PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air limbah domestik merupakan salah satu sumber pencemar terbesar bagi
perairan. Tingginya kandungan bahan organik dalam air limbah domestik
meningkatkan pencemaran pada badan air penerima. Semakin meningkatnya
pencemaran dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat. Peningkatan
pencemaran berdampak pada kehidupan organisme perairan dan penurunan
kualitas perairan sehingga tidak sesuai dengan peruntukkannya.1
Bahan pencemar adalah jumlah berat zat pencemar dalam satuan waktu
tertentu yang merupakan hasil perkalian dari kadar pencemar dengan debit limbah
cair (SK Gub. No.61 tahun 1999) . Parameter yang digunakan untuk mengukur
kadar bahan pencemar antara lain BOD, COD, TSS dan sebagainya.2
Dampak yang ditimbulkan dari kandungan pencemar seperti BOD, COD,
TSS dan fosfat yang tinggi dapat berbahaya sekaligus mematikan bagi ekosistem
di perairan, apabila langsung dibuang ke badan air tanpa pengolahan terlebih
dahulu. Masuknya padatan tersuspensi (TSS) ke dalam air dapat menimbulkan
kekeruhan air, yang menyebabkan menurunnya laju fotosintesis fitoplankton dan
tumbuhan air lainnya, sehingga produktivitas primer perairan menurun.
Sedangkan kadar BOD dan COD yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
1Dewi, Potensi Fito-Biofilm Dalam Penurunan Kadar Bod Dan Cod Pada Limbah
Domestik Dengan Tanaman Kangkung Air (Ipomoea aquatica) Media Biofilter Sarang
Tawon, Jurnal Teknik Lingkungan (2012), h. 2.
2Agnes dan Azizah, Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, Dan MPN Coliform Pada Air Limbah
Sebelum Dan Sesudah Pengolahan Di RSUD Nganjuk, Jurnal Kesehatan Lingkungan, no. 1 (5)
(2005), h. 98.
2
kandungan oksigen terlarut di perairan, yang dapat mengakibatkan kematian
organisme akuatik. Sementara itu, dampak dari kandungan fosfat yang tinggi
dapat mempercepat pertumbuhan mikroalgae pada perairan bebas. Dari beberapa
jenis mikroalgae ada kelompok yang menghasilkan toksin bagi ikan dan biota air
yang menutup permukaan air sehingga pancaran sinar matahari dan oksigen
terlarut dalam perairan akan berkurang. Oleh karena pencemaran lingkungan
mempunyai dampak yang sangat luas dan sangat merugikan manusia maka perlu
dilakukan pengurangan pencemaran lingkungan atau apabila mungkin ditiiadakan
sama sekali.3
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan percobaan Penentuan
DO, BOD dan COD yang bertujuan untuk menentukan nilai oksigen terlarut
(DO), COD dan BOD air danau serta membandingkan hasil yang diperoleh
dengan nilai standar DO, COD dan BOD air bersih.
1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa nilai oksigen terlarut (DO), COD dan BOD air danau?
2. Bagaimana perbandingan hasil yang diperoleh dengan nilai standar DO,
COD dan BOD air bersih?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai oksigen terlarut (DO), COD dan BOD air danau.
2. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan nilai standar DO, COD dan
BOD air bersih.
3Is Yuniarto dan Andrianto, Pengaruh Waktu Ozonisasi Terhadap Penurunan Kadar Bod, Cod,
Tss Dan Fosfat Pada Limbah Cair Rumah Sakit, Ganendra No.1 (7) (2009), h. 45-46.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
buangan tersebut penting dilakukan untuk mengetahui tingkat polusi air. Untuk
mengetahui adanya polutan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu uji
BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan uji COD (Chemical Oxygen Demand).6
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman
dan hewan di dalam air. Kehidupan mahluk hidup di dalam air tersebut tergantung
dari kemampuan air untuk mempertahan kan konsentrasi oksigen minimal yang
dibutuhkan untukkehidupannya. Biota air hangat membutuhkan oksigen telarut
minimal 5 ppm, sedangkan biota air dingin memerlukan oksigen terlarut
3
mendekati jenuh. Konsentrasi oksigen terlarut
minimal untuk kehidupan biota
tidak boleh kurang dari 6 ppm.7
Oksigen terlarut (dissolved oxygen = OD) dapat berasal dari proses
fotosintesis tanaman air, dimna jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah
tanamannya dan adri atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan
terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung
dari suhu dan tekanan atmosfer. Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah
akan mengakibatkan ikan-ikan dan binatang air lainnya ynag membutuhkan
oksigen akan mati. Sebaliknya konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi
juga mengakibatkan proses pengkaratan semakin cepat karena oksigen akan
mengikat hidrogen yang melapisi permukaan logam.8
BOD (biochemical oxygen demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahanbahan buangan di dalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik
6Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, h. 34.
7Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, h. 32.
8Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, h. 33.
yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang
5
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi
oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut,
maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen
tinggi.9
Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk
beberap reaksi biokimia yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel dan
oksidasi sel. Konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mongoksidasi air pada
suhu 20
selama 5 hari dan nilai BOD yang menunjukkan jumlah oksigen
yang dikonsumsi dapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen
terlarut sebelum dan setelah inkubasi. Pengukuran selama 5 hari pada suhu 20
4. Uji BOD tergantung dari adanya senyaa penghambat di dalam air tersebut.
Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm dan air
6
yang mempunyai nilai BOD 3 ppm dianggap cukup murni, tetapi kemurnian air
diragukan jika nilai BOD-nya mencapai 5 ppm atau lebih. Sebagai akibat
menurunnya oksigen terlarut di dalam air adalah menurunnya kehidupan hewan
dan tanaman air. Jika konsentrasi oksigen terlarut sudah terlalu rendah, maka
mikroorganisme aerobik tidak dapat hidup dan berkembang biak, tetapi
sebaliknya mikroorganisme yang bersifat anaerob akan menjadi aktif memecah
bahan-bahan
tersebut
secara
anaerobik
karena
tidak
adanya
oksigen.
digunakan sebagai sumber oksigen. Nilai COD dalam air limbah biasanya lebih
tinggi daripada nilai BOD karena lebih banyak senyawa kimia yang dapat
7
dioksidasi secara kimia dibandingkan oksidasi biologi. Angka COD merupakan
ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat
dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya
oksigen terlarut di dalamnya. Prinsip Analisa COD, yaitu sebagian besar zat
organik melalui tes COD ini dioksidasi oleh K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang
mendidih optimum.14
Kekeruhan pada dasarnya disebabkan oleh adanya koloid, zat organik,
jasad renik, lumpur, tanah liat dan benda terapung yang tidak mengendap dengan
segera. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat
tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba itu
patogen. Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium
dengan metode Turbidimeter. Untuk standar air bersih ditetapkan oleh Permenkes
RI No. 416/MENKES / PER / IX / 1990, yaitu kekeruhan yang dianjurkan
maksimum 5 NTU.15
Nilai BOD, COD, TSS dan fosfat yang mengacu pada Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No. 65 tahun 1999 tentang Baku
Mutu limbah cair bagi kegiatan pelayanan kesehatan di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah seperti pada Tabel 1 berikut:16
14Andika, dkk., Pemanfaatan Arang Eceng Gondok Dalam Menurunkan Kekeruhan,
COD, BOD Pada Air Sumur, h. 86.
15Andika, dkk., Pemanfaatan Arang Eceng Gondok Dalam Menurunkan Kekeruhan,
COD, BOD Pada Air Sumur, h. 86.
16Is Yuniarto dan Andrianto, Pengaruh Waktu Ozonisasi Terhadap Penurunan Kadar
Bod, Cod, Tss Dan Fosfat Pada Limbah Cair Rumah Sakit, h. 45-46.
Senyawa
Baku Mutu
BOD
75 mg/L
COD
100 mg/L
TSS
100 mg/L
Fosfat
2,0 mg/L
.
8
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri
dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat
yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan. Air limbah rumah tangga sebagian mengandung bahan organik
sehingga memudahkan di dalam pengolahannya. Sebaliknya limbah industri lebih
sulit pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat
organik lain yang bersifat toksik.17
Saat keluar dari sumbernya, air limbah bersifat basa. Namun, air limbah
yang sudah lama atau membusuk akan bersifat asam karena sudah mengalami
kandungan bahan organiknya telah mengalami proses dekomposisi yang dapat
menimbulkan bau tidak menyenangkan. Parameter yang dapat digunakan
berkaitan dengan air limbah yaitu kandungan zat padat (total solid, suspending
solid, disolved solid), kandungan organik, kandungan zat anorganik (misalnya P,
Pb, Cd, Mg), kandungan gas (misalnya O 2, N, CO2), kandungan bakteri seperti
E.Coli, kandungan pH dan suhu.18
mengakibatkan
limbah
menjadi
lingkungan
yang
sesuai
bagi
BAB III
METODE PENELITIAN
Tempat
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah indikator
amilum (C6H10O5), larutan alkali-iodida-azida (KI), larutan asam oksalat (C2H2O4)
0,05 N, larutan asam sulfat (H2SO4) 0,025 N, larutan asam sulfat pekat (H2SO4) 2
N, larutan kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N, larutan mangan sulfat (MnO4)
40%, larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0, 025 N, sampel air danau dan tissue.
10
C. Prosedur Kerja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai
berikut:
Tabel IV. 1. Hasil penentuan DO0
No
1.
2.
Penambahan
Sampel air danau +
MnSO4
Alkali-iodida-azida
Warna
Hasil
Bening
Endapan
Bening dan
Endapan
kecoklatan
kecoklatan
Gambar
3.
4.
H2SO4
Bening
Larut
Kuning
Seltelah titrasi
Larut
Muda
Na2S2O4 pertama
12
5.
6.
Indikator Amilum
Setelah titrasi
kedua Na2S2O3
Biru
Larut
Bening
Larut
11
2.
Penambahan
Sampel air danau
+ MnSO4
Alkali-iodidaazida
3. H2SO4
Warna
Hasil
Bening
Endapan putih
Beningkecoklatan
Endapan coklat
Bening
Larut
Gambar
4.
Setelah titrasi
Na2S2O4 pertama
Kuning Muda
6.
Larut
Larut
Setelah titrasi
Bening dan
kedua Na2S2O3
kekuningan
13
Larut
Penambahan
Warna
Hasil
Sampel air
1.
TidakadaEndapan
2N
2.
3.
4.
KMnO4
Proses
Pemanasan
H2C2O4
Ungu
pekat
Ungu
Endapan
ungu
Ungu pekat
Ungu pekat
Endapan larut
Gambar
5.
Titrasi KMnO4
Bening
Merah muda
2 ml MnSO4 (bening) 2 ml KI
(endapan cokelat) diamkan
(bening)
(bening)
+ 25 ml sampel
erlenmeyer
14
b. Penentuan COD
Sampel 25 ml
(bening)
pekat) dipanaskan
5 mL H2SO4
(bening)
(Bening)
(merah muda).
B. Reaksi
Reaksi yang terjadi dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Oksigen terlarut (DO)
Mn2+ + O2
MnSO4 +
Mn(OH)2
MnO4
2KOH
+ 1/2O2
Mn(OH)2
+ K2SO4
MnO2 + H2O
Mn2+ +
I2 + 2H2O
2KOH
Mn(OH)2
2 Mn(OH)2
+ O2
2MnO2 + 2H2O
+ K2SO4
Mn(OH)2
+ I2
+ 2KOH
S4O6 + 2I
C. Analisa Data
1. Penentuan BOD
BOD = DO0-DO5
DO0 = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x BE O2 x 1000
Volume Sampel
0,46 gram
0,025 L
8 gr/grek x 1000
= 18,4 gr/L.
BOD = DO0-DO5
= 22,4 gr/L - 18,4 gr/L
= 4,0 gr/L.
2. Penentuan COD
COD = V KMnO4 x N KMnO4 x BE KMnO4 x 1000
Volume Sampel
= 0,0003 L x 0,05 grek/L x 31,6 gr/grek x 1000
0,025 L
15
0,237 gram
0,025 L
= 18,96 gr/L.
D. Pembahasan
Percobaan penentuan BOD, COD dan DO dilakukan dengan menggunakan
sampel air danau. BOD (biochemical oxygen demand) adalah suatu karakteristik
yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai bahan organik dalam kondisi aerobik. COD
(chemical oxygen demand) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik secara kimia yang terkandung dalam air.
Sedangkan DO adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat dalam satu
liter air.
16
COD
(chemical
oxygen
demand)
dilakukan
dengan
air sampel danau tersebut melebihi hasil teori (Is Yuniarto dan Andrianto) yang
menyatakan nilai BOD maksimum adalah 75 mg/L dan nilai COD maksimum
adalah 100 mg/L.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Nilai DO0, DO5, BOD dan COD secara berturut-turut diperoleh yaitu
22,4 gr/L, 18,4 gr/L, 4,0 gr/L dan 18,96 gr/L.
2. Nilai BOD dan COD yang di peroleh masih di bawah batas maksimum
nilai BOD dan COD air perairan yaitu 75 mg/L dan 100 mg/L.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan pada percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya
juga menggunakan sampel dari limbah tahu, agar dapat mengetahui perbandingan
nilai DO, BOD dan COD-nya sehingga dapat diketahui pula tingkat
pencemarannya di alam.
DAFTAR PUSTAKA
18
Anita Rahmawati, Agnes dan R. Azizah. Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, Dan
MPN Coliform Pada Air Limbah Sebelum Dan Sesudah Pengolahan Di
RSUD Nganjuk, Jurnal Kesehatan Lingkungan, no. 1 (5) (2005).
Hal. 97-110.
Chandra,Budiman. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Buku Kedokteran
EGC, 2005.
Fitria Marlisa, Dewi., dkk. Potensi Fito-Biofilm Dalam Penurunan Kadar Bod
Dan Cod Pada Limbah Domestik Dengan Tanaman Kangkung Air
(Ipomoea aquatica) Media Biofilter Sarang Tawon. Jurnal Teknologi
Lingkungan (2012). Hal. 1-11.
Kanisius. Sanitasi, Higiene Dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan
Makanan.Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2001.
Valentina, Andika Endah., dkk. Pemanfaatan Arang Eceng Gondok Dalam
Menurunkan Kekeruhan, COD, BOD Pada Air Sumur, Indonesian
journal Of Chemistry Sience, no. 2 (2013). Hal. 84-89.
Yuniarto, Is dan Andrianto. Pengaruh Waktu Ozonisasi Terhadap Penurunan
Kadar BOD, COD, TSS Dan Fosfat Pada Limbah Cair Rumah Sakit.
Ganendra No.1 (7) (2009). Hal. 45-49.