FORMULASI PASTA GIGI BERBAHAN AKTIF EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM SEBAGAI
ANTIMIKROBA PENYEBAB RADANG GUSI (GINGIVITIS) DAN GIGI BERLUBANG
(CARIES)
Disusun Oleh :
TAHUN 2019/2020
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula sediaan pasta gigi berbahan aktif ekstrak sirih
hitam yang efektif membunuh mikroba penyebab radang gusi (gingivitis) dan gigi berlubang (caries).
Bahan aktif diperoleh dengan cara melakukan maserasi yang dilanjutkan dengan fraksinasi dari ekstrak
tersebut. Uji aktivitas antimikroba terhadap mikroorganisme Streptococcus mutans & Candida albican
menggunakan metode difusi, yang mana akan didapatkan konsentrasi efektif yang akan digunakan untuk
formulasi pasta gigi berbahan aktif sirih hitam. Dilanjutkan dengan uji efektivitas dan evaluasi sediaan
akhir berupa sediaan pasta gigi. Dari pengujian tersebut diperoleh konsentrasi 20% ekstrak fraksi n-
heksana daun sirih hitam mempunyai daya antimikroba paling besar terhadap Streptococcus mutans dan
Candida albican. Dan setelah dilakukan optimasi basis, didapatkan penggunaan basis PGA (Pulvis
Gummi Arabica)
Salah satu tumbuhan asli Indonesia yang dapat berfungsi sebagai obat tradisional adalah sirih
hitam. Sirih hitam merupakan salah satu spesies dari tanaman sirih yang banyak terdapat di Indonesia.
Spesies lainnya dari tanaman ini, yaitu sirih merah, sering digunakan masyarakat Indonesia untuk
berbagai pengobatan, salah satunya adalah untuk penyakit mulut seperti gingivitis dan karies gigi yang
disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang dominan menyebabkan berbagai penyakit mulut adalah spesies
Actinomyces, Streptococcus, Fusobacterium nucleatum, Bacteroides intermedius, dan berbagai variasi
spesies Bacteroides yang tidak berpigmen (Manson, 1993).
Ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 20% dengan pelarut aquadest sekalipun sudah memberikan
pengaruh pada pertambahan jumlah sel Candida albican dan mikroba. Melalui informasi tersebut dan
setelah dilakukan uji fitokimia, daun sirih hitam terbukti mengandung senyawa alkaloid, karatenoid,
senyawa fenolik, flavanoid, saponin, tanin, steroid, dan triterpenoid. Senyawa kimia yang berfungsi
sebagai antimikroba dalam hal ini adalah tanin, senyawa fenolik, saponin, flavanoid, alkaloid, dan steroid
(Lemmens, 1999). Antimikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh
mikroorganisme hidup. Setelah dilakukan uji antimikroba, ekstrak daun sirih hitam terbukti mempunyai
kemampuan dalam menghambat pertumbuhan mikroba uji Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus,
Candida albicans dan Candida utilis.
Ekstrak etanol daun Piper betle diketahui mempunyai efek antiinflamasi yang sebagian dimediasi
dengan menekan produksi NO, sehingga mengakibatkan penghambatan pelepasan mediator inflamasi.
Aktivitas antiinflamasi pada daun sirih karena kandungan fenoliknya yang tinggi (Ganguly et al., 2007).
Ektrak etanol daun sirih juga memiliki aktivitas penghambatan terhadap bakteri atau antibakteri
(Suliantari, 2008). Ektrak metanol sirih mengandung sterol, fenol dan flavonoid dengan konsentrasi
tinggi, begitu juga dengan tanin. Diketahui pula bahwa ekstrak sirih dengan metode salivary extraction
memiliki aktivitas antibakteri serta antikoagulan yang berasal dari kandungan hydroxychavicol
(Jesonbabu, 2012). Dalam praktikum fitofarmasi kali ini, dibuat infusa dari daun sirih. Daun sirih dibuat
dalam sediaan infusa karena bahan aktif dalam sirih sendiri mudah terekstraksi dalam pelarut polar seperti
air. Dan hanya dengan pelarut polar sederhana seperti air senyawa aktif tersebut sudah dapat memberikan
aktivitas yang cukup baik serta pelarut yang digunakan tidak toksik dan diterima oleh semua kalangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledoneae
Ordo Piperales
Family Piperaceae
Spesies Piper betle L.
Kandungan kimia utama yang memberikan ciri khas daun sirih adalah minyak atsiri. Selain
minyak atsiri, senyawa lain yang menentukan mutu daun sirih adalah vitamin, asam organik,
asam amino, gula, tannin, lemak, pati dan karbohidrat. Komposisi minyak atsiri terdiri dari
senyawa fenol, turunan fenol propenil (sampai 60%). Komponen utamanya eugenol (sampai
42,5%), karvakrol, chavikol, kavibetol, alilpirokatekol, kavibetol asetat, alilpirokatekol asetat,
sinoel, estragol, eugenol, metileter, ρ-simen, karyofilen, kadinen dan senyawa seskuiterpen
(Darwis, 1992). Daun sirih mempunyai khasiat sebagai obat batuk, bisul, obat sakit mata, obat
sariawan dan obat hidung berdarah (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Khasiat daun sirih ini selain sebagai stypic (penahan darah) dan vulnerary (obat luka pada
kulit) ,antioksidan, antiseptik, fungisida bahkan sebagai bakterisidal. Hal ini juga dikatakan oleh
Widarto (1990) bahwa daun sirih mengandung minyak atsiri yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba. Minyak atsiri dan ekstrak daun sirih mempunyai aktivitas terhadap
beberapa bakteri gram positif dan gram negatif (Darwis, 1992).
Sebagai obat, seduhan daun sirih dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan bau mulut,
menghentikan pendarahan gusi, menciutkan pembuluh darah serta sebagai obat batuk. Daun sirih
yang masih segar dapat dipergunakan untuk mencuci mata. Demikian pula dengan penyakit kulit,
wasir, keringat bau, sakit gigi, asma dan produksi air susu ibu yang berlebihan dapat dicegah dan
disembuhkan dengan daun sirih (Dharma, 1985)
2. Metode Penelitian
Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penelitian:
1. Mendapatkan bahan aktif yang berupa ekstrak dengan cara maserasi yang dilanjutkan
dengan fraksinasi.
2. Identifikasi metabolit sekunder ekstrak kasar dan variasi fraksi dengan standar prosedur
(Trease, 1989).
3. Uji aktivitas antimikroba terh adap mikroorganisme Streptococcus mutans & Candida
albican menggunakan metode difusi, yang mana akan didapatkan konsentrasi efektif yang
akan digunakan untuk formulasi pasta gigi berbahan aktif sirih hitam.
4. Optimasi basis pasta gigi dengan variasi komposisi dengan menggunakan basis PGA
(Pulvis Gummi Arabica)
5. Formulasi pasta gigi dengan variasi konsentrasi ekstrak dengan menggunakan
eksipien/zat tambahan yang kompatibel dengan zat aktif berdasarkan studi literatur.
3. Metode Ekstraksi
Dalam beberapa referensi di jurnal yang ditemukan, metode ekstraksi pada daun sirih
menggunakan maserasi misanya , Daun sirih dicuci, dipotong-potong dan dikeringkan dalam
oven suhu 40-45ºC selama 12 jam sambil sesekali dibolak-balik dan ditutup kain hitam agar
kekeringan dan terjadi secara merata. Daun yang kering kemudian diblender untuk memperluas
permukaan sehingga ekstraksi menjadi efisien. Ekstraksi dipilih secara dingin yaitu maserasi
menggunakan etanol 96% selama rentang waktu (24-72 jam).
Adapun kelemahan dan maserasi ini yaitu membutuhkan waktu yang lama hingga
beberapa hari. Sedangkan pada metode ekstraksi yang kita gunakan untuk membuat sediaan
infusa cair ini adalah infudasi. Dimana, infudasi merupakan proses penyarian yang pada
umumnya untuk menyari kandungan zat aktif yang ada pada sediaan tanaman yang larut dalam
air. Penyarian adalah peristiwa memindahkan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel
ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari (Anonim, 1986).
Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih berdasarkan kemampuannya
dalam melarutkan jumlah maksimal zat aktif dan seminimal mungkin zat yang tidak digunakan
(Ansel, 1989). Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air
pada suhu 90ºC selama 15 menit. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil
dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.
Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24
jam. Infusa dibuat dengan membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air dua kali bobot
bahannya. Penyaringannya dilakukan pada saat cairan masih panas dengan kain flanel, kecuali
bahan yang mudah menguap (Anonim, 1986). Beberapa kelebihan air dipertimbangkan sebagai
penyari karena murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah terbakar, tidak beracun serta
alamiah.
4. Metode Analisa
6. Evaluasi sediaan
BAB III
METODE
1. Metode Ekstraksi
Pengolahan bahan aktif yaitu sirih hitam segar yaitu dengan menggunakan metode
maserasi. Dimana, pada penelitian ini pembuatan ekstrak daun sirih hitam dilakukan dengan cara
direndam dengan menggunakan pelarut organik (etanol) selama 2 x 24 jam. Setelah didapatkan
ekstrak kasar etanol daun sirih hitam kemudian dilakukan pengelompokan senyawa berdasarkan
tingkat kepolaran. Pelarut yang digunakan yaitu n-heksana, etil asetat, dan n-butanol. Tetapi
dikarenakan ekstrak yang didapatkan dari fraksi n-butanol tidak mencukupi untuk pengujian,
maka fraksi yang digunakan hanya fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat.