Anda di halaman 1dari 15

BAB II

METODE MENGAJAR BEREGU (TEAM TEACHING) DALAM


PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI

2.1 Metode Pembelajaran Mengajar Beregu (Team Teaching )


2.1.1 Pengertian Metode Mengajar Beregu
Metode Mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungannya dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran, peranan metode mengajar sebagai alat untuk
menciptakan proses mengajar dan belajar (Sudjana, 2000:76) .
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mengimplementasikan strategi pembelejaran. Salah satu
metode pembelajaran adalah Mengajar Beregu.
Metode Mengajar Beregu merupakan starategi pembelajaran
yang dilakukan oleh lebih dari satu orang guru, dengan pembagian
peran dan tanggung jawab masing-masing ( Yeni Artiningsih, 2008).
Definisi ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Martingsih (2007)
bahawa metode pembelajaran mengajar beregu adalah suatu metode
mengajar dengan jumlah guru yang lebih dari satu orang, dan tiap-
tiap guru mempunyai tugas masing-masing.
Lebih lanjut, Ahmadi dan Prasetya (2005) menyatakan bahwa
team teaching (pengajaran beregu) adalah pengajaran yang
dilaksanakan secara bersama oleh beberapa orang. Tim pengajar atau
guru tang menyajikan bahan pelajaran dengan metode mengajar
beregu ini menyajikan bahan pengajaran yang sama dalam waktu
dan tujuan yang sama pula. Para guru tersebut bersama-sama
mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar
siswa. Pelaksanaan belajarnya dapat dilakukan secara bergilir
dengan metode ceramah atau bersama-sama dengan metode diskusi.

7
8

Martadi menjelaskan, mengajar beregu adalah pembelajaran


satu mata pembelajaran kepada sekelompok murid dalam satu kelas,
oleh dua orang guru atau lebih, bersama, bekerja sama,
berkolaborasi antara guru dan murid dalam waktu pertemuan yang
sama. Team teaching juga dikenal dengan istilah mengajar dalam
satu tim ( lebih dari satu orang), pengajaran beregu atau
collaborative teaching.
Sejalan dengan itu, Heriawan dkk (2012:92) ialah metode
mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah
kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru.
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa
pengertian mengajar beregu (team teaching) adalah pembelajaran
yang dilakukan oleh satu orang guru atau lebih yang bekerja sama
dan meliki peran dan tanggung jawab masing-masing untuk
mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar
siswa.

2.1.2 Tujuan Penggunaan Metode Mengajar Beregu (Team Teaching)


Tujuan pengajaran menggunakan metode mengajar beregu
adalah untuk mengefektifkan proses belajar dan mengajar. Hal ini
didasarkan pada konsep dan anggapan bahwa jika proses
pembelajaran dipandu oleh sebuah team, dan tidak hanya satu orang
guru, maka pendampingan terhadap belajar anak menjadi maksimal.
Satu orang guru memberikan bimbingan teknis, sedangkan guru
yang satunya lagi memberikan aspek lainnya. Selain itu, masing-
masing guru dapat saling melengkapi kekurangann dan kemampuan
masing-masing.
Inilah sisi kebaikan yang diharapkan. Adapun menurut tujuan
utama penggunaan mengajar beregu menurut Asmani (2010:50 )
adalah untuk peningkatan kaulitas hasil proses pembelajaran. Dan,
9

untuk mencapai keberhasilan tersebut, harus ada pengembangan


manajemen ataupun prosesnya.
Menurut Roestiyah (2001:96) mengungkapkan bahwa tujuan
mengajar beregu adalah untuk membantu siswa agar lebih lancar
terjadinya interaksi mengajar belajar secara kuantitatif maupun
kualitatif, juga meringankan guru sehingga bisa bertanggung jawab
bersama terhadap pembelajaran yang diberikannya.
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa tujuan
menggunakan metode mengajar beregu dalam suatu pembelajaran
adalah untuk mengefektifkan proses belajar mengajar agar
memperlancar siswa suatu proses pembelajaran yang dinginkan.

2.1.3 Langkah-Langkah Metode Mengajar Beregu


Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan metode Team
Teaching ( Majid, 2013: 213).
1. Harus ada program pembelajaran yang disusun bersama oleh tim
tersebut sehingga betul-betul jelas dan terarah sesuai dengan
tugas masing-masing dalam tim tersebut.
2. Membagi tugas tiap kelompok kepada guru tersebut sehingga
masalah bimbingan pada siswa terarah dengan baik.
3. Harus dicegah jangan sampai terjadi jam bebas akibat
ketidakhadiran seseorang guru anggota tim.

Asmani (2010: 69) langkah-langkah strategi pelaksanaan


mengajar beregu (team teaching) adalah sebagai berikut :
1. Menyusun perencanaan pembelajaran secara bersama. Sehingga,
setiap guru yang tergabung dalam team teaching untuk
memahami semua yang tercantum dalam isi perencanaan.
2. Menyusun metode pembelajaran secara bersama, sehingga
diharapkan setiap anggota tim mengetahui tujuan dan alur proses
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota tim saling
melengkapi kekurangan yang ada pada diri masing-masing.
3. Membagi peran dan tanggung jawab bagi tiap-tiap anggota team.
Langkah ini ditempuh agar dalam proses pembelajaran di kelas
lebih efektif karen tiap-tiap anggota mengetahui peran dan
tugasnya masing-masing.
4. Apabila telah selesai melaksanakan pembelajaran, semua anggota
team duduk bersama untuk mengevaluasi pelaksanaan, proses
pembelajaran di kelas, tiap-tiap anggota mengetahui peran dan
10

tugasnya masing-masing. Selain itu, agar mereka dapat saling


membantu satu sama lain dalam melaksanakan pembelajaran.

2.1.4 Kelemahan dan Kelebihan Metode Mengajar Beregu ( Team


Teaching)
2.1.4.1 Kelemahan Metode Mengajar Beregu
Dalam melaksanakan mengajar beregu, para guru
dituntut mempunyai waktu ekstra dalam memadukan pikiran,
pendapat, dan ide-ide cemerlang. Hal ini dimaksudkan agar
dalam menghadapi kelas, mereka berada dalam satu kesatuan
yang kompak dan solid. Hal ini memerlukan pembiasaan dan
kedisplinan yang tinggi. Sebab, bila salah satu anggota tidak
displin, bahkan tidak mau berbagi pengalaman, maka akan
rusaklah mengajar beregu yang dibentuk tersebut.
Jadi, tidak selamanya pelaksanaan mengajar beregu itu
berujung sukses atau berhasil. Hal tersebut dikarenakan
strategi ini memiliki beberapa faktor anggota team sendiri.
Adapun kelemahan metode mengajar beregu, sebagaimana
yang diungkapkan oleh (Asmani, 2010:61), diantaranya :
1. Sebagai guru resistant terhadap satu macam metode
pengajaran saja, yaitu pengajaran single teacher
teaching. Sehingga, startegi mengajar beregu oleh
mereka sebagai suatu hal yang mengungkung.
2. Sebagian guru tidak suka terhadap perilaku atau hal lain
anggota timnya. Sehingga, hal ini akan menghambar
kerjasama di antara anggota team.
3. Sebagian lainnya merasa bahwa mereka bekerja lebih
banyak dan lebih keras, namun gajinya sama dengan
anggota tim yan notabene kenierjanya lebih buruk.
4. Ada pula para guru yang tidak mau berbagi ilmu sesama
anggota tim karena merasa bahwa mendapatkan ilmu itu
sangat susah. Sehingga, mereka lebih memilih untuk
menikmati sendiri pengetahuan yang dimiliki.
5. Mengajar beregu memerlukan energi dan pemikiran
lebih banyak dibanding dengan mengajar secara
individu.
11

Dari uraian di atas, kelemahan menggunakan metode


mengajar beregu dalam proses pembelajaran adalah para guru
yang tidak mau berbagi ilmu dengan sesama anggota timnya
dan mengajar beregu ini sangan memerlukan energi dan
pemikiran yang lebih banyak dengan cara mengajar yang
individu.

2.1.4.2 Kelebihan Metode Mengajar Beregu

Di samping beberapa kelemahan, metode mengajar


beregu juga memiliki beberapa kelebihan, sebagaimana
diungkapkan oleh ( Hamalik, 2009:104), di antaranya :
1. Kurikulum sekolah disusun dalam bentuk program
bidang studi. Program ini hanya dapat dilaksanakan
dengan dukungan guru-guru subbidang studi, terutama
pada tingkat sekolah lanjutan. Karena di setiap sekolah
terdapat sejumlah guru bidang studi, mata tentu akan
lebih baik jika para guru itu berkelompok sebagai satu
regu guru bidang studi.
2. Pada umunya kualifikasi guru sudah dapat dikatakan
memadai sekalipun masih ada yang belum memenuhi
kualifikasi yang diharapkan. Oleh karena itu, mereka
perlu diorganisasi sesuai dengan kebutuhan pengajaran
beregu di sekolah.
3. Kebanyakan sekolah kita telah memiliki fasilitas dan
perlengkapan dalam jumlah dan kualitas yang memadai
kendatipun masih ada sebagian sekolah yang masih
kekurangan ruang belajar.
4. Pimpinan sekolah pada umumnya telah mendapat
penataran dalam bidang administrasi persekolahan.
Pemahaman dan keterampilan mereka sedikit-banyak
telah ditingkatkan.
5. Umumnya tenaga kependidikan di sekolah-sekolah kita
telah diresapi oleh sikap mental inovatif. Yang penting
adalah kesempatan, kebebasan, dan pembinaan agar
sikap inovatif itu dapat tumbuh dan berkembang. Sikap
demikian dapat dikembangkan melalui pengajaran
beregu.
6. Masyarakat dan terutama personel sekolah telah
menghayati hidup bermasyarakat dengan pola
12

musyawarah dan mufakat. Sikap ini dapat dikembangkan


dalam pengajaran beregu.
7. Para siswa telah memiliki latar belakang yang diperlukan
karena berasal dari keluarga dan masyarakat dengan
mental tersebut. Kiranya tidak akan terlalu sulit untuk
membawa dan mengarahkan mereka dalam belajar
berkelompok dan belajar aktif.
8. Sistem pendidikan kita memang memungkinkan
berjalannya proses pembaruan sejauh hal itu dipandang
tepat guna dan cocok dengan dinamika masyarakat
dalam rangka menyongsong modernisasi bangsa dan
proses kebudayaan nasional. Pelaksanaan sistem
pengajaran beregu dipandang sebagai sistem yang akan
diterapkan. Kondisi tersebut secara fundamental dapat
mendukungnya.

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa


kelebihan menggunakan metode mengajar beregu dalam
proses pembelajaran adalah siswa diajarkan untuk bekerja
sama dalam bentuk kelompok belajar yang diterapkan oleh
guru sehingga siswa mempunyai kesempatan, kebebasan, dan
pembinaan agar sikap inovatif itu dapat tumbuh dan
berkembang.

2.2 Menulis Karangan Eksposisi


2.2.1 Pengertian Menulis
Pada dasarnya, menulis itu bukan hanya berupa melahirkan
pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan
pengungkapan ide, penegtahuan, ilmu, dan pengalaman hidup
seseorang dalam bahasa tulis.
Menulis sendiri sebenarnya bukanlah sesuatu yang asing bagi
kita. Artikel, esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, dan
cerita adalah contoh bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab
dengan kehidupan kita. Tulisan-tulisan itu menyajikan secara runtut
dan menarik, ide, gagasan, dan perasaan penulisnya ( Suparno dan
Yunus, 2006:1.3). Sedangkan menurut Semi (2007:14, menulis
13

merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan kedalam


lambang-lambang. Penulis bukan sekedar menggunakan huruf-huruf
tetapi ada pesan yang dibawa oleh penulis melalui lambang-lambang
tersebut.
Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan
para pelajar dalam berpikir, dapat menolong kita untuk berpikir
secara kritis, dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati,
mempedalam daya tanggap atau persepsi kita dalam memecahkan
masalah-masalah yang sering kita hadapi.
Menurut Nurchasanah dan Widodo (1993:1) menulis
merupakan usaha untuk menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan
kemauan dengan wahana bahasa tulis. Sedangkan menurut Gie
(2002:3) menulis atau mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan
seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui
bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Dengan
demikian, menulis adalah komunikasi yang unik dalam
mengungkapkan gagasan, ide, pikiran, perasaan kepada para
pembaca untuk dipahami dengan menggunakan wahana bahasa tulis.
Menulis adalah suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Menulis merupakan suatu kegiatan keterampilan berbahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Kemampuan
menulis mencakup berbagai kemampuan, seperti kemampuan
menguasai gagasan yang dikemukakan, kemampuan menggunakan
unsur-unsur bahasa, kemampuan menggunakan gaya.
Dari beberapa pendapta di atas dapat di simpulkan bahwa
menulis adalah salah satu kegiatan dari keterampilan berbahasa.
Menulis juga merupakan suatu proses melahirkan gagasan, pikiran,
perasaan kepada orang lain atau dirinya melalui media bahasa
berupa tulisan. Dan pada akhirnya kegiatan menulis bukan hanya
merupakan sarana untuk mengungkapkan ide atau gagasan, tetapi
dapat pula menjadi lahan untuk mengembangkan imajinasi.
14

2.2.2 Pengertian Karangan Eksposisi


Kata eksposisi diambil dari kata bahasa inggris exposition yang
berati “memulai” atau “membuka” (Suparno dan Yunus, 2006:5.4).
pengertian yang sama dikemukakan oleh Jauhari (2013:58)
mengatakan bahwa eksposisi secara leksikal berasal dari kata Bahasa
Inggris exposition, yang artinya adalah “membuka”. Jauhari
(2013:58) menambahkan bahwa secara istilah karangan eksposisi
berati sebuah karangan yang memiliki tujuan memberitahukan,
menerangkan, mengupas, dan menguraikan sesuatu. Dari penegrtian
tersebut, dapat dipahami bahwa karangan eksposisi menekankan
kepada siswa untuk mampu memaparkan sesuatu sehingga pembaca
memiliki wawasan yang luas.
Menurut Keraf (1981:3), karangan eksposisi atau pemaparan
adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk
menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat
memperluas pandangan atau pengetahuan sesorang yang membaca
uraian tersebut. Pengertian yang dikemukakan Keraf tersebut
memperjelas bahwa karangan eksposisi, yaitu menerangkan,
menguraikan dan memperluas uraian yang dibaca.
Menurut Wiratno (2009:59) mengemukakan bahwa eksposisi
(exposition) merupakan karangan yang menyajikan pendapat atau
gagasan yang dilihat dari satu pandang. Selain itu, menurut Wiratno
(2009:59) karangan eksposisi berfungsi untuk menyakinkan pihak
lain apa yang disampaikan benar berdasarkan argumentasi atau
alasan yang diajukan. Dari pemaparan tersebut, dapat diketahui
bahwa perbedaan karangan eksposisi yang dikemukakan para ahli di
atas dengan karangan eksposisi yang dikemukakan Wiratno terletak
pada fungsi dan isi dari karangan eksposisi.

2.2.3 Ciri-Ciri Menulis Karangan Eksposisi


15

Karangan eksposisi memliki beberapa ciri-ciri yang dapat


membedakan karangan eksposisi dengan karangan lainnya. Menurut
Semi (2007:62-63) ciri-ciri tulisan eksposisi adalah sebagai berikut.
1. Bertujuan memberikan informasi, pengertian, dan pengetahuan;
2. Bersifat menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan
bagaimana;
3. Disampaikan dengan gaya yang lugas dan menggunakan bahasa
baku;
4. Disajikan dengan menggunakan susunan logis;
5. Disajikan dengan nada netral tidak memancing emosi, tidak
memihak dan memaksakan sikap penulis kepada pembaca.

Berbeda dengan Semi, menurut Wiratno (2009:61-63) secara


kebahasaan, eksposisi disusun dengan ciri-ciri menonjol sebagai berikut .
1. Teks eksposisi mencakup penggunaan kata kerja material,
rasional, dan mental sekaligus.
2. Teks eksposisi memuat argumentasi satu sisi dan jumlah
argumentasi tidak ditentukan. Selain milik penulis sendiri,
argumentasi dapat dikembangkan dari pendapat umum yang
diambil dari sumber lain, sepanjang sumber itu disebabkan
sebagai referensi.
3. Konjungsi yang banyak dijumpai pada teks eksposisi adalah
konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi, seperti
first, second, next, dan seterusnya; atau konjungsi yang
digunakan untuk memperkuat argumentasi, seperti in fact, even,
also, more over, dan for example; atau konjungsi yang
menyatakan sebab, akibat, seperti since, before (yang berati in
order not to).
4. Teks eksposisi mengandung modalitas untuk membangun opini
dan mengarahkan kepada saran atau ujaran.
5. Teks eksposisi berisi tentang pandangan pribadi penulisnya. Oleh
sebab itu, dimungkinkan penulisnya menggunakan kata ganti “I”
atau “we” terutama pada saat ia mengklaim sesuatu.

Berdasarkan pendapat kedua ahli tentang ciri-ciri eksposisi, penulis


memilih pendapat tentang ciri-ciri yang dikemukakan oleh Semi. Ciri-ciri
tersebut antara lain :

1. Bertujuan memberikan informasi, pengertian, dan pengetahuan;


2. Bersifat menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan
bagaimana;
16

3. Disampaikan dengan gaya yang lugas dan menggunakan bahasa


baku;
4. Disajikan dengan menggunakan susunan logis;
5. Disajikan dengan nada netral tidak memancing emosi, tidak
memihak dan memaksakan sikap penulis kepada pembaca.

2.2.4 Langkah-Langkah Menulis Karangan Eksposisi


Menurut Semi (2007:65), bila akan menulis karya eksposisi,
perhatikan petunjuk berikut.
1. Pilihlah topik tulisan secara teliti.
2. Sadarilah selalu tujuan menulis.
3. Ingat selalu calon pembaca.
4. Pilihlah organisasi penyajian yang sesuai.

2.2.5 Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dalam Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh setiap
satuan pendidikan yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan dan
silabus. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
masing satuan pendidikan. KTSP dikembangkan oleh sekolah dan
komite sekolah berdasarkan kerangka kurikum dan standar
kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan yang telah
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan ( PP No.19 Th
2005 ).
Berikut ini standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
dan materi pokok yang terdapat dalam KTSP mata pelajaran Bahasa
Indonesia jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas kelas X.
Standar Kompetensi : Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat,
gagasan, dan perasaan yang terdapat dalam berbagai ragam tulisan
nonsastra serta menuliskannya dalam berbagai bentuk
paragraf(naratif, deskritif, eksposisi dan argumentatif).
17

Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok


Menulis ragam paragraf  Menunjukkan ciri-ciri - Contoh paragraf
paragraf eksposisi dengan ciri eksposisi
 Mendata topik-topik
yang dapat
dikembangkan - Pola pengembangan
menjadi paragraf paragraf eksposisi
eksposisi
 Menetukan pola
pengembangan ( dari
khusus ke umum,
atau sebaliknya)
 Menentukan jenis
pengembangannya
(menguraikan proses,
contoh-contoh, dsb)
 Menetukan rincian
atau gagasan
pendukungnya
 Menulis paragraf
eksposisi dengan
memerhatikan pola
pengembangannya

2.3 Metode Mengajar Beregu dalam pembelajaran Menulis Karangan


Eksposisi
2.3.1 Peran Guru dalam pembelajaran Mengajar Beregu
18

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas guru sebagai fasilitator.


Hal ini dikarenakan guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber
ilmu yang ada. Sebagai fasilitator, guru dituntut untuk mampu
memahami siswa di setiap kegiatan pembelajaran yang ada di kelas.
Begitupun di dalam pembelajaran dengan menerapkan metode
mengajar beregu. Dua guru ini dituntut untuk memahami siswa
dalam belajar yang diciptakan secara optimal oleh dua guru ini dan
dua guru ini berperan untuk dapat merangsang peserta didik untuk
aktif dan kreatif dalam mengembangkan kemapuan dalam
berpikirnya. (Yusuf, 1995:148).

2.3.2 Peran Siswa dalam Pembelajaran Mengajar Beregu


Dalam kegiatan pembelajaran di kelas siswa berperan sebagai
subjek belajar. Artinya, ketika kegiatan pembelajaran berlangsung
siswa bertindak sebagai orang yang membutuhkan banyak ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, siswa akan tersadar bahwa untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan itu dibutuhkan proses belajar yang
serius.
Peranan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan metode mengajar beregu (team teaching), yaitu terlibat
langsung dalam kegiatan pembentukan tim belajar. Dalam hal ini,
siswa harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena adanya
komunikasi antara guru yang ada di depan dan guru yang ada di
belakang siswa, mendorong suasana yang aktif dan responsif.

2.3.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi


dengan Menerapkan Metode Mengajar Beregu (Team Teaching)
A. Kegiatan Pendahuluan
Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru yang ada
di depan kelas harus memberikan motivasi kepada siswa agar
terlibat dalam pemecahan masalah. Setelah itu, guru yang
19

berada di belakang siswa membagi siswa ke dalam beberapa


kelompok. Setelah guru yang di belakang membagi siswa ke
dalam beberapa kelompok, guru yang di depan menjelaskan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
B. Kegiatan Inti
Adapun langkah-langkah pembelajaran menulis eksposisi
dengan metode mengajar beregu adalah sebagai berikut :
1. Peneliti menyiapkan sebuah daftar pertanyaan yang ada
kaitannya dengan pelajaran menulis karangan eksposisi yang
telah diajarkan sebelumnya.
a. Kata-kata yang harus didefinisikan (misalnya, “Apa
pengertian menulis eksposisi?”)
b. Pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda mengenai
(misalnya, di bawah ini yang bukan termasuk dalam ciri-
ciri eksposisi adalah ?
(a) Tulisan yang bertujuan memebrikan informasi
(b) Menggunakan bahasa baku
(c) Menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan
bagaimana
(d) Tulisan yang berisi pertanyaan seseorang
(e) Disajikan dengan nada netral
2. Peserta didik diminta untuk menjawab berbagai pertanyaan.
3. Peserta didik diajak keliling ruangan, dengan mencari
peserta lain yang dapat menjawab pertanyaan yang tidak
mereka ketahui bagaimana menjawabnya. Guru yang berada
di belakang kelas mendorong para peserta didik untuk
saling membantu satu sama lain.
4. Peserta didik diminta duduk ke tempat masing-masing.
Guru yang berada di depan kelas menjawab pertanyaan
yang tidak diketahui oleh peserta didik. Kemudian jawaban
20

itu digunakan sebagai informasi dan sebagai jalan untuk


memperkenalkan topik-topik penting di kelas tersebut.

C. Kegiatan Penutup
Siswa bersama dengan guru yang ada di depan kelas
merangkum materi yang telah dipelajari. Kemudian, guru
memberikan penilaian siswa melalui lembar penilian untuk
materi yang telah dipelajari.

2.4 Anggapan Dasar dan Hipotesis


2.4.1 Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya
oleh peneliti. Adapun anggapan dasar yang dinyatakan dalam
penelitian ini sebagai berikut.
1. Dengan menerapkan metode mengajar beregu (team teaching)
siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan
eksposisi yang lebih efektif.
2. Dengan menerapkan metode mengajar beregu (team teaching)
pembelajaran menulis karangan eksposisi siswa lebih efektif
sehingga siswa lebih aktif dalam kemampuan menulis karangan
eksposisi.

2.4.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah peneliti, di mana rumusan masalah peneliti telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Jawaban dari hipotesis penelitian
dilakukan sementara karena jawaban yang diberikan tidak
didasarkan pada fakta-fakta yang ada di lapangan (Sugiyono:64).
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan hipotesis
dalam penelitian berikut.
21

Ho : Metode mengajar beregu (team teaching) tidak efektif


diterapkan dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan
eksposisi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah Kedawung
tahun ajaran 2015/2016.
Ha : Metode mengajar beregu (team teaching) efektif
diterapkan dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan
eksposisi pada siswa kelas X SMA Muhammadiyah Kedawung
tahun ajaran 2015/2016.

Anda mungkin juga menyukai