Anda di halaman 1dari 14

WATER TREATMENT I

I. TUJUAN PERCOBAAN
 Dapat mengoperasikan jarr test
 Dapat menentukan dosis optimum koagulan yang digunakan

II. DASAR TEORI


Proses Pengolahan Air
Proses pengolahan air bertujuan agar didapatkan air yang memenuhi syarat
untuk didapatkan sebagai air bersih. Pengolahan air bersih melalui beberapa
tahapan proses yaitu :
1. Proses Penyaringan
2. Proses Koagulasi
3. Proses Flokulasi
4. Sedimentasi
5. Aerasi
6. Penyaringan
7. Proses penambahan disinfektan
Air baku yang biasanya digunakanunutk keperluan domestik atau
industri berasal dari air sungai, air danau, air laut dan air sumur. Kualitas
akir baku dari berbagai sumber tersebut mempunyai karakteristik kualitas dan
kuntitas yang berbeda-beda. Air baku digunakan selain untuk keperluan
sehari-hari seperti makan dan minum di beberapa sektor kegiatan digunakan
sebagai air pendingin. Air umpan boiler dan air air untuk keperluan proses
produksi. Adanya kualitas air yang berbeda-beda dari berbagai sumber air
yang ada, menghendaki suatu system yang berbeda-beda dari berbagai
sumber air yang ada, menghendaki suatu system pengolahan air yang
berbeda pula dan tergantung dari penggunaan air tersebut.
Air yang digunakan sebagai air umpan boiler mempunyai
karakteristik kualitas tertentu, sehingga untuk penyediaan air biasanya
dilakukan 3 tahap pengolahan yaitu :
a. Pengolahan air beku
b. Pengolahan air secara external
c. Pengolahan air secara internal
Jenis pengolahan air baku tergantung dari asal air bakunya. Pengolahan
air baku biasanya terdiri dari pengolahan fisika seperti penyaringan dan
sedimentasi. Serta pengolahan secara kimia yang meliputi flokulasi,
koagulasi, dan netralisasi.
Dalam makalah ini hanya akan diuraikan tentang pengolahan tahap kedua
dan ketiga . karena pengolahan tahap pertama yaitu pengolahan air beku
sudah banyak dibahas dalam penyedian air bersih pada umumnya.

A. KARAKTERISTIK KUALITAS AIR BAKU


1. Air Tanah
Air tanah tersedia sebagai air tanah dangkal dan air tanah dalam.
Air tanah dangkal berada dalam lapisan pembawa air yang bagian
atasnya tidak dilapisi oleh lapisan yang immpermeabel sehingga
kualitas dan kuantitas air tanah dangkal juga dipengaruhi oleh
aktivitas yang ada dipermukaan tanah bagian atasnya.
Air tanah dalam beberapa dalam lapisan pembawa air yang
terletak lebih bawah, biasanya lebih dari 60 m permukaan tanah
setempat. Lapisan pembawa airnya dilapisi oleh suatu lapisan bantuan
impermeable sehingga tidak memungkinkan air dari permukaan
bagian atas menyerap sampai kelapisan pembawa air ttanah dalam.
Kualitas maupun kuantitas air tanah tidak tergantung pada aktivitas
dipermukaan atas, tetapi pada daerah catchment area (daerah
tangkapan hujan) yang berhubungan dengan lapisan pembawa air
yang bersangkutan. Kualitas air tanah banyak dipengaruhi struktur
geologi setempat. Parameter dominan yang biasanya muncul adalah:
mineral seperti Ca, Mg, dan Fe serta gas terlarut seperti CO 2. Air
tanah biasanya hanya sedikit mengandung padatan tersuspensi.
2. Air laut
Air laut tersedia dalam jumlah yang melimpah dengan kualitas air
yang hampir sama dan tetap untuk jangka waktu tertentu. Parameter
dominan yang ada di air laut adalah garam mineral seperti Na Cl
(biasanya ditunjukkan dalam kadar salinitas) yang sangat korosif
terhadap peralatan proses produksi.
3. Air permukaan
Air permukaan yang sering dimanfaatkan adalah air danau dan air
sungai. Kualitasnya sangat tergantung dari aktivitas manusia yang
berada di daerah aliran sungai. Parameter yang cukup menonjol
adalah mikroorganisme dan kadar padatan tersuspensi atau
kekeruhan.

B. PARAMETER KUALITAS AIR


1. Padatan Tersuspensi ( suspended solid / SS )
Sumber dari padatan tersuspensi berasal dari :
 Padatan anorganik, seperti lempung, kerikil, dan padatan buangan
industri
 Padatan organik, seperti serat tumbuhan, mikroba, sisa buangan
domestik dan industri
 Cairan laut seperti minyak dan lemak.
Pengukuran padatan tersuspensi dilakukan secara gravimetri dengan
satuan mp, lt. Ukuran diameter partikel dari padatan tersuspensi
antara 1-100 am.
2. Kekeruhan ( turbidity )
Parameter kekeruhan biasa dilakukan untuk analisis kualitas air
bersih bukan air limbah. Nilai kekeruhan bisa menunjukkan tingkat
atau kadar padatan tersuspensi di dalam air. Pengukuran kekeruhan
dilakukan dengan metode photometri dengan cara menetukan
persentase cahaya yang diserap atau dihamburkan oleh cairan jika
diberikan cahaya dengan intensitas tertentu. 1 Jakson Turbidity Unit
( JTU ) sama dengan kekeruhan yang dihasilkan oleh 1 mg
SiO2 dalam liter air distilasi. Satuan kekeruhan yang lain adalah
Nephelometri Turbidity Unit ( NTU ) yang didasarkan pada prinsip
penghambatan cahaya.
3. Alkalinitas
Pengukuran alkalinitas dilakukan dengan titrasi dengan asam. Jika
digunakan 0,02 N H2SO4 sebagai titran, maka 1 ml asam dapat
menetralisir 1 mg alkalinitas sebagai CaCO 3. Ion H+ dari asam
bereaksi dengan komponen alkalinitas menurut persamaan reaksi :
H+ + OH-  H2O
H+ + CO32-  HC3-
H+ + HCO3-  H2CO3
Jika asam sebagai titran ditambahkan perlahan-lahan ke air yang
mengandung alkalinitas, maka gambaran penurunan pH air bis diliht
di kurva berikut
4. Kesadahan (Hardness)
Definisi :
 Konsentrasiu kation metal multi valen dalam larutan
 Dapat bereaksi dengan anion dan timbul prespitasi padatan
 Biasanya dinyatakan dalam mg lt CaCO3
Kesadahan dikenkal ada dua macam, yaitu kesadahan karbonat dan
non klarbonat. Air sadah yang jika digunakan memerlukan lebih
baynyak sabun agar tetap berbusa. Menurut standar WHO kesdahan
maksimum untuk air minum adalah 500 mg/l sebagai CaCO3.
Demikian juga menurut peraturan Mentri Kesehatan No.416/890
untuk syarat kualitas air minum konversi : 1 gennan degree = 17,9
mg/l CaCO3
5. O2 (gas oksigen)
Salah satu gas yang bayak mendapat perhatian dalam pengelohan air
umpan boiler adalh gas O2 yang larut dalam air baku.

Proses Pengolahan Air


Dalam pengolahan air, agar diperoleh air bersih maka dilakukan proses
tahap demi tahap, yaitu mulai dari pengambilan air baku sampai air bersih
yang sudah siap untuk didistribusikan ke konsumen. Air bersih dan air
buangan mempunyai karakteristik tertentu seperti sifat fisik, kimia, dan
biologi. Dalam proses pengolahan air ini harus disesuaikan dengan
ketidakmurnian dari air itu sendiri. Pengolahan air bersih maksudnya adalah
usaha-usaha untuk merubah sifat-sifat suatu zat. Dengan adanya pengolahan
air bersih ini maka akan didapatkan suatu air bersih yang memenuhi standar
kesehatan yang telah ditentukan. Dalam proses pengolahan air ini pada
umumnya dikenal dengan dua cara, yaitu :
1. Pengolahan lengkap (completed treatment process)
Pengolahan lengkap yaitu air akan mengalami pengolahan lengkap, baik
fisika, kimiawi, dan biologi. Pengolahan ini biasanya dilakukan terhadap
air sungai kotor dan keruh. Pada hakikatnya, pengolahan lengkap ini
dibagi dalam tiga lingkungan pengolahan, yaitu :
a. Pengolahan fisik untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-
kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir serta mengurangi
kadar organik yang ada dalam air yang akan diolah.
b. Pengolahan kimia yaitu pengolahan dengan menggunakan zat-zat
kimia untuk membantu proses selanjutnya. Misalnya dengan
pembubuhan aluminium sulfat.
c. Pengolahan bakteriologi bertujuan untuk memusnahkan bakteri-
bakteri yang terkandung di dalam air dengan jalan membuktikan
desikfektan. Desinfektan yang digunakan adalah kaporite.
2. Pengolahan sebagian (patril treatment process)
Pengolahan sebagian ini merupakan pengolahan air dimana hanya
dilakukan pengolahan kimiawi atau pengolahan bakteriologi saja.
Pengolahan ini umumnya dilakukan untuk :
a. Mata air bersih
b. Air sumur yang dangkal

Koagulant Aluminium Sulfat


Dalam bidang pengolahan air bersih, penambahan dari beberapa bahan
kimia digunakan untuk berbagai proses. Pada pengolahan air bersih di
PDAM Instalasi Lahat I menggunakan aluminium sulfat sebagai
pembentukan koagulant yang berfungsi membentuk partikel padal lebih besar
(flok) agar bias diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal),
selanjutnya proses pengolahan air dapat dilanjutkan.
Aluminium sulfat atau tawas mempunyai rumus kimia Al 2(SO4)3 18 H2O
dengan berat molekul 666,4 gram/mold an density 1,69 gram/liter. Alum
larut sempurna dalam air, daya larutnya 500 gram/liter pada 15 oC. Alum
lebih banyak digunakan sebagai bahan penggumpal karena :
1. Berbentuk serbuk dan Kristal
2. Lebih efektif untuk menurunkan kadar karbonat
3. Harganya murah
4. Mudah disimpan
Pembentukan Larutan Aluminium Sulfat
Aluminium sulfat terdapat dalam bentuk butiran halus dalam kantong
aluminium sulfat berwarna putih keabu-abuan sampai coklat muda yang
merupakan material asam berkristal dan bersifat korosif, metode
pembubuhan aluminium sulfat yang paling umum adalah dalam bentuk
larutan. Suatu larutan dibuat dalam sebuah tangki dengan kapasitas yang
cukup untuk pembubuhan koagulan 10 jam atau lebih. Diperlukan dua tangki,
satu tangki beroperasi sementara, larrutan disiapkan pada lainnya.

Koagulasi (pengumpulan)
Koagulasi merupakan salah satu tahapan proses dalam pengolahan air
yang menggunakan bahan pengumpal. Koagulasi berasal dari bahasa
latin “Coagulare” yang berarti bergerak bersama. Dalam proses kimia
koagulasi dapat diartikan sebagai mekanisme penetralan. Koagulasi adalah
bahan kimia yang dibutuhkan pada air akan membantu pada proses
pengendapan paertikel-partikel. Faktor- faktor yang mempengaruhi proses
koagulasi :
a. Dosis koagulasi
b. Kecepatan pengadukan
c. pH dan waktu
Air baku yang akan diolah ditambahkan bahan kimia penggumpal. Bahan
kimia penggumpal yang lebih intensif dalam pengolahan air adalah
aluminium sulfat atau yang dikenal dengan tawas. Tujuan dari penggumpalan
untuk memudahkan air lebih homogeny sehingga terbentuk flok-flok. Agar
pengalirannya dan pembentukan flok- flok yang lebih besar dibutuhkan
pengadukan yang lambat dengan adanya bantuan sekat-sekat pada bak
penggumpalan. Dengan adanya sekat-sekat ini berarti waktu pengalirannya
agak lama, sehingga campuran akan semakin merata dan mempercepat
terbentuknya butiran-butirran yang lebih besar agar memudahkan terjadinya
pengendapan pada proses berikutnya.

Sedimentasi
Proses ini terjadi berdasarkan gaya gravitasi bumi terhadap flok-flok yang
telah terbentuk flok-flok yang mempunyai density yang lebih besar daripada
air akan mengendap dengan sendirinya. Pada bak ini sebagian besar kotoran
air akan dipisahkan tetapi tidak semuanya mengendap seperti kotoran-
kotoran halus yang melayang,akan disaring pada proses selanjutnya.

Filtrasi (penyaringan)
Proses penyaringan merupakan proses pembersihan dari sisa-sisa kotoran
kecil yang masih melayang-layang didalam air setelah proses pengendapan.
Filter yang biasa terdiri dari selapis pasir atau pasir atau pasir dan batu dan
batu kerikil. Bila air lolos melalui filter tersebut, partikel-partikel terapung
dan bahan-bahan penggumpal akan bersentuhan dengan butir-butir pasir dan
melekat ke pasir tersebut. Hal ini akan memperkecil ukuran celah-celah yang
dapat dilalui air dan menghasilkan daya penyaring. Dengan lewatnya maka
akan semakin banyak bahan yang terperangkap oleh tumpukan pasir. Dan air
tersebut akan ditambahkan bahan kimia pada proses desinfeksi.

Desinfeksi
Desinfeksi bertujuan membunuh kuman-kuman yang terdapat dalam air
dapat menimbulkan bibit penyakit. Jenis bahan kimia yang dipergunakan
untuk di proses desinfeksi antara lain larutan kaporit dan gas chlor.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
1. Turbidity Meter
2. Water Cyber Scan
3. Gelas Kimia
4. Hot Plate
5. Magnetic Stirrer
6. pH meter
7. Spatula
8. Kaca Arloji
9. Gelas Ukur
10. Neraca Analitik
Bahan yang digunakan :
1. Koagulan ( Tawas)
2. Air Sampel Kolam Belakang Lab
3. Air Aquadest

IV. LANGKAH KERJA


1. Menyiapkan semua alat dan bahan
2. Menimbang koagulan tawas sebanyak 0,065 gr untuk 130 ppm dan 0,05
gr untuk 100 ppm
3. Melarutkan masing – masing koagulan dalam 500 ml air aquadest
4. Mengecek parameter air sampel menggunakan pH-meter, turbidity meter,
dan water cyber scan
5. Mengisi 5 gelas kimia dengan masing-masing sampel sebanyak 100 ml
6. Menambahkan larutan koagulan sebanyak 100 ml ke masing-masing
gelas kimia tersebut
7. Melakukan proses pengadukan pada masing-masing sampel
menggunakan hot plate dan magnetic stirrer dengan masing-masing
rentang waktu pengadukan 5,10,15,20,25 menit
8. Mengendapan larutan tersebut sampai flok yang ada mengendap dengan
sempurna
9. Memisahkan larutan dengan flok yang telah mengendap
10. Mengukur parameter yang dihasilkan setelah dilakukannya pengolahan
air menggunakan alat pHmeter, turbidity meter dan water cyber scan

V. DATA PENGAMATAN
1. Parameter Sebelum Pengolahan Air
Sampel utuh sebelum
Parameter Standar Mutu Air Bersih
dicampur Tawas
TURBIDITY 25 NTU 34,6 NTU
TDS 150-250 ppm 338,3 ppm
SALINITAS <500 ppm 343,5 ppm
DO 6 mg/l 9,81 mg/L
KONDUKTIVITAS 42-500 µs 371,9 µs
PH 6,5-8,5 7,84

2. Parameter Setelah Pengolahan Air


 130 ppm Larutan Tawas dalam 500 ml aquadest
Parameter Setelah Pengolahan Air
Setelah Pengolahan
Sampe TURBIDIT SALINITA KONDUKTIVIT
PH TDS DO
l Y S AS
7,0 363,2 7,57
1 9,4 NTU 344,2 ppm 265,3 µs
1 ppm mg/L
6,8 221,4 5,91
2 9,8 NTU 221,4 ppm 245,3 µs
3 ppm mg/L
6,5 168,5 7,31
3 9,58 NTU 168,5 ppm 196,3 µs
5 ppm mg/L
7,1 107,2 7,19
4 8,3 NTU 107,5 ppm 117,2 µs
1 ppm mg/L
6,3 118,0 6,38
5 6,85 NTU 116,3 ppm 129,4 µs
8 ppm mg/L

Waktu yang Dibutuhkan


Sampel Kecepatan Pengadukan Pengadukan Pengendapan
1 2 mot 5 menit 25 menit
2 2 mot 10 menit 18 menit
3 2 mot 15 menit 18,25 menit
4 2 mot 20 menit 16 menit
5 2 mot 25 menit 15,16 menit

 100 ppm Larutan Tawas dalam 500 ml aquadest


Parameter Setelah Pengolahan Air
Setelah Pengolahan
Samp PH TURBIDIT TDS SALINITA KONDUKTIVIT DO
el Y S AS
6,3 261,9
1 19,75 NTU
ppm
256,0 ppm 207,2 µs 0,4 mg/L
7
7,6 259,9 7,65
2 9,86 NTU
ppm
245,3 ppm 276,2 µs
mg/L
6
7,1 223,4 6,78
3 12,17 NTU
ppm
216,5 ppm 245,3 µs
mg/L
0
7,5 212,7 6,09
4 8,423 NTU
ppm
208,6 ppm 232,7 µs
mg/L
5

Waktu yang Dibutuhkan


Sampel Kecepatan Pengadukan Pengadukan Pengendapan
1 2 mot 5 menit 5,28 menit
2 2 mot 10 menit 5,07 menit
3 2 mot 15 menit 7,35 menit
4 2 mot 20 menit 5,37 menit

VI. PERHITUNGAN
 Pembuatan larutan
mg
p pm=
L

Konsentrasi 130 ppm dalam 500 ml (0,5 L)


mg
130 ppm=
0,5 L
mg=65
65 mg=0,065 gr

Konsentrasi 100 ppm dalam 500 ml (0,5 L)


mg
100 ppm=
0,5 L
mg=50
50 mg=0 ,05 gr

VII. ANALISIS PERCOBAAN


Water treatment atau pengolahan air adalah setiap proses yang
dilakukan dalam meningkatkan kualitas air agar lebih diterima untuk
penggunaan akhir dengan kondisi tertentu. Secara fisik air bersih harus
jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Sedangkan secara kimia air bersih
tidak boleh mengandung bahan-bahan kimmia yang melampaui batas standar,
maka dari itu terdapat parameter pengukuran air bersih. Parameter tersebut
antara lain : Ph, turbidity, TDS, konduktivitas,salinitas, DO, %DO.
Pada percobaan kali ini kami menggunakan sampel air kolam yang
berada di belakang lab teknik kimia. Proses pengolahan air ini menggunakan
proses koagulasi dan flokulasi. Disini kami memilih tawas sebagai koagulan,
yang mana tawas dapat menurunkan pH air. Pada proses ini juga dilakukan
pengadukan lambat yang bertujuan agar reaksi antara air tawas dan sampel
dapat mementuk flok yang sempurna dan flok yang terbentuk tidak terlalu
halus serta mudah untuk mengendap. Apabila dilakukan proses pengadukan
dengan cepat maka flok yang terbentuk akan berbentuk halus dan ukurannya
kecil serta membutuhkan waktu yang lama untuk mengendap. Untuk
konsentrasi air tawas kami membuat dua konsentrasi yang berbeda yaitu 100
ppm dan 130 ppm. Dari data yang diperoleh turbidity untuk tawas yang
berkonsentrasi 130 ppm lebih kecil dibandingkan 100 ppm. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh banyaknya massa tawas yang digunakan akan
menyebabkan terbentuknya flok atau kotoran yang ada pada air sampel
menggumpal dengan mudah.
Jika dibandingkan sampel yang sebelum ditambahkan tawas dengan
baku standar mutu air, air sampel merupakan air yang kotor karena seluruh
parameternya melebihi baku standar mutu air bersih. Akan tetapi setelah
dilakukan proses koagulasi-flokulasi, air sampe tersebut parameternya
berubah jauh lebih rendah dan tidak melebihi standar mutu air bersih maka
air tersebut dapat dikatakan air bersih. Hal ini disebabkan oleh koagulan
tawas yang mampu mengendapkan partikel yang melayang, baik dalam
bentuk koloid maupun suspensi.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Penambahan koagulan tawas sangat berpengaruh penting dalam proses
pengolahan air
2. Semakin tinggi konsentrasi koagulan semakin banyak flok yang terbentuk
dan mengendap. Hal ini mengakibatkan semakin rendah turbidity dan pH
yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet.2023.”Penuntun Praktikum Utilitas Pengolahan Air”.Politeknik Negeri


Sriwijaya.Palembang.
GAMBAR ALAT

Turbidity Meter
Water Cyber Scan

Nerac
a Analitik pH-meter
Hot plate Magnetic Stirrer

G
Gelas Ukur elas Kimia

Kaca Arloji

Anda mungkin juga menyukai