PERCOBAAN III
ANALISA KIMIA AIR FORMASI I
3.1. Tujuan
1. Menentukan pH dari sample air formasi.
2. Menentukan alkalinitas dari sample air formasi.
1
Air formasi biasanya disebut dengan oil field water atau connate
water atau intertial water adalah air yang ikut terproduksi bersama-sama
dengan minyak dan gas. Air ini biasanya mengandung bermacam-macam
garam dan asam, terutama NaCl sehingga merupakan air yang asam bahkan
asam sekali.
Air formasi selain berasal dari lapisan itu sendiri atau juga berasal
dari air formasi dari lapisan lain yang masuk ke dalam lapisan produktif,
biasanya disebabkan oleh penyemenan yang kurang baik. kebocoran casing
yang disebabkan oleh korosi, pada casing sambungan kurang rapat,
pengaruh gaya tektonik rapat (patahan), pemasangan joint kurang rapat dan
adanya gaya tektonik. Sifat-sifat yang terkandung dalam air formasi:
Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu
atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul.Ini berarti
klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik.Contoh paling
sederhana dari suatu klorida anorganik adalah hidrogen klorida (HCl),
sedangkan contoh sederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah
klorometana (CH3Cl), atau sering disebut metil klorida.
Kesadahan pada air mungkin disebabkan oleh adanya satu atau
lebih ion. Ini termasuk hidroksida, karbonat, dan bikarbonat. Ion hidroksida
selalu ada didalam air, walaupun terkadang konsentrasinya sangat kecil.
Tetapi, hidroksida dengan konsentrasi tinggi di saluran air alami dianggap
tidak biasa, kecuali setelah melewati penapisan jenis tertentu. Jumlah
karbonat yang kecil ditemukan pada saluran air alami di tempat tertentu,
sangat jarang melebihi 3 atau 4 grain/gallon. Mereka juga dapat ditemukan
di air setelah penapisan, seperti pelembut lime soda ash. Bikarbonat adalah
sumber yang paling umum penyebab alkalinitas. Hampir semua saluran
alami memiliki jumlah yang dapat dihitung, dari 0 sampai sekitar 50
grain/gallon.
Bukan hanya kerugian saja yang dii hasilkan oleh air formasi, air
formasi ini jiga mempunyai dampak positif yang di gunakan untuk water
injeksi, Produced water merupakan salah satu limbah terbesar yang
dihasilkan oleh sektor hulu migas. Terlebih untuk lapangan marjinal, water
cut produksinya saja bisa mencapai 90% (bahkan bisa lebih). Hal tersebut
menjadi concern utama untuk pengelolaannya sering bermasalah karena
jumlahnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Opsi pengelolaan
produced water ada 2 macam. Kita bisa treatment untuk di buang ke badan
air atau di-re-injeksi. Re-injeksi terbagi menjadi dua, yakni untuk enhance
oil recovery /EOR (pressure maintenance, water flooding dll) atau berupa
sumur disposal. Semua opsi mewajibkan pre-treatment dulu untuk
memenuhi baku mutu, kecuali sumur disposal. Air untuk injeksi proses EOR
memang perlu memenuhi kriteria tertentu. Jika tidak, alih-alih mendorong
produksi crude oil malah membuat plug formasi. Fasprod pipa, pompa dan
lain-lain juga cepat plugging, korosif & rusak. Parameter yang biasa
dijadikan indikator diantaranya pH, DO, TSS, MPFT, SRB (Sulfur
Reduction Bacteria), oil content, RPI, Fe dan turbidity. Untuk kegiatan
water injection, sebagai salah satu strategi EOR, juga digunakan untuk
menjaga tekanan dalam formasi, juga bisa digunakan untuk mensiasati
limbah produced water yang dihasilkan dari produksi oil/gas.
3.3. Alat dan Bahan
3.3.1. Alat
1. pH paper
2. Tissue
3. Buret
4. Tiang Statif
5. Spatula
6. Corong Gelas
7. Pipet Tetes
8. Pipet Volumetrik
9. Gelas Kimia
10. Labu Ukur
11. Labu Erlenmeyer
12. Gelas Ukur
13. Balp
3.3.2. Bahan
1. Air Formasi
2. Aquadest
3. Indikator MO(Metyl Orange)
4. Indikator PP(Phenolphthalein)
5. Larutan H2SO4 0,20 N
6. Larutan NaOH 20%
9. Titrasi Air Formasi yang telah ditambahkan Larutan NaOH 20% dan
Indikator Phenolphthalein dengan Larutan H2SO4 0,02N.
10. Titrasi Air Formasi yang telah ditambahkan Larutan NaOH 20% dan
Indikator Phenolphthalein dengan Larutan H2SO4 0,02N.
12. Tambahkan Indikator Methyl Orange sebanyak dua tetes ke dalam Labu
Erlenmeyer berisi Air Formasi yang sudah di titrasi, kemudian warna
Air Formasi berubah menjadi orange.
13. Titrasi kembali Air Formasi tersebut dengan Larutan H2SO4 0,02N
yang dipakai pada titrasi awal sampai warna sampel larutan
menjadi merah bening.
15. Catat total volume yang habis dipakai untuk nilai volume P dan nilai
volume M.
16. Catat total volume yang habis dipakai untuk nilai volume P dan nilai
volume M.
17. Bersihkan dan rapihkan alat dan bahan yang telah digunakan.
1. Penentuan pH
pH sampel air formasi =7
2. Penentuan Alkalinitas
Reagenesa = Indikator phenolphthalein
dan methyl orange
Volume sampel = 2 mL
Volume P = 1.5 mL
Volume M = 16 mL
Kebasaan P = 0.75 Me/L
Kebasaan M = 8 Me/L
Sifat kebasaan disebabkan oleh :
[HCO3-] = 130 Me/L
[CO3-] = 30 Me/L
[OH-] = 0 Me/L
1. Nilai Kebasaan P
Diketahui : V. P = 1.5mL
V. Sampel = 2 mL
Ditanya : Kebasaan P = ...?
Vp
Jawab : Kebasaan P =
Vsampel
1.5 mL
= 2 mL
=0,75 Me/L
2. Nilai Kebasaan M
Diketahui : Volume M = 16 mL
V. Sampel = 2 mL
Ditanya : Kebasaan M = …?
Vm
Jawab : Kebasaan M =Vsampel
16 mL
= 2 mL
=8 Me/L
3. Nilai Konsentrasi [HCO ], [CO ]dan [OH−]
− −
3 3
P=0 M x 20 0 0
P=M 0 0 20 x P
2P = M 0 40 x P 0
2P < M 20 (M - 2P) 40 x P 0
2P > M 0 40 (M - P) 20 (2P - M)
4. Konsentrasi [HCO3−]
Diketahui : M = 8 Me/L
P = 0.75 Me/L
Ditanya : [HCO3−] =... ?
Jawab : [HCO3−] = 20 (M-2P)
= 20 (8-2 x 0,75)
= 20 (8-1,5)
= 20 x 6,5
= 130
5. Konsentrasi [CO3−]
Diketahui : M = 8Me/L
P = 0.75Me/L
Ditanya : [Me/L] = ...?
Jawab : [CO3−] = 40 x P
= 40 x 0,75
= 30 Me/L
6. Konsentrasi [OH−]
Diketahui : M = 0.45 Me/L
P = 0,31Me/L
Ditanya : [OH−] = ...?
Jawab : [OH−] = 0 Me/L
Jadi, air formasi yang diuji mengandung [CO3−] sebesar 30 Me/L
dan [OH−] sebesar 0 Me/L.
3.9. Kesimpulan