Anda di halaman 1dari 2

Menurut saya, pada kasus pencemaran limbah batik di sungai A Kota pekalongan dapat dilakukan

mentoring terhadap parameter kualitas air yaitu parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis.

Sebelum itu, perlu ditentukan terlebih dahulu metode pengambilan sampel yaitu dengan
menggunakan metode komposit dimana sampel air diambil berdasarkan tempat/ titik yang berbeda
pada waktu yang sama atau pada satu tempat/ titik pengambilan dengan waktu yang berbeda.
Dengan metode tersebut dapat diperoleh gambaran kualitas air secara harian atau dalam periode
waktu tertentu dapat mengetahui kondisi rata-rata kualitas air di sungai tersebut.

Parameter yang perlu dii monitoring yaitu :

1. Parameter fisik
 Suhu
Suhu dapat diukur dengan termometer air secara langsung di air sungai. Suhu yang
tinggi akan mengakibatkan kandungan oksigen terlarut dalam air menurun yang
akan membunuh organisme .
 Bau
Pemeriksaan bau air dilakukan dengan menggunakan indra penciuman yaitu dengan
cara mencium bau air. Tingginya limbah organik karena biota air yang mati akan
meningkatkan kadar nitrogen menjadi senyawa nitrat yang menyebabkan bau
busuk.
 Warna
Pemeriksaan warna air dapat dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan
yaitu dengan memasukan air kedalam botol lalu diamati warnanya. Penyebab
terjadinya perubahan warna pada air sungai adalah limbah pewarna batik yang
dibuang ke sungai.
 Kekeruhan
Kekeruhan berkaitan dengan adanya perubahan warna pada airsungai. Adanya
partikel-partikel tang terlarut dalam air meningkatkan kekeruhan air sungai. Untuk
mengukur kekeruhan air sungai dapat mengunakan alat turbidity meter.
 TSS (Total Suspensed Solid)
Adanya perubahan warna dan kekeruhan air disebabkan karena adanya partikel
yang terlarut atau tersuspensi dalam air. Kadar TSS diukur dengan metode analisis
gravimetri.
2. Parameter kimia
 pH
Nilai pH merupakan indikator untuk menunjukkan derajat keasaman dalam
perairan. Ikan dapat hidup pada kisaran pH 5-9. Ikan akan mati apabila pH dalam air
kurang dari 4 atau lebih dari 11. Untuk mengukur pH dapat dilakukan dengan pH
meter yang langsung dicelu pkan ke air sungai untuk hasil yang lebih valid.
 DO
Dissolved oxygen (DO) merupakan sebuah ukuran banyaknya kandungan oksigen
yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut ini merupakan hal yang paling penting
untuk ikan. Untuk mengukur DO dapat dilakukan dengan titrasi kimiawi.
 BOD
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik.
Pengukuran BOD dilakukan dengan metode 5 th day incubation, yaitu mengukur
kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan
contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah
diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20 0C) yang sering
disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan nilai BOD yang
dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L).
 COD
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air secara kimiawi. Semakin
tinggi kadar COD maka semakin buruk kualitas air tersebut.
Pengukuran COD dilakukan dengan menggunakan metode analisis Dichromate
Oxidation adalah penambahan sejumlah tertentu kalium dikromat sebagai oksidator
pada sampel (dengan volume tertentu) yang ditambahkan perak sulfat sebagai
katalisator kemudian dipanaskan beberapa waktu tertentu. Kelebihan kalium
dikromat dititrasi sehingga bisa diketahui banyaknya kalium dikromat yang dipakai
untuk mengoksidasi bahan organik dalam sampel sehingga nilai COD dapat dihitung.

3. Parameter mikrobiologi
Parameter mikrobiologi digunakan untuk mengukur kadar mikroorgannisme yang ada di air.
Bakteri coliform adalah golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator,
dimana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu peraian telah
terkontaminasi oleh pathogen atau tidak. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur
parameter mikrobiologis di sungai A yaitu metode multi-tabung (MPN), dimana metode ini
dapat digunakan di peraian yang keruh.

Referensi

Lilin Indrayani, Nur Rahmah. (2018). Nilai Parameter Kadar Pencemar sebagai Penentu Tingkat
Efektivitas Tahapan Pengolahan Limbah Cair Industri Batik. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 12, No. 1,
2018, hlm. 41-50

Hasminar Rachman Fidiastuti, Anis Samrotul Lathifah. (2018). UJI KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR
INDUSTRI BATIK TULUNGAGUNG: PENELITIAN PENDAHULUAN. Seminar Nasional Pendidikan Biologi
Dan Saintek III. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Beauty Suestining Diyah Dewanti1 , Tafana Firdausi Prastiwi, Alexander Tunggul Sutan Haji. (2019).
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR BATIK MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE NETRALISASI DAN
ELEKTROKOAGULASI. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, Vol. 7, No. 3, 358-369,
September 2019

Anda mungkin juga menyukai