Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 21

PJK : Lingga Putra Pratama


Anggota Kelompok : Davis Putra Ananda Setiawan - 19010087
Zidan Rangga Haryanto - 19010110
Adam Hutbiadin – 19010102

PERCOBAAN III
ANALISA KIMIA AIR FORMASI I

3.1. Tujuan
1. Menentukan pH dari sample air formasi.
2. Menentukan alkalinitas dari sample air formasi.

3.2. Dasar Teori


Dalam analisa kimia kita mengenal air formasi dimana air formasi
biasanya disebut dengan oil field water, connate water atau intertial water.
Air formasi adalah air yang ikut terproduksi bersama-sama dengan minyak
dan gas. Air ini biasanya mengandung bermacam-macam garam dan asam,
terutama NaCl sehingga merupakan air yang asam bahkan asam sekali. Air
formasi hampir selalu ditemukan di dalam reservoir hydrocarbon.

Air formasi dapat didefinisikan sebagai air yang berakumulasi


dengan hidrokarbon yang terletak pada kedalaman tertentu sesuai dengan
zona produktif karena air formasi selalu menempati sebagian dari suatu
reservoir, minimal 10 % dan maksimal 100 % dari keseluruhan pori – pori
batuan. Secara langsung air formasi berfungsi untuk mendorong
hidrokarbon naik ke permukaan pada mekanisme water-drive. Atas dasar
masalah tersebut maka tidak hanya hidrokarbon yang diteliti sifat fisik dan
sifat kimianya, tetapi air formasi juga perlu sekali untuk dilakukan analisis
baik secara fisik maupun kimia. Sifat fisik pada air formasi meliputi,
kompresibilitas, kelarutan gas didalam air, viskositas air, berat jenis,
konduktifitas dan sifat kimia pada air formasi meliputi ion – ion negatif
(anion) dan ion – ion positif (kation).

1
Air formasi biasanya disebut dengan oil field water atau connate
water atau intertial water adalah air yang ikut terproduksi bersama-sama
dengan minyak dan gas. Air ini biasanya mengandung bermacam-macam
garam dan asam, terutama NaCl sehingga merupakan air yang asam bahkan
asam sekali.

Air formasi selain berasal dari lapisan itu sendiri atau juga berasal
dari air formasi dari lapisan lain yang masuk ke dalam lapisan produktif,
biasanya disebabkan oleh penyemenan yang kurang baik. kebocoran casing
yang disebabkan oleh korosi, pada casing sambungan kurang rapat,
pengaruh gaya tektonik rapat (patahan), pemasangan joint kurang rapat dan
adanya gaya tektonik. Sifat-sifat yang terkandung dalam air formasi:

a. Sifat fisika, meliputi :


- Kompresibilitas.
- Kelarutan gas didalam air.
- Viscositas air.
- Berat jenis
- Konduktifitas
b. Sifat kimiawi, meliputi:
- Ion-ion negativ. (Anion)
- Ion-ion positif. (Kation)

Karakteristik air formasi terutama alkalinitas, salinitas dan


resistivitas sangat erat kaitannya dengan semua tahapan kegiatan industri
perminyakan, diantaranya dari sisi pemboran perlu diperhatikan karesteristik
kimia air formasi dalam kaitannya dengan penggunaan lumpur pemboran
dan fluida komplesi guna meminimalisasi kerusakan formasi, begitu pula
pada saat pemilihan fluida saat melakukan stimulasi sumur jika terjadi
kerusakan formasi. Kondisi air formasi merupakan salah satu faktor penting
yang harus diperhitungkan.

Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang


menunjukan jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam
golongan alkali
tanah pada perairan tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk
menetralkan asam, atau biasa juga diartikan sebagai kapasitas penyangga
(buffer capacity) terhadap perubahan derajat keasaman (pH). Perairan yang
mengandung alkalinitas ≥ 20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut
relatif stabil terhadap perubahan asam atau basa sehingga kapasitas
penyangga atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas
juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu dan kekuatan ion. Nilai
alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan
dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh
organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang
tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi.

Air formasi dapat didefinisikan sebagai air yang berakumulasi


dengan hidrokarbon yang terletak pada kedalaman tertentu sesuai dengan
zona produktif karena air pada formasi selalu menempati sebagian dari suatu
reservoir. Minimal 10 persen dan maksimal 100 persen dari keseluruhan
pori- pori batuan.

Secara langsung air formasi berfungsi untuk mendorong


hidrokarbon naik kepermukaan pada mekanisme water drive atas dasar
masalah tersebut maka tidak hanya hidrokarbon yang diteliti sifat fisik dan
sifat kimianya tetapi air formasi juga perlu sekali untuk dilakukan analisa
baik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat yang terkandung dalam air
formasi meliputi:

1. Sifat fisika, Kompresibilitas , Kelarutan gas didalam air , Viskositas air


, Berat jenis , Konduktifitas
2. Sulfat kimiawi, Ion-ion negatif (Anion) , Ion-ion positif (Kation).
Air formasi selain berasal dari lapisan itu sendiri, atau juga berasal
dari air formasi dari lapisan lain yang masuk ke dalam lapisan produktif
biasanya disebabkan oleh terjadinya :

1. Penyemenan yang kurang baik.


2. Kebocoran Casing yang disebabkan oleh :
a. Korosi atau pengkaratan yang terjadi pada Casing.
b. Sambungan kurang rapat.
c. Pengaruh gaya tektonik yang di sebabkan adanya patahan.
3. Pemasangan joint kurang rapat.
4. Adanya gaya tektonik.
Karakteristik air formasi terutama alkalinitas, salinitas dan
resistivitas sangat erat kaitannya dengan semua tahapan kegiatan Industri
Perminyakan diantaranya dari sisi pemboran perlu diperhatikan karakteristik
kimia air formasi dalam kaitannya dengan penggunaan lumpur dan fluida
kompleks guna meminimalisir kerusakan formasi. Begitu pula pada saat
pemilihan fluida saat melakukan stimulasi sumur jika terjadi kersakan
formasi kondisi air formasi merupakan salah satu faktor yang harus di
perhitungkan.

Selain bergantung pada pH, alkalinitas alami tidak juga


dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu dan kekuatan ion. Nilai
alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan
dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu di sukai oleh
oganisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadaran yang yang
tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi.

Alkalinitas dari air basa didefinisikan sebagai kapasitasnya


terhadap asam netral zat alkali didalam air termasuk hidroksida alkalinitas
dapat dideteksi oleh rasanya yang asam dan mereka menyebabkan kertas
lakmus merah menjadi biru (pH test paper) konsentrasi jarang ditemukan di
saluran alami rumah. Senyawa yang mengandung ion ini dapat digunakan
dalam proses penapisan air yang bervariasi.

Jumlah karbonat yang kecil ditemukan pada saluran air alami


ditempat tertentu, sangat jarang melebihi 3 atau 4 gram/gallon. Mereka juga
dapat ditemukan di air setelah perlapisan seperti pembuatan pelembut lime
soda ash. Berkarbonat adalah sumber yang paling umum penyebab dari
alkalinitas
Larutan indikator (penunjuk) yang digunakan dalam penentuan
kebasaan (CO3-) dan (OH-) adalah phenolphthalein (pp), sedangkan untuk
menentukan (HCO3-) adalah indikator methyl orang (mo), sedangkan untuk
menentukan kandungan (Ca2+) atau kalsium dan (Mg2+) magnesium perlu
terlebih dahulu ditentukan kesadaran total. Unsur ion baku dalam air
formasi adalah Q yang konsentrasinya lemah sampai pekat. Konsentrasi
fosfal dan silika jarang ditemukan dalam saluran alami rumah.

Untuk mengetahui air formasi secara cepat dan praktis digunakan


sistem klasifikasi dari air formasi air, hal ini dapat memudahkan pengerjaan
pengindetifikasian sifat-sifat air formasi. Dimana kita dapat memplot hasil
analisa air formasi tersebut kedalam grafik, hal ini akan memudahkan kita
dalam korelasi terhadap lapisan-lapisan batuan dari sumur secara tepat.

Kalsium adalah unsur yang agak lembut, kelabu dan kelogamanan


yang boleh disari melalui elektrolisiskalsium florida. Ia terbakar dengan
warna menyalaa kuning-kemerahan dan membentuk salutan nitrida putih.
Kalsium penting untuk pengecutan otot, pengaktifan oosit, membentuk
tulang dan gigi yang kuat, pembekuan darah, penghantaran impuls saraf,
pengantar aturan degupan jantung dan keseimbangan bendalir dalam sel.

Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan


satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl-
.Garam dari asam klorida HCl mengandung ion klorida, contohnya adalah
garam meja, yang adalah natrium klorida dengan formula kimia
NaCl.Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na2+ dan Cl−.

Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu
atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul.Ini berarti
klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik.Contoh paling
sederhana dari suatu klorida anorganik adalah hidrogen klorida (HCl),
sedangkan contoh sederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah
klorometana (CH3Cl), atau sering disebut metil klorida.
Kesadahan pada air mungkin disebabkan oleh adanya satu atau
lebih ion. Ini termasuk hidroksida, karbonat, dan bikarbonat. Ion hidroksida
selalu ada didalam air, walaupun terkadang konsentrasinya sangat kecil.
Tetapi, hidroksida dengan konsentrasi tinggi di saluran air alami dianggap
tidak biasa, kecuali setelah melewati penapisan jenis tertentu. Jumlah
karbonat yang kecil ditemukan pada saluran air alami di tempat tertentu,
sangat jarang melebihi 3 atau 4 grain/gallon. Mereka juga dapat ditemukan
di air setelah penapisan, seperti pelembut lime soda ash. Bikarbonat adalah
sumber yang paling umum penyebab alkalinitas. Hampir semua saluran
alami memiliki jumlah yang dapat dihitung, dari 0 sampai sekitar 50
grain/gallon.

Bukan hanya kerugian saja yang dii hasilkan oleh air formasi, air
formasi ini jiga mempunyai dampak positif yang di gunakan untuk water
injeksi, Produced water merupakan salah satu limbah terbesar yang
dihasilkan oleh sektor hulu migas. Terlebih untuk lapangan marjinal, water
cut produksinya saja bisa mencapai 90% (bahkan bisa lebih). Hal tersebut
menjadi concern utama untuk pengelolaannya sering bermasalah karena
jumlahnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Opsi pengelolaan
produced water ada 2 macam. Kita bisa treatment untuk di buang ke badan
air atau di-re-injeksi. Re-injeksi terbagi menjadi dua, yakni untuk enhance
oil recovery /EOR (pressure maintenance, water flooding dll) atau berupa
sumur disposal. Semua opsi mewajibkan pre-treatment dulu untuk
memenuhi baku mutu, kecuali sumur disposal. Air untuk injeksi proses EOR
memang perlu memenuhi kriteria tertentu. Jika tidak, alih-alih mendorong
produksi crude oil malah membuat plug formasi. Fasprod pipa, pompa dan
lain-lain juga cepat plugging, korosif & rusak. Parameter yang biasa
dijadikan indikator diantaranya pH, DO, TSS, MPFT, SRB (Sulfur
Reduction Bacteria), oil content, RPI, Fe dan turbidity. Untuk kegiatan
water injection, sebagai salah satu strategi EOR, juga digunakan untuk
menjaga tekanan dalam formasi, juga bisa digunakan untuk mensiasati
limbah produced water yang dihasilkan dari produksi oil/gas.
3.3. Alat dan Bahan

3.3.1. Alat

1. pH paper
2. Tissue
3. Buret
4. Tiang Statif
5. Spatula
6. Corong Gelas
7. Pipet Tetes
8. Pipet Volumetrik
9. Gelas Kimia
10. Labu Ukur
11. Labu Erlenmeyer
12. Gelas Ukur
13. Balp

3.3.2. Bahan

1. Air Formasi
2. Aquadest
3. Indikator MO(Metyl Orange)
4. Indikator PP(Phenolphthalein)
5. Larutan H2SO4 0,20 N
6. Larutan NaOH 20%

3.4. Prosedur Percobaan

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.

2. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.


3. Masukkan Air Formasi yang sudah diambil sebanyak 2 mL ke dalam
Labu Erlenmeyer.

4. Masukkan pH Paper ke dalam Labu Erlenmeyer untuk mengetahui pH


dari Air Formasi.

5. Baca pengukuran pH dengan pH Paper.

6. Teteskan Larutan NaOH 20 % sebanyak dua tetes ke dalam


Labu Erlenmeyer dengan menggunakan Pipet Tetes.

7. Teteskan Indikator Phenolphthalein sebanyak dua tetes ke dalam Labu


Erlenmeyer, Air Formasi berubah menjadi ungu.

8. Isi Buret dengan Larutan H2SO4 0,02 N dengan menggunakan


Corong Gelas sampai skala nol.

9. Titrasi Air Formasi yang telah ditambahkan Larutan NaOH 20% dan
Indikator Phenolphthalein dengan Larutan H2SO4 0,02N.

10. Titrasi Air Formasi yang telah ditambahkan Larutan NaOH 20% dan
Indikator Phenolphthalein dengan Larutan H2SO4 0,02N.

11. Baca skala pada Buret sebagai nilai volume P.

12. Tambahkan Indikator Methyl Orange sebanyak dua tetes ke dalam Labu
Erlenmeyer berisi Air Formasi yang sudah di titrasi, kemudian warna
Air Formasi berubah menjadi orange.

13. Titrasi kembali Air Formasi tersebut dengan Larutan H2SO4 0,02N
yang dipakai pada titrasi awal sampai warna sampel larutan
menjadi merah bening.

14. Baca skala pada Buret sebagai nilai volume M.

15. Catat total volume yang habis dipakai untuk nilai volume P dan nilai
volume M.
16. Catat total volume yang habis dipakai untuk nilai volume P dan nilai
volume M.

17. Bersihkan dan rapihkan alat dan bahan yang telah digunakan.

3.5. Hasil Pengamatan

1. Penentuan pH
pH sampel air formasi =7
2. Penentuan Alkalinitas
Reagenesa = Indikator phenolphthalein
dan methyl orange
Volume sampel = 2 mL
Volume P = 1.5 mL
Volume M = 16 mL
Kebasaan P = 0.75 Me/L
Kebasaan M = 8 Me/L
Sifat kebasaan disebabkan oleh :
[HCO3-] = 130 Me/L
[CO3-] = 30 Me/L
[OH-] = 0 Me/L

3.6. Pengolahan Data

1. Nilai Kebasaan P
Diketahui : V. P = 1.5mL
V. Sampel = 2 mL
Ditanya : Kebasaan P = ...?
Vp
Jawab : Kebasaan P =
Vsampel

1.5 mL
= 2 mL
=0,75 Me/L
2. Nilai Kebasaan M
Diketahui : Volume M = 16 mL
V. Sampel = 2 mL
Ditanya : Kebasaan M = …?
Vm
Jawab : Kebasaan M =Vsampel

16 mL
= 2 mL
=8 Me/L
3. Nilai Konsentrasi [HCO ], [CO ]dan [OH−]
− −
3 3

Diketahui : Kebasaan P = 0.75 Me/L


Kebasaan M = 8 Me/L
Ditanya : 1. Konsentrasi [HCO3−] = ...?
2. Konsentrasi [CO3−] = ...?
3. Konsentrasi [OH−] = ...?
Jawab :
Tabel 3.1
Kondisi Ion-ion pada Alkalinitas

Hasil Titrasi [HCO3-] [CO3-] [OH-]

P=0 M x 20 0 0

P=M 0 0 20 x P

2P = M 0 40 x P 0

2P < M 20 (M - 2P) 40 x P 0

2P > M 0 40 (M - P) 20 (2P - M)

Jadi, berdasarkan interaksi kita menggunakan 2P < M

4. Konsentrasi [HCO3−]
Diketahui : M = 8 Me/L
P = 0.75 Me/L
Ditanya : [HCO3−] =... ?
Jawab : [HCO3−] = 20 (M-2P)
= 20 (8-2 x 0,75)
= 20 (8-1,5)
= 20 x 6,5
= 130
5. Konsentrasi [CO3−]
Diketahui : M = 8Me/L
P = 0.75Me/L
Ditanya : [Me/L] = ...?
Jawab : [CO3−] = 40 x P
= 40 x 0,75
= 30 Me/L
6. Konsentrasi [OH−]
Diketahui : M = 0.45 Me/L
P = 0,31Me/L
Ditanya : [OH−] = ...?
Jawab : [OH−] = 0 Me/L
Jadi, air formasi yang diuji mengandung [CO3−] sebesar 30 Me/L
dan [OH−] sebesar 0 Me/L.

3.7. Analisa Percobaan

Pada percobaan yang berjudul “Analisa Kimia Air Formasi I


Bertujuan Menentukan pH, Menentukan alkalinitas, Mengetahui pengertian
air formasi, Mengetahui alat dan bahan apa saja yang digunakan pada
praktikum kali ini, Mengetahui volume yang didapatkan dari titrasi sebagai
nilai P dan nilai M

Air formasi adalah air yang ikut terproduksi bersama-sama dengan


minyak dan gas. Secara langsung air formasi berfungsi untuk mendorong
hidrokarbon naik kepermukaan pada mekanisme water drive. Air ini
biasanya mengandung bermacam-macam garam dan asam, terutama NaCl
(Natrium Klorida) sehingga merupakan air yang asam bahkan asam sekali.
Air formasi biasa disebut dengan oil field water atau connate water atau
intertial water adalah air yang ikut terproduksi bersama-sama dengan
minyak dan gas. Secara langsung air formasi berfungsi untuk mendorong
hidrokarbon naik ke permukaan pada mekanisme water-drive. Atas dasar
masalah tersebut maka tidak hanya hidrokarbon yang diteliti sifat fisik dan
sifat kimianya.

Alat-alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah


balp, buret, corong gelas, gelas ukur, labu erlenmeyer, labu ukur, pH paper,
pipet tetes, pipet volumetrik, spatula, tiang statif, tissue, air formasi,
aquadest, indikator phenolphthalein, indikator methyl orange, H2SO4 0,02 N
dan NaOH 20%.

Prosedur percobaannya ialah Menyiapkan alat dan bahan yang akan


digunakan dalam praktikum. Mengambil air formasi dengan menggunakan
pipet volumetrik dan balp sebanyak 2 mL. Memasukkan air formasi yang
sudah diambil sebanyak 2 mL ke dalam labu erlenmeyer. Memasukkan pH
paper ke dalam labu erlenmeyer untuk mengetahui ph dari air formasi.
Membaca pengukuran pH dengan pH paper. Meneteskan larutan NaOH
20% sebanyak dua tetes ke dalam labu erlenmeyer dengan menggunakan
dua tetes. Meneteskan indikator phenolphthalein sebanyak dua tetes ke
dalam labu erlenmeyer, air formasi berubah menjadi warna ungu. Mengisi
buret dengan larutan H2SO4 0.02 N dengan menggunakan corong gelas
sampai skala nol. Mentitrasi air formasi yang telah ditambahkan NaOH 20%
dan indikator phenolphthalein dengan larutan H2SO4 0,02 N. Menghentikan
titrasi ketika warna pada air formasi dalam labu erlenmeyer telah berubah
menjadi berwarna bening. Membaca skala pada buret sebagi nilai volume P.
Menambahkan indikator methyl orange sebanyak dua tetes ke dalam labu
erlenmeyer berisi air formasi yang sudah dititrasi, kemudian warna air
formasi berubah menjadi orange. Mentitrasi kembali air formasi tersebut
dengan menambahkan larutan H2SO4 0.02 Nyang dipakai pada titrasi awal
sampai warna sampel larutan menjadi merah bening. Membaca skala pada
buret sebagai volume m. Mencatat total volume yang habis terpakai untuk
nilai volume P dan nilai volume M. Memasukkan data yang didapatkan ke
dalam tabel hasil pengamatan. Menentukan kandungan [HCO−], [CO−] dan
3 3

[OH−] dengan mengolah data yang diperoleh. Membersihkan dan


merapihkan kembali alat dan bahan yang telah digunakan.

Setelah melakukan percobaan keempat yaitu analisa kimia air


formasi I didapatkan nilai pH air formasi sebesar 7, maka sifat air formasi
tersebut adalah bersifat basa. reagenesa yang digunakan adalah indikator
phenolphthalein dan indikator methyl orange. volume sampel air formasi
yang digunakan sebesar 2 mL, volume P sebanyak 1,5 mL, sedangkan
volume M sebanyak 16 mL. Didapatkan juga nilai kebasaan P sebesar 0,75
Meq/L dan kebasaan M sebesar 8 Meq/L. Dari kebasaan inilah didapatkan
konsentrasi senyawa [HCO3-] sebesar 130 Me/L, konsentrasi senyawa [CO3]
sebesar 30 Meq/L dan konsentrasi [OH-] sebesar 0 Meq/L.

3.8. Analisa Kesalahan

Setelah Melakukan percobaan kelima berjudul analisa kimia air


formasi I terdapat beberapa kesalahan, antara lain :
1. Terlalu kencang dalam membuka kran buret dalam proses titrasi.

3.9. Kesimpulan

Dalam percobaan menentuan Analisa Air Formasi I dapat diambil


kesimpulan, diantaranya :
1. pH air formasi sebesar 7.
2. Alkalinitas ditentukan oleh tabel kandungan ion – ion alkalinitas.Unsur
ion baku pada air formasi adalah Cl-.. Kegunaan dari indikator pp adalah
untuk mengetahui ph pada sampel air formasi. Kesadahan adalah
kandungan mineral – mineral tertentu didalam air, kandungan ionnya
Ca dengan Mg.

Anda mungkin juga menyukai