PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016
Kepala badan pengawas obat dan makanan republik indonesia telah mengeluarkan
peraturan nomor HK.03.1.33.12.12.8195 tahun 2012 tentang penerapan cara pembuatan obat
yang baik.Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang
selanjutnya disingkat CPOB, adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan
agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat
secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi)
dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu
rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui
suatu Kebijakan Mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua
departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan
mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara
Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal
ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya.
CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu. Persyaratan dasar dari CPOB adalah:
a) semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistematis berdasarkan
pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten menghasilkan obat yang memenuhi
persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan
b) tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana penunjang serta
perubahannya yang signifikan divalidasi
c) tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk:
d) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas, tidak
bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia
e) operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar
f) pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama pembuatan yang
menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi
yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan
sesuai dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secaralengkap dan
diinvestigasi
g) catatan pembatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran
riwayat bets
secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk yang mudah diakses
h) penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap mutu obat
i) tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran
j) keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu diinvestigasi serta
dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan pengulangan kembali keluhan.
Dalam peraturan ini juga dijelaskan aspek-aspek yang harus dijalankan dalam
pelaksanaan CPOB, diantaranya :
1. Manajemen mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak
aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian
tujuan ini melalui suatu Kebijakan Mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen
jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem
Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta
menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan
Manajemen Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor. Untuk
memonitor efektivitas pelaksanaan Sistem Mutu, manajemen hendaklah melakukan Kajian
Manajemen Mutu secara berkala. Kajian ini antara lain meliputi pencapaian pelaksanaan
validasi, kualifikasi, termasuk juga penanganan keluhan, penarikan kembali produk jadi,
penyimpangan, usulan perubahan, inspeksi diri dan audit mutu serta pelatihan.
Unsur dasar Manajemen Mutu terdiri dari:
o Sistem Mutu, merupakan infrastruktur manajemen mutu, yang mencakup semua
sumber daya yang diperlukan, yaitu rangkuman semua prosedur dan proses yang
mengatur Sistem Mutu, sumber daya yang terkait dengan personil yang mencakup
struktur organisasi dan uraian tugas yang menjabarkan tanggung jawab dan
kewajiban personil terkait. Sistem Mutu hendaklah dicerminkan dalam Dokumen
Induk Industri Farmasi.
o Pemastian mutu, merupakan alat (tools) manajemen mutu, yang merupakan
tindakan sistematis untuk melaksanakan Sistem Mutu.
2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami
prinsip CPOB
desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber
pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene
yang menyeluruh dan terpadu.
6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan;
dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
7. Pengawasan mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat
yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu
yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang
berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu
mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu
mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang
relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan
untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu
tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan
yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi
dianggap hal yang fundamental agar
Pengawasan Mutu
dengan memuaskan.
8. Inspeksi diri, audit mutu dan audit dan persetujuan pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri
hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara
independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan
yang dapat
mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara
rutin dan, di samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan
kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan
harus
menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu
mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran
secara cepat dan efektif. Keluhan atau informasi yang bersumber dari dalam industri
antara lain dapat dari bagian produksi, bagian pengawasan mutu, bagian gudang dan
bagian pemasaran, sementara dari luar industri antara lain dapat berasal dari pasien,
dokter, paramedis, klinik, rumah sakit, apotek, distributor dan Badan POM. Penarikan
kembali produk adalah suatu proses penarikan dari satu atau beberapa bets atau seluruh
bets produk tertentu dari rantai distribusi karena keputusan bahwa produk tidak layak lagi
untuk diedarkan. Keputusan ini dapat bersumber dari Badan POM atau dari industri.
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang
baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas
adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang
relevan secara jelas dan rinci sehingga
pencatatan yang memadai dari berbagai proses dan evaluasi setiap pengamatan, sehingga
penerapan persyaratan yang sedang berjalan dapat dibuktikan.
Ada dua jenis utama dokumentasi yang digunakan untuk pengelolaan dan pencatatan
pemenuhan CPOB, yaitu: instruksi (perintah, persyaratan) dan catatan dan / atau laporan.
Penyelenggaraan yang tepat dari dokumentasi yang baik hendaklah diterapkan sesuai
dengan jenis dokumen. Pengendalian yang tepat hendaklah diterapkan untuk memastikan
keakuratan, keutuhan, ketersediaan dan keterbacaan dokumen. Dokumen berisi instruksi
hendaklah bebas dari kekeliruan dan tersedia dalam bentuk tertulis. Makna dari tertulis
adalah tercatat atau didokumentasi di dalam media dari mana diperoleh data dalam bentuk
yang dapat dibaca manusia.
11. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan
dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk
atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi
Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang menentukan tanggung
jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas
prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Sebelum surat perjanjian kontrak ditandatangani hendaklah Pemberi Kontrak
mengaudit calon Penerima Kontrak dengan menggunakan daftar periksa yang dapat
menyimpulkan bahwa calon Penerima Kontrak dapat melakukan pekerjaan pembuatan
produk yang akan dikontrakkan dengan memuaskan. Daftar periksa tersebut antara lain
hendaklah mencakup aspek-aspek sebagai berikut :
gedung;
peralatan;
kapasitas produksi dan laboratorium;
pengetahuan;
pengalaman; dan
kompetensi personil untuk melakukan pekerjaan yang diberikan maupun personil
yang menunjang pelaksanaan tersebut.
juga merupakan media pertumbuhan yang baik bagi proses kultivasi juga
merupakan media pertumbuhan yang baik bagi mikroba pencemar. Pengendalian obat
produk biologi pada umumnya melibatkan teknik analisis yang mempunyai variabilitas
lebih tinggi dibanding dengan penentuan kimia-fisika. Jadi pengawasan selama-proses
berperan sangat penting pada pembuatan obat produk biologi.
Produk biologi seperti allergen, antigen, vaksin, hormon, sitokinin, enzim, imunosera,
imunoglobulin, produk fermentasi dan bahan diagnostika untuk penggunaan secara invitro
hendaklah memenuhi prinsip CPOB pada semua tahap produksi termasuk bahan awal.
satu kali pengisian. Aerosol mempunyai sifat khusus oleh karena itu pembuatan aerosol
hendaklah dilakukan di dalam ruang yang kondisinya terkendali, terutama suhu ruangan
(misal: tidak lebih tinggi dari 23C untuk mencegah penguapan propelan) dan
kelembaban relatif (misal: tidak lebih tinggi dari 50% untuk mencegah pengembunan
dan pembekuan air yang terkandung di dalam udara yang dapat menyumbat katup
aerosol).
5. Pembuatan produk dari darah atau plasma manusia
Untuk obat produk biologi yang diperoleh dari darah atau plasma manusia (produk
darah), bahan awal mencakup bahan sumber yaitu sel atau cairan termasuk darah atau
plasma. Produk darah memiliki sifat khusus tertentu yang disebabkan oleh sifat biologis
dari bahan sumber. Misalnya,
kontaminasi bahan sumber. Oleh sebab itu keamanan produk darah tergantung pada
pengendalian bahan sumber dan asal-usulnya serta pada prosedur pembuatan lanjutan,
termasuk penghilangan dan inaktivasi virus. Bab-bab umum Pedoman CPOB berlaku juga
bagi produk darah, kecuali dinyatakan lain. Beberapa Aneks dapat juga berlaku, misalnya
Pembuatan Produk Steril, Penggunaan Radiasi Pengion dalam Pembuatan Obat,
Pembuatan Produk Biologi dan Sistem Komputerisasi. Karena mutu produk jadi
dipengaruhi seluruh langkah pembuatannya, termasuk pengambilan (collection) darah dan
plasma, maka semua kegiatan hendaklah dilaksanakan menurut sistem Pemastian Mutu
yang sesuai dan CPOB. Tindakan yang diperlukan hendaklah diambil untuk
menghindarkan penularan penyakit infeksi dan persyaratan farmakope (monografi) yang
relevan mengenai plasma untuk fraksinasi dan produk jadi yang diperoleh dari darah atau
plasma manusia hendaklah diberlakukan. Tindakan ini hendaklah juga meliputi pedoman
lain dan pedoman World Health Organization (WHO) yang relevan.
Persyaratan Aneks ini berlaku bagi produk jadi yang berasal dari darah dan plasma
manusia. Persyaratan ini tidak mencakup komponen darah yang digunakan dalam
pengobatan dengan transfusi. Namun, banyak dari persyaratan ini juga berlaku bagi
komponen darah dan lembaga pemerintah yang berwenang dapat menuntut pemenuhan
terhadap persyaratan yang dicakup dalam Aneks ini.
6. Pembuatan obat investigasi untuk uji klinis
Obat investigasi atau obat yang digunakan untuk uji klinis hendaklah dibuat
mengikuti prinsip dan pedoman rinci CPOB. Secara umum, bab-bab umum Pedoman
CPOB berlaku untuk obat investigasi, kecuali dinyatakan lain. Prosedur hendaklah dibuat
fleksibel untuk memungkinkan perubahan seiring dengan peningkatan pengetahuan
tentang proses, dan sesuai dengan tahap pengembangan produk. Dalam uji klinis,
tambahan risiko mungkin terjadi pada subyek uji dibandingkan dengan pasien yang diobati
dengan produk yang sudah beredar.
Penerapan CPOB pada pembuatan obat investigasi bertujuan untuk menjamin subyek
uji tidak berada dalam kondisi berisiko, dan hasil uji klinis tidak dipengaruhi oleh
keamanan, mutu atau kemanjuran yang tidak memadai akibat dari proses pembuatan yang
tidak baik. Selain itu, CPOB juga menjamin konsistensi antar bets obat investigasi yang
sama, yang digunakan untuk uji klinis yang sama atau berbeda, dan bahwa perubahan
selama pengembangan obat investigasi didokumentasikan dan dijustifikasi dengan cukup.
Pembuatan obat investigasi lebih kompleks dibandingkan dengan produk yang beredar
karena kekurangan prosedur tetap yang rutin, variasi desain uji klinis, desain pengemasan
selanjutnya, dan sering kali kebutuhan untuk pengacakan dan ketersamaran (blinding),
serta risiko pencemaran silang dan kecampurbauran. Di samping itu, kemungkinan kurang
pengetahuan mengenai potensi dan toksisitas obat serta validasi proses yang tidak lengkap,
atau, penggunaan produk beredar yang sudah dikemas ulang atau dimodifikasi dengan
cara tertentu dapat menambah kompleksitas pembuatan obat investigasi.
Tantangan tersebut di atas membutuhkan personil yang memiliki pemahaman
menyeluruh dan sudah mendapat pelatihan tentang pelaksanaan CPOB untuk obat
investigasi. Dibutuhkan kerja sama dengan sponsor yang menerima tanggung jawab akhir
untuk semua aspek uji klinis termasuk mutu dari obat investigasi tersebut. Kompleksitas
yang meningkat dari kegiatan pembuatan obat investigasi membutuhkan sistem mutu yang
efektif.
7. Sistem komputerisasi
Penggunaan sistem komputerisasi dalam sistem pembuatan obat, termasuk
penyimpanan, distribusi dan pengendalian mutu tidak mengubah kebutuhan untuk
memerhatikan prinsip yang relevan dalam Pedoman CPOB ini. Sistem komputerisasi yang
menggantikan sistem manual hendaklah tidak mengakibatkan penurunan mutu produk
atau penerapan sistem pemastian mutu. Hendaklah dipertimbangkan risiko beberapa aspek
hilang dari sistem sebelumnya yang disebabkan pengurangan keterlibatan operator.
8. cara pembuatan bahan baku aktif obat yang baik
Tujuan pedoman ini untuk memberikan panduan mengenai Cara Pembuatan Bahan
Aktif Obat yang Baik (CPBAOB) menurut sistem yang sesuai untuk mengelola mutu.
Pedoman ini juga digunakan untuk membantu memastikan bahwa Bahan Aktif Obat
(BAO) memenuhi persyaratan mutu dan kemurnian yang diklaim atau sifat yang
dimilikinya.Pada pedoman ini istilah pembuatan mencakup seluruh kegiatan penerimaan
bahan, produksi, pengemasan, pengemasan ulang, pelabelan, pelabelan ulang, pengawasan
mutu, pelulusan, penyimpanan dan distribusi dari BAO dan pengawasan terkait. Pada
pedoman ini, istilah hendaklah menyatakan rekomendasi yang diharapkan untuk
dilaksanakan kecuali jika tidak dapat diterapkan, dimodifikasi menurut aneks lain yang
relevan dengan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau digantikan
dengan petunjuk alternatif untuk memperoleh tingkat pemastian mutu minimal yang
setara. Pedoman ini secara keseluruhan tidak mencakup aspek keselamatan kerja bagi
personil yang terlibat dalam pembuatan, demikian juga aspek perlindungan lingkungan.
Pengawasan tersebut adalah bagian tanggung jawab dari pabrik pembuat dan diatur oleh
perundang-undangan nasional.
Pedoman ini tidak ditujukan untuk menetapkan persyaratan registrasi atau
memodifikasi persyaratan farmakope dan tidak memengaruhi
kewenangan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menetapkan persyaratan registrasi terkait
BAO dalam konteks wewenang untuk memberikan ijin edar/ ijin industri. Seluruh
komitmen terhadap dokumen registrasi harus dipenuhi. Ruang Lingkup Pedoman ini
berlaku untuk pembuatan BAO yang digunakan sebagai produk obat untuk manusia.
Pedoman ini juga berlaku untuk pembuatan BAO steril hanya sampai pada tahap akhir
sebelum BAO dibuat steril.
9. Pembuatan radiofarmaka
Ada beberapa prinsip dalam pembuatan radiofarmaka :
harus dibuat sesuai prinsip dasar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Area radioaktif hendaklah dilengkapi dengan tekanan negatif terhadap area sekitar
dan terpisah dari area produksi/pengawasan mutu nonradioaktif. Pekerjaan radioaktif
hendaklah dilakukan dalam
Jenis emisi
radiasi
radioaktif.
Pertimbangan khusus mungkin diperlukan bagi bets berukuran kecil yang sering
(dan
Dalam banyak hal sampel pembanding produk jadi identis dengan sampel pertinggal,
misal unit dalam kemasan lengkap. Dalam hal ini sampel pembanding dan pertinggal
dapat saling menggantikan. Perlu bagi industri, importir maupun tempat di mana produk
diluluskan, untuk menyimpan sampel pembanding dan/atau sampel pertinggal dari tiap
bets produk jadi. Industri juga perlu menyimpan sampel pembanding dari bets bahan
awal (dengan pengecualian tertentu) dan/atau produk antara. Tiap lokasi pengemasan
hendaklah menyimpan sampel pembanding dari tiap bets bahan pengemas primer dan
bahan cetak.Penyimpanan bahan cetak sebagai bagian dari sampel pembanding dan/atau
sampel pertinggal untuk produk jadi dapat diterima.
Sampel pembanding dan/atau sampel pertinggal berlaku sebagai riwayat baik
untuk bets produk jadi maupun bahan awal yang dapat dievaluasi pada saat misal ada
keluhan terhadap mutu produk, keraguan terhadap pemenuhan persyaratan izin edar,
pelabelan/kemasan atau laporan farmakovigilans. Catatan ketertelusuran sampel perlu
disimpan dan tersedia untuk dievaluasi oleh Badan POM.
Sampel pembanding antara lain diperlukan bila ditemukan kasus Tidak
Memenuhi Syarat (TMS) baik pada uji stabilitas maupun pada pengujian produk yang
beredar; hasil pengujiannya diverifikasi terhadap hasil pengujian sampel pembanding.
Sampel pertinggal antara lain diperlukan untuk mengonfirmasi keaslian produk yang
beredar, misal kasus produk palsu, terhadap sampel pertinggal.
Sampel disimpan di lokasi produk diluluskan. Jenis sampel pembanding di industri
farmasi antara lain sebagai berikut:
informasi yang terkumpul selama proses pembuatan dan pemenuhan persyaratan CPOB
yang khusus terkait dengan pelulusan parametris. Pelulusan parametris hendaklah
memenuhi persyaratan umum CPOB, dan Aneks terkait serta pedoman berikut ini.
14. Manejemen resiko mutu
Aneks ini mengacu pada pedoman Manajemen Risiko Mutu dan memberi pedoman
mengenai pendekatan sistematis terhadap Manajemen Risiko Mutudan kemudahan bagi
pemenuhan CPOB dan persyaratan mutu lain. Ini mencakup prinsip yang digunakan dan
beberapa pilihan proses, metode dan perangkat yang dapat digunakan pada saat menerapkan
pendekatan Manajemen Risiko Mutu secara formal.
Situasi kritis yang berpengaruh terhadap mutu dapat berasal dari suatu kejadian atau
peristiwa dan tingkat risiko yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut. Pengkajian risiko dapat
diimplementasikan, namun tidak terbatas pada beberapa sistem di bawah ini:
1. Implementasi sistem mutu
syarat.
Usulan perubahan.
2. Pengembangan produk
Digunakan untuk menentukan alur material, alur barang, sistem penunjang, desain
mesin, dll..
Digunakan untuk menentukan interval perawatan dan kalibrasi dari suatu peralatan.
Digunakan untuk menentukan parameter kritis yang harus diamati selama proses
validasi, menentukan marker dari validasi pembersihan, menentukan parameter
kualifikasi, dll..
Pemalsuan.
Hal yang dianggap kritis oleh Badan POM sehingga dapat ditindaklanjuti dengan
mengaudit fasilitas / pabrik tersebut.