Anda di halaman 1dari 5

Analisis Air

1. Keasaman (acidity)
Keasaman menyatakan kapasitas air untuk menetralkan basa atau alkali.
Keasaman biasanya disebabkan oleh CO2, asam-asam organik, asam-asam
mineral atau hasil reaksi hidrolisa.
2. Alkalinitas / basa (alkalinity/basidity)
Alkalinitas menyatakan kapasitas air untuk menetralkan asam. Penyebab
alkalinitas adalah bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-)
3. pH
pH menyatakan pengukuran aktivitas ion hidrogen (H+)
4. Salinitas (salinity)
Besaran ini digunakan untuk menggolongkan kandungan mineral yang terlarut
dalam air.
- Salinitas klorida menyatakan konsentrasi total dari keberadaan klorida, Cl-,
dalam air. Harga salinitas tinggi pada air garam atau batuan garam (brine).
- Salinitas NaCl adalah hal yang serupa, kecuali kandungan klorida
ditentukan dengan analisis yang dinyatakan sebagai NaCl.
5. Padatan Terlarut Total (Total Dissolved Solids / TDS)
TDS menunjukkan jumlah ion terlarut yang disajikan pada analisis air.
- TDS ditentukan dengan cara pemanasan secara perlahan-lahan penguapan
sejumlah kecil air sampel (50-100 ml), kemudian sisa garam kering
ditimbang. Hasilnya dinyatakan sebagai mg/1 atau ppm.
- Jumlah TDS hasil evaporasi ini biasanya lebih kecil daripada penjumlahan
ion-ion yang ditentukan pada analisis, hal ini terjadi karena adanya zat
yang hilang pada saat terjadi evaporasi.
6. Densitas (density)
Densitas adalah berat per satuan volume yang dinyatakan sebagai g/l,
pound/gallon, kg/m, dan lain-lain.
7. Specific Gravity (Sp.Gr.)
Specific Gravity adalah nisbah antara densitas air yang dianalisis terhadap air
murni (tidak ada garam-garam terlarut) pada temperatur tertentu. Karena
merupakan perbandingan maka specific gravity tidak bersatuan.
- Specific gravity biasanya diukur dengan hidrometer. Hidrometer
dikalibrasi pada suhu 4°C dimana densitas air murni
tepat 1,000 g/l.
8. Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solids / TSS)
TSS merupakan berat dari zat-zat yang tidak larut, zat-zat tersuspensi yang
disaring dari volume sampel tertentu, dan lebih sering dinyatakan dengan
mg/l.
9. Kekeruhan (turbidity)
Turbidity merupakan sifat optik air yang berhubungan dengan penyerapan dan
penyebaran cahaya.
- Pengukuran turbidity secara empirik menunjukkan seberapa jauh
pengukuran tersebut dipengaruhi oleh jumlah dan jenis zat-zat tersuspensi.
- Konsentrasi aktual dari zat yang tersuspensi tidak dapat ditunjukkan dan
tidak ada hubungan antara pembacaan turbidity dengan berat padatan
tersuspensi.
- Walaupun demikian pengukuran turbidity dapat dengan mudah dilakukan
dengan menggunakan turbiditymeter dan perubahan jenis atau jumlah
padatan tersuspensi.
10. BOD (Biological Oxygen Demand)
Bhs: Kebutuhan Oksigen Biologis
= Jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk
mengurai bahan organic dalam air.
- BOD adalah uji air limbah paling tradisional yang digunakan untuk
menetapkan konsentrasi bahan organik dalam sampel.
- Prinsip BOD adalah jika oksigen cukup tersedia, maka dekomposisi
biologis aerobik oleh mikroorganisme akan terus berlanjut sampai semua
limbah habis dikonsumsi.
- Prosedur tes BOD:
 Untuk memastikan aktivitas biologis sampel air tepat maka
a. Sampel harus bebas dari klorin
b. Sampel harus berada pada kisaran pH 6,5-7,5 S.U.
c. Sampel perlu memiliki populasi mikrobiologi yang memadai
 Botol untuk mengukur BOD dirancang khusus yang memungkinkan
tidak adanya udara yang masuk dan disegel.
11. DO (Dissolved Oxygen/ Oxygen Demand)
= Kandungan oksigen yang terlarut didalam air sebagai parameter untuk
mengukur kualitas air.
- Sesuai dengan Namanya, tes DO mengukur konsentrasi oksigen dalam
sampel air
- Pengukuran DO paling sering dilakukan dengan menggunakan meteran
elektronik dilengkapi dengan probe khusus
- Konsentrasi DO dalam sampel dipengaruhi oleh:
 Suhu:
Saat suhu air meningkat, maka DO menurun
 Salinitasi
Saat salinitasi meningkat, maka DO menurun
 Tekanan Atmosfer
Saat tekanan atmosfer meningkat, maka DO juga meningkat

Nb: Alat Uji Kualitas Air BOD dan DO Meter HI98193 adalah alat portabel oksigen terlarut
(DO) meter dirancang untuk pengujian kualitas air yang profesional, Alat Ukur ini sesuai
dengan standar IP67 dan langkah-langkah DO, tekanan udara, BOD dan suhu.

Standar IP67= tahan terhadap air mampu menyelam pada kedalaman 1 meter

12. COD (Chemical Oxygen Demand)


= Jumlah kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen untuk mengurai bahan
organik.
- COD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi selama terjadinya
oksidasi zat-zat organik secara kimia pada suatu kondisi tertentu.
- Nilai COD biasanya dipakai untuk memantau unit pengolahan dan aliran
air buangan, tapi tidak dapat secara langsung menunjukkan jumlah zat-zat
organik yang dapat dioksidasi secara biologik.
Nb: Alat Ukur Kualitas Air Limbah Chemical Oxygen Demand COD571.

Video youtube:

- https://www.youtube.com/watch?v=v33CgWJ2TZ0
- https://www.youtube.com/watch?v=QsDO3p4Fxq8
- https://www.youtube.com/watch?v=VOTDUqlt9z8

Pengolahan Internal

Pengolahan air secara internal (internal water treatment) adalah proses


penambahan/penginjeksian suatu atau beberapa bahan kimia (chemicals) ke dalam air
yang akan digunakan untuk proses maupun pendukung proses. Pengolahan air secara
internal merupakan proses yang esensial, terlepas dari kenyataan apakah air itu diolah
atau sebelumnya. Oleh karena itu, pengolahan eksternal dalam beberapa hal tidak
diperlukan, sehingga air dapat langsung diolah dengan cara pengolahan internal saja.
Keuntungan pengolahan air secara internal adalah meniadakan kebutuhan
peralatan pengolahan eksternal yang ekstensif . Hal ini merupakan keuntungan dalam
segi ekonomi. Selain itu, kesederhanaan program pengolahan secara internal
memungkinkan penghematan dalam tenaga kerja untuk pengumpanan dan
pengendalian.

Masalah-masalah umum yang membutuhkan pengolahan internal adalah :

1. Masalah korosi
Untuk mencegah korosi dan scale digunakan bahan-bahan anorganik seperti kromat,
seng, orthophospat maupun bahan organik seperti polimer sintetik, organic nitrogen
compounds, dan organic phosphorous compounds. Kekurangan penggunaan
poliphospat adalah jika poliphospat berubah menjadi orthophospat, yang dapat
bereaksi dengan kalsium membentuk calsium phospat scale. Untuk mencegah ini pH
sistem perlu dijaga sekitar 7,0 dan juga perlu ditambahkan polimer sintetik untuk
menstabilkan calsium poliphospat.
2. Masalah pembentukan kerak
Bahan-bahan kimia yang biasa digunakan untuk menghambat terjadinya deposit :
a. Threshold inhibitor
Bahan kimia jenis ini adalah poliphospat dan organophosphorous dan polimer
seperti poliacrilatea dapat digunakan untuk mengurangi pengendapan yang
ditimbulkan kalsium, besi dan mangan.
b. dispersant
Bahan kimia jenis ini adalah polielektrolit. Tujuan dari bahan kimia ini adalah
untuk mencegah pengendapan dari dari padatan yang tersuspensi.
c. Surfactants
Bahan kimia yang digunakan untuk mencegah deposit padatan dengan cara ini
adalah surface active agents. Bahan-bahan kimia jenis ini mengakibatkan
padatanpadatan tersuspensi tetap bergerak dalam air sehingga mencegah deposit.
Surface
active agents yang biasa digunakan untuk mencegah terjadinya deposit akibat
mikroorganisme adalah dengan penambahan biocides. Biocide ini dapat
digunakan
untuk membunuh koloni mikroba. Biocide yang sering digunakan adalah chlorine,
yang efektif bekerja pada pH 7,0. Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah
bromide, karena bromide tetap efektif pada pH tinggi.
d. Pengubah susunan kristal
Contoh dari bahan kimia jenis ini adalah tannin, lignin, dan polimer sintetik.
Dengan penambahan bahan kimia jenis ini, deposit tetap terbentuk tapi dengan
struktur yang lemah, sehingga mudah dihancurkan.

Anda mungkin juga menyukai