3. Dasar Teori
Proses Pengolahan Air
Proses pengolahan air bertujuan agar didapatkan air yang
memenuhi syarat untuk dapat digunakan sebagai air bersih. Pengolahan air
bersih melalui beberapa tahapan proses yaitu :
1. Proses Penyaringan
2. Proses Koagulasi
3. Proses Flokulasi
4. Sedimentasi
5. Aerasi
6. Penyaringan
7. Proses Penambahan Desinfektan
Air baku yang biasanya digunakan untuk keperluan domestik atau
industri berasal dari air sungai, air danau, air laut dan air sumur. Kualitas
air baku dari berbagai sumber tersebut mempunyai karakteristik kualitas
dan kuantitas yang berbeda-beda. Air baku digunakan selain untuk
keperluan sehari-hari seperti makan dan minum di beberapa sektor
kegiatan digunakan sebagai air pendingin. Air umpan boiler dan air untuk
keperluan proses produksi. Adanya kualitas air yang berbeda-beda dari
berbagai sumber air yang ada, menghendaki suatu sistem pengolahan air
yang berbeda pula dan tergantung dari penggunaan air tersebut.
Air yang digunakan sebagai air umpan boiler mempunyai
karakteristik kualitas tertentu, sehingga untuk penyediaan air biasanya
dilakukan 3 tahap pengolahan yaitu :
a. Pengolahan Air Baku
b. Pengolahan Air Secara External
c. Pengolahan Air Secara Internal
Jenis pengolahan air baku tergantung dari asal bakunya.
Pengolahan air baku biasanya terdiri dari pengolahan fisika seperti
penyaringan dan sedimentasi. Serta pengolahan secara kimia yang meliputi
flokulasi, koagulasi dan netralisasi.
Dalam makalah ini hanya akan diuraikan tentang pengolahan tahap
kedua dan ketiga. Karena pengolahan tahap pertama yaitu pengolahan air
baku sudah banyak dibahas dalam penyediaan air bersih pada umumnya.
c. Air Permukaan
Air permukaan yang sering dimanfaatkan adalah air danau
dan air sungai. Kualitasnya sangat tergantung dari aktifitas
manusia yang berada di daerah aliran sungai. Parameter yang
cukup menonjol adalah mikroorganisme dan kadar padatan
tersuspensi atau kekeruhan.
b. Kekeruhan (turbidity)
Parameter kekeruhan biasa dilakukan untuk analisis
kualitas air bersih bukan air limbah. Nilai kekeruhan bisa
menunjukkan tingkat atau kadar padatan tersuspensi di dalam
air. Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan metode
photometri dengan cara menentukan persentase cahaya yang
diserap atau dihamburkan oleh cairan jika diberikan cahaya
dengan intensitas tertentu 1 Jackson turbidity unit (JTU) sama
dengan kekeruhan yang dihasilkan oleh 1 mg SiO 2 dalam liter
air distilasi. Satuan kekeruhan yang lain adalah Nephelometri
turbidity unit (NTU) yang didasarkan pada prinsip
penghambatan cahaya.
c. Alkalinitas
Definisi: jumlah anion dlam air yang akan bereaksi untuk
menetralisi ion II. Merupakan suatu ukuran kemampuan air
menetralisi asam.
Parameter yang tergolong alkalinitas:
- CO32-, HCO3-, H2BO3-, HS-, CO2
- OH-, HsiO3-, H2PO4-, NH3
Parameter yang pada umumnya diperhatikan sebagai
alkalinitas adalah sebagai bicarbonat (HCO3), carbonat (CO3)
dan hidroksida (OH-). Sumber alkalinitas antara lain disolusi
garam bicarbonat. Gas CO2 yang terlarut dalam air berasal dari
transfer CO2 dari udara dan respirasi mikroorganisme. Gas CO 2
ini akan melarutkan mineral magnesium dan calcium dalam
bentuk CaCO3 atau MgCO3 dan menghasilkan komponen
hardness dan alkalinitas menurut reaksi:
H2O + CO2 + MgCO3 Mg (HCO3)2 Mg 2+ +
2(HCO3-)
H2O + CO2 + CaCO3 Mg (HCO3)2 Ca2+ +
2(HCO3-)
Pengukuran alkalinitas dilakukan dengan titrasi dengan
asam. Jika digunakan 0.02N H2SO4 sebagai titran, maka 1 ml
asam dapat menetralisir 1 mg alkalinitas sebagai CaCO3. Ion
H+ dari asam bereaksi dengan komponen alkalinitas menurut
persamaan reaksi:
H+ + OH- H2O
H + CO3
+ 2-
HCO3-
H+ + HCO3- H2CO3-
Jika asam sebagai titran ditambahkan perlahan-lahan ke air
yang mengandung alkalinitas, maka gambaran penurunan pH
air bisa dilihat di kurva berikut:
Konversi karbonat menjadi bicarbonat pada prinsipnya
sempurna pada pH = 8,9. Tetapi karena bicarbonat juga
merupakan spesi alkalinitas sehingga masih dibutuhkan
sejumlah asam yang sama untuk menyempurnakan netralisasi.
Sehingga netralisasi CO3- pada pH = 8,3 hanya setengahnya.
Konversi OH- menjadi air erlangsung sempurna pada pH = 8,3
sehingga semua OH- dan setengah CO3- ikut terukur pada pH =
8,3. Pada pH 4,5 semua bicarbonat telah terkonversi menjadi
asam carbonat termasuk bicarbonat hasil netralisasi karbonat.
Sehingga jumlah asam yang diperlukan untuk menitrasi contoh
air sampai pH 4,5 eqivalent dengan alkalinitas total (CO 32-,
HCO3-, OH-) dalam air.
P-Alkalinitas adalah nilai alkalinitas yang ditunjukkan oleh
jumlah asam yang diperlukan untuk mencapai pH air contoh
menjadi 8,3 sedangkan M-Alkalinitas adalah nilai alkalinitas
yang ditunjukkan oleh jumlah asam yang diperlukan untuk
mencapai pH air contoh dari 8,3 menjadi 4,5. Hubungan umum
bentuk-bentuk alkalinitas:
pH 8,3 netralisasi OH-, ½ CO32
pH 8,3 netralisasi sisa ½ CO 32 dan HCO3
asal/murni
P=M semua alkalinitas adalah OH
P=½M semua alkalinitas Carbonat
P = 0 (pH dibawah 8,3) semua alkalinitas HCO3
d. Kesadahan (hardness)
Difinisi:
- Konsentrasi kation metal valen dalam larutan
- Dapat bereaksi dengan anion dan timbul prespitasi
padatan
- Biasanya dinyatakan dalam mg lt CaCO3
Kesadahan dikenal dua macam, yaitu karbonat dan non
karbonat.
a. Carbonat : Bersifat sementara karena akan hilang atau
terendapkan jika mengalami pemanasan.
Contoh :
- Ca bikarbonat Ca (HCO3)2
- Mg bikarbonat
b. Non Carbonat : Kesadahan tetap tidak hilang
mengendap jika dipanaskan.
Contoh :
Ca atau Mg sulfat, clorida, nitrat
Ca (HCO3)2 CaCO3 (S) + CO2 + H2O
Pengukuran kesadahan dilakukan dengan cara titrasi oleh
EDTA dengan indicator EBT (Eriochrome Black T)
membentuk komplek warna merah. Jika digunakan 0.01 M
EDTA. 1 liter titran menunjukkan 1 mg kesadahan sebagai
CaCO3.
Calcium Sulfate
CaSO4 136,1 68,1 0,74 1,36
(anhydrous)
Calcium Sulfate
CaSO4 2H2O 172,2 86,1 0,58 1,72
(gypsum)
Calcium Phosphate Ca2(PO4)2 310,3 51,7 0,97 1,03
Ferric Sulfate Fe2(SO4)3 399,9 66,7 0,75 1,33
Ferrous Sulfate
FeSO4 151,9 76,0 0,66 1,52
(anhydrous)
P=
P=
P = 30,34
P = 303,4
P=
b. Diketahui:
D = Dosis Allum 21 mg/l
K= Konsentrasi Allum pada 3, BE = 4,6% = 46 mg/l
Q = Debit air pada ketinggian 32 cm = 82,1 l/detik
MakaAllum yang harus ditambahkan adalah :
P=
P=
P = 37,02
P = 370,2
P=
B. Pemeriksaan pH
Air permukaan di daerah tropis sering keruh dan mengandung zat-
zat penyebab warna. Kekeruhan dapat berasal dari erosi tanah,
pertumbuhan ganggang atau kotoran hewan yang terbawa air sewaktu
mengalir dipermukaan bumi. Warna dapat disebabkan oleh subtansi yang
berasal dari pembusukan zat-zat organik, daun atau tanah seperti gambut.
Koagulan yang umum digunakan adalah aluminium sulfat
(Al2(SO4)3) dimana ion-ion aluminium sulfat bermuatan positif tig
merupakan agen netralisai. Untuk mendapatkan kogulasi yang baik,
koagulan dengan dosis optimum harus dibubuhkan dalam air dan
dicampurkan secara baik. Dasis optimum akan bervariasi tergantung pada
sifat alamiah air baku dan komposisi keseluruhan (pH, kekeruhan,
komposisi kimia) adalah tidak mungkin untuk menghitung dosis koagulan
optimum untuk air baku tertentu.
Contoh :
Bila kita ingin membuat 5% larutan aluminium sulfat sebanyak 1000 liter,
yaitu sebagai berikut :
1. Menimbang aluminium sulfat 5% x 1000 liter = 50 kg
2. Memasukkan aluminium sulfat kedalam bak aluminium sulfat yang
telah ditimbang
3. Mengisi bak dengan air sepertiga dari bak dan mengaduk sampai
homogen
4. Mengisi terus bak sampai larutan menjadi 1000 liter
F. Koagulasi (Pengumpalan)
Koagulasi merupakan salah satu tahapan proses dalam pengolahan
air yang menggunakan bahan penggumpal. Koagulasi berasal dari bahasa
latin “Coagulare” yang berarti bergerak bersama. Dalam proses kimia
koagulasi dapat diartikan sebagai mekanisme penetralan.
Koagulasi adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air akan
membantu pada proses pengendapan partikel-partikel.
Alat pembubuhan koagulasi ini dibedakan pada cara pembubuhan, yaitu:
1. Memakai pompa, pembubuhan zat kimia dengan bantuan pompa.
2. Secara gravitasi, dimana zat kimia (larutan) mengendap dengan
sendirinya karena gravitasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi:
a. Dosis Koagulasi
b. Kecepatan Pengadukan
c. pH dan Waktu
Air baku yang akan diolah ditambahkan bahan kimia penggumpal.
Bahan kimia penggumpal yang lebih intensif dalam pengolahan air adalah
aluminium sulfat atau yang dikenal dengan tawas.
Tujuan dari penggumpalan untuk memudahkan air lebih homogen
sehingga terbentuk flok-flok. Agar pengalirannya dan pembentukan flok-
flok yang lebih besar dibutuhkan pengadukan yang lambat dengan adanya
bantuan sekat-sekat pada bak penggumpalan.
Dengan adanya sekat-sekat ini berarti waktu pengalirannya agak
lama, sehingga campuran akan semakin merata dan mempercepat
terbentuknya butiran-butiran yang lebih besar agar memudahkan
terjadinya pengendapan pada proses berikutnya.
G. Sedimentasi (Pengendapan)
Proses ini terjadi berdasarkan gaya gravitasi bumi terhadap flok-
flok yang telah terbentuk flok-flok yang mempunyai density yang lebih
besar daripada air akan mengendap dengan sendirinya. Pada bak ini
sebagian besar kotoran air akan dipisahkan tetapi tidak semuanya
mengendap seperti kotoran-kotoran halus yang melayang akan disaring
pada proses selanjutnya.
H. Filtrasi (Penyaringan)
Proses penyaringan merupakan proses pembersihan dari sisa-sisa
kotoran kecil yang masih melayang-layang di dalam air setelah proses
pengendapan. Filter yang biasa terdiri dari selapis pasir atau pasir dan batu
dan batu krikil. Bila air lolos melalui filter tersebut, partikel-partikel
terapung dan bahan-bahan penggumpal akan bersentuhan dengan butir-
butir pasir dan melekat ke pasir tersebut. Hal ini akan memperkecil ukuran
celah-celah yang dapat di lalui air dan menghasilkan daya penyaring.
Dengan lewatnya maka akan semakin banyak bahan yang terperangkap
oleh tumpukan pasir. Dan air tersebut akan ditambahkan bahan kimia pada
proses desinfeksi.
I. Desinfeksi
Desinfeksi bertujuan membunuh kuman-kuman yang terdapat
dalam air dapat menimbulkan bibit penyakit. Jenis bahan kimia yang
dipergunakan untuk di proses desinfeksi antara lain larutan kaporit dan gas
chlor.
c. Alkalinitas
Definisi : julah anion dalam air yang akan bereaksi untuk menetralisir ion II.
Merupakan suatu ukuran kemampuan air menetralisir asam. Parameter yang
tergolong alkalinitas :
- CO32-, HCO3-, H2BO3-, CO2
- OH-, HSiO3-, H2PO4-, NH3
Parameter yang pada umumnya diperhatikan sebagai alkalinitas adalah
sebagai bikarbonat ( HCO3 ), carbonat ( CO3 ), dan hidroksida ( OH- ). Sumber
alkalinitas antara lain disolusi garam bicarbonat. Gas CO 2 yang terlarut dalam air
berasal dari transfer CO2 dari udara dan respirasi mikroorganisme. Gas CO 2 ini
akan melarutkan mineral magnesium dan calsium dalam bentuk CaCO3 atau
MgCo3, dan menghasilkan komponen hardness dan alkalinitas menurut reaksi :
Solusi
PH 10 POH = 4
(OH) = 10-4 mol 1
10-4 mol x 50 g eqi = 5 mg 1 sebagai
CaCO3 1 mol eqi
1 mg alkalinitas CaCO3 butuh 1 ml 0.02 N H2SO4. Untuk mengukur OH dalam 1
liter sampai butuh 5 ml asam, padahal volume sample 200 ml
Jadi kebutuhan asam adalah 200/1000 x 5 ml = ml
Untuk mencapai pH 8,3 butuh 11 ml : berarti untuk ½ CO32- butuh 10 ml (sisa
untuk mencapai asam yang digunakan) dan jumlah yang sama 10 ml untuk sisa ½
CO32- yang berubah jadi bicarbonate. Jadi tinggal 9 ml sisa titran untuk mengukur
alkalinitas bicarbonate yang berasal dari larutan asli (30 ml-11 ml-10 ml)
CO32- = 20 ml setara dengan 20 mg alkalinitas seabgai CaCO3
20/200 X 1000 = 100 mg/l
HCO3-M=9 ml setara dengan 9 mg alaklinitas sebagai CaCO3
9/200 X 1000 = 45 mg/l
Total = 5+10+45 = 150 mg/l seabagi CaCO3
Satuan untuk parameter kualitas air biasanya dinyatakan dalam mg/l atau ppm
(part per million). Untuk parameter kesadahan dan alkalinitas selain satuan
tersebut juga sering dinyatakan dalam satuan mg/l sebagai CaCO3. Konsentrasi
senyawa A dapat dinyatakan sebagai konsentrasi eqivalent dari senyawa B dengan
rumus :
[g/l]A x = (g/l)A dinyatakan sebagai B
Contoh : Nyatakan dalam konsentrasi eqivalent CaCO3 untuk :
a. 117 mg/l NaCl
Jawab :
a. 1 eqivalent CaCO3 = 40+12+3(16) = 50 g/eqivalent
1 eqivalent NaCl = 23 + 35,5 = 58,5 g/eqivalent
117 mg/l x = 100 mg/l NaCl sebagai CaCO3.
Faktor-faktor konversi untuk berbagai senyawa disajikan dalam tabel berikut :
Perhitungan
Menghitung banyaknya alum yang harus ditambahkan pada bak fakulator.
Dari lampiran 1, tabel 4 :
a. Diketahui :
D : Dosis alum 17mg/l
K : Konsentrasi alum pada 3.BE = 4,6% mg/cc
Q : Debit air pada ketinggian 32 cm = 82,1 l/dtk
Maka alum yang harus ditambahkan adalah :
P =
P =
P = 30,34 cc/dtk
P = 303,4 cc/10dtk
Karena terdapat dua keran aliran penambahan, maka perhitungan alum yang harus
ditambahkan dibagi dua.
P =
P = 151,7 cc/10 detik
b. Diketahui
D : Dosis alum 21mg/l
K : Konsentrasi alum pada 3.BE = 4,6% = 46 mg/l
Q : Debit air pada ketinggian 32 cm = 82,1 l/dtk
B. Pemeriksaan pH
Air permukaan di daerah tropis sering keruh dan mengandung zat-zat
penyebab warna. Kekeruhan dapat berasal dari erosi tanah, pertumbuhan
ganggang atau kotoran hewan yang terbawa air sewaktu mengalir di permukaan
bumi. Warna dapat disebabkan oleh substansi yang berasal dari pembusukan zat-
zat organik, daun atau tanah seperti gambut.
Koagulan yang umum digunakan adalah aluminium sulfat (Al2(SO4)3)
dimana ion-ion aluminium sulfat yang bermuatan positif tiga merupakan agen
netralisasi. Untuk mendapatkan koagulasi yang baik, koagulan dengan dosis
optimum harus dibubuhkan dalam air dan dicampurkan secara baik. Dosis optimal
akan bervariasi tergantung pada sifat alamiah air baku dan komposisi keseluruhan
(pH, kekeruhan, komposisi kimia) adalah tidak mungkin untuk menghitung dosis
koagulan optimum untuk air baku tertentu.
Proses Pengolahan Air
Dalam pengolahan air, agar diperoleh air bersih maka dilakukan proses
tahap demi tahap, yaitu mulai dari pengambilan air baku sampai air bersih yang
sudah siap untuk didistribusikan ke konsumen. Air bersih dan air buangan
mempunyai karakteristik tertentu seperti sifat fisik, kimia, dan biologi. Dalam
proses pengolahan air ini harus disesuaikan dengan ketidakmurnian dari air itu
sendiri. Pengolahan air bersih maksudnya adalah usaha-usaha untuk
merubah sifat-sifat suatu zat. Dengan adanya pengolahan air bersih ini maka akan
didapatkan suatu air bersih yang memenuhi standar kesehatan yang telah
ditentukan.
Dalam proses pengolahan air ini pada umumnya dikenal dengan dua cara,
yaitu :
1. Pengolahan lengkap (completed treatment process)
Pengolahan lengkap yaitu air akan mengalami pengolahan lengkap, baik
fisika, kimiawi, dan biologi. Pengolahan ini biasanya dilakukan terhadap air
sungai kotor dan keruh. Pada hakikatnya, pengolahan lengkap ini dibagi dalam
tiga lingkungan pengolahan, yaitu :
3.6.7 Sedimentasi
Proses ini terjadi berdasarkan gaya gravitasi bumi terhadap flok-flok yang
telah terbentuk flok-flok yang mempunyai density yang lebih besar daripada air
akan mengendap dengan sendirinya. Pada bak ini sebagian besar kotoran air akan
dipisahkan tetapi tidak semuanya mengendap seperti kotoran-kotoran halus yang
melayang,akan disaring pada proses selanjutnya.
3.6.9 Desinfeksi
Desinfeksi bertujuan membunuh kuman-kuman yang terdapat dalam air
dapat menimbulkan bibit penyakit. Jenis bahan kimia yang dipergunakan untuk di
proses desinfeksi antara lain larutan kaporit dan gas chlor.
Percobaan 2
Lokasi Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m)
Bak Koagulasi 156 41 11
7. PERHITUNGAN
Percobaan 1
1. Pembuatan Larutan
Konsentrasi 100 ppm dalam 300 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 1000 ppm= 300 ml x 100 ppm
V1 = 30 ml
Konsentrasi 150 ppm dalam 300 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 1000 ppm= 300 ml x 150 ppm
V1 = 45 ml
Konsentrasi 200 ppm dalam 300 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 1000 ppm= 300 ml x 200 ppm
V1 = 60 ml
Konsentrasi 250 ppm dalam 300 ml
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 1000 ppm= 300 ml x 250 ppm
V1 = 75 ml
Percobaan 2
Diketahui :
- Debit = 26 L/min
- Dosis = 150 ppm
- Koagulan 16 kg/bak = 16 kg/100 listrik
- 1 kwh listrik = Rp.600,-
- 1 kg koagulan = Rp.500,-
- 1 m3 air = Rp.2400,-
- Daya pompa = 290 watt
- Volume bak koagulasi = 98.787,3 cm3 = 98,7873 L
- Volume bak flokulasi = 73.623,480 cm3 = 73,62348 L
- Volume bak sedimentasi = 57.982.680 cm3 = 57.982,68 L
- Volume bak filtrasi = 8.780.800 cm3 = 8.780,8 L
Ditanya :
1. Berapa konsentrasi koagulan ?
2. Berapa debit koagulan ?
3. Berapa lama menghabiskan 1 koagulan ?
4. Berapa lama air memenuhi bak flokulasi ?
5. Berapa lama air memenuhi bak sedimentasi ?
6. Berapa lama air memenuhi bak filtrasi ?
7. Berapa lama waktu total untuk mendapatkan air bersih ?
8. Berapa banyak air yangdihasilkan selama 6 hari ?
9. Berapa kali harus membuat larutan koagulan selama 6 hari dan berapa biayanya ?
10. Berapa kwh listrik yang digunakan selama 6 hari ? berapa biayanya ?
11. Berapa keuntungan yang dihasilkan ?
Penyelesaian :
1. Volume Bak Koagulan = P x L x T
= 156 cm x 41 cm x 11 cm
= 70.356 cm3 x = 70,356 L
Konsentrasi Koagulan = x = 160.000
2. Debit Koagulan = = 0,02437
V total = + +
= 140.386,96 L
Jadi volume air bersih yang dihasilkan selama 6 hari
224.640 L - 140.386,96 L
= 84.253,04 L
= 84.253,04 dm3 x = 84,25304 m3
9. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
Semakin banyak koagulan maka semakin rendah nilai pH dan turbidity serta
semakin banyak flok-flok yang terbentuk.
Keuntungan yang di dapatkan dari pengolahan air baku menjadi air bersih selama
6 hari adalah sebesar Rp. 164.351,196.
Daftar Pustaka