Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia telah mengenal tanaman-tanaman yang

mempunyai khasiat untuk mengobati atau menyembuhkan berbagai

macam penyakit sejak zaman dahulu. Salah satu tanaman yang digunakan

sebagai tanaman obat adalah pinang. Pohon pinang banyak tumbuh di

daerah seluruh Indonesia termasuk di Papua. Masyarakat papua gemar

mengunyah pinang karena dipercaya pinang dapat memperkuat gigi dan

gusi.

Biji pinang dapat dimanfaatkan sebagai antiseptik karena memiliki

kandungan senyawa tannin. Selain itu biji pinang memiliki kandungan

kimia seperti senyawa alkaloid dan flavonoid yang memiliki aktivitas

menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus Mutans yang merupakan

penyebab timbulnya plak pada gigi dan bau mulut (Yulineri, 2005).

Penggunaan pinang yang masih sederhana seperti menggunakan air

rebusan biji pinang dan menggunakannya sebagai obat kumur sangat tidak

praktis sehingga perlu dibuat sediaan yang lebih praktis salah satunya

adalah sediaan gargarisma.

Gargarisma/obat kumur adalah sediaan berupa larutan, umumnya

dalam larutan pekat yang harus diencerkan terlebih dahulu, dimaksudkan

1
2

untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan

(DepKes, 1979).

Propilenglikol atau propane-1,2-diol adalah salah satu jenis pelarut

atau kosolven yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu

obat dalam formulasi sediaan cair, semi padat dan semi transdermal.

Propilenglikol juga dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba,

disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin dan kosolven

yang dapat bercampur dengan air (Rowe et al., 2009). Pada penelitian

ini, penggunaan propilenglikol dalam pembuatan sediaan gargarisma

bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi kadar propilenglikol

terhadap stabilitas gargarisma.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana stabilitas fisik sediaan gargarisma

ekstrak biji pinang dengan variasi kadar propilenglikol.

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji stabilitas fisik sediaan

gargarisma ekstrak biji pinang dengan variasi kadar propilenglikol.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk menguji stabilitas sediaan fisik sediaan gargarisma ekstrak

biji pinang dengan konsentrasi propilenglikol 5%.


3

2. Untuk menguji stabilitas fisik sediaan gargarisma ekstrak biji

pinang dengan konsentrasi propilenglikol 10%.

3. Untuk menguji stabilitas fisik sediaan gargarisma ekstrak biji

pinang dengan konsentrasi propilenglikol 15%.

4. Untuk menguji stabilitas fisik sediaan gargarisma ekstrak biji

pinang dengan konsentrasi propilenglikol 20%.

5. Untuk menguji stabilitas fisik sediaan gargarisma ekstrak biji

pinang dengan konsentrasi propilenglikol 25%.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk Institusi

a. Sebagai masukkan dan sumber informasi bagi institusi dan dapat

digunakan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan pada sediaan

farmasi dan dapat menjadi bekal dalam melakukan formulasi

b. Memberikan motivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut

untuk mengetahui jenis sediaan farmasi yang paling tepat untuk

ekstrak biji pinang.

2. Manfaat untuk Masyarakat

a. Memberikan informasi tentang formula pembuatan sediaan

gargarisma ekstrak biji pinang dengan variasi kadar propilenglikol

b. Memberikan informasi uji stabilitas sediaan gargarisma ekstrak biji

pinang dengan variasi kadar propilenglikol


4

3. Manfaat untuk Penulis

Sebagai penambah wawasan dan meningkatkan kemampuan dalam

pembuatan sediaan farmasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pinang (Arecha Catechu Linn.)

1. Klasifikasi

Divisi : Plantae

Kelas : Monokotil

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae atau Palmae (Palem-paleman)

Genus : Areca

Spesies : Areca catechu

Gambar 1. Buah Pinang (Arecha catechu L.) Gambar 2. Biji Pinang (Arecha catechu L.)

2. Morfologi

Pinang biasanya ditanam di pekarangan, taman, atau

dibudidayakan. Tanaman ini kadang tumbuh liar di tepi sungai dan

tempat lain dan dapat ditemukan dari 1-14000 m diatas permukaan

laut. Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10-30 m,

diameter 15-20 cm, tidak bercabang, dengan bekas daun yang

lepas. Daun majemuk menyirip, tumbuh berkumpul di ujung

5
6

batang membentuk roset batang, dan panjang helaian daun 1-1,8 m.

pelepah daun berbentuk tabung, panjang sekitar 80 cm, dan tangkai

daun pendek. Helai anak daun mempunyai 85 cm, lebar 5cm,

dengan ujung sobek dan bergigi. Tongkol bunga dengan seludang

panjang yang mudah rontok, keluar dari roset daun, panjang sekitar

75cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. Ada satu bunga

betina pada pangkal, diatasnya banyak bunga jantan tersusun dalam

dua baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm,

berwarna putih kuning, dan benang sari 6. Bunga betina panjang

sekitar 1,5 cm, hijau, bakal beruang satu. Buah bentuk buni, bulat

telur sunsang memanjang, panjang 3-5,7 cm, dinding buah

bersabut, warna merah jingga jika masak. Biji satu, berbentuk

seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak

datar, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan

sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala

dengan warna yang lebih muda (Daliamartha, 2009).

3. Kandungan

Komponen utama biji pinang adalah karbohidrat, lemak,

serat, polifenol yang meliputi flavonoid dan tanin, alkaloid dan

mineral. Kandungan alkaloid dalam biji sebesar 0,3-0,7% yang

bekerja kolinergik, seperti arecolin, arecoidin, arecain, guvacolin,

guvacin, homoarecolin, dan soguvacin, selain itu mengandung

tannin terkondensasi 15%, areca red lemak 14% (palmitic, oleic,


7

linoleic, palmitoleic, stearic, caproic, caprylic, lauric, dan miristic

acid), saponin (diosgenin), steroid (kriptogenin), asam amino,

choline, catechin. Biji segar mengandung sekitar 50% lebih banyak

alkaloid dibandingkan biji yang telah diproses (Dalimartha, 2009).

4. Manfaat

Buah pinang sudah tidak diragukan lagi akan manfaatnya

yang menjadi salah satu buah yang fenomenal karena khasiatnya

yang beragam. Menurut Murhawi (2009) manfaat dan khasiat buah

pinang untuk kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Keluar darah berlebihan

Air rebusan biji pinang juga digunakan untuk mengatasi

penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah

(mimisan), koreng, bisul, kudis dan mencret

b. Sakit pinggang

Ambil beberapa lembar daun pinang, tumbuk daun tersebut dan

hangatkan, daun pinang yang telah ditumbuk dikompreskan di

tempat yang sakit.

c. Difteri

Siapkan dua biji pinang kemudian rebus dalam dua gelas air,

tunggu sampai tersisa menjadi 1 1⁄ gelas, tambahkan satu


2

sendok makan madu dan aduk rata, minum perlahan-lahan untuk

menyembuhkan difteri.
8

d. Mengecilkan rahim

Biji pinang muda digunakan kaum wanita untuk mengecilkan

rahim setelah melahirkan, caranya masak buah pinang muda lalu

airnya diminum hingga rahim kembali ke bentuk normal.

e. Obat cacingan

Siapkan seperempat potong buah pinang, setengah jari rimpang

temulawak dan setengah jari rimpang kunyit, semua bahan

tersebut direbus kemudian disaring, minum hasil saringan

tersebut untuk mengobati cacingan.

f. Menguatkan gigi dan gusi

Ambil beberapa biji buah pinang, iris menjadi beberapa bagian

kemudian kunyah irisan tersebut.

B. Gargarisma (obat kumur)

Definisi obat kumur (gargarisma/gargle) menurut Farmakope

Indonesia III adalah sediaan berupa larutan, umumnya pekat yang harus

diencerkan dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakan

sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan. Menurut

definisi yang lain, obat kumur adalah larutan yang biasanya mengandung

antiseptik, antibiotik, dan/atau anastesi digunakan untuk mengobati infeksi

tenggorokan dengan memaksa udara dari paru-paru keluar melewati

tenggorokan yang kemudian keluar berupa kumur. Banyak obat kumur

harus diencerkan dengan air sebelum digunakan. Meskipun obat kumur

dianggap sebagai kelas terpisah dari obat-obatan namun penggunaannya


9

bisa tanpa diencerkan dengan air (Remington, 2006). Selain bahan aktif

yang umumnya sebagai antibakteri, dalam formulasi obat kumur, bahan

tambahan lain yang digunakan adalah dapar, surfaktan, dan aroma

(Ahryudin, 2009).

Formula suatu gargarisma pada umumnya terdiri dari zat

berkhasiat, zat penyedap rasa, dan bau serta zat pembawa. Untuk

memberikan warna menarik kedalam suatu formula gargarisma biasanya

ditambahkan suatu pewarna. Warna yang umum digunakan adalah warna

kuning, merah, dan hijau. Zat berkhasiat yang digunakan antara lain :

fenol, kalium permanganate, povidon iodide, timol, eucalyptol, hexatidine,

metilsalisilat, menthol, chlorhexidinegloconat, benzalcolonium clorida,

cetyltridimiumclorida, hydrogen peroksida, domiphen bromide, dan

kadang kadang fluoride, enzim dan kalsium. Zat- zat yang berkhasiat

adstrigen misalnya (kalium klorat, seng klorida, tawas) atau zat-zat yang

berkhasiat anti jamur (misalnya asam salisilat, gentian violet). Sebagai

pewarna biasanya disesuaikan dengan aroma yang digunakan. Bahan-

bahan pada obat kumur antara lain; air, pemanis, seperti sorbitol dan

natrium sakarin, dan alcohol (sekitar 20%) (Chaerunissa et al., 2009).

Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh obat kumur antara lain

(Chaerunissa et al., 2009) :

1. Membasmi kuman yang menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan

mulut.

2. Tidak menyebabkan iritasi.


10

3. Tidak mengubah indera perasa.

4. Tidak mengganggu keseimbangan flora mulut.

5. Tidak meningkatkan resistensi mikroba.

6. Tidak menimbulkan noda pada gigi.

C. Stabilitas Gargarisma

1. Stabilitas

Stabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk

untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan, sifat dan karakteristiknya sama dengan

yang dimilikinya pada saat dibuat. Banyak faktor yang mempengaruhi

stabilitas, seperti stabilitas bahan aktif, interaksi antara bahan aktif dan

bahan tambahan, proses pembuatan, proses pengemasan, dan kondisi

lingkungan selama pengangkutan, penyimpanan, dan penanganan, dan

jangka waktu produk antara pembuatan hingga pemakaian (O’Donnel,

2006).

Menurut O’Donnel (2006) stabilitas obat dibagi menjadi stabilitas

secara kimia dan stabilitas secara fisika. Stabilitas fisika adalah

mengevaluasi perubahan sifat fisika dari suatu produk yang tergantung

waktu (periode penyimpanan). Evaluasi dari uji stabilitas fisik meliputi

: pemeriksaan organoleptik, homogenitas, pH, bobot jenis, viskositas,

sedimentasi, dan volume terpindahkan.


11

2. Pengujian stabilitas sediaan gargarisma

Uji stabiilitas sediaan gargarisma ekstrak etanol biji pinang

menggunakan beberapa jenis pengujian stabilitas fisik merupakan

persyaratan kelayakan sediaan gargarisma, yaitu :

a. Uji homogenitas

Adapun syarat sediaan yang baik adalah homogenya. Sediaan yang

homogenya bebas dari kontaminasi dan pertumbuhan mikroba.

Ketidakstabilan ditunjukan oleh kekeruhan atau endapan dalam

larutan (DepKes, 1995a).

b. Uji Organoleptik

Uji Organoleptik adalah cara mengukur, menilai atau menguji mutu

komoditas dengan menggunakan kepekaan alat indra manusia, yaitu

mata, hidung, mulut, dan ujung jari tangan. Uji organoleptik juga

disebut pengukuran subjektif karena didasarkan pada respon

subjektif manusia sebagai alat ukur (Febriana, 2006).

c. Uji Responden

Uji ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan konsumen

terhadap formulasi sediaan obat kumur yang telah dibuat dengan

cara pemberian kuesioner. Panelis diminta mengungkapkan

tanggapan pribadinya terhadap warna, rasa dan aroma dari sampel

obat kumur biji buah pinang (Areca catechu L.) yang diberikan.

Tanggapan tersebut dapat berupa tanggapan suka ataupun ke tidak

sukaan. Skala hedonic yang digunakan adalah 1-4, dimana angka


12

1 = sangat tidak suka, angka 2 = tidak suka, angka 3 = suka,

angka 4 = sangat suka. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis

dengan Uji Friedman (Febriana, 2006).

d. Uji pH sediaan

Pengujian pH gargarisma dilakukan dengan menjadikan pH tubuh

sebagai tolok ukur. Sediaan sebanyak 100 mL kemudian masukkan

kertas pH dalam sediaan tersebut. Setelah itu diangkat dan

dicocokkan dengan pH indicator (Pattianakotta, 2014).

e. Uji Viskositas

Uji sifat alir perlu dilakukan untuk mengetahui viskositas dari

gargarisma. Viskositas atau kekentalan adalah hambatan dorongan

relatih dua lapisan cairan yang berdekatan. Viskositas atau

kekentalan merupakan fungsi suhu, umumnya makin tinggi suhu

kekentalan makin turun (DepKes, 1979).

f. Uji Bobot Jenis

Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan didasarkan

pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25o terhadapa bobot

air dengan volume dan suhu yang sama (DepKes, 1995b ).

g. Uji Volume Terpindahkan

Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa larutan oral dan

suspense yang dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume

yang tertera pada etiket tidak lebih dari 250 ml, yang tersedia dalam

bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk
13

padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume

yang ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan

volume sediaan seperti yang tertera pada etiket (DepKes, 1995b).

h. Uji sedimentasi

Uji sedimentasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kecepatan

laju sedimen (endapan). Uji sedimentasi dilakukan dengan cara

memasukan larutan obat kumur kedalam tabung reaksi. Setiap

tabung reaksi berisi 5 ml larutan yang akan di uji dengan tiga

kali replikasi. Sehingga dibutuhkan 15 buah tabung reaksi untuk

uji selama 21 hari. Setiap pengamatan di ukur volume sedimen

yang terjadi dengan menggunakan kertas mili meter blok

(Chasanah, 2010).

D. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat

larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.

Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan

ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Dengan

diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah

pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Dirjen POM, 2000).
14

Pembagian metode ekstraksi menurut Dirjen POM (2000) dibagi

menjadi dua yaitu :

1. Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka

larutan terpekat didesak keluar.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara,

tahap perkolasi sebenarnya terusmenerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara

maserasi karena:

1) Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan

yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah,

sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

2) Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran

tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler


15

tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan

batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

2. Cara Panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

b. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu

baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga

terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan

adanya pendingin balik.

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara

umum dilakukan pada temperatur 40-50 0C.

d. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk

menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan

nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90 0C selama 15 menit.

e. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur

sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-100 0C.
16

E. Monografi Bahan

1. Propilenglikol

Propilenglikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul

C3H8O2 dan berat molekul 76,10. Propilen glikol berupa cairan kental,

jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan

higroskopik. Propilenglikol dapat campur dengan air, dengan etanol

(95%) P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat

campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak

(DepKes RI, 1979).

Propilenglikol dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba,

disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin dan kosolven

yang dapat bercampur dengan air. Sebagai pelarut atau kosolven,

propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol,

10-25% larutan oral, 10-60% larutan parenteral dan 0-80% larutan

topikal. Propilenglikol digunakan secara luas dalam formulasi sediaan

farmasi, industri makanan maupun kosmetik, dan dapat dikatakan

relatif non toksik. Dalam formulasi atau teknologi farmasi,

propilenglikol secara luas digunakan sebagai pelarut, pengekstrak dan

pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi parenteral dan non

parenteral. Propilenglikol merupakan pelarut yang baik dan dapat

melarutkan berbagai macam senyawa, seperti kortikosteroid, fenol,

obat-obat sulfa, barbiturat, vitamin (A dan D), kebanyakan alkaloid

dan berbagai anastetik lokal (Rowe et al., 2009).


17

Gambar 3. Struktur Propilenglikol

2. Na. Benzoat

Pemerian : butiran atau serbuk hablur putih tidak berbau atau

hamper tidak berbau. Kelarutan larut dalam 2 bagian air dan 90

bagian etanol 95% (DepKes, 1979). Natrium benzoat digunakan

terutama sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik makanan, dan

farmasi. Hal ini digunakan dalam konsentrasi 0,02-0,5% pada obat-

obatan oral, 0,5% pada produk parenteral, dan 0,1-0,5% dalam

kosmetik. Kegunaan natrium benzoat sebagai pengawet yang dibatasi

oleh keefektifitannya rentang pH yang sempit (Rowe et al., 2009).

Gambar 4. Struktur Na.Benzoat

3. Mentol

Pemerian : mentol merupakan campuran dari bagian yang sama dari

(1R, 2S, 5R) - dan (1S, 2R, 5S)-isomer mentol. merupakan kristal

mengkilap yang mengalir bebas, diaglomerasi kristal bubuk, tidak

berwarna, prismatik, acicular, massa heksagonal, bau khas dan rasa

yang kuat dan rasa (Rowe et al., 2009). Kelarutan : Sukar larut dalam

air , sangat mudah larut dalam etanol (95%) (DepKes, 1979).


18

Mentol secara luas digunakan dalam obat-obatan, gula dan

produk perlengkapan mandi sebagai agen penyedap atau pengharum.

Sebagai tambahan untuk rasa peppermint, karakteristik mentol yang

terjadi secara alami, juga memberikan sebuah pendingin atau sensasi

yang menyegarkan yang dimanfaatkan dalam berbagai produk topical

(Rowe et al., 2009).

Gambar 5. Struktur Menthol

4. Oleum Menthae

Pemerian : cairan tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan,

aromatic, rasa pedas dan hangat, kemudian dingin. Oleum menthae larut

dalam 4 bagian volume etanol (70%)P (DepKes, 1979). Kegunaan

oleum menthae dalam gargarisma adalah sebagai zat penambah aroma.


19

F. Kerangka Teori

Biji Pinang (Arecha


catechu Linn.)

Simplisia Biji Pinang (Arecha


catechu Linn.)

Ekstraksi Soxhletasi

Pembuatan Gargarisma Ekstrak


Biji Pinang (Arecha catechu Linn.)

Pengujian stabilitas fisik sediaan gargarisma


ekstrak biji pinang (Arecha catechu Linn.)

Uji Uji Uji pH Uji Responden Uji Volume Uji Sedimentasi


Organoleptik Homogenitas Terpindahkan

Kualitas stabilitas sediaan


gargarisma ekstrak biji pinang
(Arecha catechu Linn.)

Stabil Tidak stabil

Gambar 6. Skema Pembuatan sediaan Obat Kumur dan evaluasi sediaan


20

G. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Gargarisma ekstrak Uji stabilitas fisik


biji pinang (Arecha gargarisma ekstrak biji
catechu Linn.) pinang (Arecha
Catechu Linn.)

Gambar 7. Kerangka Konsep


21

H. Definisi Operasional

Instrumen Penelitian
Variabel Definisi & cara ukur Hasil ukur Skala
Data
1. Gargarisma Adalah sediaan Inst : Pengamatan Gargarisma
ekstrak biji cair yang Cara : Dilakukan Arecha
pinang mengandung berdasarkan prosedur Catechu Linn.
(Arecha ekstrak Arecha pembuatan dengan variasi Nominal
Catechu Catechu Linn. kadar
Linn.) Dengan variasi Propilenglikol
kadar (5%, 10%,
Propilenglikol 15%, 20%,
25%)
2. Uji mutu Adalah kestabilan Inst : uji laboratorium
stabilitas gargarisma Arecha Cara : 1. Warna, bau, 1. Nominal
fisik Catechu Linn. 1. Uji organoleptik rasa, bentuk
berdasarkan uji 2. Homogen 2. Nominal
organoleptik, uji 2. Uji homogenitas dan tidak
homogenitas, uji homogen
viskositas, uji 3. Uji Responden 3. 1 = Sangat 3. Ordinal
bobot jenis, uji Tidak Suka
volume tuang dan 2 = Tidak
uji Ph Suka
3 = Suka
4 = Sangat
Suka

4. Uji volume 4. Tidak boleh 4. Ratio


terpindahkan lebih dari
95% wadah
etiket.

5. Uji pH 5. 4,5 – 10 5. Interval


6. Uji Sedimentasi 6. 0 ml 6. Ratio

Gambar 8. Definisi Operasional


22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian eksperimenal laboratorium untuk membuat, menguji dan

mengamati stabilitas fisik sediaan gargarisma ekstrak biji pinang (Arecha

Catechu L.) dengan penambahan kosolven yaitu Propilenglikol.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2016. Penelitian ini

dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes

Jayapura.

C. Obyek Penelitian

a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah buah pinang (Arecha catechu L.) yang
diambil di daerah Arso, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi, sehingga sampel

dalam penelitian ini adalah biji pinang (Arecha catechu L.).

D. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Batang Pengaduk Kaca

b. Beker gelas 100 ml, 600 ml

c. Corong Kaca
23

d. Gelas ukur 50 ml, 100 ml, 200 ml

e. Kertas Saring

f. pH universal

g. Pisau

h. Rangkaian Alat Sohkletasi

i. Sendok Tanduk

j. Tabung Reaksi

k. Timbangan Digital (gram)

l. Wadah Sediaan

m. Waterbath

2. Bahan

a. Aqua Destilata

b. Biji Arecha catechu L.

c. Etanol 96%

d. Menthol

e. Na. Benzoat

f. Oleum Menthae

g. Propilenglikol

E. Langkah Kerja

1. Pembuatan ekstrak Arecha catechu L.

Biji buah pinang (Arecha catechu L.) di pisahkan dari kulitnya,

kemudian di potong kecil-kecil, lalu dikeringkan. Simplisia yang

telah kering diserbukan kemudian diayak. Sebanyak 100 gram


24

serbuk biji buah pinang (Arecha catechu L.) ditimbang, kemudian

di bungkus menggunakan kertas saring yang dijahit dengan benang.

Selanjutnya kertas saring yang berisi biji buah pinang

(Arecha catechu L.) diekstrak dengan alat Soxhlet menggunakan

etanol 96% sebanyak 2,5 sirkulasi . Dilakukan ekstraksi hingga

mencapai 6 sirkulasi. Ekstrak etanol cair yang di dapat dikentalkan

dengan rotary evaporator (Melyanto dan Ratna, 2008) hingga

mendapatkan ekstrak kental kemudian ekstrak kental dikeringkan

hingga mendapatkan ekstrak kering sebanyak 10,58 gram dalam sekali

proses soxhlet.

2. Formulasi sediaan

a. Formulasi sediaan Gargarisma ekstrak biji pinang

Formulasi sediaan obat kumur mengandung ekstrak biji buah

pinang (Arecha catechu L.) sebagai zat aktif (antimikroba).

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Melyanto

(2008), menyebutkan bahwa ekstrak biji buah pinang (Arecha

catechu L.) mengandung alkaloid dan flavonoid. Alkaloid

memiliki aktivitas antioksidan, sedangkan flavonoid mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang

merupakan penyebab timbulnya plak dan bau mulut. Oleh karena itu

supaya penggunaan ekstrak biji buah pinang (Arecha catechu L.)

menjadi efektif dan efisien, maka dibuat sediaan modern dalam

bentuk gargarisma (obat kumur) dengan rancangan formulasi


25

seperti di bawah ini. Formulasi sediaan gargarisma (obat kumur)

yang digunakan mengacu pada penelitian Wenetu (2011) sebagai

berikut :

Biji buah Pinang 0,44 g


Manitol 1g
Larutan Tween 80 1,5%
Na. benzoat 0,1%
Mentol 0,05%
Aqua dest ad 200ml

Berdasarkan formulasi di atas, dilakukan modifikasi formulasi

gargarisma ekstrak biji buah pinang (Arecha catechu L.) dengan

mengganti tween 80 dengan propylenglycol. Pertama tentukan

terlebih dahulu jumlah konsentrasi propilenglikol yang digunakan

dalam formulasi, setelah itu jumlah konsentrasi propilenglikol yang

didapat dimasukkan ke dalam formula. Pada penelitian ini dibuat

lima formulasi gargarisma dengan tiga kali replikasi atau

pengulangan (lampiran 8).


26

Tabel 1. Formulasi Sediaan gargarisma (obat kumur) ekstrak biji buah pinang
(Arecha Catechu L).
Bahan Formulasi I Formulasi II Formulasi III Formulasi IV Formulasi V

Ekstrak Biji buah 0,44 g 0,44 g 0,44 g 0,44 g 0,44 g

pinang

Propilenglycol 5 % v/v 10 % v/v 15 % v/v 20 % v/v 25 % v/v

Na.Benzoat 0,1 % b/v 0,1 % b/v 0,1% b/v 0,1 % b/v 0,1 % b/v

Ol.menthae qs qs qs qs qs

Mentol 0,05 % b/v 0,05 % b/v 0,05 % b/v 0,05 % b/v 0,05 % b/v

Aquadest ad 200 ml ad 200 ml ad 200 ml ad 200 ml ad 200 ml

Proses pembuatan gargarisma ekstrak biji pinang

(Arecha Catechu L.) dengan Propilenglikol adalah sebagai berikut:

1) Disiapkan alat dan bahan

2) Dilakukan kalibrasi botol ad 200 ml

3) Ditimbang masing-masing bahan yang akan digunakan

4) Dimasukkan Propilenglikol ke dalam Gelas Beker

5) Dimasukkan ekstrak biji pinang (Arecha Catechu L.) ke dalam

Gelas Beker, diaduk hingga homogen

6) Dimasukkan menthol yang telah dilarutkan dengan air ke

dalam Gelas Beker, diaduk hingga homogen

7) Dimasukkan Na.Benzoat yang telah dilarutkan dengan air ke

dalam Gelas Beker diaduk, lalu disaring ke dalam botol

8) Ditambahkan oleum menthae

9) Lalu dicukupkan dengan aquadest hingga 200 ml


27

10) Lalu ditutup botol dan dilakukan evaluasi

F. Instrumen Penelitan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan uji laboratorium yang meliputi uji stabilitas fisik gargarisma

dengan proses penyimpanan selama 21 hari. Uji fisik gargarisma ini terdiri

dari :

1. Uji Organoleptis

Pada uji organoleptis dilakukan dengan cara mengamati secara

langsung sediaan obat kumur selama 21 hari. Bagian yang diamati

meliputi warna, bentuk, rasa dan aroma dari sediaan obat kumur.

2. Uji Responden

Uji ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan konsumen terhadap

formulasi sediaan obat kumur yang telah dibuat dengan cara

pemberian kuesioner. Panelis diminta mengungkapkan tanggapan

pribadinya terhadap warna, rasa dan aroma dari sampel obat kumur biji

buah pinang (Areca catechu L.) yang diberikan. Tanggapan tersebut

dapat berupa tanggapan suka ataupun ke tidak sukaan. Skala hedonic

yang digunakan adalah 1- 4, dimana angka 1 = sangat tidak suka,

angka 2 = tidak suka, angka 3 = suka, angka 4 = sangat suka. Data

yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis dengan Uji Friedman

(Lampiran 12)
28

3. Uji homogenitas

Uji homogenitas ini dilakukan dengan cara, masukkan 50 ml sediaan

gargarisma ekstrak biji pinang di dalam wadah. Selanjutnya wadah

ditutup dan digojok, kemudian diamati apakah sediaan tercampur

(homogen) atau tidak. Sediaan dikatakan homogen jika tidak ada

endapan atau bebas dari partikel-partikel.

4. Uji pH

Tingkat keasaman atau pH diukur dengan menggunakan pH universal.

Dimasukkan kertas pH kedalam sediaan, kemudian diangkat dan

cocokan warna yang didapat dengan pH indikator.

5. Uji Volume Terpindahkan

Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering

terpisah secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung

udara pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30

menit. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari larutan:

tida boleh ada volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang

dinyatakan pada etiket.

6. Uji Sedimentasi

Uji sedimentasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kecepatan laju

sedimen (endapan). Uji sedimentasi dilakukan dengan cara

memasukan larutan obat kumur kedalam tabung reaksi. Setiap

tabung reaksi berisi 5 ml larutan yang akan di uji dengan tiga

kali replikasi. Sehingga dibutuhkan 15 buah tabung reaksi untuk


29

uji selama 21 hari. Setiap pengamatan di ukur volume sedimen

yang terjadi dengan menggunakan kertas mili meter blok.

G. Sumber dan Cara Pengambilan data

Cara pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara

pengumpulan primer. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan

melakukan pengujian stabilitas fisik larutan dengan penyimpanan

gargarisma selama 21 hari. Stabilitas gargarisma dilihat dari Organoleptik

(Bau, rasa, warna, dan bentuk), pH, homogenitas, sedimentasi dan volume

terpindahkan.

H. Analis Data

Analisis data diperoleh dari pengujian berbagai parameter tersebut

dapat dilakukan dengan cara :

1. Pendekatan Teoritis

Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan terhadap parameter

dari Farmakope Indonesia dan dari pustaka-pustaka acuan lain yang

membahas tentang gargarisma (obat kumur).

2. Pendekatan Deskriptif

Data hasil yang didapat dibuat dalam bentuk grafik penilaian secara

deskriptif untuk mengetahui formulasi gargarisma yang terbaik serta

uji responden yang dapat diterima dari beberapa variasi konsentrasi

propilenglikol dari formula sediaan gargarisma (obat kumur) ekstrak

biji buah pinang (Arecha Catechu L).


30

3. Pendekatan Statistik

Analisis data dengan menggunakan aplikasi SPSS dengan uji t-dua

sampel berpasangan dan uji friedman. Pengujian ini bertujuan untuk

melihat pengaruh variasi konsentrasi propilenglikol terhadap tingkat

kestabilan gargarisma ekstrak biji buah pinang (Arecha catechu L.).


31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Ekstrak Biji Buah Pinang (Arecha catechu L.)

Hasil ekstraksi didapatkan ekstrak cair yang berwarna merah tua.

Setelah mendapatkan esktrak etanol kemudian dipanaskan hingga di dapat

ektrak kering biji buah pinang (A.Catechu) dengan berat 10,58 gram dalam

satu kali proses soxletasi. Rendemen yang didapat dalam penelitian ini

10,58 %, artinya dalam 100 gram serbuk kering biji buah pinang

mengandun 10,58 % ekstrak kering.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Rendemen Ekstrak Biji Pinang


Jumlah Serbuk Biji Pinang Jumlah ekstrak kering yang di Rendemen

(gram) dapat (gram) (%)

100 10,58 10,58

B. Hasil Pembuatan Sediaan Obat Kumur Ekstrak Biji Pinang (A.Catechu)

1. Karakteristik Obat Kumur Ekstrak Biji Pinang (A.Catechu)

Karakteristik obat kumur ekstrak biji buah pinang yang diamati

meliputi uji organoleptik. Sediaan obat kumur diamati secara visual

meliputi rasa, bau, dan warna dan bentuk.

Gambar 9. Visualisasi obat kumur ekstrak biji buah pinang (A.Catechu L.)
32

Visualisasi yang diamati dalam obat kumur ekstrak biji buah pinang

(Areca catechu L.) pada gambar 9 meliputi warna, aroma, rasa, dan

bentuk. Berdasarkan hasil uji organoleptik dapat dilihat pada tabel

2, diketahui bahwa semua sampel obat kumur pada konsentrasi

Propilenglikol (5%, 10%, 15%, 20 %, dan 25 % ) memiliki warna yang

berbeda-beda. Formulasi I berwarna coklat kehitaman, Formulasi II

berwarna coklat kemerahan, Formulasi III dan IV berwarna merah

kekuningan dan Formulasi V berwarna orange kekuningan. Perbedaan

warna ini disebabkan oleh konsentrasi propilenglikol yang dimiliki oleh

kelima formula berbeda.

Tabel 3. Uji Organoleptik obat kumur pinang ekstrak biji buah pinang (Areca
catechu Linn.)
Formulasi Uji organoleptik Hari ke-1 Hari ke-21

F1 Warna Coklat Kehitaman Coklat Kehitaman

Aroma Menthol Menthol

Rasa Mint Mint

Bentuk Cair Cair

F2 Warna Coklat Coklat

Kemerahan Kemerahan

Aroma Menthol Menthol

Rasa Mint Mint

Bentuk Cair Cair

F3 Warna Merah Merah

Kekuningan Kekuningan

Aroma Menthol Menthol

Rasa Mint Mint


33

Bentuk Cair Cair

Merah Merah

F4 Warna Merah Merah

Kekuningan Kekuningan

Aroma Menthol Menthol

Rasa Mint Mint

Bentuk Cair Cair

F5 Warna Orang Orange

Kekuningan Kekuningan

Aroma Menthol Menthol

Rasa Mint Mint

Bentuk Cair Cair

Dari data diatas, kelima formulasi tidak mengalami perubahan

organoleptik (warna, rasa, aroma, dan bentuk). Ini dapat dilihat dari

hasil uji organoleptik hari ke-1 sama dengan hasil uji organoleptik hari

ke-21.

2. Rekapitulasi Hasil Uji Stabilitas Gargarisma Ekstrak Biji Pinang

a. Uji pH

Tabel 4. Hasil Pengukuran pH pada hari ke-1 dan ke-21


Formulasi Hari ke-1 Hari ke-21

Formulasi I 6,66 6,33

Formulasi II 6 6

Formulasi III 5,33 5,66

Formulasi IV 5,66 5,66

Formulasi V 6 6
34

Tujuan dari uji pH adalah untuk mengetahui apakah sediaan yang

dibuat sudah memenuhi standar pH yang telah ditetapkan. Secara

umum pH obat kumur berkisar antara 4,5-10. Tapi obat kumur

yang baik memiliki pH yang berkisar 5-6. Jika pH < dari 5 sediaan

terlalu asam dan akan menyebabkan semakin banyaknya

pertumbuhan bakteri dan jika pH > dari 6 maka sediaan terlalu

basa dan akan menyebabkan pertumbuhan jamur sehingga

mengakibatkan timbulnya sariawan (Novero, 2014). Salah satu

faktor yang dapat merubah pH sediaan adalah suhu. Suhu yang

tidak stabil dapat mempengaruhi pH dari sediaan itu. Dari tabel 4

dapat dilihat pH formulasi I dan III mengalami perubahan. Ini

dikarenakan suhu dalam ruang penyimpanan tidak stabil, selain itu

faktor cuaca yang berubah-ubah dapat mempengaruhi suhu dalam

ruang penyimpanan yang mengakibatkan perubahan pH obat

kumur. Sedangkan pH formulasi II, IV, dan V tidak mengalami

perubahan pH. Dari hasil uji pH kelima formulasi disimpulkan

bahwa kelima formulasi memenuhi standar pH yang baik untuk

obat kumur akan tetapi Formulasi II, IV, dan V dikatakan stabil

karena tidak terjadi perubahan pH selama penyimpanan.

Pada hasil analisis uji t-dua sampel berpasangan

dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai pH pada hari ke-

1 dengan hari ke- 21 memiliki nilai signifikansi 1,000


35

(signifikansi > 0,05) sehingga nilai tidak berbeda nyata.

(Lampiran 9).

b. Uji Homogenitas

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Obat Kumur pada hari ke-1 dan ke-21
Formula Hari ke -1 Hari ke-21

Formula I Homogen Tidak Homogen

Formula II Homogen Tidak Homogen

Formula III Homogen Tidak Homogen

Formula IV Homogen Tidak Homogen

Formula V Homogen Homogen

Berdasarkan tabel 5, hasil pengujian homogenitas formulasi obat

kumur ekstrak biji pinang pada hari ke-1 dan ke -21 terjadi

perubahan pada Formulasi I, II, III, dan IV yaitu tidak homogen

dikarenakan pada saat penyimpanan selama 21 hari sediaan

terbentuk endapan dan terdapat beberapa partikel-partikel yang tidak

tercampur. Sedangkan Formulasi V tidak mengalami perubahan

apapun. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Formulasi V

adalah Formulasi yang stabil dikarenakan tidak ada perubahan

selama penyimpanan.
36

c. Uji Volume Terpindahkan

Tabel 6. Hasil Uji Volume Terpindahkan hari ke-1 dan ke-21


Formulasi Hari ke-1 Persentase Hari ke-21 Persentase

(ml) Volume (%) (ml) volume (%)

Formulasi I 198,66 99,33 198,33 99,16

Formulasi II 198,33 99,16 198 99

Formulasi III 198,66 99,33 198 99

Formulasi IV 199 99,5 198,66 99,33

Formulasi V 198,33 99,16 198 98,83

Uji volume terpindahkan bertujuan untuk mengetahui jumlah

volume yang dipindahkan dari wadah asli sama dengan yang tertera

di etiket. Pada uji ini, semua formulasi obat kumur terjadi perubahan

persentasi volume pada hari ke-1 dan hari ke-21 dikarenakan saat

dilakukan penuangan kembali sampel kedalam botol sediaan dari

gelas ukur sebagian sampel masih tertinggal di dinding gelas ukur,

ini mengakibatkan berkurangnya volume sampel. Dari tabel diatas

dapat disimpulkan bahwa persentase volume yang ada masih

memenuhi syarat uji volume terpindahkan yaitu 95% dari wadah

etiket dan dapat disimpulkan kelima formulasi stabil selama

penyimpanan.

Pada hasil analisis uji t-dua sampel berpasangan dengan

taraf kepercayaan 95% diperoleh volume terpindahkan pada hari

ke-1 dengan hari ke-21 memiliki nilai signifikansi 0,060


37

(signifikansi > 0,05) sehingga nilai tidak berbeda nyata. (Lampiran

10)

d. Uji Sedimentasi

Sedimentasi suatu sediaan dipengaruhi oleh besar kecilnya

ukuran partikel. Semakin besar ukuran partikel dan kandungan zat

padat, maka laju sedimentasi akan semakin tinggi. Sebaliknya

semakin kecil ukuran partikel viskositas suatu larutan, semakin

tinggi sehingga kecepatan sedimentasi semakin kecil.

Gambar 10. Uji Sedimentasi Sediaan Obat Kumur

Hasil uji sedimentasi obat kumur ekstrak biji buah pinang (A.

catechu) selama penyimpanan (mulai hari ke-1 sampai hari ke-21).

Setelah dilakukan penyimpanan selama 21 hari formula I-IV telah

terbentuk sedimen hanya formulasi V yang sama sekali tidak

terbentuk sedimen.
38

Tabel 7. Hasil Uji Sedimentasi hari ke-1 dan ke-21


Formulasi Hari ke-1 (ml) Hari ke-21 (ml)

Formulasi I 0 1,66

Formulasi II 0 1,66

Formulasi III 0 1

Formulasi IV 0 1

Formulasi V 0 0

Dilihat dari tabel 7 penggunaan Propilenglikol menunjukkan

perbedaan sedimen yang terbentuk. Semakin tinggi kadar

Propilenglikol hasil yang didapat semakin baik serta sedimen

yang terbentuk semakin sedikit.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wenetu (2011),

obat kumur yang ideal adalah yang tidak terdapat sedimen (0 ml).

Dari tabel 7 dapat disimpulkan bahwa Formulasi V stabil karena

tidak terjadi perubahan atau terbentuknya sedimen.

Pada hasil analisis uji t-dua sampel berpasangan dengan

taraf kepercayaan 95% diperoleh sedimentasi pada hari ke-1

dengan hari ke-21 memiliki nilai signifikansi 0,008 (signifikansi

< 0,05) sehingga nilai berbeda nyata. (Lampiran 11)

e. Uji Kesukaan Responden

Sediaan obat kumur diamati secara visual meliputi warna,

aroma, rasa dan kejernihan.


39

1) Warna

Hasil uji responden tingkat kesukaan warna obat kumur

ekstrak biji buah pinang (A. catechu) yang dibuat, dapat dilihat

pada gambar 10 dibawah ini. Responden yang terlibat dalam

penilaian sediaan obat kumur biji buah pinang (A. catechu)

sebanyak 10 orang responden.

8
7
6
5
Sangat Tidak Suka
4
Tidak Suka
3
2 Suka
1 Sangat Suka
0
I II III IV V
Formulasi Obat Kumur

Gambar 11. Grafik Uji Penilaian Warna Oleh Responden

Grafik diatas menunjukkan bahwa formulasi IV sangat disukai

oleh responden dari sisi warna obat kumur yang dihasilkan

sedangkan Formulasi II tidak disukai dari 10 responden.

Hasil uji friedman menunjukkan bahwa, rating kesukaan

tertinggi ada pada obat kumur dengan konsentrasi propilenglikol

15% (3,35) sedangkan yang terendah pada konsentrasi propilenglikol

10% (2,65). Signifikasi (0,531) > α (0,05) sehingga H0 diterima. Jadi


40

tidak ada perbedaan tingkat kesukaan warna atas kelima formulasi

obat kumur biji pinang (Lampiran 13).

2) Aroma

Hasil uji responden tingkat kesukaan aroma obat kumur

ekstrak biji buah pinang (A. catechu) dapat dilihat gambar 11

dibawah ini. Responden yang digunakan sebanyak 10 orang

responden.

8
7
6
5 Sangat Tidak Suka
4
Tidak Suka
3
2 Suka
1 Sangat Suka
0
I II III IV V
Formulasi Obat Kumur

Gambar 12. Grafik Uji Penilaian Aroma Oleh Responden

Grafik diatas menunjukkan bahwa formulasi I dan IV sangat

disukai oleh responden dari sisi warna obat kumur yang dihasilkan

sedangkan Formulasi II tidak disukai dari 10 responden.

Hasil uji friedman menunjukkan bahwa, rating kesukaan tertinggi

ada pada obat kumur dengan konsentrasi propilenglikol 20% (3,40)

sedangkan yang terendah pada konsentrasi propilenglikol 10%

(2,75). Signifikasi (0,132) > α (0,05) sehingga H0 diterima. Jadi tidak


41

ada perbedaan tingkat kesukaan aroma atas kelima formulasi obat

kumur biji pinang (Lampiran 14)

3) Rasa

Hasil uji responden tingkat kesukaan rasa obat kumur ekstrak biji

buah pinang (A. catechu) dapat dilihat gambar 12 dibawah ini.

Responden yang digunakan sebanyak 10 orang responden.

7
6
5
4 Sangat Tidak Suka
3 Tidak Suka
2
Suka
1
0 Sangat Suka
I II III IV V
Formulasi Obat Kumur

Gambar 13. Grafik Uji Penilaian Rasa Oleh Responden

Grafik diatas menunjukkan bahwa formulasi I sangat disukai

oleh responden dari sisi rasa obat kumur yang dihasilkan sedangkan

Formulasi II tidak disukai dari 10 responden.

Hasil uji friedman menunjukkan bahwa, rating kesukaan tertinggi

ada pada obat kumur dengan konsentrasi propilenglikol 5% (3,40)

sedangkan yang terendah pada konsentrasi propilenglikol 25%

(2,40). Signifikasi (0,042) < α (0,05) sehingga H0 ditolak. Jadi ada

perbedaan tingkat kesukaan rasa atas kelima formulasi obat kumur

biji pinang (Lampiran 15)


42

4) Kejernihan

Hasil uji responden tingkat kesukaan kejernihan obat kumur

ekstrak biji buah pinang (A. catechu) dapat dilihat gambar 13

dibawah ini. Responden yang digunakan sebanyak 10 orang

responden.

10

6 Sangat Tidak Suka

4 Tidak Suka
Suka
2
Sangat Suka
0
I II III IV V
Formulasi Obat Kumur

Gambar 14. Grafik Uji Penilaian Kejernihan Oleh Responden

Grafik diatas menunjukkan bahwa formulasi 4 sangat disukai

oleh responden dari sisi rasa kejernihan kumur yang dihasilkan

sedangkan Formulasi I dan II tidak disukai dari 10 responden.

Hasil uji friedman menunjukkan bahwa, rating kesukaan tertinggi

ada pada obat kumur dengan konsentrasi propilenglikol 25% (3,80)

sedangkan yang terendah pada konsentrasi propilenglikol 10%

(2,25). Signifikasi (0,018) < α (0,05) sehingga H0 ditolak. Jadi ada

perbedaan tingkat kejernihan atas kelima formulasi obat kumur biji

pinang (Lampiran 16)


43

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengujian stabilitas fisik berupa uji pH, uji volume

terpindahkan dan uji sedimentasi, kelima formulasi memperoleh hasil yang

stabil selama penyimpanan tetapi dalam uji homogenitas hanya formulasi

V (konsentrasi propilenglikol 25%) yang mempunyai larutan yang

homogen. Sehingga dapat disimpulkan formulasi I, II, III dan IV stabil

dalam pengujian pH dan volume terpindahkan tetapi tidak stabil dalam uji

Homogenitas dan uji sedimentasi sedangkan Formulasi V stabil dalam

semua pengujian.

B. Saran

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan uji stabilitas

kimia sediaan gargarisma ekstrak biji pinang.

2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan pengkajian

ulang terhadap formulasi sediaan gargarisma ekstrak biji pinang

(Arecha catechu L. ) supaya mendapatkan sediaan gargarima yang lebih

stabil dalam setiap kondisi penyimpanan.

3. Pada penelitian selanjutnya juga diharapkan untuk melakukan uji

efektifitas bakteri sediaan gargarisma ekstrak biji pinang dengan

menggunakan konsentrasi propilenglikol 25 %


44

4. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk tidak membuat formulasi

sediaan obat kumur dengan menggunakan konsentrasi propilenglikol

dibawah 25 %.

Anda mungkin juga menyukai