Anda di halaman 1dari 12

BUKU FARMASI INDUSTRI CPOB (BAB 1)

GEDE ADITYA PRATAMA


1810003

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA)
PELITA MAS
PALU
2020
PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

A. PENDAHULUAN
B. PRINSIP
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu.
C. UMUM
1.1 Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial untuk
menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan
secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk
menyelamatkan jiwa, atau memulihkan atau memelihara kesehatan.
1.2 Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke
dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan
pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang
dipakai dan personil yang terlibat.
1.3 Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan
pengujian tertentu saja; namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang
dikendalikan dan dipantau secara cermat.
1.4 CPOB ini merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar mutu
obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunannya; bila perlu
dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu
obat yang telah ditentukan tetap dicapai.
1.5 Otoritas Pengawasan Obat hendaklah menggunakan Pedoman ini sebagai
acuan dalam penilaian penerapan CPOB, dan semua peraturan lain yang
berkaitan dengan CPOB hendaklah dibuat minimal sejalan dengan Pedoman
ini.
1.6 Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri farmasi
sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan.
1.7 Selain aspek umum yang tercakup dalam Pedoman ini, dipadukan juga
serangkaian pedoman suplemen untuk aspek tertentu yang hanya berlaku
untuk industri farmasi yang aktivitasnya berkaitan.
1.8 Pedoman ini berlaku terhadap pembuatan obat dan produk sejenis yang
digunakan manusia.
1.9 Cara lain selain tercantum di dalam Pedoman ini dapat diterima sepanjang
memenuhi prinsip Pedoman ini. Pedoman ini bukanlah bermaksud untuk
membatasi pengembangan konsep baru atau teknologi baru yang telah
divalidasi dan memberikan tingkat Pemastian Mutu sekurang-kurangnya
ekuivalen dengan cara yang tercantum dalam Pedoman ini.
BAB I

MANAJEMEN MUTU

A. PRINSIP
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen
izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen
bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”,
yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua
departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk
mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan
manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar.
Unsur dasar manajemen mutu adalah :

1.1 Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya; dan
1.2 Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.

Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan


tersedianya personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang
cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab hukum hendaklah diberikan
kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

Konsep dasar Pemastian Mutu, CPOB dan Pengawasan Mutu adalah aspek
manajemen mutu yang saling terkait. Konsep tersebut diuraikan di sini untuk
menekankan hubungan dan betapa pentingnya unsur-unsur tersebut dalam
produksi dan pengendalian obat.
B. PEMASTIAN MUTU
1.1 Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari
obat yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang
dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu
yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu
mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti
desain dan pengembangan produk.
Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi industri farmasi hendaklah
memastikan bahwa :
a) desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang
memerhatikan persyaratan CPOB dan Cara Berlaboratorium yang Baik;
b) semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan
CPOB diterapkan;
c) tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan;
d) pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pasokan dan penggunaan bahan
awal dan pengemas yang benar;
e) semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan-selama-
proses (in-process controls) lain serta validasi yang diperlukan dilakukan;
f) pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses,
pengemasan dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan
pengesahan pelulusan untuk distribusi. Penilaian hendaklah meliputi
semua faktor yang relevan termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian
dan/atau pengawasan-selama-proses, pengkajian dokumen produksi
termasuk pengemasan, pengkajian penyimpangan dari prosedur yang
telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi dan
pemeriksaan produk dalam kemasan akhir;
g) obat tidak dijual atau dipasok sebelum kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan
dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar
dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan
mutu dan pelulusan produk;
h) tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat
mungkin, produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa edar/simpan obat;
i) tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala
mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu;
j) pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan;
k) penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat;
l) tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada
mutu produk;
m) prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetujui; dan
n) evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi
proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.
C. CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB)
1.1 CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
spesifikasi produk.
CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu. Persyaratan dasar dari
CPOB adalah:
a) semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi
yang telah ditetapkan;
b) tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi;
c) tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk:
1) personil yang terkualifikasi dan terlatih;
2) bangunan dan sarana dengan luas yang memadai;
3) peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;
4) bahan, wadah dan label yang benar;
5) prosedur dan instruksi yang disetujui; dan
6) tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai.
d) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang
jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana
yang tersedia;
e) operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara
benar;
f) pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang
dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar
dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai
dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan
diinvestigasi;
g) catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran
riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam
bentuk yang mudah diakses;
h) penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap
mutu obat;
i) tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran;
j) keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan
pencegahan pengulangan kembali keluhan.
D. PENGAWASAN MUTU
1.1 Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum
diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual
atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan Mutu.
Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang
memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi
Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan.
Persyaratan dasar dari Pengawasan Mutu adalah bahwa:
a) sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan prosedur
yang disetujui tersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan
pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan
dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai
dengan tujuan CPOB;
b) pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang
disetujui oleh Pengawasan Mutu;
c) metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila perlu);
d) produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan
derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang
sesuai dan diberi label yang benar;
e) dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara formal
dinilai dan dibandingkan terhadap spesifikasi; dan
f) sampel pertinggal dari bahan awal dan produk jadi disimpan dalam
jumlah yang cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu. Sampel
produk jadi disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk kemasan yang
besar.
Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain, antara
lain menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan
mutu, mengevaluasi, mengawasi, dan menyimpan baku pembanding,
memastikan kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa
stabilitas dari zat aktif dan obat jadi dipantau, mengambil bagian dalam
investigasi keluhan yang terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil
bagian dalam pemantauan lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan jika perlu dicatat.
Personil Pengawasan Mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi
untuk melakukan pengambilan sampel dan investigasi bila diperlukan.
E. PENGKAJIAN MUTU PRODUK
1.1 Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua
obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan
konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas
dan obat jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang
diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala
biasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan
mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya dan hendaklah meliputi
paling sedikit :
a) kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk
produk, terutama yang dipasok dari sumber baru;
b) kajian terhadap pengawasan-selamaproses yang kritis dan hasil pengujian
obat jadi;
c) kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifiksasi yang
ditetapkan dan investigasi yang dilakukan;
d) kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang
signifikan, dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan;
e) kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau
metode analisis;
f) kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen
registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk
ekspor;
g) kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang
tidak diinginkan;
h) kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat
yang terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah
dilakukan;
i) kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau
peralatan yang sebelumnya;
j) kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang
baru mendapatkan persetujuan pendaftaran dan obat dengan persetujuan
pendaftaran variasi;
k) status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata
udara (HVAC), air, gas bertekanan, dan lain lain; dan
l) kajian terhadap Kesepakatan Teknis untuk memastikan selalu up to date.

Industri farmasi dan pemegang izin edar, bila berbeda, hendaklah melakukan
evaluasi terhadap hasil kajian, dan suatu penilaian hendaklah dibuat untuk
menentukan apakah tindakan perbaikan dan pencegahan ataupun validasi ulang
harus dilakukan. Alasan tindakan perbaikan hendaklah didokumentasikan.
Tindakan pencegahan dan perbaikan yang telah disetujui hendaklah diselesaikan
secara efektif dan tepat waktu. Hendaklah tersedia prosedur manajemen untuk
manajemen yang sedang berlangsung dan pengkajian aktivitas serta efektivitas
prosedur tersebut yang diverifikasi pada saat inspeksi diri. Bila dapat dibenarkan
secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk, misal
sediaan padat, sediaan cair, produk steril, dan lain-lain.

Bila pemilik persetujuan pendaftaran bukan industri farmasi, maka perlu ada
suatu Kesepakatan Teknis dari semua pihak terkait yang menjabarkan siapa yang
bertanggung jawab untuk melakukan kajian mutu. Kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu), yang bertanggung jawab untuk melakukan sertifikasi
bets, bersama dengan pemilik persetujuan pendaftaran hendaklah memastikan
bahwa pengkajian mutu dilakukan tepat waktu dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM, (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: BPOM.

Peraturan BPOM, 2018, Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 34
Tahun 2018 Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, BPOM RI.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2009, Peraturan Pemerintah Nomor 51


Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia.

PT. Sejahtera Lestari Farma, 2018, Site Mater File PT. Sejahtera Lestari Farma,
Pasuruan : PT. Sejahtera Lestari Farma.

Narasimhan, S. L., dan McLeavy, D. W., 1985. Production Planning and


Inventory Control. 2nd Ed. USA: Allyn and Bacon.

Oden, H. W., Langenwalter, G. A., dan Lucier, R. A., 1998. Handbook of


Material & Capacity Requirements Planning. USA: The McGraw-Hill, Inc.

Badan POM. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI. Halaman 1-85.
Badan POM. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat
Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Halaman 1100.

Anda mungkin juga menyukai