TUGAS 1
Pembuatan Ekstrak Rimpang Kaempferia galanga
Dengan Maserasi Kinetika
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka
KELOMPOK : 7
KELAS: D
DOSEN PEMBIMBING:
Siti Rofida, M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina A., M.Farm., Apt.
PENDAHULUAN
Teknik ekstraksi yang banyak digunakan untuk ekstraksi kencur adalah maserasi
dan perkolasi. Kelebihan dari proses maserasi adalah kerusakan bahan organic oleh
pemanas dapat diminimalkan. Sedangkan kekurangannya yaitu waktu dan tenaga yang
lama untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang maksimal. Sedangkan pada perkolasi
parameter berhentinya pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif
pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat tetesan perkolat sudah tidak
berwarna (Hudha & Daryono, 2015).
1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka, tujuan dari praktikum ini antara lain :
1. Mahasiswa mampu melakukan ekstakrasi dengan menggunakan metode
maserasi, maserasi kinetika, maserasi ultrasonik.
2. Untuk memperoleh keterampilan studi pembuatan Ekstrak Rimpang
Kaempferia galanga dengan metode Maserasi, Kinetika, dan Maserasi
Ultrasonika.
3. Untuk memperoleh keterampilan Pembuatan Ekstrak Rimpang Kaempferia
galanga dengan Maserasi (Ultrasonika)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) (Preetha, 2016)
Gambar 2.2
Gambar Rantai Kimia Ethyl Cinnamate (Kumar, 2014)
Gambar 2.3
Gambar Rantai Kimia Ethyl-p-methoxycinnamate (Kumar, 2014)
2.1.5 Manfaat Kaempferia galanga L.
Kencur (Kaempferia galanga L.) banyak digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan
minuman, rempah, serta bahan campuran saus, rokok pada industri rokok kretek.
Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi
bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut
(Pujiharti, 2012).
Kencur juga juga memiliki bermacam-macam kegunaan lain, diantaranya
sebagai antibakteri, antifungi, analgesik, anti-inflamasi, antioksidan, antivirus,
antihipertensi, antikarsinogenik, antinosiseptif, antituberkulosis dan larvasida.
Minyak atsiri rimpang kencur juga digunakan sebagai bahan parfum, obat-
obatan, dan untuk aromaterapi inhalan dan pijat untuk mengurangi kecemasan,
stres, dan depresi (Kumar, 2014).
2.2.2 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang terdapat
pada simplisa. Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur
dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang
diisolasi. Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah
terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis. Karena didalam simplisa mengandung
senyawa aktif yang berbeda-beda, sehingga metode didalam penarikan senyawa
aktif didalam simplisa harus memperhatikan faktor seperti : Udara, suhu, cahaya,
logam berat. Proses ekstraksi dapat melalui tahap menjadi : pembuatan serbuk,
pembasahan, penyariran, dan pemekatan (depkes RI Dirjen POM, 2000).
A. Maserasi
Maserasi merupakan cara eksrtraksi yang sederhana. Istilah maseration berasal
dari bahasa laitin macere, yang artiya merendam jadi. Jadi masserasi dapat diartikan
sebagai proses dimana obat yang sudah halus dapat memungkinkan untuk direndam
dalam mesntrum sampai meresap dan melunakan susunan sel, sehingga zat-zat yang
mudah larut akan melarut (Ansel, 2008).Pada umumnya perendaman dilakukan
selama 24 jam, kemudian pelarut diganti dengan pelarut baru. Maserasi juga dapat
dilakukan dengan pengadukan secara berkesinambungan (maserasi kinetik).
Kelebihan dari metode ini yaitu efektif untuk sneyawa yang tidak tahan panas
(terdegradasi karena panas), pelaratan yang digunakan relatif sederhana, murah,
dan mudah didapat. Namun metode ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu
waktu ekstraksi yang lama, membutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak dan
adanya kemungkinan bahwa senyawa tertentu tidak dapat diekstrak karena
kelarutannya yang rendah pada suhu ruang (Sarker et al., 2006).
A. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur tititk didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
B. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90°C selama 15 menit. Universitas Sumatera Utara 8 Refluks Refluks
adalah proses penyarian simplisia pada temperatur titik didihnya menggunakan alat
dengan pendingin balik dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi
menuju pendingin dan kembali ke labu.
C. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik
didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-1000 C.
D. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-500 C.
E. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang pada umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan jumlah pelarut
relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
2.3.1 Faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi yaitu (KirkOthmer,
1998; Perry, R., et al, 1984):
1) Perlakuan pendahuluan
1.Pengecilan ukuran
2. Pengeringan bahan.
Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin besar luas kontak antara padatan
dengan pelarut, tahanan menjadi semakin berkurang, dan lintasan kapiler dalam
padatan menjadi semakin pendek (laju difusi berbanding lurus dengan luas permukaan
padatan dan berbanding terbalik dengan ketebalan padatan), sehingga proses ekstraksi
menjadi lebih cepat dan optimal. Teknik pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan
cara pemotongan, penggilingan, maupun penghancuran.
2) Temperatur
Kelarutan bahan yang diekstraksi dan difusivitas akan meningkat dengan
meningkatnya temperatur. Namun temperatur yang terlalu tinggi dapat merusak bahan
yang diekstrak, sehingga perlu menentukan temperatur optimum.
3) Faktor pengadukan
Pemilihan pelarut merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses
ekstraksi. Jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi mempengaruhi jenis
komponen aktif bahan yang terekstrak karena masing-masing pelarut mempunyai
selektifitas yang berbeda untuk melarutkan komponen aktif dalam bahan. Menurut
Perry (1984), berbagai syarat pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi, yaitu
sebagai berikut:
Tidak korosif.
Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi.
Tidak beracun.
Tidak mudah terbakar.
Tidak berbahaya bagi lingkungan.
Stabil secara kimia dan termal.
Memiliki daya larut dan selektivitas terhadap solute yang tinggi. Pelarut
harus dapat melarutkan komponen yang diinginkan sebanyak mungkin
dan sesedikit mungkin melarutkan bahan pengotor.
Bersifat inert terhadap bahan baku, sehingga tidak bereaksi dengan
komponen yang akan diekstrak.
Reaktivitas. Pelarut tidak menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen bahan ekstraksi.
Memiliki viskositas yang rendah, sehingga mudah untuk dialirkan.
Murah dan mudah didapat, serta tersedia dalam jumlah yang besar.
Memiliki titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan.
Memiliki tegangan permukaan yang cukup rendah.
Berbagai jenis pelarut yang sering digunakan dalam proses ekstraksi seperti contoh
tabel dibawah ini :
Tabel 2.3 Nilai konstanta dielektrik pelarut organik pada 20C (Adnan, 1997)
Heptan 1,924
n-heksana 1,890
Sikloheksana 2,023
Benzen 2,284
Kloroform 4,806
Piridin 12,30
Aseton 20,70
Etanol 24,30
Metanol 33,62
Asetonitril 38,00
Air 80,37
Beberapa jenis pelarut yang sering digunakan dalam proses ekstraksi
a. Metanol
b. Etanol
c. Air
Air (H2O) merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa, dan tidak
berwarna dengan satu molekul air terdiri dari dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen (ikatan yang terjadi akibat adanya pemakaian bersama pasangan elektron) pada
satu atom oksigen. Atom oksigen memiliki keelektronegatifan yang sangat besar
sedangkan atom hidrogen memiliki keelektronegatifan yang paling kecil diantara
unsur-unsur bukan logam. Hal tersebut menyebatbkan sifat kepolaran air yang sangat
besar. Air merupakan pelarut universal karena air mampu melarutkan banyak senyawa
kimia lainnya (Azizah U., 2011).
Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut
menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara
molekulmolekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar
molekul air, maka molekul-molekul zat tersebut tidak dapat larut dalam air. Zat yang
dapat bercampur dengan baik atau larut dalam air (misalnya asam, alkohol, dan garam)
disebut sebagai zat hidrofilik, sedangkan zat-zat yang tidak mudah tercampur atau larut
dalam air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat hidrofobik (Azizah U.,
2011).
Senyawa polar dapat larut dalam air dan membentuk ikatan hidrogen dengan
air. Ikatan hidrogen dapat terjadi karena elektron bebas pada atom yang memiliki
elektronegatifan tinggi seperti N, O, F menarik proton yang dimiliki oleh atom H. Air
memiliki berat molekul 18 gr/mol, titik didih 100 oC, viskositas 1,005 cP, dan konstanta
dielektrik sebesar 80,37 pada 2 0oC. Kelarutan beberapa zat dalam air disajikan pada
Tabel 2.3 dan stuktur molekul air dapat dilihat pada berikut (Anonim, 2008; Azizah U.,
2011)
Garam 36
Gula 211
Oksigen 0,0041
Karbondioksida 0,144
2 Etanol 96%
3 Cab- o-sil
BAB III
PROSEDUR KERJA
Timbang 400g
serbuk rimpang Masukkan ke bejana
kencur maserasi
Masing – masing
residu ditambah Hasil disaring dan Lakukan pengadukan
1200ml etanol 96% tampung filtrat selama 2 jam
Filtrat yang
Hasil disaring terkumpul di
Lakukan pengadukan
dan kumpulkan rotavapor ad
selama 2 jam
semua filtrat ±400ml
HASIL PRAKTIKUM
PEMBAHASAN
BAB VI
5.1.Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi: Beberapa Macam Preparat:
Tinktur, Ekstrak encer, Ekstrak Air, Amonia, Asam Encer, Spirtus, dan
Sarker, Satyajit D., Zahid Latif, & Alexander I. Gray (Ed). (2006). Natural Products
Interscience Willey.
Perry, R.H., and Green, D.W., 1984, “Perry’s Chemical Engineers Hand Book“, 6 th.
ed. Mc. Graw Hill Co., International Student edition, Kogakusha, Tokyo.
Stahl, E., 1969, Thin Layer Chromatography a Laboratory Handbook, second Edition,
Japan.
Adnan, M., 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan, Edisi Pertama,
Annisah, R., Batubara, D. E., Roslina, A., & Yenita. (2018). UJI EFEKTIVITAS
EKSTRAK KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP
PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS SECARA IN VITRO. Ibnu Sina
Biomedika, 2(2), 121.
Hudha, M. I., & Daryono, E. D. (2015). Optimalisasi Proses Isolasi Etil
Parametoksisinamat ( EPMS ) Dari Rimpang Kencur dengan Variasi Proses
dan Konsentrasi Pelarut, 757–762.
TULAINY, I. (2016). PENGARUH AUKSIN (2,4 D) DAN AIR KELAPA TERHADAP
INDUKSI KALUS PADA RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L).
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO.