Anda di halaman 1dari 24

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKOLAH

A. Pengertian Organisasi Sekolah


Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau
susunan yakni dalam penyusunan penempatan orang-orang dalam suatu kelompok
kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam
kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Dalam suatu
susunan atau struktur organisasi dapat dilihat bidang, tugas dan fungsi
masing-masing kesatuan serta hubungan vertikal horizontal antara
kesatuan-kesatuan tersebut.Dalam penyelenggaraan pendidikan lembaga pendidikan tidak
dapat lepas dari organisasi negara. Untuk organisasi ini Mulyani A. Nurhadi membedakan
menjadi dua yaitu organisasi makro dan mikro. Organisasi pendidikan makro
adalah organisasi pendidikan dilihat dari segi organisasi secara luas. Dalam
struktur organisasi, organisasi pendidikan pada tingkat makro dibedakan atas :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Pusat, Kantor Wilayah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Pendidikan Dan Kebudayaan di
Kabupaten/Kotamadya dan Kantor Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Kecamatan.
Organisasi pendidikan mikro adalah organisasi pendidikan dilihat dengan titik
tolak dengan unit-unit yang ada pada suatu sekolah atau lembaga pendidikan
penyelenggara langsung proses belajar mengajar. Struktur disetiap sekolah atau
lembaga tidak seluruhnya sama. Mungkin disuatu sekolah terdapat sesuatu unit
sekolah yang disekolah lain tidak terdapat karena disebabkan kekurangan tenaga
atau sarana lain.
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam
merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu
berinteraksi dengan lingkungan. Dengan begitu disana kita bisa belajar
bagaimana cara menyikapi diri kita ketika berhadapan dengan suatu masalah
sehingga kita bisa menyelesaikannya. Dengan pendewasaan maka kita dapat
menyikapi masalah kita dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi sebagai
mana peran kita didalam suatu lingkungan.
Definisi organisasi sekolah dari para ahli :
Organization is the form of every human association for the
attainment of comon purpose (James D. Oony) An organization as a system of cooperative
activities of two or more persons (Chester I. Barnard).
Dari defini tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa organisasi
adalah sebuah bentuk atau sistem yang terdiri dari sekelompok manusia yang
berkerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu sekolah dikatakan sebagai
sebuah organisasi karena sekolah didirikan untuk mencapai tujuan bersama
khususnya di bidang pendidikan.

B. Bentuk-Bentuk Organisasi Sekolah


Setiap unit kerja dipimpin oleh seorang kepala/pimpinan yang
menduduki posisi menurut tingkat unit kerjanya di dalam keseluruhan organisasi.
Posisi, tanggung jawab dan wewenang di dalam suatu kelompok formal terikat pada
struktur dan dibatasi oleh peraturan-peraturan yang mendasari pembentukan
organisasi kerja tersebut. Hubungan kerja yang didasari wewenang dan tanggung
jawab, baik secara vertikal maupun horizontal dan diagonal akan menunjukan pola
tertentu sebagai mekanisme kerja. Dengan kata lain pembagian tugas, pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab serta arus perwujudan tugas, akan menggambarkan
tipe atau bentuk organisasi kerja. Tipe-tipe organisasi itu antara lain:
1. Organisasi Lini (Line Organization)
Dalam tipe ini semua hak dan kekuasaan berada pada pimpinan
tertinggi. Personal yang lain disebut bawahan tidak mempunyai hak dan kekuasaan
sekecil apa pun karena hanya berkedudukan sebagai pelaksana tugas dari atasan.
Tidak dibenarkan adanya inisiatif dan kreativitas, semua tugas harus
dilaksanakan sebagaimana diperintahkan. Saluran perintah dan penyampaian
tanggung jawab dalam organisasi tipe ini dilakukan melalui prosedur dari atas
ke bawah dan sebaliknya.
2. Organisasi Staf (Staff Organization)
Dalam tipe ini semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi
habis pada unit kerja yang ada secara bertingkat. Setiap unit memperoleh
sebagian hak dalam menentukan kebijakan sepanjang tidak bertentangan dengan
kebijaksanaan umum dari pimpinan tertinggi. Wewenang dan tanggung jawab
dilimpahkan secara luas, sehingga pimpinan berkedudukan sebagai koordinator.
Tanggung jawab disampaikan secara bertingkat sesuai dengan hak dan kekuasaan
yang dilimpahkan.
3. Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization)
Tipe ini sebagai gabungan dari kedua tipe di atas, menempatkan
pimpinan tertinggi sebagai pemegang hak dan kekuasaan tertinggi dan terakhir.
Tidak semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang
ada, tugas yang bersifat prinsipil tetap berada pada atasan/pimpinan tetinggi.
Pimpinan unit kerja sebagai staf memperoleh wewenang dalam bidang kerja
masing-masing sepanjang tidak berhubungan dengan tugas yang menjadi wewenang
atau kekuasaan pimpinan tertinggi.
4. Organisasi Fungsional (Fungsional Organization)
Dalam tipe ini pembagian hak dan kekuasaan dilakukan berdasar
fungsi yang diemban oleh unit kerja dan terbatas pada tugas-tugas yang
memerlukan keahlian khusus. Sehingga personal yang diangkat dan menerima
wewenang untuk menjalankan kekuasaan diserahkan pada orang yang mempunyai
keahlian dalam bidang kerja masing-masing. Wewenang yang dilimpahkan dibatasi
mengenai bidang teknis yang memerlukan keahlian tertentu secara khusus.
C. Struktur Organisasi Sekolah
Pengertian Struktur Organisasi Sekolah
Struktur organisasi sekolah adalah struktur yang mendasari
keputusan para Pembina atau Pendiri sekolah untuk mengawali suatu proses
perencanaan sekolah yang strategis. Organisasi sekolah juga dapat dikatakan
sebagai seperangkat hukum yang mengatur formasi dan administrasi atau tata
laksana organisasi-organisasi sekolah di Indonesia.
D. Macam-macam Struktur Organisasi
Struktur Organisasi pendidikan yang pokok ada dua macam yaitu
sentralisasi dan desentralisasi. Di antara kedua struktur tersebut terdapat
beberapa struktur campuran yakni yang lebih cenderung ke arah sentralisasi
mutlak dan yang lebih mendekati disentralisasi tetapi beberapa bagian masih
diselenggarakan secara sentral. Pada umumnya, struktur campuran inilah yang
berlaku dikebanyakan negara dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
bagi bangsanya.
1. Struktur Sentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di jalankan secara
sentral, yakni yang kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan pada suatu badan
di pusat pemerintahan maka pemerintah daerah kurang sekali atau sama sekali
tidak mengambil bagian dalam administrasi apapun.

Segala sesuatu yang mengenai urusan-urusan pendidikan, dari


menentukan kebijakan (poliey) dan perencanaan, penentuan struktur dan
syarat-syarat personel, urusan kepegawaian, sampai kepada penyelenggaraan
bangunan-bangunan sekolah, penentuan kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal
dan penyelenggaraan ujian-ujian, dan sebagainya. Semuanya ditentukan dan
ditetapkan oleh dan dari pusat. Sedangkan bawahan dan sekolah-sekolah hanya
merupakan pelaksana-pelaksana pasif dan tradisional semata-mata.

Sesuai dengan sistem sentralisasi dalam organisasi pendidikan ini,


kepala sekolah dan guru-guru dalam kekuasaan dan tanggung jawabnya, serta dalam
prosedur-prosedur pelaksanaan tugasnya sangat dibatasi oleh peraturan-peraturan
dan instruksi-instruksi dari pusat yang diterimanya melalui hirarki atasannya.

Dalam sistem sentralisasi semacam ini, ciri-ciri pokok yang sangat


menonjol adalah keharusan adanya uniformitas (keseragaman) yang sempurna bagi
seluruh daerah di lingkungan negara itu. Keseragaman itu meliputi hampir semua
kegiatan pendidikan, teutama di sekolah-sekolah yang setingkat dan sejenis.

Adapun keburukan/keberatan yang prinsipal ialah :


a. Bahwa administrasi yang demikian cenderung kepada sifat-sifat
otoriter dan birokratis. Menyebabkan para pelaksana pendidikan, baik para
pengawas maupun kepala sekolah serta guru-guru menjadi orang-orang yang pasif
dan bekerja secara rutin dan tradisional belaka.

b. Organisasi dan administrasi berjalan sangat kaku dan seret,


disebabkan oleh garis-garis komunikasi antara sekolah dan pusat sangat panjang
dan berbelit-belit, sehingga kelancaran penyelesaian persoalan-persoalan kurang
dapat terjamin.

c. Karena terlalu banyak kekuasaan dan pengawasan sentral, timbul


penghalang-penghalang bagi inisiatif setempat, dan mengakibatkan uniformalitas
yang mekanis dalam administrasi pendidikan, yang biasanya hanya mampu untuk
sekedar hanya membawa hasil-hasil pendidikan yang sedang atau sedikit saja.

2. Struktur Desentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di-desentralisasi,
pendidikan bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah dan rakyat setempat. Penyelenggaraan dan pengawasan
sekolah-sekolah pun berada sepenuhnya dalam tangan penguasa daerah.

Kemudian pemerintah daerah membagi-bagikan lagi kekuasaannya


kepada daerah yang lebih kecil lagi, seperti kabupaten/kotapraja, distrik,
kecamatan dan seterusnya dalam penyelengaraan dan pembangunan sekolah, sesuai
dengan kemampuan, kondisi-kondisi, dan kebutuhan masing-msing. Tiap daerah atau
wilayah diberi otonomi yang sangat luas yang meliputi penentuan anggaran biaya,
rencana-rencana pendidikan, penentuan personel/guru, gaji guru-guru pegawai
sekolah, buku-buku pelajaran, juga tentang pembangunan, pemakaian serta
pemeliharaan gedung sekolah.

Dengan struktur organisasi pendidikan yang dijalankan secara


desentralisasi seperti ini, kepala sekolah tidak semata-mata merupakan seorang
guru kepala, tetapi seorang pemimpin, profesional dengan tanggung jawab yang
luas dan langsung terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh sekolahnya. Ia
bertanggung jawab langsung terhadap pemerintahan dan masyarakat awasan dan
sosial-control yang langsung dari pemerintahan dan masyarakat setempat. Hal ini
disebabkab karena kepala sekolah dan guru-guru adalah petugas-petugas atau
karyawan-karyawan pendidik yang dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh
pemerintah daerah setempat.
Tentu saja, sistem desentralisasi yang ekstrim seperti ini ada
kebaikan dan keburukannya. Beberapa kebaikan yang mungkin terjadi ialah :
a. Pendidikan dan pengajaran dapat disesuaikan dengan memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat.
b. Kemungkinan adanya persaingan yang sehat diantara daerah atau
wilayah sehingga masing-masing berlomba-lomba untuk menyelenggarakan sekolah
dan pendidikan yang baik.
c. Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas-petugas pendidikan yang
lain akan bekerja dengan baik dan bersungguh-sungguh karena dibiayai dan
dijamin hidupnya oleh pemerintah dan masyarakat setempat.

Adapun keburukannya adalah sebagai berikut :


a. Karena otonomi yang sangat luas, kemungkinan program pendidikan
diseluruh negara akan berbeda-beda. Hal ini akan menimbulkan perpecahan bangsa.
b. Hasil pendidikan dan pengajaran tiap-tiap daerah atau wilayah sangat
berbeda-beda, baik mutu, sifat maupun jenisnya, sehngga menyulitkan bagi
pribadi murid dalam mempraktekkan pengetahuan atau kecakapannya dikemudian hari
di dalam masyarakat yang lebih luas.
c. Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas pendidikan lainnya
cenderung untuk menjadi karyawan-karyawan yang materialistis, sedangkan tugas
dan kewajiban guru pada umumnya lain dari pada karyawan-karyawan yang bukan
guru.
d. Penyelenggaraan dan pembiayaan pendidikan yang diserahkan
kepada daerah atau wilayah itu mungkin akan sangat memberatkan beban mayarakat
setempat.
(Ngalim Purwanto, 1991:26-27).

E. Pendekatan-pendekatan Organisasi Sekolah


a. Peningkatan Mutu Pendidikan
Menurut Mulyani A. Nurhadi ketika menyampaikan makalahnya pada
seminar nasional Peningkatan Kualitas Pendidikan (2005)dengan mengutip hasil
penelitian yang dilakukan David Chapman dan Don Adam terhadap 19 penelitian
oleh Simon dan Alexander terhadap 11 penelitian diberbagai negara serta
Woessman menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi mutu hasil pendidikan
secara signifikan.
Rangkuman hasil penelitian itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Komponen Faktor Kunci
1. Guru/tenaga pendidik
– lamanya mengajar di kelas
– lamanya persiapan mengajar
– pemilihan metode mengajar
– memberikan pekerjaan rumah
– pengalaman
– tingkat pendidikan
2. Buku
– digunakan untuk belajar
– jumlah jam membaca di rumah
– digunakan untuk pekerjaan rumah
– penggunaan lembar kerja
3. Laboratorium
– efektivitas penggunaan laboratorium
4. Manajemen
– kreasi meningkatkan akuntabilitas
– kreasi mengoptimalkan sumber daya
– membagi informasi
– pemberdayaan dan komitmen
– mobilisasi masyarakat
– struktur organisasi yang mendukung
– kepemimpinan sekolah
Melalui hasil penelitian tersebut kita selayaknya membangun
pendidikan untuk mencerdaskan dan memberadapkan bangsa sesuai arah pembangunan
nasional untuk mentransformasikan peradaban Indonesia agraris menuju peradaban
industrial yang canggih, elok, dan unggul.

b. Perencanaan Pembangunan Pendidikan


Menurut Beeby (dalam Jusuf Enoch, 1992), bahwa perencanaan
pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan
kebijaksanaan, prioritas dan biya pendidikan dengan mempertimbangkan
kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik untuk
pengembangan potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan
anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
Permasalahan yang dihadapi pendidikan nasional kita pada umumnya
sebagai berikut:
1. Tingkat pendidikan rendah
2. Dinamika struktur penduduk belum terakomodasi
3. Kesenjangan tingkat pendidikan
4. Fasilitas pendidikan belum memadai
5. Kualitas pendidikan rendah
6. Manajemen belum efektif, efisien, dan akuntabel
7. Anggaran rendah

Bila demikian halnya permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan, maka


kebijakan yang ditempuh dalam merencanakan pendidikan harus dapat mewujudkan 3
(tiga) program kegiatan yaitu:
1. Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar
2. Peningkatan mutu dan relevansi
3. Governance dan akuntabilitas.

F. Pentingnya Organisasi Sekolah


Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau
susunan yakni dalam penyusunan/ penempatan orang-orang dalam suatu kelompok
kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam
kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan
struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu
pola kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.

Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan


tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai
tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang
yang telah ditentukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sesudah semestinya
mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai
sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah,
kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid. Di samping itu sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas
atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita, kepala
sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai
pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia didudukkan pada
tempat paling atas.

Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan


mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas
karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Demikian juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk satuan tugas
(unit kerja) tertentu seperti bagian UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), bagian
perpustakaan, bagian kepramukaan, dan lain-lain sehingga keadaan ini tentunya
akan memperlancar jalannya “roda” pendidikan di sekolah tersebut.

Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala


sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter). Suasana kerja
dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua
pihak yang bertanggung jawab. 
Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat
digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di dalam memikirkan
pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh
dilupakan.

G. Faktor-faktor Pertimbangan Menyusun Organisasi Sekolah


a. Tingkat Sekolah
Berdasarkan tingkatnya sekolah yang ada di Indonesia dapat
dibedakan atas :
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
Perguruan Tinggi

Keadaan fisik dan perkembangan jiwa anak jelas berbeda antara anak
tingkat yang satu dengan tingka berikutnya. Contohnya : di sekolah dasar
biasanya tidak ada seksi bimbingan penyuluhan (Guidance and Conseling) sebab
masalah ini merupakan tugas rangkapan dari kepala sekolah, dan hingga saat ini
yang memegang adalah pemerintah dan Departemen P dan K tidak atau belum
mengangkat seorang pembimbing khusus bagi sekolah dasar.

Lain halnya dengan sekolah lanjutan, biasanya tersedia satu orang


tenaga konselor atau pembimbing dengan tugas pokoknya sebagai pembimbing.
Karena itu biasanya di sekolah lanjutan dalan struktur organisasinya kita
dapati seksi GC (Guidance and Conseling/ seksi bimbingan penyuluhan). Masih
banyak bidang-bidang lain yang ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan
tetapi tidak demikian pada sekolah dasar, misalnya masalah Organisasi Intara
Sekolah (OSIS), penggarapan majalah dinding, pengelolaan perpustakaan sekolah,
dan bagian pengajaran yang menangani kelancaran dan pengembangan
kurikulum/program pendidikan dan pengajaran.

Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang tugas yang
ditangani secara khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari sekolah lanjutan.
Ciri khas perguruan tinggi di Indonesia yang mengemban tugas Tri Dharma
perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
memungkinkan perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga semakin
bervariasi susunan organisasinya.

b. Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolah, kita membedakan ada sekolah umum dan
sekolah kejuruan. Sekolah umum adalah sekolah-sekolah yang program
pendidikannya bersifat umum dan bertujuan utam untuk melajutkan studi ketingkat
yang lebih tinggi lagi. Sedangkan yang dimaksud sekolah kejuruan adalah
sekolah-sekolah yang pendidikannya mengarah kepada pemberian bekal kecakapan
atau keterampilan khusus setelah selesai studinya, anak didik dapat langsung
memasuki dunia kerja dalam masyarakat.

Dengan melihat perbedaan program pendidikan (kurikulum dan tujuan)


yang hendak dicapai maka struktur organisasi sekolah yang berlainan jenis
tersebut pasti berlainan pula. Perbedaan organisasi ini mungkin dapat
digambarkan antara lain sebagai berikut :
Pada sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator) praktikum,
sedangkan pada sekolah umum tidak.
Pada sekolah kejuruan terdapat petugas bagian ketenaga kerjaan
penempatan alumni, sedangkan pada sekolah umum tidak.

c. Besar Kecilnya Sekolah


Sekolah yang besar tentulah memiliki jumlah mirid, jumlah kelas,
jumlah tenaga guru, dan karyawan serta fasilitas yang memadai. Sekolah yang
kecil adalah sekolah yang cukup memenuhi syarat minimal dari ketentuan yang
berlaku.

Tipe sekolah secara implisit menunjukkan besar kecilnya sekolah


yang bersangkutan. Dengan begitu akan mempengaruhi penyusunan struktur
organisasi sekolah karena makin besar jumlah murid tentu saja semakin beraneka
ragam kegiatan yang dapat dilakukan baik yang bersifat kurikuler maupun
kegiatan-kegiatan penunjang pendidikan.

d. Letak dan Lingkungan Sekolah


Letak sebuah sekolah dasar yang ada di daerah pedesaan aan
mempengaruhi kegiatan sekolah tersebut, berbeda dengan sekolah dasar yang ada
di kota, demikian pula sekolah lanjutan pertama yang kini mulai didirikan
hampir di setiap daerah kecamatan, kegiatan dan programnya tentulah berbeda
dengan sekolah-sekolah lanjutan di kota apalagi di kota besar. Ada
kecenderungan yang nyata, bahwa sekolah-sekolah di pedesaan lebih berintegrasi
dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini berakibat pula ada hubungan yang lebih
akrab diantara orang tua murid dengan sekolah.
Dari segi keadaan lingkungan atau masyarakat sekitar sekolah
mungkin ada dalam lingkungan masyarakat petani, masyrakat nelayan, masyarakat
buruh, masyarakat pegawai negeri, dan lain-lain. Perhatikan kelompok masyarakat
yang berbeda ini terhadap dunia pendidikan bagi anak-anak mereka di sekolah
pasti menunjukkan berbagai variasi perbedaan. Oleh karenanya dalam penyusunan
struktur organisasi sekolah, hal-hal tersebut perlu diperhatikan.

H. Bagan Struktur Organisasi


I. Wewenang dan Tanggung Jawab Organisasi Sekolah
Setelah mengetahui struktur sekolah seperti apa, maka sebaiknya
kita juga harus tahu apa saja wewenang dan tanggung jawab sekolah. Sebelum itu
kita lihat pengertian dari wewenang dan tanggung jawab itu sendiri.

Wewenang ( Authority ) merupakan syaraf yang berfungsi sebagai


penggerak dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk
mendapatkan kerjasama yang baik dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga
tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan.
Wewenang berfungsi untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dalam
organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai.

T. Hani Handoko membagi wewenang dalam dua sumber, yaitu teori


formal ( pandangan klasik ) dan teori penerimaan. Wewenang formal merupakan
wewenang pemberian atau pelimpahan dari orang lain. Wewenang ini berasal dari
tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan secara hukum diturunkan dari tingkat
ke tingkat. Berdasarkan teori penerimaan ( acceptance theory of authority )
wewenang timbul hanya bila hal diterima oleh kelompok atau individu kepada
siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak tergantung pada penerima (
reciver ).

Chester Bamard mengatakan bahwa seseorang bersedia menerima


komunikasi yang bersifat kewenangan bila memenuhi :
1. Memahami komunikasi tersebut
2. Tidak menyimpang dari tujuan organisasi
3. Mampu secara mental dan phisik untuk mengikutinya.

Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat di taati oleh bawahan maka diperlukan
adanya:
1. Kekuasaan ( power )
yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi
individu, kelompok, keputusan. Jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Kekuasaan posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang
formal, besarnya ini tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang
menduduki posisi tersebut.
b. Kekuasaan pribadi ( personal power ) berasal dari para pengikut
dan didasarkan pada seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa
terikat pada pimpinan.

Macam-macam kekuasaan:
1. Kekuasaan balas jasa ( reward power ) berupa uang, suaka, perkembangan karier
dan sebagainya yang diberikan untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
2. Kekuasaan paksaan ( Coercive power ) berasal dari apa yang dirasakan oleh
seseorang bahwa hukuman ( dipecat, ditegur, dan sebagainya )akan diterima bila tidak
melakukan perintah,
3. Kekuasaan sah ( legitimate power ) Berkembang dari nilai-nilai intern karena
seseorang tersebut telah diangkat sebagai pemimpinnya.
4. Kekuasaan pengendalian informasi ( control of information power) berasal dari
pengetahuan yang tidak dipercaya orang lain, ini dilakukan dengan pemberian atau
penahanan informasi yang dibutuhkan.
5. Kekuasaan panutan ( referent power ) didasarkan atas identifikasi orang dengan
pimpinan dan menjadikannya sebagai panutan.
6. Kekuasaan ahli ( expert power ) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang
dalam bidangnya.

2. Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab (responsibility)


yaitu kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan
menerima wewenang dari atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung
jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting
untuk diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya
tanggung jawab yang akan diberikan dan diberikan kebebasan dalam menentukan
keputusan-keputusan yang akan diambil. Pengaruh ( influence ) yaitu transaksi
dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan
sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul karena
status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan informasi lengkap juga
penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.

Setelah melihat pengertian wewenang dan tanggung jawab di atas,dapat disimpulkan bahwa
wewenang dan tanggung jawab sekolah adalah hak dari organisasi sekolah untuk memerintah
orang lain untuk melakukan sesuatu disertai pertanggung jawaban dari organisasi sekolah
dalam mengambil keputusan agar tujuan dapat tercapai.
Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Sekolah
1. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah berfungsi sebagai Educator, Pimpinan, Administrator dan  Supervisor.
a. Kepala Sekolah selaku Educator mempunyai tugas untuk melaksanakan proses
pembelajaran secara efektif dan efisien.
b. Kepala Sekolah selaku Pimpinan mempunyai tugas :
1) Menyusun perencanaan
2) Mengordinasikan kegiatan
3) Mengarahkan kegiatan
4) Mengkoordinasikan kegiatan
5) Melaksanakan pengawasan
6) Melaksanakan evaluasi terhadap kegiatan
7) Menentukan kebijakan
8) Mengadakan rapat
9) Mengambil keputusan
10) Mengatur proses belajar mengajar
11) Mengatur administrasi :
a) Kantor
b) Siswa
c) Pegawai
d) Perlengkapan
e) Keuangan / RAPBS
12) Mengatur Organisasi Siswa Intra Sekolah
13) Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat
c. Kepala Sekolah selaku Administrator mempunyai tugas :
1) Perencana
2) Pengorganisasian
3) Pengarahan
4) Pengkoordinasian
5) Pengawasan
6) Kurikulum
7) Kesiswaan
8) Kantor
9) Kepegawaian
10) Keuangan
11) Perpustakaan
12) Laboratorium
13) Ruang ketrampilan / kesenian
d. Kepala Sekolah selaku Supervisor mempunyai tugas :
1) Kegiatan belajar mengajar
2) Kegiatan bimbingan dan penyuluhan / bimbingan karir
3) Kegiatan ekstrakurikuler
4) Kegiatan ketatausahaan
5) Kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan dunia usaha
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Sekolah dapat mendelegasikan kepada para Wakil
Kepala Sekolah.
2. Wakil Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah terdiri dari 4 orang yang  bertugas membantu Kepala Sekolah dalam
urusan-urusan sebagai berikut :
a. Menyusun perencanaan, membuat program kegiatan dan program pelaksanaan
b. Pengorganisasian
c. Pengarahan
d. Ketenagaan
e. Pengkoordinasian
f. Pengawasan
g. Penilaian
h. Identifikasi dan pengumpulan
i. Penyusunan program

3. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum :


Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum mempunyai tugas membantu Kepala sekolah
dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Menyusun program pengajaran
b. Menyusun pembagian tugas
c. Menyusun pelajaran
d. Menyusun jadwal evaluasi belajar
e. Menyusun pelaksanaan US / UN
f. Menerapkan criteria persyaratan naik kelas/ tidak naik kelas
g. Menerapkan jadwal penerimaan buku laporan pendidikan ( Rapor ) dan penerimaan
ijazah.
h. Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan satuan pelajaran
i. Menyediakan buku kemajuan kelas
j. Menyusun laporan pelaksanaan pelajaran
k. Pembuatan karya tulis
l. Pengelolaan Laboratorium
m. Koordinasi Wali Kelas

4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan


Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan mempunyai tugas membantu Kepala Sekolah
dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Menyusun program pembinaan kesiswaan / OSIS
b. Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan siswa / OSIS dalam
rangka menegakkan disiplin dan tertib sekolah
c. Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan,
kerindangan dan kekeluargaan ( 6 K )
d. Memberikan pengarahan dalam pemilihan pengurus OSIS
e. Melakukan pembinaan pengurus OSIS dalam berorganisasi
f. Menyusun program dan jadwal pembinaan siswa secara berkala dan insidentil
g. Melaksanakan pemilihan calon siswa teladan dan calon siswa penerima beasiswa
h. Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di luar sekolah
i. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara berkala
j. Mengatur mutasi siswa
k. Penerimaan Peserta Didik ( PPD )
l. Masa Orientasi Siswa ( MOS )
m. Studi banding
n. Mengurusi kegiatan ekstrakurikuler
o. Mengadakan koordinasi dengan Bimbingan Konseling ( BK )
p. Pembagian Kelas

5. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas


Wakil Kepala Sekolah Urusan Humas mempunyai tugas membantu Kepala Sekolah
dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua/ wali siswa
b. Membina hubungan antara sekolah dengan POMG / BP3
c. Menyusun laporan pelaksanaan hubungan dengan masuyarakat secara berkala
d. Membina hubungan dengan komite sekolah
e. Mengikuti kegiatan hari Besar nasional / Keagamaan
f. Mengikuti lomba-lomba

6. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana


Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana dan Prasarana mempunyai tugas membantu Kepala
Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana
b. Mengadministrasikan pendayagunaan sarana prasarana
c. Pengelolaan pembiayaan alat-alat pengajaran
d. Menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara berkala
e. Inventarisasi barang
f. Pengelolaan pembiayaan alat-alat pengajaran :
1) Pengkoordinasian penilaian kelas ( 7 K )
2) Pengkoordinasian kebersihan dan keindahan sekolah
g. Pengadaan barang, buku, bahan dan lat pelajaran dan perpustakaan
h. Urusan Administrasi perlengkapan/ penertiban inventaris barang :
1) Kantor
2) Olahraga dan kesehatan
3) Ketrampilan IPA, Bahasa dan Komputer
4) Alat-lat pelajaran lain

7. Guru
Guru bertanggung jawab kepada Sekolah dan mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Membuat program pengajaran/ rencana kegiatan belajar mengajar persemester tahunan
b. Membuat satuan pelajaran ( persiapan mengajar )
c. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar
d. Melaksanakan kegiatan penilaian belajar semester / tahunan
e. Mengisi daftar nilai siswa
f. Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar
g. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengajaran
h. Melaksanakan kegiatan membimbing dalam kegiatan proses belajar mengajar
i. Membuat alat pelajaran / alat program
j. Membuat alat pelajaran / alat peraga
k. Menciptakan karya seni
l. Menikuti kegiatan pengembangan kurikulum
m. Melaksanakan tugas tertentu di sekolah
n. Mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi tanggung jawabya
o. Membuat Lembar Kerja Siswa ( LKS )
p. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing siswa
q. Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum
r. Menumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya.
8. Bimbingan Konseling ( BK )
BK bertugas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan berikut :
a. Penyusunan program dan pelaksanaan Bimbingan Konseling
b. Koordinasi dengan Wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
oleh siswa tentang kesulitan belajar
c. Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan
belajar
d. Memberikan saran dan pertimbangan karir kepada siswa dalam memperoleh gambaran
tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai.
e. Mengadakan penilaian pelaksanaan Bimbingan Konseling
f. Menyusun statistic hasil penilaian Bimbingan Konseling
g. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar praktik atau pelaksanaan
Bimbingan Konseling
h. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut Bimbingan Konseling
i. Menyusun laporan pelaksanaan Bimbingan Konseling

9. Wali Kelas
Wali Kelas bertugas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Pengelolaan kelas
b. Penyelenggaraan administrasi kelas yang meliputi :
1) Denah tempat duduk siswa
2) Papan absensi siswa
3) Daftar piket kelas
4) Nuku absensi siswa
5) Buku kegiatan belajar mengajar
6) Tata tertib kelas
c. Penyusunan / pembuatan statistic bulanan siswa
d. Pengisian daftar kumpulan nilai siswa ( legger )
e. Pembuatan catatan khusus tentang siswa
f. Pencatatan mutasi siswa
g. Pengisian buku laporan siswa
h. Pembagian buku laporan pendidikan ( rapor )
i. Memahami dan melaksanakan 12 langkah wali kelas
Dua belas ( 12 ) langkah wali kelas :
1) Mengetahui tugas pokoknya yaitu :
a) Mewakili orang tua  dan Kepala Sekolah dalam lingkungan kelasnya
b) Membina kepribadian dan budi pekerti
c) Membantu perkembangan kecerdasan
d) Membantu pengembangan ketrampilan
2) Mengetahui jumlah anak didik
3) Mengetahui nama-nama anak didik
4) Mengetahui identitas anak didik, antara lain dengan cara memanggil seorang demi
seorang anak didiknya untuk menyelesaikan
5) Mengetahui kehadiran setiap hari dikelas
6) Mengetahui masalah-masalah anak didik ( pelajaran, ekonomi, sosial dll )
7) Mengetahui penilaian : kelakuan dan kerajinan
8) Mengambil tindakan – tindakan untuk mengatasi masalah
9) Memperhatikan buku rapor, kenaikan kelas dan tamatan/ kelulusan
10) Memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan
11) Membina suasana kekeluargaan
12) Melaporkan kepada Kepala Sekolah

10. Kepala Laboratorium IPA ( Fisika, Biologi, Kimia)


Kepala  Laboratorium IPA bertugas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
a. Perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorium
b. Penyusunan tata tertib dan jadwal penggunaan laboratorium
c. Penyusunan program tugas-tugas laboran/ petugas laboratorium
d. Mengatur penyimpanan dan daftar alat-alat laboratorium
e. Pemeliharaan dan perbaikan alat-alat laboratorium
f. Menginventarisasi dan mengadministrasikan alat-alat laboratorium
g. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium secara berkala
h. Bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan laboratorium IPA
i. Mengusulkan kepada kepala sekolah tentang pengadaan alat/bahan laboratorium
j. Bertanggung jawab tentang kebersihan, penyimpanan, perawatan, dan
k. Mengkoordinasikan guru mata pelajaran (fisika, kimia, biologi)

11. Kepala Laboratorium Komputer


Kepala Laboratorium Komputer bertugas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
a. Perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorium
b. Penyusunan tata tertib dann jadwal penggunaan laboratorium
c. Penyusunan program tugas-tugas laboran/ petugas laboratorium
d. Mengatur penyimpanan dan daftar alat-alat laboratorium
e. Pemeliharaan dan perbaikan alat-alat laboratorium
f. Menginventarisasi dan mengadministrasikan alat-alat laboratorium penyusunan
laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium secara berkala

12. Penanggungjawab Perpustakaan


Koordinator / Penanggungjawab Perpustakaan bertugas membantu Kepala sekolah dalam
kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
a. Perencanaan pengadaan buku/ bahan perpustakaan
b. Pengurusanb pelayanan perpustakaan
c. Perencanaan pengembangan perpustakaan
d. pemeliharaan dan perbaikan buku perpustakaan
e. Inventarisasi dan mengadministrasi buku-buku/ bahan / alat perpustakaan
f. Menyimpan buku-buku perpustakaan
g. Menyusun tata tertib perpustakaan
h. Menyusun laporan  pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala

13. Kepala Tata Usaha


Kepala Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan dan
bertanggungjawab kepada Kepala Sekolah yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
a. Penyusunan program kerja tata usaha sekolah
b. Pengelolaan Keuangan sekolah
c. Pengurusan administrasi pegawai, guru dan siswa
d. Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah
e. Penyusunan  administrasi perlengkapan sekolah
f. Penyusunan dan penyajian data/ statistic sekolah
g. Mengkoordinasikan dan melaksanakan 9K
h. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara berkala
14. Laboran
Tugas laboran adalah:
a. Mengerjakan administrasi laboratorium IPA
b. Mempersiapkan dan menyiapkan alat/bahan yang digunakan dalam praktek belajar
mengajar (PBM)
c. Bertanggung jawab atas kebersihan alat dan ruang laboratorium beserta perlengkapannya
Permendiknas No. 26 tahun 2008 juga menetapkan kompetensi yang hasus dipunyai
oleh seorang Kepala Laboratorium. Kesemuanya dibagi ke dalam empat  dimensi
kompetensi:
1. Dimensi kompetensi  kepribadian,
a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, mantap, dan berakhlak mulia
b. Menunjukkan komitmen terhadap tugas
2. Dimensi Kompetensi Sosial
a. Bekerja sama dalam pelaksanaan tugas
b. Berkomunikasi secara lisan dan tulisan
3. Dimensi Kompetensi Manajerial
a. Merencanakan kegiatan dan pengembangan laboratorium
sekolah/madrasah
b. Mengelola kegiatan laboratorium sekolah/madrasah
c. Membagi tugas teknisi dan laboran laboratorium sekolah/
madrasah
d. Memantau sarana dan prasarana laboratorium
sekolah/madrasah
e. Mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan
laboratorium sekolah/madrasah
4. Dimensi Kompetensi Profesional.
a. Menerapkan gagasan, teori, dan prinsip kegiatan
laboratorium sekolah/madrasah
b. Memanfaatkan laboratorium untuk kepentingan
pendidikan dan penelitian di sekolah/madrasah
c. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium sekolah/madrasah
Fasilitas, sarana / prasarana laboratorium yang dimiliki sekolah harus disyukuri,
dijaga, dan dimanfaatkan dengan baik melalui manajemen laboratorium yang baik dan benar.
Pemangku jabatan hendaknya benar-benar memahami tugas pokok dan fungsi jabatannya.
Pengkajian mengenai manajemen laboratorium harus ditingkatkan, baik dengan cara belajar
dari referensi-referensi, maupun mengikuti diklat atau workshop. Peningkatan efektivitas
laboratorium secara tidak langsung memberi kontribusi pada peningkatan kualitas
pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai