Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik Pasien Sepsis
di Rumah Sakit di Bandung
Disusun oleh: Fikri Abdurohman 1108010084 Mardi Pnca Aji 1108010088 Septiyaningrum 1108010102 Karunia Saputi 1108010104 Nabial Chiekal G 1108010115 Diah Nurmala Sari 1108010122 Naelarizqi 1108010121 Amalia Agamasi 1108010125
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2014
BAB I PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan zaman, maka pengetahuan berkaitan dengan penyakit sudah semakin berkembang. Pengetahuan tentang pengobatan terhadap penyakit-penyakit tertentu pun tidak ketinggalan, dimana saat ini untuk suatu penyakit tertentu telah tersedia berbagai macam obat untuk menyembuhkan ataupun sekedar meredakan simptom penyakit tersebut. Tekanan aspek teknologi dan ekonomi tersebut semakin besar dengan adanya globalisasi ekonomi, namun tekanan ini pada dasarnya dapat diperkecil sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi sedangkan industri farmasi dapat berkembang secara wajar. Obat juga dapat merugikan kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan atau bila digunakan secara tidak tepat atau disalah gunakan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Farmakoekonomik Farmakoekonomik merupakan salah satu cabang dalam bidang farmakologi yang mempelajari mengenai pembiayaan pelayanan kesehatan, dimana pembiayaan dalam hal ini mencakup bagaimana mendapatkan terapi yang efektif, bagaimana dapat menghemat pembiayaan, dan bagaimana dapat meningkatkan kualitas hidup. Tujuan dari farmakoekonomik diantaranya membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan pada kondisi yang sama selain itu juga dapat membandingkan pengobatan (treatment) yang berbeda untuk kondisi yang berbeda). Adapun prinsip farmakoekonomi sebagai berikut yaitu menetapkan masalah, identifikasi alternatif intervensi, menentukan hubungan antara income dan outcome sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat, identifikasi dan mengukur outcome dari alternatif intervensi, menilai biaya dan efektivitas, dan langkah terakhir adalah interpretasi dan pengambilan kesimpulan. Evaluasi farmakoekonomik menggunakan tolak ukur input (cost) dan output (benefit) selama penggunaan suatu jenis obat, dimana keduanya diharapkan berada dalam posisi seimbang. Evaluasi Farmakoekonomi Cost-Effectiveness Analysis Istilah analisis Cost-Effectiveness mengacu kepada jenis evaluasi tertentu yang dimana manfaat (benefit) dari suatu pengobatan dapat diukur dalam bentuk unit natural dan segala biaya (cost) yang dikeluarkan dapat diperhitungkan. Analisis Cost- Effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama. Aplikasi dari CEA misalnya dua obat atau lebih digunakan untuk mengobati suatu indikasi yang sama tetapi cost dan efikasi berbeda Contoh analisis Cost-Effectiveness dalam mengurangi gejala nyeri pada penderita reflux esofagitis yang parah, kita membandingkan biaya yang dikeluarkan antara penggunaan Proton Pump Inhibitor (PPI) dan H 2 receptor blocker. Analisis jenis ini adalah analisis yang paling sering digunakan dalam analisis ekonomi, tetapi tidak dapat digunakan bila ingin membandingkan 2 jenis obat yang sangat berbeda dengan hasil yang diharapkan juga berbeda. Analisis cost-effectiveness mengkonversi cost dan benefit (efikasi) ke dalam rasio pada obat yang dibandingkan.
BAB II PEMBAHASAN Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik Pasien Sepsis di Rumah Sakit di Bandung Cherry Rahayu1, Okky S. Purwanti2, Rano K. Sinuraya3, Dika P. Destiani2 1Instalasi Farmasi Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia 2Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Sumedang, Indonesia 3Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia 1. LATAR BELAKANG Sepsis merupakan infeksi sistemik terhadap respon inflamasi sehingga penderita sepsis membutuhkan perlakuan khusus agar tidak terjadi disfungsi organ. Sepsis mewakili subgrup Systemic Inflamatory Response Syndrom (SIRS) dalam terminologi kesehatan. Sumber infeksi sepsis terbesar berasal dari saluran pernapasan dengan penyebab umum berupa pneumonia nosokomial (Hospital- Acquired Pneumonia/HAP) dan pneumonia komunitas (Community-Acquired Pneumonia/ CAP) yang biasanya disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter species atau Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA). Manajemen pasien sepsis, sepsis berat ataupun syok septik memerlukan pendekatan terpadu yang menggabungkan tindakan diagnostik yang tepat dan inisiasi cepat terapi antibiotik, serta tindakan suportif. Terapi antibiotik merupakan satu komponen penunjang keberhasilan dalam pengobatan sepsis dan harus segera dilakukan pada 12 jam pertama setelah pasien didiagnosis. Keterlambatan pemberian antibiotik dalam waktu 24 jam setelah didiagnosis sepsis berat berkorelasi kuat dengan meningkatnya kematian dalam kurun 28 hari.
2. RUMUSAN MASALAH Bagaimana nilai efektifitas penggunaan antibiotik golongan sefotaksim- metronidazol,sefotaksim-eritromisin dan total biaya perwatan pasien sepsis di rumah sakit di Bandung ?
3. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui nilai efektivitas biaya penggunaan antibiotik golongan sefotaksim- metronidazole, sefotaksim-eritromisin dan total biaya perawatan Pada pasien sepsi di rumah Sakit di Bandung.
4. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan pengambilan data secara retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien dewasa rawat inap yang didiagnosis sepsis sumber infeksi pernapasan yang mendapat terapi antibiotik empirik sefotaksim- metronidazol atau sefotaksim-eritromisin minimal tiga hari pada periode 20102012. Kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu: pasien yang didiagnosis sepsis dengan sumber infeksi pernapasan, pasien dewasa usia 1859 tahun, pasien yang dirawat inap periode 2010 2012, pasien sepsis yang diberi terapi antibiotik empirik sefotaksim-metronidazol atau sefotaksim- eritromisin minimal tiga hari, pasien sepsis dengan outcome sembuh sepsis, pasien dengan Body Mass Index (BMI) normal (18.524.9 kg/m2), dan pasien dengan datadata medis yang lengkap. Sedangkan kriteria eksklusi, yaitu pasien sepsis dengan outcome meninggal atau dipulangkan karena sepsis tidak teratasi, pasien sepsis rujukan rumah sakit lain, pasien sepsis yang diberi terapi antibiotik empirik seftazidim-levofloksasin atau sefotaksim- eritromisin kurang dari tiga hari. Data penelitian bersumber dari rekam medik pasien tahun 20102012 di salah satu rumah sakit di Bandung, yang meliputi identitas pasien, diagnosis, sumber infeksi, lama rawat inap, penggunaan antibiotik (jenis, dosis, interval pemberian, dan cara pemberian), biaya (antibiotik, alat kesehatan, terapi penunjang, efek yang tidak diinginkan akibat penggunaan antibiotik, jasa dokter, jasa perawat, biaya rawat inap, administrasi). Selanjutnya data diolah secara farmakoekonomi sehingga diperoleh hasil nilai efektivitas biaya penggunaan antibiotik golongan sefotaksim-metronidazole, sefotaksimeritromisin dan total biaya perawatan. Hasil perhitungan efektivitas tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam empat kuadran yaitu, kuadran I dengan kategori efektivitas tinggi dengan harga yang tinggi (nilai biaya sebanding dengan efektivitas yang diperoleh). Kuadran II dengan kategori biaya minimal memperoleh efektivitas tinggi (efektivitas biaya yang tinggi). Kuadran III dengan kategori efektivitas tinggi dengan harga yang tinggi dengan nilai negatif lalu kuadran IV dengan biaya tinggi tetapi efektivitas rendah (nilai pada kuadran ini tidak menjadi rekomendasi hasil intervensi).
5. HASIL
6. KESIMPULAN Incremental Cost of Effectiveness Ratio (ICER) kombinasi antibiotik empirik sefotaksim- eritromisin terdapat pada kuadran II yaitu, dengan biaya minimal diperoleh efektivitas terapi tinggi sedangkan kombinasi sefotaksim- metronidazole terdapat pada kuadran IV, yaitu biaya yang digunakan tinggi tetapi efektivitas terapi rendah. Oleh karena itu, kombinasi antibiotik empirik sefotaksim-eritromisin memiliki efektivitas lebih baik dari aspek biaya (cost effectiveness) dibandingkan dengan kombinasi sefotaksim-metronidazol.