Anda di halaman 1dari 41

KOLOID

SISTEM DISPERSI
SISTEM TERDISPERS TERDIRI DARI PARTIKEL KECIL YANG DISEBUT FASE TERDISPERS ,
TERDISTRIBUSI DLM MEDIUM KONTINU ( MEDIUM PENDISPERSI)

FASE TERDISPERS

SISTEM DISPERSI

FASE PENDISPERS (FASE KONTINU)


BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL FASE DISPERS

DISPERSI MOLEKULER

DISPERSI KOLOIDAL

DISPERSI KASAR
KOLOID
Sistem dispers/ bentuk campuran dua atau lebih
zat yang bersifat homogen yang memiliki ukuran
partikel 1 – 100nm.
Merupakan fase peralihan dari larutan ke suspensi.

LARUTAN
Campuran homogen antara zat terlarut (solut) dan
pelarut (solvent)

SUSPENSI
Campuran heterogen yang terdiri dari partikel –
partikel padat atau cair yg terdispersi dalam zat cair
atau gas.
• Ciri-ciri
`
Larutan (dispersi molekuler)
1 fase, Jernih, homogen,diameter partikel < 1 nm, tidak dapat
disaring, tidak memisah bila didiamkan.

Koloid (dispersi koloid)


2 fase,keruh, antara homogen dan heterogen,diameter partikel
1- 100 nm, tidak dapat disaring dg penyaring biasa harus dg
penyaring ultra, tidak memisah bila didiamkan

Suspensi (dispersi kasar)


2 fase,keruh, heterogen,diameter partikel > 100nm, dapat
dsaring, memisah bila didiamkan
Penggolongan sistem dispersi berdasarkan ukuran partikel
Golongan Jangkauan Sifat Sistem Contoh
Ukuran partikel
Dispersi Kurang dari 1,0 Partikel tidak terlihat dlm mikroskop Molekul oksigen,
Molekuler nm Elektron, dpt melewati ultra filtrasi Ion-ion umumnya
dan membran semipermeabel, dan glukosa
Mengalami difusi cepat.

Partikel bisa dilihat dengan


Dispersi 1 nm sampai mikroskop elektron, dpt melewati Sol. Perak koloidal,
koloid 0,5 µm kertas saring, tidak dpt melewati polimer alam dan
membran semipermiabel, difusi polimer sintetis
berlangsung sangat lambat

Partikel bisa terlihat dibawah Emulsi, suspensi


Dispersi Lebih besar dari mikroskop, tidak bisa melewati farmasetik
kasar 0,5 µm kertas saring normal, mendialisis umumnya, sel
melalui membran semipermiabel, darah merah,
partikel tidak mendifusi butiran pasir
UKURAN DAN BENTUK PARTIKEL KOLOID

UKURAN LUAS PERMUKAAN 1. KELARUTAN


PERTIKEL TOTAL PARTIKEL 2. PERMEASI LEWAT MEMBRAN

BENTUK EFFEK BIOLOGIS


PARTIKEL STABILITAS
Contoh :
1.Belerang bentuk partikel kasar sulit diabsorpsi dlm sal. Cerna, tapi setelah
ukuran partikel diperkecil sampai jangkauan koloidal absorpsinya sangat
cepat sampai terjadi efek toksik
2.Platina sangat efektif sebagai katalis dalam bentuk koloidal dibanding bentuk
dispersi kasar
3.Tembaga koloidal sangat efektif digunakan sebagai obat kanker.
4. Hg koloidal digunakan untuk terapi sifilis.
A B C

D E F

(A). Bulatan atau bola, (B ).batang pendek dan bentuk elips memanjang,
(C). Bentuk elips pipih dan lempengan, (D). Batang panjang dan benang 2.
(E). Benang yang tergulung longgar, (F). Benang bercabang-cabang
KOLOID

Berdasarkan fasa zat pendispersi dan zat terdispersinya,


dibagi menjadi :

a. Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Bila


zat terdispersinya Cair ( aerosol cair) contoh : kabut,
awan. Bila zat terdispersinya padat disebut aerosol padat,
contoh ; asap dan debu dalam udara.

b. Sol, sistem koloid daripartikel padat yang terdispersi


dalam zat cair, contoh : Air sungai, sol sabun, sol tinta dll.
c. Emulsi, sistem koloid dari partikel zat cair yang
terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat
ciar tersebut tidak saling melarutkan.
contoh : santan, susu, mayonaise, minyak ikan.

d. Buih ; sistem koloid dari gas yang terdispersi


dalam zat cair,
contoh: pd pengolahan biji logam, alat pemadam
kebakaran, kosmetika.

e. Gel: sistem koloid kaku atau setengah padat dan


setengah cair, contoh : agar-agar, lem, kanji.
TIPE SISTEM KOLOID
Berdasarkan Afinitas fase dispers dgn medium pendispersi
1. Koloid Liofilik
Tipe koloid yang suka pelarut, fase dispers memiliki afinitas yang
kuat dengan medium pendispersi. Kebanyakan senyawa organik
membentuk koloid hidrofilik,
Contoh : Gom, Gelatin, insulin, albumin membentuk sol dgn air
sedangkan karet , polistiren membentuk sol dgn pelarut organik

2. Koloid Liofobik
Tipe koloid yang tidak suka pelarut, Fase dispers memiliki afinitas
yg lemah dengan medium pendispersi.
Contoh, emas, perak belerang, arsen sulfida dan perak iodida dlm
air

3. Koloid Gabungan Liofilik dgn Liofobik ( Koloid Amfifilik )


a. liofilik > liofobik
b. liofilik < liofobik
c. liofilik = liofobik
MENINGKATKAN
KOLOID GABUNGAN AFINITAS KOLOID LIOFOBIK

MEKANISME KERJA
SAMA SPERTI SURFAKTAN
PENGGOLONGAN KOLOID GABUNGAN

Tipe Senyawa Amfifil Gegenion

Ionik Natrium Lauril Sulfat CH3(CH2 )11 OSO3- Na+


Br-
Kationik Setil trimetilamonium bromida CH3(CH2 )15 N+ (CH3)3
-

Nonionik Polioksietilen lauril eter CH3(CH2 )10 CH2O(CH2OCH2)23 H


-
+ -
Amfolitik Dimetildodekilamonio propana CH3(CH2 )11 N (CH3)2(CH2)3OSO2
sulfonat
Sifat zat aktif yg menunjukkan
Perubahan yg terjadi scr drastis
Pada konsentrasi kritis misel
Kritis (cmc) (dimodifikasi dari
Preston, J. Phys Coll.Chem, 52,85
1948. Hak cipta, the William &
Wilkins
SIFAT-SIFAT OPTIK KOLOID
1. Efek Faraday-Thyndall
Bila seberkas cahaya yg kuat dilewatkan melalui sol koloid, akan
terlihat suatu krucut yg dihasilkan dari pemendaran cahaya oleh
partikel-partikel koloid.
2. Pemendaran cahaya ( Light Scattering)
Sifat ini digunakan untuk :
a. Berat molekul koloid
b. Bentuk dan ukuran partikel

Tingkat Kekeruhan

τ adalah kekeruhan, c konsentrasi zat terlarut (g/cm3), M berat


molekul, B konstanta Interaksi dan H adalah konstanta suatu sistem
Ket : n; indeks refraksi larutan dg konsentrasi c pd suatu
panjang gelombang dalam cm-1, dn/dc: perubahan
indeks refraksi, N : bilangan Avogrado

SIFAT KINETIS KOLOID

Gerak Brown
Kecendrungan partikel untuk bergerak bebas sesuai dengan
kemauannya.
Faktor yang mempengaruhi :
1. Temperatur
2. Ukuran Partikel
3. Viskositas Medium Pendispersi

DIFUSI
Gerak Brown OSMOTIK
SEDIMENTASI
@ Efek tyndall : gejala penghamburan berkas sinar ( cahaya)
oleh partikel-partikel koloid yang disebabkan ukuran
molekul koloid yang cukup besar.
Efek ini terjadi suatu larutan terkena sinar, larutan sejadi
bila terkena sinartidak akan menghamburkan cahaya
sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan

@ Gerak Brown : gerakan partikel koloid yang senantiasa


bergerak lurus tapi tidak menentu/ tidak beraturan. Semakin
kecil ukuran partikel semakin cepat gerak Brown karena
cenderung terjadi tumbukan diantara partikel koloid yang
menhasilkan resultan tumbukan yang menyebabkan
perubahan arah gerak partikel mjd zigzag/ gerak Brown.
@Adsorpsi koloid
Adsorpsi : peristiwa penyerapan partikel/ ion/ senyawa lain
pd permukaan partikel koloid yangdisebabkan luasnya
ukuran partikel. Bila partikel sol padat ditempatkan pd zat
cair/ gas mk partikel zat cair/ gas tersebut akan
terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut.

@ Muatan koloid sol


Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua
partikel koloid memiliki muatan sejenis positif/ negatif. Maka
terjadi gaya tolak- menolak antar partikel koloid
shg tidak dpt bergabung dan terjadi kestabilan pada sistem
koloid.
@ Sumber muatan koloid
Partikel koloid mendapatkan muatan listrik melalui 2 Cara :
1. Adsorpsi, partikel koloid mengadsorpsi partikel
bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis muatan
tergantung dari jenis muatan partikel yang bermuatan.
Partikel sol Fe (OH)3 mengadsorpsi kation dari medium
pendispersinya shg bermuatan +, sedangkam partikel sol
As2S3 mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya
shg bermuatan –
Sol AgCl dalam medium pendispersi dg kation Ag+
berlebihan akan mengadsorpsi Ag+ sehingga bermuatan +.
Jika anion Cl- berlebihan, maka sol AgCl akan mengadsorpsi ion
Cl- sehingga bermuatan -
2. Proses ionisasi gugus permukaan partikel
Yaitu roses ionisasi pada permukaan koloid. Contohnya
adalah koloid protein dan koloid sabun/ detergent
Semakin tinggi suhu sistem koloid maka semakin besar
energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya gerak Brown dari partikel
terdispersinya semakin cepat, dan sebaliknya.
• B. Kestabilan koloid
Terdapat beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan
kestabilan koloid, yaitu sebagai berikut :
1.Gaya gaya tarik – menarik yang dikenal dengan gaya London
– Van der Waals. Gaya ini menyebabkan partikel – partikel
koloid berkumpul membentuk agregat dan akhirnya
mengendap.
2.Gaya tolak menolak. Gaya ini terjadi karena
pertumpangtindihan lapisan ganda listrik yang bermuatan
sama. Gaya tolak – menolak tersebut akan membuat dispersi
koloid menjadi stabil.
3.Gaya tarik – menarik antara partikel koloid dengan medium
pendispersinya. Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan
terjadinya agregasi partikel koloid dan gaya ini juga dapat
meningkatkan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan.
• Salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas koloid ialah
muatan permukaan koloid. Besarnya muatan pada permukaan
partikel dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit dalam medium
pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel
koloid yang bermuatan negatif akan menetralkan muatan
tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.
Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid
untuk penggunaannya. Contoh: es krim, tinta, cat. Untuk itu
digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di
sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid
pelindung. Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
• Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator
yaitu zat yang dapat tertarik pada kedua cairan yang
membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen sebagai
emulgator dari emulsi minyak dan air.
Tidak Tergantung Gradien Konsentrasi

DIFUSI Hukum Fick Pertama

Tergantung Gradien Konsentrasi DIFUSI FASIF

dq: zat yg mendifusi dlm waktu dt,


D : koef.difusi, jumlah bahan yang
berdifusi persatuan waktu,dc/dx ;
perubahan konsentrasi, S : luas bidang

Partikel Koloid Sutherland & Einstein


Bulat
D : koef difusi,R:konstanta molar gas, T: temp
absolut, r : jari-jari partikel, N: bil.Avogadro
N (Bilangan Avogadro), R (Konstanta Molar Gas), r (Jari-Jari Partikel),
η (Viskositas Pelarut), T (Temperatur Absolut), M Berat Molekul dan
ν (Volume Spesifik Parsial)
DIFUSI :
Proses perpindahan/Pergerakan molekul zat/ gas dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Difusi melalui membran dapat melalui tiga mekanisme:
a. Difusi sederhana (simple difusion)
melalui membran langsung krn molekul bergerak/berpindah
mll membran yang larut dalam lemak spt, hormon steroid,
vitamin A, D, E dan K atau bahan organik larut lemak. Selain
itu membran sel sgt permeable thd molekul organik spt O,
CO2, HO dan H2O
b. Difusi yg mll saluran yang terbentuk oleh protein
transmembran (simple difusion by chanel form)
Molekul kecil khusus yg terlarut, dan ion-ion tertentu dpt
menembus membran mll MK ini. Saluran ini dibentuk dr
protein transmembran berupa pori dg diameter tertentu.
c. Difusi yg difasilitasi (fasilitated difusion)
Proses masuknya molekul besar yang melibatkan
transporter yg berupa protein transmembran yg memiliki
tempat pelekatan ion/ molekul yg akan ditransfer ke dlm sel.

Difusi terbagi 2 yaitu :


• Difusi pasif adalah pergerakkan obat dari konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah. Bersifat spontan, non selektif,
bergantung pada, proses ini akan berhenti pada saat
konsentrasi yang dicapai telah sama.

• Difusi aktif: adalah pergerakkan zat yang melawan gradien


konsentrasi sehingga perlu energi. Karena adanya energi,
maka pergerakkan obat dapat bergerak dari keadaan
konsentrasinya rendah ke konsentrasinya tinggi.
Pergerakkan ini akan berhenti jika energi telah habis.
• Osmosis: termasuk difusi pasif (difusi pelarut).
perpindahan air melalui membran permeabel
selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian
yang lebih pekat. Membran semipermeabel
harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak
oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien
tekanan sepanjang membrane.
Tekanan Osmotik

Cg gram zat per liter pelarut


Pada larutan yg sangat encer

Larutan Koloid Ideal yakni koloid yg mengandung koloid bulat


(spherocolloid) dgn konsentrasi rendah
KOLOID LIOFILIK Molekul pelarut mensolvasi molekul solut

Konsentrasi molekul pelarut bebas berkurang

Penyimpangan
III a = RT/M

II

cg
GAYA GRAVITASI

SEDIMENTASI

GERAK BROWN

Pada ukuran partikel yang sangat kecil (< 0,5 µm) kisaran ukuran
koloid Gerak Brown lebih dominan

Sedimentasi Sangat Sulit

Peningkatan gaya gravitasi


(Sentrifuge)
Contoh :
Suatu benda berotasi pada 1500 rpm. Titik tengah sek yang
mengandung sampel Ditempatkan 7,5 cm dari pusat rotor.
Berapakah kecepatan sudut rata-rata

= 1,851 x 105 cm/detik2


LIOFILIK

Berpengaruh

VISKOSITAS Pengaruh Konsentrasi Zat Terdispersi

Tidak Berpengaruh

Pers. Einstein
Koloid encer & Bulat LIOFOBIK
SIFAT-SIFAT ELEKTRIS KOLOID

POTENSIAL ZETA POTENSIAL NERNST


( elektrokinetis ) Elektrotermodinamis

Penurunan Potensial Zeta

AGREGASI
PARTIKEL KOLOID
Apabila surfaktan dengan konsentrasi rendah berada
dalam cairan maka Surfaktan akan teradsorbsi pada
permukaan dengan ukuran subkoloid, tetapi pada
kadar yanglebih tinggi surfaktan akan mengumpul
membentuk agregat yang disebut misel.Kadar
dimulai terbentuk misel disebut Critical Micelle
Concentration (CMC), sehingga perlu diperhatikan
konsentrasi penaikan surfaktan yang cocok
untuk meningkatkan kelarutan obat (Martin et al ,
1983).
Menurut Martin et al (1983) berdasarkan struktur
kimianya, surfaktan dibagi menjadi 4 yaitu :
(a)Surfaktan anionik Surfaktan yang dapat dilarutkan ke
dalam air dan
mempunyai bagian yang aktif pada bagian
anionnya.
Contohnya Na-lauril sulfat, Na-aril sulfat.
(b) Surfaktan kationik Surfaktan yang apabila dilarutkan
ke dalam air akan terionisasi dan bagian yang aktif
terdapat pada kationnya.
Contohnya cetrimide.
(c) Surfaktan nonionik Surfaktan yang tidak mempunyai
muatan listrik, mempunyai gugusterionisasi, aktivitas
molekulnya ditunjukan oleh keseluruhan molekul.
Contohnya tween dan span.
(d) Surfaktan amfolitik Surfaktan yang sekurang-
kurangnya mengandung satu gugus ionik, dapat
bermuatan positif, negatif atau netral tergantung
pada pH larutan. Surfaktan inimerupakan kombinasi
surfaktan anionik, non ionik dan kationik.
Contohnya acacia.Menurut Martin et al(1983)
• 1.Difusi: perpindahan substansi dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah, contohnya perpindahan oksigen dari
paru-paru ke darah, perpindahan karbon dioksida dari darah
ke paru-paru. Karbon monoksida dan diethyl ether yang
masuk dari paru- paru ke darah, juga akibat difusi.
Phagositosis digunkan oleh darah putih kita untuk
menghilangkan dan menghancurkan substansi berbahaya
macam asbestos dan silica yang dapat masuk ke sistem
pernafasan. Difusi terbagi 3 yaitu :

• Difusi pasif. Difusi pasif adalah pergerakkan obat dari


konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Bersifat spontan,
non selektif, bergantung pada konsentarasi, proses ini akan
berhenti pada saat konsentrasi yang dicapai telah sama.
• Difusi aktif: adalah pergerakkan zat yang melawan gradien
konsentrasi sehingga perlu energi. Karena adanya energi,
maka pergerakkan obat dapat bergerak dari keadaan
konsentrasinya rendah ke konsentrasinya tinggi.
Pergerakkan ini akan berhenti jika energi telah habis.

• Osmosis: termasuk difusi pasif (difusi pelarut). perpindahan


air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang
lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran
semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak
oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan
sepanjang membrane.
Contoh soal
1. Koefisien difusi untuk protein bulat pd 20oC adalah 7,0x 10-7
cm2/detik dan volume spesifik parsial 0,75 cm3/g. Viskositas
pelarut 0,01 poise (0,01g/cm detik).
Hitung : a. Berat molekul
b. jari-jari partikel protein
a.

M= 1 1 2 (8,31x10-7) x 293 3

162 x 0,75 3,14x (6,02x1023) (7,0x10-7 ) x 0,01

M= 100.000 g/mol
b. D = R T r= R T
6πηrN 6πηND

r = (8,31x10-7) x 293
6 x 3,14 x 0,01 x (6,02x1023) x (7,0x10-7 )
= 31 x 10 -8 cm = 31 A

2. Berat molekul suatu protein bulat 20.000 dan volume spesifik


parsial 0,80 cm3/g pd 20oC. Viskositas pelarut 0,01 poise,
Hitung koef. Difusi pd temperatur ini!
D = 11,6 x 10-7 cm2/detik
3. Tentukan berat molekul albumin telur dari data berikut pd
20oC konstanta svedberg, s = 3,6x 10-13 detik, D=7,8 x 10-7
cm2/detik, v= 0,753/g dan kerapatan air pada 20oC adalah
0,998.
M = 44,700
4. Suatu bahan plastis diketahui mempunyai yield value 5200
dyne cm-2. Pada shearing stress di atas yield value, F
ditemukan meningkat secara linear dengan meningkatnya
G. Jika rate of shear 150 dt-1 pada saat F = 8000 dyne cm-2,
hitung viskositas plastis sampel tsb !
U =( F- f) = (8000-5200)/ 150 = 18,67 poise
G
5. Dengan viskometer Ostwald, didapat viskositas
aseton 0,313 cp pada 250C. Kerapatan aseton (250C) =
0,788 g/cm3. Berapa viskositas kinematis aseton?
Jika diketahui viskositas air (250C) = 0,8904 cp. Berapa
viskositas aseton relatif terhadap air pada 250C?

Anda mungkin juga menyukai