Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM FITOFARMAKA

TUGAS 1
Pembuatan Ekstrak Rimpang Kaempferia galangal L.
Dengan Maserasi
(Rendaman 24x3 jam)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka

KELOMPOK : 3

KELAS: A

APRIYANTINOR UTAMI

(201610410311060)

DOSEN PEMBIMBING:
Siti Rofida, M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina A., M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat
beragam dapat berupa tumbuhan, hewan, dan lain-lain. Sumber daya alam
tersebut diketahui memiliki potensi sebagai bahan baku obat terutama obat
tradisional yang sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan. Di dalam
tumbuh-tumbuhan tersebut terdapat komponen kimia yang dapat berkhasiat
sebagai obat. Salah satu jenis tumbuhan yang sering digunakan masyarakat
sebagai obat tradisional adalah tanaman rimpang kencur (Kaempferia galanga
L.). Rimpang kencur dapat berkhasiat sebagai obat batuk, obat lambung, obat
mual, obat bengkak dan obat bisul (Depkes, 2001).
Kencur (Kaemferia galanga L.) merupakan tanaman obat dengan nilai
ekonomis, dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Kencur (Kaemferia
galanga L.) merupakan tanaman yang telah dikenal secara empiris sebagai obat
tradisional yang dapat meringankan dan mengobati penyakit seperti batuk,
peradangan pada lambung, muntah-muntah, nyeri, tetanus, pusing, nyeri haid,
serta influenza (Nie, 2012).
EPMS merupakan komponen terbesar dari rimpang kencur yang dapat
bermanfaat sebagai tabir surya, anti inflamasi, analgesik, dan anti bakteri
(Ifansyah,1996). EPMS termasuk dalam golongan ester yang mengandung cincin
benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang
mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat
menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil
asetat, metanol, air, dan heksana. Pemanfaatan dan pengolahan kencur yang
dilakukan oleh masyarakat masih menggunakan cara ekstraksi sederhana yaitu
mengekstrak sari kencur dengan pelarut air. Hal ini menyebabkan kualitas ekstrak
yang didapatkan masih rendah (Setyawan dkk, 2012).
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain maserasi,
perkolasi, dan soxlhetasi. Metode penyarian yang akan digunakan
tergantung dari wujud dan kandungan bahan yang akan disari. Selain itu,
pemilihan metode penyarian disesuaikan dengan kepentingan untuk memperoleh
kandungan kimia yang diinginkan (Harborne J.B, 1996). Dalam pembuatan
ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galangal L.) digunakan metode maserasi
dengan berbagai perlakuan (sederhana, kinetika, dan ultrasonika). Metode
maserasi merupakan metode yang paling efektif untuk mengekstrak senyawa dari
rimpang kencur (Kaempferia galangal L.), karena hasil yang diperoleh dua kali
lebih tinggi dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya. Untuk itu pada
praktikum ini dilakukan pembuatan ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga
L. ) dengan berbagai metode ekstraksi maserasi.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan yang diinginkan diantaranya yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui pembuatan ekstrak rimpang kencur
(Kaempferia galanga) dengan berbagai metode ekstraksi maserasi
2. Dapat memberikan pengetahuan tentang pembuatan ekstrak rimpang kencur
(Kaempferia galanga) dengan berbagai metode ekstraksi maserasi
3. Dapat mengetahui perbedaan hasil pembuatan ekstrak rimpang kencur
(Kaempferia galanga) dengan berbagai metode ekstraksi maserasi

1.3. Manfaat
Hasil praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pembuatan ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga) dengan berbagai
metode ekstraksi maserasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kencur (Kaempferia galangal L.)


2.1.1 Taksonomi Tanaman
Tanaman Kaempferia galanga L. mempunyai klasifikasi dalam sistematika
tumbuhan (taksonomi) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia L. Gambar 1. Kencur
Spesies : Kaempferia galanga L. (itis.gov)

2.1.2 Morfologi Tanaman


Kemampuan penyesuaian tanaman kencur terhadap lingkungan cukup tinggi.
Tanaman ini punya daya produksi tinggi di daerah yang punya curah hujan 1500
– 4000 mm/th, suhu udara 190C-300C dan ketinggian 100-700m dari permukaan
air laut (dpl). Tanaman ini tumbuh baik di tempat terbuka yang mendapat sinar
matahari penuh, tapi memerlukan naungan ringan untuk pertumbuhan yang
optimum. Hal ini dapat diamati pada tanaman kencur yang ditanam secara
monokultur daunnya melipat (menutup pada siang hari). Sekalipun demikian,
kencur yang ditanam di tempat terlindung, justru hanya akan menghasilkan
daun-daunnya saja. Tanah yang paling baik untuk tanaman kencur adalah tanah
yang memiliki struktur lempung berpasir (Sandy loam), strukturnya lemah,
dengan tata air dan udara, tanahnya baik serta seimbang. Disamping itu
kesuburan tanahnya harus juga diperkaya dengan bahan organik, antara lain
dengan pemberian pupuk kandang dan kompos. Jika pada tanah yang kurang
subur dan becek, pertumbuhan tanaman kencur juga akan kurang baik, sedikit
beranak dan pada rimpang-rimpangnya banyak bagian yang membusuk
(Rukmana, 1994).
Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol dan bercabang cabang
dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian dalam
putih berair dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda berwarna
putih kekuningan dengan kandungan air yang lebih banyak dan rimpang yang
lebih tua ditumbuhi akar pada ruas ruas rimpang berwarna putih kekuningan.
Daun kencur berbentuk bulat lebar, tumbuh mendatar diatas permukaan tanah
dengan jumlah daun tiga sampai empat helai. Permukaan daun sebelah atas
berwarna hijau sedangkan sebelah bawah berwarna hijau pucat. Panjang daun
berukuran 10 – 12 cm dengan lebar 8 – 10 cm mempunyai sirip daun yang tipis
dari pangkal daun tanpa tulang tulang induk daun yang nyata (Backer,1986).

2.1.3 Khasiat Tanaman


Rimpang kencur sudah dikenal luas di masyarakat baik sebagai bumbu makanan
atau untuk pengobatan, diantaranya adalah batuk, mual, bengkak, bisul dan
jamur. Selain itu minuman beras kencur berkhasiat untuk menambah daya tahan
tubuh, menghilangkan masuk angin, dan kelelahan, dengan dicampur minyak
kelapa atau alkohol digunakan untuk mengurut kaki keseleo atau
mengencangkan urat kaki. Komponen yang terkandung di dalamnya antara lain
saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Tanaman ini termasuk kelas
monocotyledonae, bangsa Zingiberales, suku Zingiberaceae dan, marga
Kaempferia (Winarto, 2007).

2.1.4 Kandungan Kimia


Tanaman kencur mempunyai kandungan kimia antara lain minyak atsiri 2,4-
2,9% yang terdiri atas etil p-metoksi sinamat (30%), kamfer, borneol, sineol,
penta dekana. Etil p-metoksi sinamat dalam kencur merupakan senyawa turunan
sinamat (Inayatullah, 1997; Jani, 1993).

2.2 Ekstrak
2.2.1 Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang
telah ditentukan (Depkes RI, 1995).
Ekstrak dikategorikan menjadi:
a. Ekstrak Kering (Siccum)
Ekstrak kering adalah sediaan padat yang memiliki bentuk serbuk
yang didapatkan dari penguapan oleh pelarut yang digunakan untuk
ekstraksi. Substansi ekstrak kering yaitu eksipien (bahan pengisi),
stabilizers (penstabil), dan preservative (bahan pengawet). Ekstrak kering
harus mudah digerus menjadi serbuk.
Ekstrak kering (Extracta sicca) dibagi dalam dua bagian, yaitu:
1. Ekstrak kering, yang dibuat dengan suatu cairan etanol dan karena
tidak larut sepenuhnya dalam air. Contohnya adalah Ekstraktum
Granati, Ekstraktum Rhei.
2. Ekstrak kering yang dibuat dengan air. Contohnya antara lain
Ekstraktum Aloes, Ekstraktum Opii, Ekstraktum Ratanhiae (Van Duin,
1947).
b. Ekstrak Kental (Spissum)
Ekstrak Kental atau ekstrak semisolid, adalah sediaan yang
memiliki tingkat kekentalan di antara ekstrak kering dan ekstrak cair.
Suatu ekstrak kental diartikan dengan ekstrak dengan kadar air antara 20-
25%; hanya pada Extractum Liquiritae diizinkan kadar air sebanyak 35%
(Van Duin, 1947).

Pada ekstrak kental, yang terpisah adalah:

1. Extractum Filicis, yang dibuat dengan perkolasi dengan eter, setelah


itu eter dihilangkan sama sekali dengan penyulingan. Dalam
Farmakope dinyatakan bahwa sebelum Ekstractum Filicis harus
diaduk terlebih dahulu.
2. Extractum Cannabis indicae, yang dibuat dengan etanol 90% dan
mungkin tidak mengandung jumlah air yang berarti. Jika ekstrak ini
pada waktu pengolahan harus dilarutkan, maka untuk itu kita harus
memakai etanol 90%.
Ekstrak lainnya dapat digolongkan dengan jelas dalam dua golongan:

a. Ekstrak kental yang dibuat dengan etanol 70% dan dimurnikan dengan
air, contoh: Ekstrak Belladonnae, Extractum Visci albi, Extractum
Hyoscyami.
b. Ekstrak kental yang dibuat dengan air, contoh: Extractum liquiritae,
Extractum Gentianae, Extractum Taraxaci.
c. Ekstrak cair (Liquidum)
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung
etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan
pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap
ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi
syarat. Contoh ekstrak cair adalah Extractum Chinae liquidum, Extractum
Hepatis liquidum (Van Duin, 1947).

2.2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kandungan
senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak adalah sediaan
kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani
menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak
kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang digunakan air,
etanol dan campuran air etanol (Depkes RI, 1979).

2.3 Metode Ekstraksi


Beberapa metode ekstraksi yang dapat digunakan, yaitu : maserasi, digesti,
sokletasi dan maserasi dengan pengadukan (Said, 2003). Ekstraksi adalah proses
penarikan kandungan kimia yang terdapat dalam suatu bahan yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut.
Ada beberapa jenis metode ekstraksi, baik itu yang merupakan cara dingin
maupun cara panas, yaitu: maserasi, digesti, perkolasi, sokletasi, penyulingan dan
refluks.

a. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan
perendaman dan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya
perbedaan kosentrasi larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka
larutan terpekat didesak keluar. Proses ini berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan diluar sel. Cairan
penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, metanol, etanol-air atau
pelarut lainnya. Remaserasi berarti dilakukan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Remaserasi berarti
dilakukan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama, dan seterusnya. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah
cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana yang mudah
diusahakan.
b. Perkolasi
Ekstraksi secara perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian
simplisia dengan derajat halus yang cocok, menggunakan 2,5 bagian sampai 5
bagian cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya
3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator,
ditambahkan cairan penyari. Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam,
kemudian kran dibuka dengan kecepatan 1 ml/menit, sehingga simplisia tetap
terendam. Filtrat dipindahkan ke dalam bejana, ditutup dan dibiarkan selama
2 hari pada tempat terlindung dari cahaya.
c. Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi pada
tekanan udara normal, yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan zat
aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, maka penyari dilakukan dengan
penyulingan.
d. Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan.
Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas
bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai
mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan
dengan pendingin tegak dan akan kembali.
e. Sokletasi
Untuk mengekstrak oleoresin jahe merah menggunaan metode ini, etanol
96% dipanaskan sampai mendidih dan menguap. Uap etanol akan naik
melalui pipa samping, kemudian diembunkan lagi oleh kondensor tegak.
Etanol yang telah kembali mengembun akan turun untuk menyari zat aktif
dalam simplisia jahe merah. Selanjutnya bila etanol mencapai sifon, maka
seluruh etanol yang telah mengandung oleoresin jahe merah akan turun ke
labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi. Demikian seterusnya sampai
oleoresin yang terdapat dalam simplisia jahe merah tersari seluruhnya yang
ditandai dengan jernihnya cairan yang melewati tabung sifon.
f. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50ºC.
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1. Kerangka operasional

Ditimbang 400 g serbuk rimpang kencur, dimasukan dalam bejana maserasi

Ditambahkan 1000 ml etanol 96% aduk hingga seluruh serbuk


terbasahi

Residu ditambahkan 600 ml etanol 96%, aduk sampai homogen, tutup bagian
mulut bejana dengan aluminium, dan diamkan selama 24 jam

Hasil maserasi disaring. Tampung filtrat dan dilakukan kembali maserasi dengan 1200
ml etanol 96% pada residu selama 24 jam

Disaring, tampung filtrat dan lakukan kembali maserasi dengan 1200 ml etanol 96%
pada residu selama 24 jam

Disaring dan dikumpulkan semua filtrat menjadi satu

Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400 ml

Filtrat yang terkumpul dipekatkan dengan rotavapor hingga volume tersisa 400 ml
(tanda kaliberasi). Kemudian hasilnya dipindahkan kedalam loyang dan diratakan

Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak 20 g, ditaburkan sedikit demi


sedikit secara merata. Kemudian diamkan selama semalam (sampai kering)

Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup (botol selai)

Berikan label identitas pada


wadah
3.2. Prosedur Operasional
1. Ditimbang 400 g serbuk rimpang kencur, dimasukkan dalam bejana
maserasi
2. Ditambahkan 1000 ml etanol 96%, aduk sampai serbuk terbasahi
3. Hasil no. 2 ditambahkan 600 ml etanol 96%, aduk sampai homogen, tutup
bagian mulut bejana dengan alumunium, dan diamkan selama 24 jam.
4. Hasil maserasi pada no. 2 disaring. Tampung filtrat dan lakukan kembali
maserasi dengan 1200 ml etanol 96% pada residu selama 24 jam.
5. Disaring hasil maserasi pada no. 3. Tampung filtrat dan lakukan kembali
maserasi dengan 1200 ml etanol pada residu selama 24 jam.
6. Disaring kembali maserasi no. 4. Kumpulkan semua filtrat menjadi satu
7. Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume
400 ml.
8. Filtrat yang terkumpul dilakukan pemekatan dengan rotavapor yaitu
penguapan dengan penururnan tekanan hingga volume tersisa 400 ml
(tanda kaliberasi) dan pindahkan hasilnya kedalam loyang. Ratakan
ekstrak pada loyang
9. Ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak 20 g dengan ditaburkan
sedikit demi sedikit secara merata. Kemudian diamkan selama semalam
(sampai kering).
10. Homogenkan dan simpan pada wadah tertutup (botol selai).
11. Berikan label identitas pada wadah.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C. A. R. C. B. Van den Briak. 1986. Flora of Java, Vol 2. Walters
Noordhoff. N. v. Groningen. P. 33.

Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.
Inayatullah, M.S. 1997. Standarisasi rimpang kencur dengan parameter etil para
metoksi sinamat. Fakultas Farmasi, Universitas Erlangga.Surabaya.

Nie, Yan, Laella Kinghua Liana, Endang Evacuasiany.2012.Pengaruh Ekstrak Etanol


Rimpang Kencur (Kaemferia galanga L.) terhadap Mukosa Gaster pada
Mencit Swiss Webster yang Diinduksi Asetosal. Jurnal Medika Planta. Vol 2.
No1. 1 Oktober 2012.
Rukmana, R. 1994. Kencur. Kanisius. Yogyakarta.

Setyawan, Eko, Pandhu Putratama, Asriningtyas Ajeng, dan Wara Dyah Pita Rengga.
2012. Optimasi Yield Etil P Metoksisinamat pada Ekstraksi Oleoresin Kencur
(Kaempferia galanga) Menggunakan Pelarut Etanol. Universitas Negeri
Semarang. Vol 1. No 2. Desember 2012
Suirta, I.W. 2009. Preparasi Biodiesel dari Minyak Jelantah Kelapa Sawit. Jurnal
Kimia. Universitas Udayana : Denpasar
Van Duin, C.F., 1947, Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek Dan Teori,
Penerjemah K. Satiadarma Apt., Pecenongan, Jakarta.
Winarto, W. P., 2007. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal, 152- 153,
Jakarta, Karyasari Herba Media.

Anda mungkin juga menyukai