Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEGIATAN BELAJAR YANG DIPAKSAKAN KEPADA


ANAK DAPAT BERDAMPAK TERHADAP PRIBADI
MEREKA

Disusun dalam rangkamemenuhi tugas akhir semester gasal


Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran yang diampu oleh
Prof. Dr. C. Asri Budiningsih dan Novi Trilisiana, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Arya Yudha Mintarta

19105241042

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI


PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019

2
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Kegiatan Belajar yang Dipaksakan Kepada Anak yang Dapat
Berdampak Terhadap Pribadi Mereka” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Prof. Dr. C. Asri Budiningsih dan Novi Trilisiana, S.Pd., M.pd. pada Mata
Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang dampak apa saja yang mempengaruhi siswa
apabila mereka belajar dengan paksaan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. C. Asri Budiningsih dan
Novi Trilisiana, S.Pd., M.pd., selaku Dosen Mata Kuliah Teori Belajar dan
Pembelajaran. yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 22 desember 2019

Arya Yudha Mintarta

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
a. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
b. Rumusan Masalah..................................................................................................1
c. Tujuan Masalah......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2
A. Pengertian dan Fungsi Kegiatan Pembelajaran......................................................2
B. Alasan Peserta Didik Harus Belajar Tanpa Merasa Tertekan..................................3
C. Dampak Negatif yang Muncul ketika Menekan atau Memaksa anak Untuk Belajar
4
D. Bagaimana membuat Susana Belajar yang Menyenangkan serta bebas dari
Tekanan..........................................................................................................................5
E. Kaitan Masalah belajar dengan Paksaan dengan Teori Behavioristik.....................7
BAB III PENUTUPAN...........................................................................................................9
A. Kesimpulan.............................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................................9
Daftar Pustaka..................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah


Setiap anak pasti memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dalam
pembelajaran tidak semua anak akan langsung paham dengan apa yang diberikan
oleh tenaga pendidik, akan tetapi sekarang ini masih banyak ditemui tenaga
pendidik maupun orang tua yang memaksakan semua perserta didik atau anak
mereka untuk belajar dan belajar. Hal ini tentu dipandang baik, akan tetapi tidak
setiap anak bisa menerima tekanan tersebut, yang justru hal tersebut dapat
berdampak kepada mental mau psikis mereka, anak akan mudah sekali stress dan
juga mereka tidak akan merasa enjoy dalam kegiatan belajar mereka. dengan
makalah ini diharapkan tenaga pendidik ataupun orang tua dapat membuat Susana
belajar yang menyengkan serta jauh dari tekanan.

b. Rumusan Masalah
1. Pengertian kegiatan Pembelajaran serta fungsi dari kegiatan pembelajaran?
2. Mengapa peserta didik harus belajar tanpa mereka merasa ditekan?
3. Dampak yang dialami peserta didik apabila tertekan dalam kegiatan
pembelajaran?
4. Bagaimana membuat suasana belajar yang bebas dari tekanan?
5. Apa kaitannya dengan teori belajar behavioristik?

c. Tujuan Masalah
1. Mampu pengertian dan fungsi kegiatan belajar
2. Mampu memberi penjelasan terkait alasan mengapa peserta didik harus belajar
tanpa ada rasa tertekan maupun paksaan
3. Mendiskripsikan bagaimana membuat suasana belajar yang bebas dari tekanan
4. Mendsikripsikan kaitan dengan teori belajar behavioristik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Fungsi Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian
kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Winarno (1983)
bahwa: pembelajaran adalah proses berlangsungnya kegiatan belajar dan
membelajarkan siswa dikelas. Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru
dan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dari definisi tersebut diketahui bahwa dalam
proses pembelajaran terdapat beberapa unsur diantaranya adalah pembelajaran
sebagai sebuah proses yang bertujuan untuk membelajarkan siswa di dalam kelas.
Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi yang bersifat edukatif antara
guru dengan siswa. Kegiatan yang dilaksanakan tersebut bermuara pada satu
tujuan yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Pandangan lain yang sejalan dengan hal tersebut adalah yang dikemukakan
oleh Ali (1992) bahwa pelaksanaan pembelajaran adalah pelaksanaan strategi-
strategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi,
pendekatan, prinsip-prinsip dari metode pembelajaran diarahkan guna mencapai
tujuan pembelajaran yang efisien dan efektif.

Berdasarkan kedua batasan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa proses


pembelajaran adalah merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh
guru dengan siswa dengan menjalin komunikasi edukatif dengan menggunakan
strategi-strategi, pendekatan, prinsip dan metode tertentu dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien berdasarkan perencanaan yang telah
dibuat sebelumnya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan

2
dengan baik dan optimal sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat dicapai
dengan baik dan optimal pula.

Efektivitas pembelajaran dapat tercapai sangat tergantung dari kemampuan


guru untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Dalam
pembelajaran di sekolah, terdapat proses belajar, yaitu proses terjadinya
perubahan pengetahuan, sikap, informasi, kemampuan dan keterampilan yang
sifatnya permanent melalui pengalaman.

Jadi, proses pembelajaran adalah merupakan suatu proses yang menjadi


inti dari kegiatan transfer of knowledge dan transfer of action dari guru kepada
siswa di sekolah. Secara sederhana proses pembelajaran adalah merupakan
interaksi antara guru dengan siswa secara langsung dalam kelas, dalam rangka
mentransfer ilmu pengetahuan dan tekhnologi dari guru kepada siswa.
B. Alasan Peserta Didik Harus Belajar Tanpa Merasa Tertekan

Seorang anak yang sering dipaksa akan membuat anak menjadi tertekan,
nantinya anak akan mudah stress dan depresi. Anak yang sering dipaksa akan
terlihat dari sifat dan tingkah lakunya. Ciri-cirinya adalah : anak akan mudah
marah, mudah malas melakukan kegiatan apapun, mudah mengurung diri, dan
anak akan jarang berintertaksi dengan teman sebayanya.
Ketika orang tua menyuruh atau memaksakan anak untuk belajar, orang
tua harus tahu bahwa setiap anak itu memeliki keunikannya masing-masing,
sehingga banyak cara atau metode tertentu untuk bisa membuat anak senang
belajar. Pada hakikatnya para orang tua justru amat sangat tidak baik ketika
memaksa sang anak untuk belajar. Orang tua yang memaksakan anak untuk
belajar tidaklah baik karena akan berdampak buruk bagi psikis dari anak tersebut
Dalam rentang usia 1-5 tahun, anak-anak akan melewati suatu masa
dimana rasa ingin tahunya menjadi sangat besar dan menggebu-gebu. Mereka
sangat ingin belajar dari apa yang orang dewasa lakukan di sekitarnya.
Masa ingin tahu ini disebut dengan masa peka belajar, yang dimana
sesungguhnya pada masa ini anak dengan mudahnya menyerap informasi yang

3
telah mereka dapatkan, mereka akan mengingatnya bahkan akan
mengaplikasikannya.
Masa peka belajar ini membutuhkan tanggapan dari orang tua ataupun
orang sekitar. Oleh karena itu, orang tua diharuskan memperhatikan setiap
pengetahuan yang anak peroleh. Dan sebelum itu, rangsangan atau stimulus pun
juga sangat cukup cepat mempengaruhi pada masa peka belajar ini datang.
Pada masa golden age, rangasangan atau stimulasi ini bertujuan untuk
menjelitkan kemampuan otan anak dalam menerima dan menyerap informasi,
menyeimbangkan kinerja otak kiri dan kana serta menumbuhkan minat dan
kesiapan belajar anak tanpa paksaan atau tekanan.
Paksaan apapun buat sang buah hati akan dianggap sebagai sesuatu yang
mengancam atau hal yang tidak menyenangkan. Anak yang sering dipaksa akan
terlihat sedih dan menjadi cepat marah, anak tidak memiliki gairah untuk bermain,
misalnya anal yang biasanya semangat bermain bersama teman-temannya tiba-
tiba menjadi malas melakukan sesuatu dan justru mengurung diri. Mereka
menjadi jarang beriaktivias social.
Anak menjadi pribadi yang rendah diri akibatnya sulit bergaul dengan
anak disekitarnya, mereka juga mengalami gangguan susah tidur sehingga akan
menganggu kesehatan fisiknya. Selain itu anak yang sering dipaksa cenderung
lebih emosional apalagi anak belum mampu mengendalikan emosinya biasanya
anak seperti ini sering memberontak karena terlalu sensitive, sering berkata, dan
bersikap kasar.
Untuk itu para orang tua jangan lupas senantiasa menghindari perilaku
memaksakan buah hati untuk belajar. Tetapi, usahakan untuk menemukan
berbagai macam metode yang cocok dengan sang buah hati. Dan jangan lupa
untuk para orang tua agar selalu memotivasi sang buah hati untuk belajar.
C. Dampak Negatif yang Muncul ketika Menekan atau Memaksa anak
Untuk Belajar

Banyak sekali dampak yang dapat berpengaruh terhadap seorang anak


ketika ia mengalami tekana atapun paksaan dalam pembelajaran.
1. Risiko Penyakit Mental lebih Tinggi

4
Anak yang mendapat tekanan besar terus-menerus lebih mudah gelisah
dan cemas. Belajar di bawah tekanan membuat anak mengalami kesulitan belajar,
stres, dan depresi. Bahkan, tanggung jawab besar yang dipegang anak untuk selalu
jadi nomor satu, bisa memunculkan pikiran anak untuk bunuh diri.
2. Merusak rasa percaya diri anak
Mendorong anak untuk terus belajar dan berprestasi bisa mengganggu
perkembangan kepercayaan dirinya. Anak jadi merasa tidak percaya diri karena
hasil usahanya selalu tidak memuaskan.
3. Merusak Kualitas Tidur
Anak yang mendapatkan paksaan dari orang tua maupun guru cenderung
akan belajar hingga larut malam dan menyebabkan kualitas tidur anak jadi
memburuk. Jika kualitas tidurnya buruk,  ia akan sulit fokus di sekolah. Alih-alih
nilainya bagus, si kecil akan semakin sulit mengikuti pelajaran.
4. Memiliki perilaku yang bermasalah
Tekanan untuk mendapat nilai bagus akan membuat anak melakukan hal
yang salah, seperti mencontek atau melakukan kecurangan lainnya dalam belajar.
Anak takut jika ia tidak mendapatkan nilai yang bagus, jadi ia akan melakukan
berbagai cara.
D. Bagaimana membuat Susana Belajar yang Menyenangkan serta
bebas dari Tekanan

Salah satu hal yang harus dikedepankan dalam menciptakan suasana


belajar yang menyenangkan adalah menyertakan partisipasi siswa di dalam kelas.
Selain untuk membangun komunikasi dengan siswa, pengajar juga dapat
mengetahui apa yang menjadi kebutuhan bagi para siswa. Jika situasi ini tak
terbangun, bisa jadi siswa akan merasa canggung berbicara dengan guru dan
komunikasi tidak akan berjalan baik. Akibatnya, pengajar juga akan mengalami
kesulitan untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan siswa. Beberapa tips
yang dapat menjadi panduan dalam menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan:
1. Ciptakan Iklim yang Nyaman untuk Peserta Didik
Iklim yang nyaman akan menghilangkan kecanggungan siswa, baik
sesama guru maupun antar siswa sendiri. Hal ini juga bisa mendorong siswa untuk

5
mengajukan pertanyaan, sehingga komunikasi antara pendidik dan anak didik
dapat terbangun. Sebagai pengajar, Anda dapat menjelaskan kepada siswa bahwa
tidak akan ada siswa lain yang akan mengejek ketika ia bertanya. Beri motivasi
kepada siswa bahwa dengan bertanya, akan memudahkannya untuk lebih
mengetahui tentang sesuatu hal daripada hanya diam mendengarkan.
2. Dengarkan dengan serius setiap Komentar atau Pertanyaan yang
diajukan oleh Peserta Didik
Jika siswa Anda mengajukan pertanyaan, sebisa mungkin fokus dan
memperhatikannya. Meski sederhana, hal ini akan menumbuhkan kepercayaan
diri siswa karena ia merasa diperhatikan. Seringkali siswa merasa kurang percaya
diri sehingga enggan untuk memberikan kontribusi di dalam kelas. Nah, tugas
Anda sebagai pengajar, membangun kepercayaan diri siswa dengan menunjukkan
perhatian-perhatian saat siswa merasa sedang ingin didengarkan.
3. Jangan ragu memberikan pujian kepada peserta didik
Anda juga bisa mencoba dengan memuji setiap komentar yang diajukan
oleh anak didik Anda. Misalnya, "Oh, itu ide yang sangat bagus" ,atau
"Pertanyaan kamu bagus, itu tidak pernah saya pikirkan sebelumnya”.
4. Beri pertanyaan yang mudah dijawab
Jika hal di atas belum juga berhasil untuk mengajak siswa memberikan
komentar atau pertanyaan, giliran Anda untuk mengajukan pertanyaan memancing
yang bisa membuat anak didik Anda tidak lagi bungkam di dalam kelas. Pastikan
pertanyaan Anda mampu dijawab oleh siswa, sehingga saat menjawab secara
tidak langsung melatih siswa untuk berbicara.
Saat siswa sudah mulai merespon, beri senyum kepada siswa yang sudah
berkomentar. Hal ini akan mengurangi rasa canggung yang biasa ia perlihatkan.
5. Biarkan siswa mengetahui pelajaran sebelum kelas dimulai
Kontrol para siswa dengan alat kontrol yang Anda miiliki. Gunanya adalah
untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang biasanya berpartisipasi dalam
kelas. Jika Anda menemukan beberapa siswa yang tingkat partisipasinya dalam
kelas sangat kurang, maka ajak ia berkomunikasi secaraa pribadi. Mungkin
dengan begitu ia akan merasa percaya diri. Selain itu, jika yang Anda temukan
hanyalah permasalahan kurang percaya yang menjadikannya diam selama kelas

6
berlangsung, maka tugas Anda selanjutnya adalah memberi ia tugas yang bisa
membantunya untuk berkomunikasi. Misalnya, tugas berpidato dalam kelas.
Selain itu, keakraban antara guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan
belajar bagi siswa. Jika hal ini terjalin suasana belajar akan lebih santai dan siswa
akan lebih mudah menangkap pelajaran. Siswa tidak akan merasa sungkan
bertanya jika mereka tidak mengerti karena salah satu jalan membuat siswa cepat
mengerti adalah dengan cara bertanya. Mengajar kelompok kecil dan perorangan
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab
antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta
didik yang lain. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu
diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang
disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik. Penguasaan terhadap
semua ketrampilan mengajar di atas harus utuh dan terintegrasi, sehingga
diperlukan latihan yang sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro.
E. Kaitan Masalah belajar dengan Paksaan dengan Teori Behavioristik

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai


akibat adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan).
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya.
Menurut toeri ini, apa yang tejadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak
penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang
dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang
diberikan guru (stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya
harus dapat diamati dan diukur. Teori ini lebih mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadinya
perubahan tungkah laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap penting adalah
faktor penguatan. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respon. Bila penguatan diitambahkan maka respon akan semakin kuat. Begitu
juga bila penguatan dikurangi maka responpun akan dikuatkan. Jadi, penguatan

7
merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambahkan) atau
dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respon.
Akan tetapi terkadang stimulus yang diberikan tidak selalu bersifat positif,
ada juga stimulus yang bersifat negative bahkan distruktif yang dapat
mempengaruhi peserta didik, seperti halnya dengan belajar dengan paksaan
peserta didik tidak mengeluarkan seluruh kemampuannya secara optimal karena
mereka merasa tertekan dengan stimulus (rangsangan) yang diberikan tenaga
pendidik maupun orang tua sehingga dapat memicu respon ataupun output yang
negative atau buruk. Bahkan dapat berakibat kepada pribadi serta psikis mereka.
mereka akan merasa terbebani dan strees. Tetapi hal itu dapat diperbaiki dengan
cara menguatkan serta tidak menekan peserta didik, melainkan memberikan
mereka kebebasan dan berkreasi sesuai apa yang mereka ingikan sehingga dapat
menghasilkan output yang optimal serta sesuai dengan apa yang mereka sukai
serta memberikan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan edukatif.

8
BAB
III PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Segala sesuatu yang didasarkan pada paksaan maka hasilnya tidak


akan baik ataupun tidak optimal, begitu pula dengan kegiatan Pembelajaran,
apabila peserta didik dipaksakan dalam belajar mereka akan merasa tertekan
dan tidak akan merasa nyaman saat kegiatan pembelajaran berlangsung
sehingga dapat memicu hasil output yang tidak optimal. serta dapat
berdampak kepada mental dan psikis mereka yang lebih buruk nya mereka
akan memiliki sifat penakut, dll. Disinilah Teori Behavioristik ada , yaitu
dengan memberikan stimulus yang positif maka respon yang diberikan akan
baik pula. Sehingga peserta didik diharapkan dapat memperluas
pengetahuan mereka dan mengembangkan diri mereka lebih baik lagi, peran
tenaga pendidik serta orang tua juga sangat diperlukan dalam memberikan
suasana belajar yang menyenangkan serta edukatif.
B. Saran

Diharapkan setelah penulis menyusun makalah ini masyarakat sadar


akan dampak yang diberikan kepada anak atau peserta didik apabila mereka
belajar dengan paksaan serta akan mereka berprestasi.
Karena setiap anak memiliki karakteristik serta keunikannya masing-
masing sehingga sangat diperlukan pola atau metode yang cocok kepada
peserta didik.

9
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami.
Apabila terdapat kesalahan mohon dapat mema’afkan dan
memakluminya, Karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah
Khilaf, Alfa dan lupa.

Daftar Pustaka

http://gurusejatiku.blogspot.com/2015/01/pengertian-kegiatan-
pembelajaran.html
https://www.kompasiana.com/shinta_nurkholila/58bad0a6cb23bdf4076dc51
5/tuntutan-atau-paksaan-jangan-keduanya
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/09/28/113705620/jangan-paksa-
anak-belajar-agar-dapat-nilai-bagus-ini-dampak-buruknya?page=all
https://sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teori-belajar-
behavioristik
http://duseptipanggabean.blogspot.com/2012/01/menciptakan-suasana-
belajar-yang.html
http://biosaefful.blogspot.com/2013/05/definisi-manfaat-dan-tujuan-
pembelajaran.html
http://cmindonesia.com/belajar-karena-suka-vs-belajar-karena-paksaan/

10
11

Anda mungkin juga menyukai