TUGAS 4
PEMBUATAN KAPSUL EKSTRAK KENCUR (Kaempferia
galangal L.) DAN KESERAGAMAN BOBOT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka
KELOMPOK : 1
KELAS: F
GRESSYANA RIZKY RAMADHANTY
201610410311068
DOSEN PEMBIMBING:
Siti Rofida, M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina A., M.Farm., Apt.
1.2 TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan kapsul ekstrak kencur
(Kaempferia galanga L.) dan mengetahui keseragaman bobot dari kaspul.
1.3 MANFAAT
Mahasiswa dapat melakukan pembuatan kapsul ekstrak kencur (Kaempferia
galanga L.) dan mengetahui keseragaman bobot dari kaspul.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KENCUR (Kaempferia galanga)
2.1.1 Klasifikai Tanaman
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales Gambar 2.1 Rimpang Kencur
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L.
Merupakan bahan alamiah kering berupa rimpang (rhizoma) dari tanaman
kencur (Kaempferia galanga L.) yang digunakan untuk obat dan belum mengalami
pengolahan apapun. Tanaman ini sudah berkembang di Pulau Jawa dan diluar Jawa
seperti Sumatra Barat, Sumatra Utara dan Kalimantan Selatan. Sampai saat ini
karakteristik utama yang dapat dijadikan sebagai pembeda kencur adalah daun dan
rimpang. Berdasarkan ukuran daun dan rimpangnya, dikenal 2 tipe kencur, yaitu
kencur berdaun lebar dengan ukuran rimpang besar dan kencur berdaun sempit
dengan ukuran rimpang lebih kecil. (Syukur dan Hernani, 2001)
Kencur digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai
daging buah yang lunak dan tidak berserat. Rimpang kencur mempunyai aroma
yang spesifik. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada
musim penghujan kencur dapat ditanam dalam pot atau dikebun yang cukup sinar
matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka. (Thomas, 1989)
Kencur sudah lama dikenal masyarakat Indonesia. Hasil utama dari kencur
adalah umbi atau rimpangnya. Rimpang kencur memiliki bentuk yang bulat
memanjang. Tempat yang cocok utnuk pertumbuhan kencur adalah yang berada di
ketinggian 50 m – 1000 m diatas permukaan laut bersuhu 25-30 °C. (Prasetiyo,
2003)
Rimpang kencur mengandung minyak atsiri yang berwarna hangat, pedas
dan berwarna kuning. Kandungan minyak atsiri di dalam kencur terdiri atas
borneol, kamfen, H-pentadekan, para metoksi stiren dan lain-lain. (Prasetiyo, 2003)
Rimpang kencur memiliki berbagai manfaat yaitu digunakan sebagai bahan
baku obat tradisoinal/ jamu, fitofarmaka, kosmetik, penyedap makanan dan
minuman, serta rempah. Secara empiris, kencur berkhasiat mengatasi infeksi
bakteri, batuk, disentri, ekspektoran, disentri, masuk angin, sakit perut dan
penambah nafsu makan. (majalah trubus, 2009)
2.1.2 Kandungan Kimia Kencur (Kaempferia galanga)
Kandungan kimia rimpang kencur, yaitu: Etil sinamat, Etil p-
metoksisinamat, p-Metoksisitiren, Karen, Borneol, dan Parafin. Diantara
kandungan kimia ini, Etil p-metoksisinamat merupakan komponen utama dari
kencur. (Afriastini, 1990)
Rimpang mengandung minyak atsiri yang tersusun α-pinene (1,28%),
kampen (2,47%), benzene (1,33%), borneol (2,87%), pentadecane (6,41%),
eucalyptol (9,59%), karvon (11,13%), metilsinamat (23,23%) dan etil-p-
metoksisinamat (31,77%). Ekstrak rimpang kencur berpotensi aktif terhadap infeksi
bakteri. Rimpang kencur ditemukan memiliki aktivitas antikanker, antihipertensi
dan aktivitas larvacidal dan untuk berbagai penyakit kulit, rematik dan diabetes
mellitus. (Tewtrakul et al., 2005)
2.3 Kapsul
Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk kesediaan padat, dimana satu
bahan macam obat atau lebih dan atau bahan inert lainnya yang dimasukan
kedalam cangkang atau wadah kecil umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai.
Tergantung pada formulasinya, kapsul dari gelatin bisa merupakan kapsul lunak
dan bisa merupakan kapsul keras. Kebanyakan kapsul-kapsul yang sudah
diedarkan dipasaran adalah kapsul yang semuanya dapat ditelan oleh pasien,
untuk keuntungan dalam pengobatan.
Proses pengolahan kapsul dimulai dari penimbangan bahan baku yang
diluluskan oleh bagian Quality assurance. Ada dua metode pengolahan kapsul,
yaitu pencampuran langsung serbuk menggunakan mixer atau melalui proses
granulasi basah. Pada metode granulasi basah, dilakukan proses granulasi seperti
pada pembuatan tablet, kemudian granul yang dihasilkan dicampur dengan bahan
lainnya. Setelah itu dilakukan proses pengisian dengan menggunakan Filling
Capsule Machine. Setelah proses pengisian, tahap selanjutnya adalah polishing
kapsul yang berguna untuk menghilangkan serbuk yang lengket pada permukaan
cangkang kapsul sehingga kapsul tampak lebih bersih dan mengkilap.
2.3.1 Penetapan Kadar dalam Kapsul
Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan zat berkhasiat
yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai dengan yang tertera
pada etiket. Metode penetapan kadar yang digunakan sesuai dengan zat aktif yang
terkandung dalam sediaan kapsul.
Caranya ditimbang 10-20 kapsul, isinya di gerus dan bahan aktif yang larut
diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai menurut prosedur yang sudah
ditetapkan. Secara umum rentang kadar bahan aktif yang ditentukan berada
diantara 90-110% dari pernyataan pada label.
2.3.2 Waktu Hancur
Uji waktu hancur digunakan untuk menguji kapsul keras maupun
kapsul lunak. Waktu hancur ditentukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan
oleh kapsul yang bersangkutan untuk hancur menjadi butiranbutiran bebas yang
tidak terikat oleh satu bentuk. Menurut FI ed IV, untuk melakukan uji waktu
hancur digunakan alat yang dikenal dengan nama Desintegration Tester. Dalam
FI IV waktu hancur kapsul tidak dinyatakan dengan jelas, namun menurut FI ed
III, kecuali dinyatakan lain waktu hancur kapsul adalah tidak lebih dari 15 menit.
2.3.3 Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi
yang tertera dalam masing – masing monografi. Persyaratan disolusi tidak berlaku
untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing – masing
monografi.
2.3.4 Keseragaman Bobot
Tetapkan kadar 10 kapsul, satu per satu sebagaimana dicantumkan dalam
monografi masing-masing bahan. Persyaratan untuk keseragaman dosis terletak
antara 85 sampai 115% dari yang disyaratakan dalam monografi atau yang
ditentukan dalam label. Bila suatu atau lebih unit dosis berada diluar batas
tersebut, maka unit tambahan harus ditetapkan kadarnya dan selanjutnya diperoleh
persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam USP.
KAPSUL KERAS – Timbang satu per satu secara seksama 10 buah kapsul. Isi
dari tiap kapsul dikeluarkan dengan cara yang sesuai, isi dari kapsul disatukan.
Timbang secara seksama kapsul kosong satu per satu dan hitung untuk tiap kapsul
berat bersih dari isinya dengan cara mengurangkan berat cangkang kapsul dari
masing-masing berat kotor. Dari hasil penentuan kadar didapat sebagaimana
diperintahkan dalam monografi masing-masing, hitung kandungan zat aktif
merata.
KAPSUL LUNAK – Timbang dengan seksama 10 kapsul yang dimaksud satu
per satu untuk mendapatkan berta kotornya. Kemudian kapsul dibuka dengan cara
menggunakan alat pemotong yang kering seperti gunting atau pisau terbuka yang
tajam dan mengeluarkan isinya dengan pencucian menggunakan pelarut yang
tepat. Biarkan pelarut menguap dari cangkang pada temperatur kamar setelah
jangka waktu sekitar 30 menit, lakukan tindakan pencegahan untuk menjaga
jangan sampai kehilangan uap air. Timbang masing-masing cangkang dan hitung
isi netto. Dari hasil penentuan kadar yang diperoleh sebagaimana diperintahkan
dalam masing-masig monografi, hitung kandungan zat aktif dalam tiap kapsul,
dengan anggapan distribusi zat aktif merata.
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus
dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh
cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot
rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata
tiap isi kapsul,tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk
setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom B.
120 mg atau
7,5% 15%
lebih
Timbang satu kapsul, keluarkan isi kapsul, timbang bagian cangkangnya
hitung bobot isi kapsul.Ulangi penetapan terhadap 19 kapsul dan hitung bobot
rata-rata isi 20 kapsul. Untuk kapsul yang berisi obat tradisional cair: Tidak lebih
dari satu kapsul yang masingmasing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-
rata lebih besar dari 7,5% dan tidak satu kapsulpun yang bobot isinya
menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 15 %. Timbang satu kapsul,
keluarkan isi kapsul, cuci cangkangnya dengan eter P. Buang cairan, biarkan
hingga tidak berbau eter dan ditimbang hitung bobot isi kapsul. Ulangi penetapan
terhadap 9 kapsul dan hitung bobot isi rata-rata10 kapsul (Depkes RI, 1994).
Untuk Kapsul yang berisi Obat Tradisional kering:
Dari 20 Kapsul, tidak lebih dari 2 Kapsul yang masing-masing bobot isinya
menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 10% dan tidak satu Kapsul
pun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 25%.
Aiache, J.M. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi ke-2. Penerjemah: Dr. Widji
Soeratri. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press. Hal. 444.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
R.I.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
R.I.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Muhlisah F. 1999. Temu-temuan dan Empon- empon, Budidaya dan Manfaatnya,
Cetakan 1. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Syukur, C., dan Hernani, 2001, Budidaya Tanaman Obat Komersial, Jakarta:
Penebar Swadaya, 65.
Trubus, 2009, Minyak Atsiri. Trubus Info Kit Vol. 07, Depok: PT Trubus Swadaya.