Anda di halaman 1dari 67

Klasifikasi bahan pencemar di perairan

(Rao, 1991)
1. Limbah yang mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut (oxygen demanding waste). 2. Limbah yang mengakibatkan munculnya penyakit (disease causing agents). 3. Senyawa organik sintetik 4. Nutrien tumbuhan 5. Senyawa anorganik dan mineral 6. Sedimen 7. Radioaktif 8. Pencemaran panas (thermal discharge) 9. Minyak

Limbah penyebab penurunan kadar oksigen terlarut

1. Semua limbah terutama limbah domestik seperti sisa makanan yang dioksidasi sehingga mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut, termasuk dalam kategori limbah penyebab penurunan kadar oksigen terlarut (oxygen demanding waste). 2. Oksigen sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup pada ekosistem perairan. Kadar oksigen terlarut minimum 5 mg/l diperlukan bagi kelangsungan hidup ikan di perairan.

Kadar oksigen terlarut di perairan

+ + -

Photosynthesis by phytoplankton Photosynthesis by fixed plants Oxygen exchange at the water surface Respiration of plankton Respiration of benthos Respiration of aquatic biota Oxygen used by bacteria in oxidizing organic matter

Limbah penyebab penurunan kadar oksigen terlarut

3. Kadar oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh proses aerasi, fotosintesis, respirasi, dan oksidasi limbah. Aerasi adalah proses transfer oksigen dari atmosfer ke perairan melalui proses difusi 4. Apabila kadar oksigen terlarut di perairan mencapai saturasi dan berada dalam kesetimbangan dengan kadar oksigen di atmosfer maka proses aerasi tidak akan berlangsung.

Bahan organik
Semua bahan organik mengandung unsur karbon (C) berkombinasi dengan satu atau lebih elemen lainnya. Bahan oganik berasal dari tiga sumber utama yaitu:

Alam : minyak nabati dan hewani, lemak hewani, alkaloid, selulosa, kanji, gula, dsb. Sintesis : semua bahan organik yang diproses oleh manusia melalui rekayasi kimia. Fermentasi : alkohol, aseton, glicerol, antibiotik, dsb yang kesemuanya diperoleh melalui aktivitas mikroorganisme.

Bahan organik
Karakteristik yang membedakan bahan organik dengan bahan anorganik adalah :
1. Bahan organik mudah terbakar. 2. Bahan organik memiliki titik beku dan titik didih rendah. 3. Bahan organik biasanya lebih sukar larut dalam air. 4. Bersifat isomerisme yaitu beberapa jenis bahan organik terdapat dalam rumus molekul yang sama.

Bahan organik
5. Reaksi bahan organik dengan senyawa lainnya berlangsung lambat karena reaksi terjadi dalam bentuk molekul bukan dalam bentuk ion.
6. Berat molekul bahan organik biasanya sangat tinggi dapat melebihi 1000. 7. Sebagian besar bahan organik dapat berperan sebagai sumber makanan bagi bakteri.

Senyawa organik

1. Penyusun utama bahan organik biasanya polisakarida (karbohidrat), polipeptida (protein), lemak (fats), asam nukleat (nucleic acid) dsb. 2. Limbah organik juga mengandung bahan-bahan organik sintetis yang toksik (minyak, fenol, pestisida, surfaktan, polychlorinated biphenyl /PCBs), dsb.

Senyawa organik
3. Senyawa organik sintetis ini pada umumnya tidak bisa diuraikan secara biologis (non biodegradable), berbeda dengan limbah organik alami yang relatif mudah diuraikan secara biologis. 4. Senyawa organik sintetis juga bersifat persisten atau bertahan di badan air dalam waktu yang lama dan bersifat kumulatif.

Senyawa organik

5. Bahan organik berbagai jenis yang terdapat di alam dirombak (didekomposisi) melalui proses oksidasi. 6. Oksidasi bisa berlangsung dalam suasana aerob (keberadaan oksigen) dan suasana anaerob (tak ada oksigen).

Oksidasi Aerob
Bahan Organik + Bakteri + Oksigen Sel baru CO2, H2O

- Proses oksidasi bahan organik berlangsung ketika perairan mengandung cukup oksigen. - Berlangsung pada temperatur alamiah. - Produk akhirnya adalah CO2 dan H2O yang merupakan senyawa stabil.

Oksidasi Anaerob
Bahan Organik + Bakteri Sel baru Alkohol + Bakteri dan Asam Sel baru CH4, H2S, NH3, CO2, dan H2O

- Bakteri anaerob dapat mendegradasi bahan organik tanpa bantuan oksigen. - Proses dekomposisi berlangsung pada temperatur yang agak tinggi (35 55oC) dan berlangsung lebih lambat. - Produk akhirnya adalah gas-gas yang berbau dan berbahaya bagi organisme.

Total Organic Carbon (TOC)

Selain karbon anorganik penyusun alkalinitas, karbon di

perairan juga terdapat dalam bentuk karbon organik yang berasal dari tumbuhan dan biota akuatik.

Penjumlahan karbon organik total (total organic carbon)


dan karbon anorganik total (karbonat, bikarbonat, dan asam karbonat) merupakan nilai karbon total.

Total Organic Carbon (TOC)

TOC terdiri dari DOC (Dissolved Organic Carbon) dan POC TOC diukur dengan non-dispersive infrared analyzer atau
flame ionization detector.

(Particulate Organic Carbon) dengan perbandingan 10 : 1.

Pengukuran TOC berlangsung lebih cepat daripada


pengukuran BOD dan COD.

Total Organic Carbon (TOC)


Pada perairan alami yang relatif bersih, nilai DOC lebih
besar POC.

Pada saat sungai mengalami banjir, nilai POC lebih besar


daripada DOC.

Pada perairan alami, nilai TOC biasanya sekitar 1 30

mg/l. TOC air tanah sekitar 2 mg/l, TOC air limbah dan TOC dari air yang berasal dari daerah rawa dan gambut sekitar 10 1000 mg/l.

Total Organic Carbon (TOC)


DOC air tanah 0,5 mg/l, DOC air laut 30 mg/l. POC air

tanah sangat kecil atau tak ada, POC air laut 0,01 0,1 mg/l.

DOC perairan tawar alami yang mengalir sekitar 1 3


mg/l.

DOC danau sekitar 2 10 mg/l. POC danau sekitar 0,1


1,0 mg/l.

DOC perairan rawa sekitar 10 60 mg/l.

BOD (Biochemical Oxygen Demand)


Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob
untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air.

Hanya menggambarkan bahan organik yang dapat


didekomposisi secara biologis (biodegradable).

Bahan organik biodegradable mencakup : lemak,


protein, kanji glukosa, aldehid, ester, dsb.

BOD (Biochemical Oxygen Demand)


Dekomposisi bahan organik berlangsung dalam dua
tahap.

Pada tahap pertama bahan organik diuraikan menjadi


bahan anorganik.

Pada tahap kedua bahan organik yang tak stabil

mengalami oksidasi menjadi lebih stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit dan nitrat (nitrifikasi).

BOD (Biochemical Oxygen Demand)

N organik + O2 > NH3-N + O2 > NO2-N + O2 > NO3-N ammonifikasi nitrifikasi

Kenapa BOD5 ?
1. Pada dasarnya proses oksidasi bahan organik

berlangsung lama. Namun untuk kepentingan praktis proses oksidasi dianggap berlangsung lengkap selama 10 hari.

2. Namun demikian penentuan BOD selama 10 hari masih

terlalu lama, maka pengukuran BOD didasarkan pada 5 hari.

3. Selain memperpendek waktu pengukuran, hal ini

dimaksudkan juga untuk meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia.

10 8
BOD (mg/ l)

Nitrifikasi

6 4 2 0 0 Waktu Dekomposisi bahan organik

Kenapa BOD5 ?
4. Selama 5 hari masa inkubasi diperkirakan 70 80% bahan organik telah mengalami oksidasi. 5. Pada penentuan nilai BOD selama 5 hari diperkirakan oksidasi bahan organik sederhana (glukosa) telah berlangsung sempurna. 6. Akan tetapi bahan organik yang terkandung dalam limbah domestik teroksidasi sekitar 65%. 7. Bahan organik kompleks teroksidasi hanya sekitar 45%.

Kenapa BOD5 ?
8. Kelarutan oksigen pada temperatur 20oC sekitar
9 mg/l.

9. Oleh karena itu pada penentuan BOD perairan

yang tercemar bahan organik dalam kuantitas besar, harus dilakukan pengenceran. Tanpa pencenceran dikhawatirkan ketersedian oksigen untuk keperluan oksidasi bahan organik selama 5 hari tak mencukupi.

Kenapa BOD5 ?

10. Untuk mengoptimumkan keberadaan oksigen, air sampel perlu diberi pasokan oksigen dengan aerasi untuk mendekati nilai jenuh (saturasi), sehingga pada hari kelima diharapkan tersisa oksigen terlarut sekurangkurangnya 1 2 mg/l. 11. Selama inkubasi, sama sekali tidak ada pasokan oksigen, baik dari proses difusi maupun fotosintesis karena botol BOD ditutupi plastik hitam dan disimpan pada inkubator 20oC, tanpa pemberian cahaya.

Kenapa BOD5 ?
12. Air sungai dan estuari biasanya mengalami oksidasi amonia. Untuk mereduksi terjadinya oksidasi amonia ini, maka ditambahkan agen penghambat pertumbuhan bakteri nitrifikasi berupa methylene blue atau alkyl thiourea.
13. Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton, keberadaan mikroba, jenis serta kadar bahan organik.

Kenapa BOD5 ?

14. Proses oksidasi bahan organik dilakukan oleh mikroba. Keberadaan bahan toksik akan mengganggu kemampuan mikroba dalam mengoksidasi bahan organik.
15. Pada perairan yang mengandung bahan-bahan toksik, penentuan nilai BOD kurang cocok, karena bahan toksik tersebut dapat mematikan mikroba yang menjadi pelaku dekomposisi.

Contoh Perhitungan BOD5 ?


1. Tentukan nilai BOD dari air sumur. Air diambil dengan kemmerer, kemudian dimasukan ke dalam, botol BOD gelap dan botol BOD terang. Dengan metode modifikasi Winkler, ditentukan DO botol terang, yakni 6,1 mg/l. Botol gelap diinkubasi selama 5 hari, setelah itu ditentukan DO yakni 3,0 mg/l.

Contoh Perhitungan BOD5 ?

Penyelesaian BOD = DO 0 DO 5 = 6,1 3,0 mg/l = 3,1 mg/l

Contoh Perhitungan BOD5 ?

2. Tentukan nilai BOD air sungai. DO botol terang adalah 3,6 mg/l. DO botol gelap setelah inkubasi selama 5 hari adalah 0 mg/l. - Berapa nilai BOD ? - Apa komentar anda tentang nilai ini ?

Contoh Perhitungan BOD5 ?


3. Tentukan nilai BOD dari suatu air limbah yang diencerkan 5 kali ? Air sampel yang telah diencerkan dan air pengencer sama-sama diberi aerasi dan keduanya ditentukan nilai DO awal dan DO 5 hari. DO DO DO DO awal air sampel 5 hari air sampel awal air pengencer 5 hari air pengencer = = = = 9,10 4,30 9,10 8,70 mg/l mg/l mg/l mg/l

Contoh Perhitungan BOD5 ?

Konsumsi oksigen dari air sampel yang diencerkan adalah (9,10 - 4,30 mg/l) yang merupakan 1/5 dari air limbah sesungguhnya, sisanya sebanyak 4/5 adalah air pengencer. Konsumsi oksigen dari air pengencer adalah (9,10 - 8,70 mg/l). Pada penentuan nilai BOD, 4/5 bagian dari oksigen yang dikonsumsi oleh air pengencer harus dikeluarkan. Nilai BOD air limbah tersebut adalah:

= = = =

[(9,10 - 4,30) - (9,10 - 8,70) 4/5 ] x 5 [ 4,80 - (0,40 x 4/5 )] x 5 4,48 x 5 22,40 mg/l.

1. BOD perairan alami sekitar 0,5 7,0


mg/l.

2. Perairan dengan BOD > 7,0 mg/l

dianggap telah mengalami pencemaran.

3. BOD air limbah dapat mencapai nilai


puluhan ribu.

COD (Chemical Oxygen Demand)


1. Jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi bahan organik secara kimiawi.

2. Baik bahan organik yang dapat maupun yang


sukar didegradasi secara biologi.

3. Oksigen yang dikonsumsi setara dengan


jumlah dikromat yang diperlukan untuk mengoksidasi air sampel.

COD (Chemical Oxygen Demand)


4. Pengukuran COD didasarkan pada kenyataan bahwa

hampir semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan bantuan oksidator kuat (kalium dikromat).

5. Dengan dikromat sebagai oksidator diperkirakan 95


100 % bahan organik dapat dioksidasi.

6. Meskipun demikian terdapat juga bahan organik yang

tak dapat dioksidasi dengan metode ini, misalnya piridin dan bahan organik yang mudah menguap (volatile).

COD (Chemical Oxygen Demand)

7. Kalium dikromat dapat mengoksidasi bahan organik secara sempurna jika berlangsung dalam suasana asam dan suhu tinggi.
8. Oleh karena itu, bahan volatile yang terdapat dalam air akan menguap selama proses oksidasi berlangsung, jika tak dilakukan upaya pencegahan.

COD (Chemical Oxygen Demand)


9. Salah satu cara untuk menghambat penguapan ini adalah dengan penggunaan kondensor refluks. Pada metode refluks, air sampel dapat dididihkan tanpa kehilangan bahan yang mudah menguap.
10. Jika pada perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis (selulosa, tanin, lignin, dsb), maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD.

Perbandingan bahan organik dan bahan anorganik di perairan

Danau dan sungai biasanya memiliki kadar bahan

anorganik terlarut 10 kali lebih besar daripada kadar bahan organik. lebih besar daripada kadar bahan organik.

Kadar bahan anorganik terlarut pada air tanah 100 kali


Pada air laut, kadar bahan anorganik terlarut 30.000 kali
lebih besar dari pada kadar bahan organik.

Sebaliknya perairan rawa memiliki kadar bahan organik


yang lebih besar daripada bahan anorganik terlarut.

Kandungan bahan organik total (Total Organic Matter / TOM)

Kalium permanganat (KMnO4) sebagai oksidator,

sehingga sering disebut juga sebagai nilai permanganat.

Berdasarkan kemampuan oksidasi maka kemampuan

oksidasi TOM, BOD, dan COD berturut-turut 25%, 70%, dan 98%.

Penentuan nilai COD dianggap paling sesuai dalam


menggambarkan keberadaan bahan organik (biodegradable dan non biodegradable).

Fenol
1. Senyawa fenol adalah senyawa aromatik dengan satu atau beberapa gugus hidroksil yang terikat secara langsung pada cincin benzena dan mudah mengalami oksidasi. 2. Senyawa fenol terdiri dari : fenol (C6H5OH), kresol, xilenol, klorfenol, katekol, hidroquinon, timol, naftol, dsb.

Fenol
3. Senyawa fenol dihasilkan pada proses pemurnian minyak, industri kimia, tekstil, plastik, dan lain lain. 4. Kadar alami senyawa fenol di perairan sangat kecil, hanya beberapa g/l. Keberadaan fenol di perairan mengakibatkan berubahnya sifat organoleptik air sehingga kadar yang diperkenankan pada air minum adalah 0,001 mg/l. 5. Fenol bersifat toksik terhadap ikan pada kadar melebihi 0,01 mg/l

PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbons)

1. PAH seperti : chrysene, phenanthrene, retene, perylene dsb, termasuk bahan-bahan berbahaya yang bersifat karsinogenik. 2. PAH dikelompokkan menjadi: PAH dengan berat molekul rendah berupa senyawa dengan 3 cincin aromatik dan PAH dengan berat molekul tinggi berupa senyawa dengan > 3 cincin aromatik.

PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbons)

3. PAH dengan berat molekul rendah lebih mudah didegradasi secara biologis dibandingkan dengan PAH dengan berat molekul tinggi. 4. Jenis PAH yang biasa terdapat di perairan adalah PAH naphthalene (dua cincin aromatik), anthracene (tiga cincin aromatik), ben(a)anthracene (empat cincin aromatik), dan benzo(a)pyrene (lima cincin aromatik).

PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbons)


5. PAH dihasilkan oleh pembakaran bahan organik

dan bahan bakar fosil yang tak sempurna, juga terdapat pada gas dari cerobong asap. Aktivitas gunung berapi juga dilaporkan melepaskan PAH.

6. PAH digunakan pada bahan bakar kendaraan, oli, aspal, dan bahan pengawet kayu. 7. Keberadaan PAH di perairan lebih banyak disebabkan oleh sumber antropogenik (aktivitas manusia).

PCB (Polychlorinated Biphenyls)


1. PCBs memiliki kestabilan kimia yang tinggi dan sukar menguap.
2. Pemakaian PCBs pada industri plastik, cat, lem perekat, sistem transfer panas, kertas, dan industri komponen listrik dimulai pada tahun 1929 (Hutzinger et al., 1974). 3. Namun karena sifatnya yang toksik dan persisten, produksi PCBs di negara maju sudah dihentikan dan direlokasi ke negara berkembang. Kadar PCBs yang diperkirakan tidak membahayakan bagi organisme akuatik adalah < 50 nano gram/l.

PCB (Polychlorinated Biphenyls)


4. PCB dengan lebih dari 5 atom klor disebut PCB dengan
higher chlorobiphenyls, bersifat sukar larut dan lebih
persisten serta susah didegradasi secara biologis daripada lower biphhenyls yaitu PCB dengan kurang dari 5 atom klor.

5. Jenis-jenis PCB yang sering dipakai pada industri

adalah: aroclor, clophen, fenclor, kaneclor, phenochlor, pyralene, santotherm, dan pyranol.

PCB (Polychlorinated Biphenyls)

6. Meskipun kadar PCB di perairan relatif rendah akan tetapi kadar PCB pada organisme akuatik bisa jauh lebih besar. 7. PCB berikatan dengan bahan organik, bahan-bahan tersuspensi di perairan, dan sedimen dasar. Oleh karena itu, di perairan PCB biasanya lebih banyak ditemukan pada sedimen dasar daripada di kolom air.

Deterjen

( Surfactant )

Surface active agent

Pestisida
1. Pestisida atau disebut pula sebagai biosida bukanlah senyawa organik yang umum ditemukan pada limbah.

2. Pestisida masuk ke badan air melalui limpasan dari daerah pertanian yang banyak menggunakan pestisida.
3. Pestisida yang sering digunakan adalah insektisida (pembasmi insekta) dan herbisida (pembasmi rumput penggangu).

Pestisida
4. Insektisida dikelompokkan menjadi organoklorin (berklor), organofosfor, dan karbamat. 5. Pestisida Karbamat adalah pestisida yang didasarkan pada asam karbamik (H2NCOOH).

Pestisida
6. Pestisida organoklorin (berklor) seperti DDT, dieldrin, dan aldrin bersifat toksik dan bioakumulasi.

7. Semakin tinggi posisi organisme pada rantai makanan ekosistem akuatik, semakin tinggi kadar pestisida sebagai akibat dari proses bioakumulasi dan biomagnifikasi.
8. Pestisida cenderung terakumulasi pada lapisan lemak (lipids/fat) yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup.

Sedimen
1. Sedimen meliputi tanah dan pasir, bersifat tersuspensi, yang masuk ke badan air akibat erosi atau banjir pada dasarnya tidaklah bersifat toksik. 2. Sedimen di dalam air berupa bahan-bahan tersuspensi.

Sedimen

3. Keberadaan sedimen pada badan air mengakibatkan peningkatan kekeruhan perairan. 4. Selanjutnya menghambat penetrasi cahaya dan transfer oksigen dari atmosfer ke perairan.

Sedimen
5. Juga menghambat daya lihat (visibilitas) organisme akuatik. 6. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya kerja organ pernafasan seperti insang pada organisme akuatik.

Sedimen
7. Sedimen juga dapat menyebabkan hilangnya tempat memijah (spawning sites) yang sesuai bagi ikan.

8. Sedimen dapat menutupi substrat sehingga organisme yang membutuhkan substrat sebagai tempat hidupnya (seperti perifiton) dan sebagai tempat berlindung (shelter) beberapa jenis avertebrata air menjadi tergganggu.

Padatan total, tersuspensi, dan terlarut

Klasifikasi padatan

Diameter (m)

1. Padatan terlarut 2. Koloid 3. Padatan tersuspensi

< 10-3 10-3 - 1 >1

Padatan total (residu)

Bahan yang tersisa setelah air sampel

mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu. dalam air.

Kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi

Padatan tersuspensi (TSS)


Bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 m)
yang tertahan pada saringan millipore (diameter 0,45 m). yang disebabkan oleh kikisan (erosi) tanah yang terbawa ke badan air.

Terdiri dari lumpur, pasir halus,dan jasad renik

Kesesuaian perairan untuk kepentingan perikanan berdasarkan nilai TSS

Nilai TSS (mg/l)


< 25 25 80 81 400 > 400

Pengaruh bagi perikanan


Tidak berpengaruh Sidikit berpengaruh Kurang baik bagi perikanan Tidak baik bagi perikanan

Padatan terlarut (TDS)


Bahan-bahan terlarut (diameter < 10-3 m) dan koloid
(diameter 10-3 1 m).

Senyawa kimia anorganik berupa ion-ion yang biasa


terdapat di perairan.

Air laut memiliki nilai TDS, salinitas, dan konduktivitas

yang tinggi karena tingginya kandungan senyawa kimia

Hubungan antara nilai TDS dan salinitas


Nilai TDS (mg/l) Tingkat salinitas

0 1000 1001 3000 3001 10.000 10001 100.000 > 100.000

Air tawar Air agak asin (slightly saline) Air payau (moderately saline) Air asin (saline) Sangat asin (brine)

EUTROFIKASI (PENGAYAAN)
1. Eutrofikasi didefinisikan sebagai pengayaan (enrichment) air dengan nutrien/unsur hara berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas primer perairan.

2. Terjadinya pertumbuhan pesat fitoplankton (blooming).

EUTROFIKASI (PENGAYAAN)
1. Eutrofikasi didefinisikan sebagai pengayaan (enrichment) air dengan nutrien/unsur hara (ammonia, nitrat, nitrit, orthophosphate; Ca, Mg, Si, dll) berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas primer perairan. 2. Terjadinya pertumbuhan pesat fitoplankton (blooming).

EUTROFIKASI (PENGAYAAN)
3. Beberapa elemen seperti silikon, mangan, dan vitamin merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan algae. Akan tetapi elemen-elemen ini tidak dapat menjadikan air mengalami eutrofikasi meskipun memasuki badan air dalam jumlah yang cukup banyak.

4. Hanya elemen seperti fosfor dan nitrogen yang dapat menyebabkan perairan mengalami eutrofikasi.

EUTROFIKASI (PENGAYAAN)
5. Pada sebagian besar danau fosfor menjadi faktor pembatas karena keberadaan fosfor yang relatif sedikit dibandingkan dengan banyaknya organisme akuatik yang memerlukannya. 6. Pada perairan laut biasanya nitrogen yang merupakan faktor pembatas pertumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai