Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASI

FORMULASI PASTA GIGI BERBAHAN AKTIF EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM SEBAGAI
ANTIMIKROBA PENYEBAB RADANG GUSI (GINGIVITIS) DAN GIGI BERLUBANG
(CARIES)

Disusun Oleh :

Ana Atika Surur 18040011

Anzalna Auliya P F 18040013

Aprillia Permata S 18040014

PROGRAM STUDI SI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL

TAHUN 2019/2020

Jl.dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536


E_mail : jstikesdr.soebandi@yahoo.comLaman: www.stikesdrsoebandi.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula sediaan pasta gigi berbahan aktif ekstrak sirih
hitam yang efektif membunuh mikroba penyebab radang gusi (gingivitis) dan gigi berlubang (caries).
Bahan aktif diperoleh dengan cara melakukan maserasi yang dilanjutkan dengan fraksinasi dari ekstrak
tersebut. Uji aktivitas antimikroba terhadap mikroorganisme Streptococcus mutans & Candida albican
menggunakan metode difusi, yang mana akan didapatkan konsentrasi efektif yang akan digunakan untuk
formulasi pasta gigi berbahan aktif sirih hitam. Dilanjutkan dengan uji efektivitas dan evaluasi sediaan
akhir berupa sediaan pasta gigi. Dari pengujian tersebut diperoleh konsentrasi 20% ekstrak fraksi n-
heksana daun sirih hitam mempunyai daya antimikroba paling besar terhadap Streptococcus mutans dan
Candida albican. Dan setelah dilakukan optimasi basis, didapatkan penggunaan basis PGA (Pulvis
Gummi Arabica)
Salah satu tumbuhan asli Indonesia yang dapat berfungsi sebagai obat tradisional adalah sirih
hitam. Sirih hitam merupakan salah satu spesies dari tanaman sirih yang banyak terdapat di Indonesia.
Spesies lainnya dari tanaman ini, yaitu sirih merah, sering digunakan masyarakat Indonesia untuk
berbagai pengobatan, salah satunya adalah untuk penyakit mulut seperti gingivitis dan karies gigi yang
disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang dominan menyebabkan berbagai penyakit mulut adalah spesies
Actinomyces, Streptococcus, Fusobacterium nucleatum, Bacteroides intermedius, dan berbagai variasi
spesies Bacteroides yang tidak berpigmen (Manson, 1993).
Ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 20% dengan pelarut aquadest sekalipun sudah memberikan
pengaruh pada pertambahan jumlah sel Candida albican dan mikroba. Melalui informasi tersebut dan
setelah dilakukan uji fitokimia, daun sirih hitam terbukti mengandung senyawa alkaloid, karatenoid,
senyawa fenolik, flavanoid, saponin, tanin, steroid, dan triterpenoid. Senyawa kimia yang berfungsi
sebagai antimikroba dalam hal ini adalah tanin, senyawa fenolik, saponin, flavanoid, alkaloid, dan steroid
(Lemmens, 1999). Antimikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh
mikroorganisme hidup. Setelah dilakukan uji antimikroba, ekstrak daun sirih hitam terbukti mempunyai
kemampuan dalam menghambat pertumbuhan mikroba uji Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus,
Candida albicans dan Candida utilis.
Ekstrak etanol daun Piper betle diketahui mempunyai efek antiinflamasi yang sebagian dimediasi
dengan menekan produksi NO, sehingga mengakibatkan penghambatan pelepasan mediator inflamasi.
Aktivitas antiinflamasi pada daun sirih karena kandungan fenoliknya yang tinggi (Ganguly et al., 2007).
Ektrak etanol daun sirih juga memiliki aktivitas penghambatan terhadap bakteri atau antibakteri
(Suliantari, 2008). Ektrak metanol sirih mengandung sterol, fenol dan flavonoid dengan konsentrasi
tinggi, begitu juga dengan tanin.  Diketahui pula bahwa ekstrak sirih dengan metode salivary extraction
memiliki aktivitas antibakteri serta antikoagulan yang berasal dari kandungan hydroxychavicol
(Jesonbabu, 2012). Dalam praktikum fitofarmasi kali ini, dibuat infusa dari daun sirih. Daun sirih dibuat
dalam sediaan infusa karena bahan aktif dalam sirih sendiri mudah terekstraksi dalam pelarut polar seperti
air. Dan hanya dengan pelarut polar sederhana seperti air senyawa aktif tersebut sudah dapat memberikan
aktivitas yang cukup baik serta pelarut yang digunakan tidak toksik dan diterima oleh semua kalangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Kandungan Kimia dan Bioaktivitas


Tanaman sirih merupakan tanaman yang tumbuh memanjat dengan tinggi tanaman 5 sampai
15 cm. Helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur lonjong. Pada bagian pangkal
berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah atau berbulu sangat pendek, tebal
berwarna putih, panjang 5-18 cm dan lebar 2,5-10,5 cm. Daun pelindung berbentuk lingkaran,
bundar telur sungsang atau lonjong dengan panjang kira-kira 1 mm. Perbungaan berupa bulir.
Bulir yang masak berbulu kelabu, rapat dengan tebal 1-1,5 cm. Biji berbentuk bulat
(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Kedudukan taksonomi tanaman sirih dalam sistematika
tumbuhan menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) adalah:

Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledoneae
Ordo Piperales
Family Piperaceae
Spesies Piper betle L.

Kandungan kimia utama yang memberikan ciri khas daun sirih adalah minyak atsiri. Selain
minyak atsiri, senyawa lain yang menentukan mutu daun sirih adalah vitamin, asam organik,
asam amino, gula, tannin, lemak, pati dan karbohidrat. Komposisi minyak atsiri terdiri dari
senyawa fenol, turunan fenol propenil (sampai 60%). Komponen utamanya eugenol (sampai
42,5%), karvakrol, chavikol, kavibetol, alilpirokatekol, kavibetol asetat, alilpirokatekol asetat,
sinoel, estragol, eugenol, metileter, ρ-simen, karyofilen, kadinen dan senyawa seskuiterpen
(Darwis, 1992). Daun sirih mempunyai khasiat sebagai obat batuk, bisul, obat sakit mata, obat
sariawan dan obat hidung berdarah (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Khasiat daun sirih ini selain sebagai stypic (penahan darah) dan vulnerary (obat luka pada
kulit) ,antioksidan, antiseptik, fungisida bahkan sebagai bakterisidal. Hal ini juga dikatakan oleh
Widarto (1990) bahwa daun sirih mengandung minyak atsiri yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba. Minyak atsiri dan ekstrak daun sirih mempunyai aktivitas terhadap
beberapa bakteri gram positif dan gram negatif (Darwis, 1992).
Sebagai obat, seduhan daun sirih dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan bau mulut,
menghentikan pendarahan gusi, menciutkan pembuluh darah serta sebagai obat batuk. Daun sirih
yang masih segar dapat dipergunakan untuk mencuci mata. Demikian pula dengan penyakit kulit,
wasir, keringat bau, sakit gigi, asma dan produksi air susu ibu yang berlebihan dapat dicegah dan
disembuhkan dengan daun sirih (Dharma, 1985)

2. Metode Penelitian
Berikut merupakan metode yang digunakan dalam penelitian:
1. Mendapatkan bahan aktif yang berupa ekstrak dengan cara maserasi yang dilanjutkan
dengan fraksinasi.
2. Identifikasi metabolit sekunder ekstrak kasar dan variasi fraksi dengan standar prosedur
(Trease, 1989).
3. Uji aktivitas antimikroba terh adap mikroorganisme Streptococcus mutans & Candida
albican menggunakan metode difusi, yang mana akan didapatkan konsentrasi efektif yang
akan digunakan untuk formulasi pasta gigi berbahan aktif sirih hitam.
4. Optimasi basis pasta gigi dengan variasi komposisi dengan menggunakan basis PGA
(Pulvis Gummi Arabica)
5. Formulasi pasta gigi dengan variasi konsentrasi ekstrak dengan menggunakan
eksipien/zat tambahan yang kompatibel dengan zat aktif berdasarkan studi literatur.

3. Metode Ekstraksi
Dalam beberapa referensi di jurnal yang ditemukan, metode ekstraksi pada daun sirih
menggunakan maserasi misanya , Daun sirih dicuci, dipotong-potong dan dikeringkan dalam
oven suhu 40-45ºC selama 12 jam sambil sesekali dibolak-balik dan ditutup kain hitam agar
kekeringan dan terjadi secara merata. Daun yang kering kemudian diblender untuk memperluas
permukaan sehingga ekstraksi menjadi efisien. Ekstraksi dipilih secara dingin yaitu maserasi
menggunakan etanol 96% selama rentang waktu (24-72 jam).
Adapun kelemahan dan maserasi ini yaitu membutuhkan waktu yang lama hingga
beberapa hari. Sedangkan pada metode ekstraksi yang kita gunakan untuk membuat sediaan
infusa cair ini adalah infudasi. Dimana, infudasi merupakan proses penyarian yang pada
umumnya untuk menyari kandungan zat aktif yang ada pada sediaan tanaman yang larut dalam
air. Penyarian adalah peristiwa memindahkan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel
ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari (Anonim, 1986).
Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih berdasarkan kemampuannya
dalam melarutkan jumlah maksimal zat aktif dan seminimal mungkin zat yang tidak digunakan
(Ansel, 1989). Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air
pada suhu 90ºC selama 15 menit. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil
dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.
Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24
jam. Infusa dibuat dengan membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air dua kali bobot
bahannya. Penyaringannya dilakukan pada saat cairan masih panas dengan kain flanel, kecuali
bahan yang mudah menguap (Anonim, 1986). Beberapa kelebihan air dipertimbangkan sebagai
penyari karena murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah terbakar, tidak beracun serta
alamiah.

4. Metode Analisa

5. Bentuk sediaan dan formula


Adapun bentuk sediaan yang akan dibuat adalah sediaan infusa daun sirih. Infusa adalah
sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air pada suhu
90°C selama 15 menit. Serkai selagi panas melalui kain flannel, tambahkan air panas secukupnya
melalui ampas sehingga diperoleh volume yang dikehendaki. Untuk infusa daun sena dan
simplisia yang mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah dingin. Karena daun sena
mengandung antrakuinon yang larut dalam air panas dan dapat menyebabkan rasa mulas jika
tedapat dalam jumlah besar. Sedangkan infusa yang mengandung minyak atsiri dapat menguap
jika langsung diserkai dalam keadaan panas. Selain itu simplisia yang berlendir tidak boleh
diperas, karena lender dapat menutupi lubang-lubang pada saringan (Farmakope Indonesia 1995)
Keuntungan infusa adalah :
1. Menggunakan peralatan yang lebih sederhana
2. Menggunakan pelarut air yang mudah didapat
3. Waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi singkat dibandingkan dekok
4. Harga relative murah
Pada pembuatan ekstrak dengan metode lainnya, kandungan dari bahan tumbuhan dan
pelarut yang paling tepat untuk masing-masing kandungan harus diketahui terlebih dahulu.
Dengan zat pelarut yang tepat, zat aktif yang diinginkan akan terpisah dari bahan aslinya dan
bercampur dengan pelarut yang digunakan. Selanjutnya pemisahan zat aktif dari pelarutnya
dengan lebih mudah dilakukan untuk memperoleh zat aktif yang benar-benar murni. Dari sini
jelas terlihat bahwa metode pembuatan ekstrak dengan metode lainnya lebih rumit dan mahal
dibandingkan dengan metode pembuatan infusa.
Walaupun begitu, penyarian dengan cara infusa menghasilkan sari yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan metode ini
tidak dapat disimpan lebih dari 24 jam. Pembuatan infusa daun sirih dilakukan dengan
menghaluskan daun sirih yang sudah kering sampai dengan 5/10 bagian (Farmakope Indonesia
III, 1979). Derajat halus perlu diketahui untuk menentukan alat penyaring yang akan digunakan,
apakah kain flannel atau kapas.

6. Evaluasi sediaan
BAB III
METODE

1. Metode Ekstraksi
Pengolahan bahan aktif yaitu sirih hitam segar yaitu dengan menggunakan metode
maserasi. Dimana, pada penelitian ini pembuatan ekstrak daun sirih hitam dilakukan dengan cara
direndam dengan menggunakan pelarut organik (etanol) selama 2 x 24 jam. Setelah didapatkan
ekstrak kasar etanol daun sirih hitam kemudian dilakukan pengelompokan senyawa berdasarkan
tingkat kepolaran. Pelarut yang digunakan yaitu n-heksana, etil asetat, dan n-butanol. Tetapi
dikarenakan ekstrak yang didapatkan dari fraksi n-butanol tidak mencukupi untuk pengujian,
maka fraksi yang digunakan hanya fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat.

Anda mungkin juga menyukai