Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KIMIA AMAMI I

CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN BIOCHEMICAL OXYGEN

DEMAND (BOD)

DOSEN PEMBIMBING

H. Haitami, S.Si., M.Sc

Disusun oleh :

AMANDA SAFIRA NOVITASARI

NIM :

P07134218123

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

BANJARMASIN

TAHUN AKADEMIK 2019


Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan

makalah ini.

Makalah Kimia Amami I yang menjelaskan tentang “BOD & COD”

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Amami I. Selain itu

penyusunan makalah ini juga dimaksudkan untuk menambah pengetahuan

mahasiswa tentang Analisa Air khususnya BOD & COD.

Penulisan makalah ini belum sempurna untuk itu saya sebagai penulis

mengharapkan kritikan positif yang membangun demi menyempurnakan makalah

ini.

Demikian saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

mendukung pembuatan makalah ini, semoga makalah ini dapat memberi manfaat

bagi kita semua.

Banjarbaru, 13 Oktober 2019

Penulis

1
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................. 1
Daftar Isi........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 5
2.1 Pengertian Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biochemical Oxygen
Demand (BOD) .......................................................................................... 5
2.2 Prinsip Pemeriksaan BOD dan COD ......................................................... 7
2.3 Prinsip Percobaan ....................................................................................... 8
2.4 Langkah Kerja ............................................................................................ 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 11
Daftar Pustaka .................................................................................................. 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut universal, karena sifatnya
tersebut, maka tidak ada air dan perairan alami yang murni. Tetapi didalamnya
terdapat unsur dan senyawa yang lain. Dengan terlarutnya unsur dan senyawa
tersebut, terutama hara mineral, maka air merupakan faktor ekologi bagi makhluk
hidup. Walaupun demikian ternyata tidak semua air dapat secara langsung
digunakan memenuhi kebutuhan makhluk hidup, tetapi harus memenuhi kriteria
dalam setiap parameternya masing-masing.
Berbagai sumber air yang dipergunakan untuk keperluan hidup dan
kehidupan dapat tercemar oleh berbagai sumber pencemaran. Limbah dari
makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dapat menjadi
penyumbang pencemaran terhadap air yang akan dipergunakan, baik untuk
keperluan makhluk hidup maupun untuk keperluan kehidupan yang lain. Keberadaan
Zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih akan menimbulkan
gangguan terhadap kualitas air. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut
dalam air berada pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air.
Rusaknya kadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari
air itu sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa oksigen memegang peranan penting
sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses
oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga
menentukan kegiatan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau
anaerobik. Sebagai pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia beracun menjadi
senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun.
Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan
dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih

3
sederhana dan tidak beracun. Oleh karena itu, untuk mengetahui kadar oksigen
terlarut yang terdapat dalam air perlu dilakukan pemeriksaan kadar oksigen.
Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki
kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air
tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana
badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme.
Pemeriksaan kadar oksigen terlarut didalam air untuk mengetahui tingkat
pencemarannya, dapat diketahui melalui pemeriksaan BOD (Biochemical Oxygen
Demand) dan pemeriksaan COD (Chemical Oxygen Demand).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut dengan Chemical Oxygen Demand (COD) dan
Biochemical Oxygen Demand (BOD) ?
2. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan jika terjadi kelimpahan atau
kekurangan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biochemical Oxygen
Demand (BOD) di perairan? serta tingkat pencemaran yang terjadi di
perairan?
3. Bagaimanakah prinsip kerja dari penentuan kadar Chemical Oxygen
Demand (COD) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD) dalam sampel
air?
4. Bagaimana langkah menentukan kandungan Chemical Oxygen Demand
(COD) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD) dalam sampel air?
1.3 Tujuan
1. Pengertian Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biochemical Oxygen
Demand (BOD) .
2. Dampak yang ditimbulkan jika terjadi kelimpahan atau kekurangan
Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biochemical Oxygen Demand
(BOD) di perairan serta tingkat pencemaran yang terjadi di perairan.
3. Prinsip kerja dari penentuan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan
Biochemical Oxygen Demand (BOD) dalam sampel air.
4. Langkah dalam penentuan Chemical Oxygen Demand (COD) dan
Biochemical Oxygen Demand (BOD) pada sampel air.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biochemical Oxygen
Demand (BOD)
Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat
ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi.
Dapat diketahui dengan menggunakan uji COD dan BOD.
COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel
air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent) (Agnes Anita, 2005). Dengan kata lain COD merupakan
jumlah oksigen terlarut yang digunakan untuk mengurai bahan organik yang
terkandung dalam perairan.
BOD singkatan dari Biochemical Oxygen Demand, atau kebutuhan
oksigen biologi untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan didalam air
limbah oleh mikroorganisme. Dalam hal ini buangan organik akan dioksidasi
oleh mikroorganisme didalam air limbah, proses ini adalah alamiah yang
mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat
air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis (Agnes
Anita, 2005)

a. Kelimpahan

Tinggi rendahnya pencemaran pada suatu perairan sangat mempengaruhi


kadar oksigen pada saat pemecahan bahan organik. Jika DO diatas 5ppm dan
BOD antara 0-10 maka tingkat pencemarannya rendah. Jika DO antara 0-
5ppm dan BOD antara 10-20 maka tingkat pencemarannya sedang. Dan jika
DO 0ppm dan BOD 25 maka tingkat pencemarannya tinggi. Kelimpahan di
suatu perairan bergantung pada pencemaran yang terjadi oleh zat organik,
selama proses oksidasi bakteri menghabiskan oksigen terlarut dan
mengakibatkan ikan mati (Wirosarjono, 1974)
5
b. Peranan

BOD dan COD mempunyai peranan penting dalam perairan, yaitu sebagai
parameter penentuan kualitas suatu perairan, apakah perairan tersebut
tercemar atau tidak. Selain itu, kandungan BOD dan COD dalam air dapat
membantu mikroorganisme dalam mengurai bahan-bahan organik di perairan.
Selain itu, Oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan
organik dan anorganik (Salmin, 2005).

c. Manfaat

Oksigen dalam perairan bermanfaat untuk pernapasan organisme dalam


perairan dan proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Oksigen
dimanfaatkan oleh ikan guna pembakaran untuk menhasilkan aktivitas,
pertumbuhan, reproduksi dll.

d. Bahaya

Semakin banyak bahan organic dalam air, maka semakin besar BODnya
sedangkan DO akan semakin rendah. Air yang bersih adalah jika tingkat
DOnya tinggi, sedangkan BOD dan zat padat terlarutnya rendah. Apabila
kadar oksigen terlarut berkurang mengakibatkan hewan-hewan yang
menempati perairan tersebut akan mati. Dan jika kadar BOD dan COD
meningkat menyebabkan perairan menjadi tercemar (Hilda Zulkifli, 2009).

e. Standart Baku Mutu

Standart Baku Mutu adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau
bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan
terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Untuk mencegah
terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri
dan aktivitas manusia, maka diperlukan ppengendalian terhadap pencemaran

6
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.Standart baku mutu
berfungsi untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau
tercemar (SK Gubernur Jatim, 2002).

Dalam peraturan pemerintah no. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air, kriteria kualitas air untuk air
baku air minum (air kelas 1) nilai BOD dan COD dibatasi masing – masing
tidak boleh lebih dari 2 mg/L dan 10 mg/L sebagai nilai KMnO4.

2.2 Prinsip Pemeriksaan BOD dan COD


COD (Chemical Oxygen Demand = Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah
jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organic
yang ada dalam sampel air, dimana pengoksidasi K2 Cr2 O7 digunakan sebagai
sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan
melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
dalam air (Anonim, 2011).
Oksidi-reduktometri merupakan salah satu macam titrasi. Oksidi-
reduktometri adalah metode titrimetri berdasarkan reaksi reduksi dan oksidasi dari
titran dan titrat. Oksidi-reduktometri digunakan untuk analisis logam dalam suatu
persenyawaan dan analisis senyawa organik. Oksidimetri adalah teknik titrasi
yang menggunakan titran sebagai suatu oksidator. Salah satu teknik ini adalah
permanganometri. Pada metode ini, titran yang digunakan adalah ion
permanganat, khususnya dalam bentuk garam kalium permanganat. Ion
permanganat bertindak sebagai oksidator dengan hasilreaksi berupa ion Mn 2+
(Rezki, 2010).
Biochemical Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis
(KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global
proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air Sedangkan
angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan

7
sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. Melalui kedua cara tersebut
dapat ditentukan tingkat pencemaran air lingkungan (Habib, 2011).
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat
bereaksi dengan I- (iodide) untuk menghasilkan iod, iod yang terbentuk secara
kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka
titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali. Metode titrasi
iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi
dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (kadang-
kadang dinamakan iodometr i), adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia (Dinda, 2010)
Perbedaan dari kedua cara uji oksigen terlarut di dalam air secara garis
besar yaitu chemical oxygen demand adalah kapasitas air untuk menggunakan
oksigen selama peruraian senyawa organik terlarut dan mengoksidasi senyawa
anorganik seperti amonia dan nitrit. Sedangkan Biochemical (biochemical)
oxygen demand adalah kuantitas oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme
aerob dalam menguraikan senyawa organik terlarut. Jika BOD suatu air tinggi
maka dissolved oxygen (DO) menurun karena oksigen yang terlarut tersebut
digunakan oleh bakteri.
Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga
ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter
ini sangat dianjurkan disamping paramter lain seperti BOD dan COD. Di dalam
air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia
menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk
beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehinggazat pencemar
tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme,
baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya
oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan
dalam air (Rizki, 2010).
2.3 Prinsip Percobaan
1. Penentuan kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD)

8
Sejumlah contoh uji ditambahkan ke dalam larutan pengencer jenuh
oksigen yang telah ditambah larutan nutrisi dan bibit mikroba, kemudian
diinkubasi dalam ruang gelap pada suhu 20 °C ± 1 °C selama 5 hari. Nilai
BOD dihitung berdasarkan selisih konsentrasi oksigen terlarut 0 (nol) hari dan
5 (lima) hari. Bahan kontrol standar dalam uji BOD ini, digunakan larutan
glukosa-asam glutamat.
2. Penentuan kadar Chemical Oxygen Demand (COD)
Zat organik dalam sampel air dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 standar
berlebih dalam suasana asam dan panas. Kemudian K2Cr2O7 sisa dititrasi
dengan larutan (NH4)2Fe(SO4)2 oleh bantuan indikator ferroin sampai terjadi
perubahan warna dari biru hijau menjadi merah kecoklatan.
2.4 Langkah Kerja
1. Penentuan Biochemical Oxygen Demand (BOD)
a) Siapkan 2 buah botol DO, tandai masing-masing botol dengan notasi A1;
A2;
b) Masukkan larutan contoh uji (4.4.2.4) ke dalam masing-masing botol DO
A1 dan A2; sampai meluap, kemudian tutup masing masing botol secara
hati-hati untuk menghindari terbentuknya gelembung udara;
c) Lakukan pengocokan beberapa kali, kemudian tambahkan air bebas
mineral pada sekitar mulut botol DO yang telah ditutup;
d) Simpan botol A2 dalam lemari inkubator 20°C ± 1°C selama 5 hari;
e) Lakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap larutan dalam botol A1
dengan alat DO meter yang terkalibrasi sesuai dengan Standard Methods
for the Examination of Water and Wastewater 21st Edition, 2005:
Membrane electrode method (4500-O G) atau dengan metoda titrasi secara
iodometri (modifikasi Azida) sesuai dengan SNI 06-6989.14-2004. Hasil
pengukuran, merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (A1). Pengukuran
oksigen terlarut pada nol hari harus dilakukan paling lama 30 menit setelah
pengenceran;

9
f) Ulangi pengerjaan 4.4.3 butir e) untuk botol A2 yang telah diinkubasi 5
hari ± 6 jam. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen
terlarut 5 hari (A2);
g) Lakukan pengerjaan 4.4.3 butir a) sampai f) untuk penetapan blanko
dengan menggunakan larutan pengencer tanpa contoh uji (4.2.3). Hasil
pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (B1)
dan nilai oksigen terlarut 5 hari (B2);
h) Lakukan pengerjaan 4.4.3 butir a) sampai f) untuk penetapan kontrol
standar dengan menggunakan larutan glukosa-asam glutamat. Hasil
pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol hari (C1)
dan nilai oksigen terlarut 5 hari (C2);
i) Lakukan kembali pengerjaan 4.4.3 butir a) sampai butir f) terhadap
beberapa macam pengenceran contoh uji.
2. Penentuan Kadar Chemical Oxygen Demand (COD)
a) Masukkan 50 mL sampel air ke dalam labu didih 500 mL.
b) Tambahkan 25,00 mL larutan K2Cr2O7 + 0,1 N kemudian tambahkan 10
mL H2SO4 pekat dengan hati-hati melalui dinding labu.
c) Masukkan beberapa butir batu didih, kemudian aduk campuran dengan
jalan menggoyangkan labu dengan hati-hati.
d) Kemudian refluks campuran selama 2 jam.
e) Dinginkan, bilasi alat reflux (pendingin) tiga kali dengan sedikit air bebas
zat organik dan cairan dipindahkan ke dalam labu erlenmeyer 500 mL
kemudian encerkan hingga isinya menjadi 300 mL dengan air bebas zat
organik.
f) Tambahkan 15 tetes indikator ferroin, kemudian titrasi dengan larutan
standar (NH4)2Fe(SO4)2 + 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari biru
hijau menjadi merah kecoklatan.
g) Lakukan penetapan blanko terhadap K2Cr2O7 dengan perlakuan seperti di
atas, dan sampel diganti dengan air bebas zat organik.
Lakukan langkah a-g secara duplo.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat
ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi. Dapat
diketahui dengan menggunakan uji COD dan BOD.
Dalam peraturan pemerintah no. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan pengendalian Pencemaran Air, kriteria kualitas air untuk air baku
air minum (air kelas 1) nilai BOD dan COD dibatasi masing – masing tidak boleh
lebih dari 2 mg/L dan 10 mg/L sebagai nilai KMnO4.

11
DAFTAR PUSTAKA
Alexs, M Herman, dkk. 2010. “Laporan Kimia Air : Analisis Kualitas Air”.
SMKN 13 Bandung. Bandung.
Az, Hijrah Darwis. 2012. “Laporan Praktikum COD BOD”. http://hijrah-
darwis.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-cod-bod.html. Diakses pada 10
Oktober 2019 pukul 19.00
Sevendfive, Avenged. 2013. “ Analisa Do dan BOD”.
http://avengedsevendfive.wordpress.com/author/avengedsevendfive/. Diakses pada
10 Oktober 2019 pukul 19.00

12

Anda mungkin juga menyukai