terdapat beberapa lembaga
pendidikan, diantaranya:
a. Pendidikan Formal yang Dikelola Pondok Pesantren Sunan Drajat
Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai tempat belajar santri,
memiliki pola pengajaran pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan
formal di Pondok Pesantren Sunan Drajat antara lain: Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah Ma’arif 7 (MA Ma’arif 7 Sunan
Drajat Paciran), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) NU 1 Paciran,
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) NU 2 Paciran, Madrasah Mualimin
Mualimat (MMA), Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Paciran (SMPN
2 Paciran).
Letaknya ada di lingkungan Pondok Pesantren sehingga
dipengaruhi oleh kebijakan Pondok Pesantren, Sekolah Tinggi Agama
Islam Raden Qosim (STAIRA) dan Ma’had Aly Sunan Drajat. Dari tiap-
tiap lembaga pendidikan tersebut memiliki profil yang berbeda-beda.
Adapun profil dari tiap lembaga formal yang terdapat diPondok
Pesantren Sunan Drajat antara lain:
1) Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Pada tahun 1984/1985 di Pondok pesantren Sunan Drajat
didirikan sebuah lembaga pendidikan menengah tingkat pertama
(SMP) 45 di samping di dalamnya sudah ada Madrasah Diniyah
(Madrasah Khusus Pelajaran Agama ala Pesantren) yang
sudah berjalan bertahun-tahun sejak pesantren itu berdiri. Tetapi,
keberadaan SMP hanya mampu bertahan selama satu tahun, karena
kurang mendapat dukungan dari masyarakat sekitar. Memang
masyarakat dan wali santri pada waktu itu lebih bangga dan lebih
menerima Madrasah yang bercirikan islam dari pada sekolah Umum
(SMP). KH. Abdul Ghofur bersama-sama dengan masyarakat sepakat
mendirikan Lembaga pendidikan baru yang bercirikan islam yang
diberi nama Madrasah Tsanawiyah Sunan
Drajat yang lokasinya beradadi tengah-tengah Pondok Pesantren
Sunan Drajat yang bernaung di bawah Yayasan Pondok Peasantren
Sunan Drajat, dengan akte Notaris Nurul Yaqin SH. Nomor : 10
tanggal 19 Oktober 1993.
2) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTP 2 Paciran)
Berdirinya SLTP Negeri 2 Sunan Drajat diawali dengan inisiatif
Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat untuk merangkul semua
strata sosial di masyarakat, baik dari kalangan santri maupun
masyarakat secara luas. Kemudian, pengasuh menjalin kerja sama
dengan Dinas, serta mendapat respon positif dari Dinas sehingga
pembangunannya dapat terealisasi pada tahun 1997  dengan biaya dari

11
APBD dan diresmikan pada tanggal 30 Agustus 1997 oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Prof. DR. Ing Wardiman
Djoyonegoro, dan merupakan satu-satunya SLTP Negeri yang
memadukan Kurikulum berdasarkan Dikdasmen dengan Kurikulum
Pesantren.
3) Madrasah Aliyah Ma’arif 7 Sunan Drajat
Ma’arif 7 berdiri pada 1989, atas prakarsa masyarakat setempat
dan para guru senior. Pada awal berdirinya MA. Ma’arif 7 merupakan
lembaga pendidikan LP. Maarif dan di bawah naungan Yayasan
Pondok Pesantren Sunan Drajat Banjaranyar Paciran Lamongan
dengan status tercatat dan baru secara resmi dapat rekomendasi dari
kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa
Timurtahun 1991.
Seiring dengan berjalannya waktu, MA Ma’arif 7 Banjarwati
berusaha untuk berbenah diri di segala aspek, sehingga pada tahun
1994, status berubah menjadi status Diakui dari Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Sejak berdiri, MA Ma’arif 7
Banjarwati dalam pelaksanaan belajar mengajar dengan cara terpisah,
siswa putra di lokasi pondok putra dan
siswa putri di lokasi pondok putri. Hal ini di samping karena
keterbatasan gedung dana lokal yang dimiliki juga karena prinsip
menjaga hubungan bebas antara laki-laki dan perempuan. Pada tahun
1998/1999 secara keseluruhan siswa dan kantor dipindahkan ke
lokasi pondok putri sampai sekarang. Pada tahun 1999/2000 MA
Ma’arif 7 mendapat peninjauan ulang atas status Diakui yang sudah
berlangsung 5 tahun.
Pada saat itu ada keinginan dari sebagian warga madrasah untuk
mengajukan status Disamakan, tetapi karena baru saja pindah lokasi,
maka MA Ma’arif 7 mengajukan status Diakui dan dikukuhkan oleh
Direktorat Jendera lKelembagaan Agama Islam tahun 2000. Pada
rentang 113 tahun perjalanan Ma’arif 7 (1989-2000), perjalanan yang
paling berarti dimulai pada tahun 1996 sejak saat itu dan seterusnya
MA Ma’arif 7 mencatat perkembangan prestasi baik dalam bidang
penambahan jurusan (IPA-IPS) dalam pembenahan administrasi,
penambahan sarana dan prasarana, dan fasilitas kantor maupun
penambahan dan peningkatan kualitas tenaga pengelolanya. MA
MA’arif 7 menjelma sebagai pendidikan alternatif berprospek untuk
menjadi Madrasah masa depan.
4) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) NU 1 Paciran
Suatu kondisi nyata yang dianggap sebagai bagian dari
komunitas bangsa-bangsa di dunia adalah keterkaitan saling
terbuka pada abad global. Keadaan kota Lamongan khususnya

12
wilayah pantura sebagian besar masyarakatnya berbasis nelayan yang
penghasilan sehari-harinya dengan pengangkatan sumber daya alam
laut. Olehkarena hal tersebut, maka diperlukan suatu penyadaran
melalui program pendidikan dan
pelatihan, dan pendidikan kecakapan hidup dalam bidang teknik
otomatif terkait sarana dan prasarana penangkapan ikan.
Dari harapan dan data empiris-diskripsi di atas, maka Pengasuh
Pondok Pesantren Sunan Drajat dengan dibantu
oleh beberapa guru, pada tahun 1995 mewujudkan keinginan itu denga
nmendirikan Sekolah Menengah Kejuruan NU 1 Paciran
Lamongandengan konsentrasi program bidang otomotif dan
bangunan.
5) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) NU 2 Paciran
Kondisi sosio-geografis sebuah masyarakat tidak terlepas
dari perkembangan dan dinamika perekonomian yang berlaku di
dalamnya. Letak geografis, perilaku sosial dan kecenderungan dalam
memilih mata pencaharian merupakan tiga mata rantai yang saling
mengait dan saling mempengaruhi. Perkembangan perekonomian
tidak hanya menuntut pada tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas
produksi, tetapi juga membutuhkan pelaku ekonomi dengan
kapabilitas yang lebih, bewawasan luas, jujur serta mampu
mengembangkan menjadi sebuah usaha yang memberikan
kemanfaatan bersama.
Pondok Pesantren Sunan drajat sejak awal bercita-cita
membentuk insan berdedikasi tinggi dalam setiap bidang
usaha pada tahun 1996 mendirikan Sekolah  Menengah Ekonomi Atas
NU 2 Paciran Lamongan (SMK NU 2), yang dilatarbelakangi oleh
pengambil alihan pengelolaan lembaga
SMEA dari PGRI yang tidak kunjung mengalami kemajuan oleh
Yayasan Pondok Pesantren Sunan Drajat yang pada sampai pada
tahun 2004 ini masih eksis dan berjalan dengan dinamika yang lebih
berkembang dan lebih maju. Orientasi utama dari lembaga ini adalah
membentuk ekonom-ekonom muda professionalyang mempunyai
dasar religi kuat dan mampu mengaplikasikannya dalam percaturan
ekonomi global.
6) Madrasah Mu’allimin Mu’allimat (MMA)
Berdirinya lembaga Mu'allimin-Mu'allimat (MMA) tidak bisa
dilepaskan dari pendiri pondok pesantren Sunan Drajat KH. Abdul
Ghofur yang prihatin melihat alumni dari pesantren ini banyak yang
tidak begitu menguasai ilmu agama sehingga belum siap untuk
diterjunkan di masyarakat. Kyai berkeinginan ada satu lembaga yang
khusus mendalami ilmu agama murni tetapi bisa mengikuti ujian

13
negara. Ini bertujuan para lulusan yang pandai-pandai bisa
mengabdikan ilmunya baik pada jalur formal maupun informal.
Untuk menindak lanjuti pemikiran di atas beberapa guru senior
yang ada di Pondok Pesantren Sunan Drajat mengusulkan kepada
Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat untuk membentuk sebuah
Lembaga  yang bisa merealisasikan cita-cita luhur tersebut. Setelah
musyawarah beberapa kali dengan pengasuh akhirnya diputuskan
nama lembaga yang dipandang sesuai dengan dunia pendidikan
keagamaan yakni Mu’allimin Mu’allimat. Nama ini diilhami
kebesaran Madrasah Mu’allimin Tambak beras, Kulliyatul Mu’allimin
Gontor yang telah banyak mencetak kader-kader ulama’ di nusantara
bahkan sampai mancanegara. Pada awal ajaran baru tepatnya tanggal
15 Juli 1994 lembaga ini diresmikan oleh pengasuh Pondok Pesantren
Sunan Drajat (KH. Abdul Ghofur). Dalam sambutan peresmiannya
beliau menyambut antusias berdirinya lembaga yang merupakan ciri
khas dari pesantren Dunan Drajat ini. Sebagai bentuk apresiasinya
putra-putri beliau dimasukkan di Mu’allimin-Mu’allimat (MMA).
7) STAIRA (Sekolah Tinggi Agama Islam Raden Qosim)
Dalam pembangunan masa reformasi ini pembangunan kualitas
sumber daya manusia merupakan faktor kunci yang harus
ditingkatkan. Persoalan ini merupakan komitmen nasional yang secara
nyata terlihat dalam pesan politik GBHN; bahwa pembangunan
sumber daya manusia memperoleh prioritas yang sangat tinggi.
Sejalan dengan itu rnenghadapi masyarakat abad ke 21 semakin
menuntut sumber daya manusia unggul, yaitu manusia-manusia yang
tidak hanya sekedar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi
juga harus di jiwai dengan nilai-nilai luhur agamanya. Kedua nilai
tersebut saling mengisi dan saling mengembangkan, sehingga
melahirkan sumber daya manusia yang memiliki keseimbangan, yakni
menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan sekaligus vang
bertakwa dan berakhlak dalam rangka mewujudkan bersama
masyarakat madani yang dicita-citakan.
Guna mewujudkan visi tersebut, lembaga pendidikan terutama
perguruan tinggi memegang peran sangat penting serta mengemban
tanggungjawab dalam melaksanakan visi dan misinya.
Sehubungan dengan itu, Yayasan Pondok Pesantren Sunan
Drajat yang telah didirikan sejak tahun 1977 melanjutkan misi
tersebut dengan mewujudkannya melalui Pendirian "Sekolah Tinggi
Agama Islam Raden Qosim (STAIRA) Lamongan" dengan
menyelenggarakan program pendidikan Strata Satu (S.1) diantaranya
Program Studi Ekonomi Syari'ah, Pendidikan Bahasa Arab dan prodi
Ahwal al-Syahsyiyah. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan

14
sarjana-sarjana yang berkualitas serta menemukan/menciptakan yang
baru yang hasilnya memiliki dampak dan bisa memberi manfaat baik
secara internal maupun eksternal dengan semakin terkukuhnya
otentisitas dan originalitas nilai-nilai luhur agama, budaya menuju
terciptanya masyarakat belajar berlandaskan solidaritas intelektual dan
moral. Untuk itu, Sekolah Tinggi Agama Islam Raden Qosim
(STAIRA) Lamongan terus berupaya meningkatkan eksistensinya
melalui pendirian / pembukaan Jurusan khususnya dibidang Agama
Islam dengan paradigma Islam sebagai faktor integratif dalam
mengembangkan program studi-program, studi ilmu murni, sehingga
terintegrasinya nilai-nilai dan pengetahuan, nilai-nilai agama dan etik
yang pada akhirnya merupakan karakteristik dari masyarakat madani
era global abad 21.
Dalam pembangunan masa Reformasi ini pembangunan kualitas
sumber daya manusia merupakan faktor kunci yang harus
ditingkatkan. Persoalan ini merupakan komitmen nasional yang secara
nyata terlihat dalam pesan politik GBHN; bahwa pembangunan
sumber daya manusia memperoleh prioritas yang sangat tinggi.
b. Pendidikan Non Formal yang dikelola Pondok Pesantren Sunan
Drajat
1) Madrasah Diniyah Sunan Drajat
Madrasah Diniyah Sunan Drajat didirikan dengan fungsi
sebagai berikut:
a) Meningkatkan pemahaman santri/murid dalam terhadap ilmu
Agama, terutama kitab-kitab Salaf sehingga mampu
mengembangkan dirinya yang sejalan dengan norma-norma agama
dan mampu mengamalkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
b) Menumbuh-kembangkan ilmu-ilmu islami dalam integrasi
hubungan dengan Allah SWT, Rasul, Manusia, alam
semesta bahkan dengan dirinya sendiri.
c) Memberikan pemahaman mendalam kepada santri tentang
ajaranAgama dan bagaimana mengimplementasikannya dalam
hidup sehari-hari.
2) Madrasatul Qur’an
Madrasatul Qur’an Sunan Drajat didirikan dengan fungsi
sebagai berikut:
a) Terbentuknya anak didik yang trampil membaca al-Qur’an
dengan benar.
b) Untuk menumbuh-kembangkan potensi, fitrah dan fungsi manusia.
c) Mengembangkan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan
danteknologi yang efektif, kreatif dan inovatif.

15
d) Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk
memperoleh pendidikan dan pengajian.
e) Membangun sinergi antar pengurus, guru dan masyarakat
demikemajuan madrasah.
f) Menumbuhkan kesadaran orang tua dan masyarakat
tentang pentingnya pendidikan dan pengajaran al-Qur’an
3) Lembaga Pengembangan Bahasa Asing
Menyadari akan saratnya tuntutan dan kewajiban serta
tanggung jawab dalam dunia Pondok Pesantren di era global ini,
pesantren dituntut untuk menyiapkan kader santrinya berkompetensi
dalam berbagai bidang, baik bidang ekonomi,
politik, budaya dan sosial di masyarakat. Diera globalisasi ini,
teknologi informasi dan komunikasi menempati posisi yang
vital. Oleh karena itu penguasaan pada teknologi informasi dan
komunikasi mutlak dibutuhkan. Salah satu media/cara untuk
menguasainya adalah penguasaan bahasa asing baik bahasa Arab
maupun bahasa Inggris yang keduanya merupakan bahasa
internasional.Untuk mewujudkan cita-cita tersebut pada tahun 2003,
pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat dengan dukungan Pengasuh
mendirikan  atau Institution Of Foreigen  Languanges
Development atau Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA)
yang berupaya mengelola pembinaan pendidikan bahasa Asing di
Pondok Pesantren Sunan Drajat dalam sebuah lembaga dengan materi
ajar yang terprogram secara terus menerus.
4. Sistem pembiyayaan dan bidang usaha
Sebagai sumber dana utama adalah pemasukan dari unit usaha yang
berada dibawah naungan Pondok Pesantren Sunan Drajat, serta iuran para
santri/siswa setiap bulan. Uang dari unit usaha untuk pengembangan sarana
pondok. Sedangkan uang yang diambil dari santri untuk keperluan
kesehatan, listrik dan pelaksanaan program belajar mengajar. Selama ini
kebutuhan sarana belajar mengajar banyak dibiayai oleh pengasuh pondok
Pesantren, KH Abdul Ghofur, melalui usaha pengobatan tradisional. Usaha
ekonomi yang dilakukan Pondok Pesantren ini adalah dari industri, wartel,
radio, pertanian, peternakan, dan koperasi, yang menyediakan kebutuhan
sehari-hari bagi para guru/ustadz maupun santri. Usaha tersebut belum
banyak memberi sumbangan terhadap pemasukan keuangan pondok
pesantren kerena diprioritaskan kepada pengembangan usaha. Rencana
pengembangan adalah dengan meningkatkan diversifikasi jenis usaha agar
lebih produktif, yaitu dengan melakukan kerjasama dengan institusi antara
lain dari UNIBRAW, ITB, IPB, UGM, ITS, UNAIR, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen
Koperasi dan UKM, serta menjalin kerjasama dengan perusahaan di seluruh

16
Indonesia khususnya di daerah Lamongan dan Jawa Timur, untuk
peningkatan kuantitas dan kualitas usaha yang ada.
Untuk bidang usaha yang dikembangkan, tanah yang digunakan untuk
bangunan fisik adalah 12 ha, gunung kapur 10 ha, lahan Phosphat 5 ha,
untuk pengembangan agribisnis 30 ha, tanah wali santri dan alumni yang di
gunakan untuk pengembangan usaha 300 ha. Bidang usaha yang di
kembangkan adalah:
a. Penanaman mengkudu sebanyak 10 ha
b. Pengembangan jus mengkudu“Sunan”
c. Pembuatan pupuk
d. Pembuatan air minum dalam kemasan “Quadrat”
e. Peternakan sapi
f. Home industri penggergajian kayu
g. Kerajinan dari limbah kulit
h. Kerajinan kayu “Kapal Layar Mini”
i. Pembuatan Kayu Asma “Tawon Bunga”
j. Minyak kayu putih “ Bintang Kobra”
k. Konveksi dan bordir
l. Koperasi
m. Pengadaan Radio Dakwah Persada FM, dan lain-lain.
B. Deskripsi Analisis
1. Analisis Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren Sunan Drajat
Metode pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Sunan
Drajat ini tidak jauh beda dengan metode pembelajaran di berbagai
Pondok Pesantren yang tersebar di Indonesia, yakni menggunakan
metode sorogan, bandongan, hafalan dan lain sebagainya. Dimana
metode tersebut sangat cocok sekali guna penerapan untuk para santri
khusunya, karena dapat membangun hubungan yang lebih harmonis
antara santri dengan kyai dimana dalam implementasinya sangat
dibutuhkan. Karena dalam metode tersebut, kyai dapat melihat satu
persatu sampai dimana kemampuan santrinya serta. Dalam hubungan
antara kyai dengan sendiri itu dibagi menjadi 4, diantaranya:
a. Kyai mengenal santrai & santri mengenal Kyai
b. Santri mengenal kyai, tapi kyai tidak mengenal santri
c. Kyai mengenal santri, tapi santri tidak mengenal kyai
d. Antara kyai dan santri tidak saling mengenal
Dalam hal tersebut, mendukung sekali untuk menggunakan
beberapa metode yang telah disebut di atas.
2. Analisis Program Pengelolaan
Pada program pengelolaan yang diterapkan di Pondok Pesantren
Sunan Drajat ini sudah sangat spesifik sekali. Jadi, setiap lembaga baik
itu pendidikan, kewirausahaan, keuangan maupun yang lainnya telah

17
dipegang oleh pakar bidangnya masing-masing. Hal itulah yang
mendukung begitu pesatnya kemajuan yang telah diperoleh oleh
Pondok Pesantren Sunan Drajat. Dimana di situ tidak terdapat sebuah
kelemahan untuk hal SDM (Sumber Daya Manusia) karena yang
mereka cetak sebagai generasi pengelola Pondok Pesantren Sunan
Drajat sendiri adalah merupakan bibit unggul. Tapi sayangnya dalam
pengelolaan pada bidang informasi sedikit terabaiakan, ada pula bidang
jurnalistiknya pun kurang begitu diperhatikan. Jadi, untuk informasi-
informasi mengenai Pondok Pesantren Sunan Drajat ini hanya bisa
diakses melalui mulut ke mulut. Satu hal lagi, untuk pengelolaan
Sumber Daya Listrik ketika padam belum  ada tindakan yang tegas
yang mendukung sarana prasarana penerangan bagi para santri untuk
terus belajar di malam hari ketika listrik padam.

3. Analisis Program Pendidikan


Dalam pengelolaan pada bidang pendidikan, di Pondok
Pesantren Sunan Drajat ini bisa dikatakan mencapai taraf berhasil,
dimana di situ terdapat beberapa lembaga pendidikan yang sama rata
dan disediakan dari berbagai aspek ilmu, sehingga apabila ada santri
yang menginginkan bersekolah di situ tinggal memilih, bidang mana
yang ingin ia tekuni. Juga pada kegiatan ekstrakurikulernya, di Pondok
Pesantren Sunan Drajat ini menyediakan banyak sekali sesuai bakat
minat para santri, guna menghindari keterpaksaan santri dalam
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Di Pondok Pesantren Sunan Drajat ini, bukan hanya mengupas
tuntas masalah problematika agama saja dalam pengkajian ilmunya.
Namun, terdapat juga beberapa ilmu umum yang telah membaur kepada
masyarakat sekitar. Misalnya seperti pada penelitian, bakti sosial dan
pengamalan dari beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti menjahit,
pencak silat, programer radio dan lain sebagainya. Di mana di situ
bertujuan untuk menciptakan kader anak bangsa yang bisa menjadi
insan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
Singkronnya setiap lembaga pendidikan di Pondok Pesantren
Sunan Drajat inilah yang juga menjadi sebuah tujuan para orang tua
untuk menempatkan anaknya pada porsi yang sempurna, dimana
jenjang pendidikan yang mereka tempuh sangat sempurna. Dari tingkat
menengah pertama, menengah atas dan juga Perguruan Tinggi bahkan
bukan hanya kajian ilmu umum yang mereka dapatkan namun berbagai
ilmu agama yang ada menjadi sebuah ciri khas yang mana dapat
membentuk santri menjadi seorang yang berakhlak mulia, berwawasan
luas serta berkemampuan menjadi seorang wirausaha yang dapat

18
menunjang keberhasilan hidupnya supaya bisa mendatangkan manfaat
pada dirinya khusunya, juga pada nusa, bangsa dan agama.
4. Analisis Program Pembiayaan dan Usaha
Di Pondok Pesantren Sunan Drajat, dalam bidang Pembiayaan
dan Usaha bisa dibilang berhasil. Karena hal itu dapat menunjang
negara Indonesia menjadi negara Maju dan meninggalkan label negara
Berkembang. Dalam hal ini, peran Pondok Pesantren Sunan Drajat
tersebut adalah sebagai bekal bagi para pemuda Indonesia yang
menginjak masa produktif serta bersemangat pada masa dimana mereka
memperoleh pelajaran yang tidak hanya terbatas pada teoritisnya saja
namun secara langsung dihadapkan pada pengaplikasiannya. Buktinya
di Pondok Pesantren Sunan Drajat sendiri telah berdiri berbagai
lembaga wirausaha mandiri yang dalam implementasinya dapat
menunjang keberhasilan pembangunan beberapa gedung seperti asrama
santri, masjid, gedung sekolah dan lain-lain yang saat ini cukup berdiri
megah. Sedangkan dana dari para santri, diaplikasikan kepada
kebutuhan pribadi mereka sendiri, seperti halnya listrik, makan, air dan
lain sebagainya. Jadi di sini mengedepankan prinsip sebuah Pesantren
Mandiri yang diharapkan kedepannya bisa menjadi cerminan Pondok
Pesantren yang tersebar di Indonesia. Tidak lupa juga mencetak kader-
kader anak bangsa yang dapat mengkatrol perekonomian masyarakan
Indonesia.
Dalam pengkajian ini, kiranya Pondok Pesantren lain perlu
belajar penuh mengenai manajemen dalam bidang tata usaha supaya
yang menyetir perekonomian Indonesia bukan mereka para pengusaha
Luar Negri, tapi bisa dikepalai oleh pengusaha domestik khususnya lagi
alumnus pesantren yang mana bisa lebih mengedepankan nilai-nilai
agama dalam penerapan perekonomian.

19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pondok Pesantren Sunan Drajat didirikan pada tanggal 7 September
1977 di desa Banjaranyar Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan oleh KH.
Abdul Ghofur. Menilik dari namanya Pondok Pesantren ini memang
mempunyai ikatan historis, psikologis, dan filosofis yang sangat lekat dengan
nama Kanjeng Sunan Drajat, bahkan secara geografis bangunan pondok tepat
berada di atas reruntuhan Pondok Pesantren peninggalan Sunan Drajat yang
sempat menghilang dari percaturan dunia Islam di Jawa selama beberapa ratus
tahun.

Pesantren sendiri berlokasi di atas tanah seluas 12 hektar sementara


yang digunakan untuk usaha berupa gunung kapur seluas 10 ha,  lahan
Phosphat seluas 30 Ha, tanah wali santri dan alumni yang digunakan untuk
pengembangan usaha 300Ha.

Bukan hanya berhasil dalam pengembangan bisnis, manfaat lain dari jus
mengkudu yang dibuatnya adalah keberhasilannya dalam menghijaukan lahan
tandus menjadi kebun mengkudu yang menyebabkannya diberi penghargaan
Kalpataru pada tahun 2006 sebagai pembina lingkungan terbaik. Penghargaan
lain yang diterimanya adalah sebagai Pengusaha UKM Terbaik di Jawa Timur
tahun 2007 dari harian Bisnis Indonesia dan yang paling baru adalah
penghargaan Nahnu Ansorulloh dari GP Ansor pada tahun 2015 atas
apresiasinya sebagai kiai yang dinilai memiliki gagasan dan konsep nyata
pemberdayaan ekonomi pesantren dan masyarakat, yang bisa menjadi inspirasi
kader-kader Ansor maupun bagi masyarakat luas.

B. Saran - Saran
1. Lebih mengoptimalkan acara pembekalan KKL agar mahasiswa memiliki
banyak pandangan ketika terjun di lapangan.
2. Penambahan alokasi waktu observasi di lapangan agar data yang didapatkan
bisa maksimal sehingga tidak terkesan jalan-jalan saja.
3. Koordinasi antara panitia dengan pihak Lembaga Pondok Pesantren tempat
KKL lebih diperhatikan.
4. Penyesuaian tema KKL dengan prodi-prodi yang terdapat di Perguruan
Tinggi asal.
5. Metode yang disampaikan dalam sosialisasi tidak monoton sehingga
menimbulkan rasa kebosanan dari mahasiswa.
C. Kata Penutup

Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan


kesempatannya kepada kita semua, terutama untuk penulis, sehingga penulis

20
dapat menyelesaikan Laporan KKL IV. Kepada para pembaca, penulis
memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kekeliruan bagi tulisan yang
penulis buat ini. Karena penulis sendiri hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan. Kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca sekalian untuk
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata semoga Laporan KKL IV yang
penulis buat ini dapat bermanfaat untuk pembaca

Demikian Laporan KKL IV ini dibuat agar mendapat perhatian dari


pihak pihak yang berkepentingan.

Besar harapan kami bahwa kegiatan ini mendapat dukungan penuh


sebagai bentuk komitmen bersama dalam mengembangkan dan memajukan
iklim dan intelektualitas akan pengetahuan mengenai materi perkuliahan,
system akademis perkuliahan serta wira usaha di kalangan mahasiswa.

21
LAMPIRAN - LAMPIRAN

22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai