Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lorensius Trinalias Buntu

NIM : 220118112

Kelas : B11

Identifikasi dan deskripsikan tentang kultur mikro dan kultur makro di Indonesia serta
Interaksi antar suku, agama, ras, dan budaya!

1. Kultur mikro dan kultur makro di Indonesia


Budaya makro adalah budaya yang lebih besar yang menggambarkan
keseluruhan budaya, di dalamnya terdapat budaya Mikro. Budaya mikro merupakan
bagian kecil dari suatu budaya.
Dari persepktif sosiokultur yang luas, sebagian besar masyarakat kontemporer,
terutama yang sangat multikultural, terdiri dari makro multikultur bersama serta
mikro kultur. Makro multikultur adalah budaya yang menyeluruh ( dominan, arus
utama, mayoritas, inti, dan numerik besar) dan mikro kultur adalah budaya bawahan
(minoritas, numerik kecil).
Indonesia merupakan negara multikultural. Adanya budaya makro dan mikro
di Indonesia dapat dilihat dari dua perspektif. Yang pertama adalah dari segi
pernyataan dan yang kedua adalah dari segi kenyataan. Secara pernyataan, Indonesia
adalah negara yang sangat menhargai perbedaan sehingga adat istiadat makro dan
mikro seharusnya tidak terjadi. Hal ini dapat dilihat pada sila-sila Pancasila, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Persatuan Indonesia dan keadilan Sosila bagi seluruh
rakyat Indonesia. Artinya, segala perbedaan budaya yang ada pada masyarakat
Indonesia, termasuk perbedaan budaya kedaerahan, perbedaan agama, warna kulit,
dan lain-lain dihargai sepenuhnya dan mendapatkan perhatian yang sama atau adil. Ini
juga menandakan bahwa seharunya di Indonesia tidak terjadi adanya budaya makro
dan mikro. Konsep keadilan tidak cocok apabila terdapat budaya budaya makro dan
mikro sebab orang-orang yang berkebudayaan mikro terpaksa harus membaur ke
kebudayaan yang makro.
Apabila dilihat dari segi kenyataan, selama ini yang terjadi di Indonesia adalah
adanya kebudayaan makro dan mikro. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan salah
satunya adalah bahwa Indonesia selama ini terlalu jawa sentris. Kebudayaan-
kebudayaan Timur biasanya dianggap kultur minoritas, sedangkan kebudayaan jawa
dianggap sebagai kebudayaan dominan. Orang-orang selain Jawa, ketika berinteraksi
dengan orang-orang jawa biasanya akan menyesuaikan diri mereka. Sedangkan, orang
jawa tetap mempertahankan kulturnya saat berinteraksi dengan orang laur jawa.
Selain itu, dalam hal agaman, Islam menjadi kebudayaan yang dominan. Agama
selain Islam dianggap sebagai kebudayan minoritas. Contoh konkretnya dapat dilihat
pada acara-acara resmi yang dihadari oleh berbagau orang dari kultur berbeda. Saat
membacakan salam maupun doa, biasanya dalam acara-acara tetap mengggunakan
kultur Islam, sehingga orang-orang Islam sulit untuk menghargainkebudayaan selain
Islam.
2. Interaksi Antar Suku, Agama, Ras dan Budaya
Secara etimologis, interaksi terdiri dari dua kata, yakni action (aksi) dan inter
(antara), mengutip Bernard Raho dalam buku Sosiologi-sebuah Pengantar. Jadi
Interaksi adalah suatu rangkaian tingkah laku yang terjadi antara dua orang atau lebih
dari dua atau beberapa orang yang saling mengadakan respon secara timba balik. Oleh
karena itu interaksi dapat pula diartikan sebagai saling memengaruhi perilaku masing-
masing.
Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk berinteraksi dengan
masyarakat yang memiliki latar belakang beragama sosial budaya. Sebagian bangsa
majemuk yang terdiri dari berbagai suku.
Kemajemukan bangsa Indonesia tidak hanya terlihat dari beragamnya agama
yang dianut penduduk. Suasana kehidupan beragama yang harmonis di lingkungan
masyarakat heterogen dengan berbagai latar belakang agama terbangun karena
toleransi yang saling menghargai perbedaan.
Berbagai kegiatan sosial budaya berciri gotong royong memperlihatkan
karakter masyarakat Indonesia yang saling menghormati antara berbagai perbedaan
golongan, suku bangsa, hingga agama. Gotong royong merupakan budaya yang telah
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia sebagai
warisan budaya yang telah eksis secara turun-temurun
a. Menjalin kerjasama yang baik
Tentunya dibutuhkan saling kesepahaman antar individu, keluarga,
bertetangga dan dalam masyarakat lingkup kecil demi keselarasan kehidupan.
Kerjasama yang dilakukan dilandasi rasa ikhlas dan penuh tanggungjawab
untuk mewujudkan tujuan bersama.
b. Rasa toleransi
Toleransi dibutuhkan pada sesame masyarakat Indonesia agar bisa saling
membantu satu sama lainnya tanpa memandang suku,agama,ras dan budaya.
Toleransi merupakan sikap untuk mengerti,memahami dan menerima
perbedaan antar individu. Sikap ini tanpa paksan dan tidak ingin memaksakan
orang lain untuk melakukan hal yang sama.
c. Mengembangkan sikap saling menerima
Perbedaan adalah keniscayaan dalam masyarakat. Sebagaimana mestinya
seorang saudara, maka tidak boleh untuk saling menjatuhkan karena dia tau
mereka berbeda. Terutama, untuk membuat keberagaman di Indonesia tetap
berjalan. Memang, tugas masyarakat Indonesia saat ini cukup berat. Karena,
harus menjaga keberagaman ini agara tetap lestari. Menerima perbedaan
antara suku, agama dan kebudayan dapat dimulai dengan lingkungan sekitar
terlebih dahulu. Buat lingkungan masyarakat yang nyaman, tentram, dan
aman.
d. Menghargai perbedaan yang ada
Manusia memandang dan menyikapi apa yang terdapat dalam alam semesta
bersumber dari norma dan hukum yang berlaku di masyarakat dan negara.

DAFTAR PUSTAKA
Kirana, Adinda Kidung.2020. Kultur Mikro Dan Makro Di Indoensia .
Sari, Andi Nurindah.2020. Budaya Harmoniasai Interaksi
Raho,Bernard. 2004. Sosiologi Sebuah Pengantar. Maumere : Ledalo

Anda mungkin juga menyukai