Anda di halaman 1dari 9

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

366 : zat nya berfluoresen

256 : `qwq1

Data percobaan :

 Tidak menunjukkan bercak =


 Setelah disemprot muncul bercak
a. a + b = jarak eluen = 10 cm
b. jarak bercak pemb. 1 (sulfadiazine) = 2,4 cm
rf = 0,24
c. jarak bercak pemb. 2 (sulfasetamida) = 5,8 cm
rf = 0,58
d. jarak bercak pemb. 3 (sulfametoksazol) = 8,8 cm
rf = 0,88
e. sampel memiliki 2 bercak, jarak bercak dari batas awal
A. 2,9 cm + 7,1 cm
Rf = 0,29
B. 8,5 cm + 2,5 cm
Rf = 0,85

Kesimpulan : campuran sulfaddiazin & sulfametoksazol

1. Kelarutan sulfonamida :
1. Umumnya tidak melarut dalam air, tapi adakalanya akan larut dalam air panas.
Elkosin biasanya larut dalam air panas dandingin.
2. Tidak larut dalam eter, kloroform, petroleum eter.
3. Larut baik dalam aseton.
4. Sulfa-sulfa yang mempunyai gugus amin aromatik tidak bebasakan mudah larut
dalam HCl encer. Irgamid dan Irgafon tidaklariut dalam HCl encer.
5. Sulfa- sulfa dengan gugusan aromatik sekunder sukar larut dalamHCl, misalnya
septazin, soluseptazin, sulfasuksidin larut dalamHCl, akan tetapi larut dalam NaOH.
6. Sulfa dengan gugusan SO2NHR akan terhidrolisis bila dimasakdengan asam kuat
HCl atau HNO3.

2. A

DISKUSI

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi


komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini.
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-
komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.
Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan
zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan
tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak
lebih cepat. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau
kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir
melalui fase diam dan membawa komponen- komponen yang terdapat dalam
campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Proses kromatografi juga digunakan dalam metode pemisahan komponen gula dari
komponen non gula dan abu dalam tetes menjadi fraksi-fraksi terpisah yang diakibatkan
oleh perbedaan adsorpsi, difusi dan eksklusi komponen gula dan non gula tersebut
terhadap adsorbent dan eluent yang digunakan (Hongisto dan Heikkila, 1977;
Kantasubrata, 1993; Schneider, 1987).

Keuntungan utama metode analisis kromatografi lapis tipis dibandingkan metode


analisis kromatografi cair kinerja tinggi adalah analisis beberapa sampel dapat dilakukan
secara simultan dengan menggunakan fase gerak dalam jumlah kecil sehingga lebih
hemat waktu dan biaya analisis serta lebih ramah lingkungan. Teknik pemisahannya
sederhana dengan peralatan yang minimal.

Metode pemisahan pada kromatografi sangat tergantung dari jenis fase diam
yang digunakan. Jenis fase diam yang digunakan menentukan interaksi yang terjadi
antara analit dengan fase diam dan fase gerak. Metode pemisahan pada kromatografi
terbagi menjadi :

a. Pemisahan berdasarkan polaritas


Metode pemisahan berdasarkan polaritas, senyawa-senyawa terpisah karena
perbedaan polaritas. Afinitas analit tehadap fase diam dan fase gerak tergantung
kedekatan polaritas analit terhadap fase diam dan fase gerak (like dissolve like).
Analit akan cenderung larut dalam fase dengan polaritas sama. Analit akan berpartisi
diantara dua fase yaitu fase padat-cair dan fase cair-cair. Ketika analit berpartisi
antara fase padat dan cair, faktor utama pemisahan adalah adsorbsi. Sedangkan bila
analit berpartisi antara fase cair dan fase cair, faktor utama pemisahan adalah
kelarutan. Prinsip pemisahan dimana analit terpisah karena afinitas terhadap fase
padat dan fase cair biasa disebut dengan adsorbs dan metode kromatografinya biasa
disebut kromatografi adsorbsi. Sedangkan prinsip pemisahan dimana analit terpisah
karena afinitas terhadap fase cair dan fase cair disebut dengan partisi dan metode
kromatografinya biasa disebut kromatografi cair.
b. Pemisahan berdasarkan ukuran molekul
Ukuran molekul suatu senyawa mempengaruhi difusi senyawa-senyawa melewati
pori-pori fase diam. Pemisahan terjadi karena perbedaan difusi senyawa-senyawa
melewati pori-pori fase diam dengan ukuran pori-pori yang bervariasi. Senyawa
dengan ukuran molekul besar hanya berdifusi kedalam pori-pori fase diam yang
berukuran besar, sedangkan senyawa dengan ukuran molekul kecil akan berdifusi ke
dalam semua pori-pori fase diam, sehingga terjadi perbedaan kecepatan pergerakan
molekul melewati fase diam. Senyawa dengan ukuran molekul besar memiliki
kecepatan yang lebih besar dibanding senyawa dengan ukuran molekul kecil.
Metode pemisahan ini biasa disebut dengan kromatografi permeasi gel.
c. Pemisahan berdasarkan bentukan spesifik
Pemisahan senyawa berdasarkan bentukan yang spesifik melibatkan ikatan kompleks
yang spesifik antara senyawa sampel dengan fase diam. Ikatan ini sangat selektif
seperti ikatan antara antigen dan antibody atau ikatan antara enzim dengan
substrat. Pemisahan ini biasa disebut dengan kromatogafi afinitas. Fase diam KLT
dengan sorben yang memiliki bentukan spesifik dengan selektifitas tinggi dalam
bentuk lempeng siap pakai belum tersedia dipasaran.
d. Pemisahan berdasarkan muatan ion
Pemisahan berdasarkan muatan ion dipengaruhi oleh jumlah ionisasi senyawa, pH
lingkungan dan keberadaan ion lain. Pemisahan yang disebabkan oleh kompetisi
senyawa-senyawa dalam sampel dengan sisi resin yang bermuatan sehingga terjadi
penggabungan ion-ion dengan muatan yang berlawanan disebut kromatografi
penukar ion. Pemisahan yang terjadi karena perbedaan arah dan kecepatan
pergerakan senyawasenyawa dalam sampel karena perbedaan jenis dan intensitas
muatan ion dalam medan listrik disebut elektroforesis.
Aplikasi kromatografi lapis tipis. Kromatografi lapis tipis biasanya dijadikan
metode pilihan pertama untuk memisahkan suatu campuran karena sederhana dan
cepat. Beberapa analisis yang dapat dilakukan dengan kromatografi lapis tipis
sebagai berikut:

 Identifikasi senyawa.
Kromatografi lapis tipis dapat digunakan dalam pemurnian, isolasi dan
identifikasi produk alami seperti minyak atsiri, lilin, alkaloid, glikosida, steroid,
alkohol, protein, amina, antibiotik, dan lain sebagainya.

 Mengevaluasi proses reaksi.


Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk memeriksa reaksi sudah selesai
atau belum, intermediat yang dihasilkan dan lain sebagainya.

 Memeriksa kinerja proses pemisahan.


Metode ini dapat digunakan untuk memeriksa proses pemisahan dan proses
pemurnian seperti distilasi biasa dan distilasi molekuler.

 Analisis biokimia.
Kromatografi lapis tipis dapat digunakan dalam isolasi atau pemisahan metabolit
biokimia atau konstituen dari cairan tubuh, plasma darah, serum, urin dan lain-
lain.

 Analisis dalam industri makanan dan kosmetik.


Metode kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan dan identifikasi
warna, pengawet, bahan pemanis, dan berbagai produk kosmetik.
 Analisis dalam industri farmasi.
Berbagai farmakope telah mengadopsi teknik kromatografi lapis tipis untuk
mendeteksi pengotor dalam kimia farmakope. Berbagai obat-obatan seperti
hipnotik, obat penenang, obat penenang antikonvulsan, antihistaminik,
analgesik, anestesi lokal, steroid telah diuji secara kualitatif dengan metode ini.

1. FASE DIAM
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang
keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi
lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour
dalam sinar ultra violet.Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida.
Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan
tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina.

2. FASE GERAK
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses
elusi bagi larutan umpan (feed) dalam sampel untuk melewati fasa diam (adsorbent).
Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan
komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen gula dalam tetes secara
kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat
digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran
pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah
jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal
sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar,
dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (jel
silika). (Kantasubrata, 1993).

Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan itu tergantung pada:


 Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut.
Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul
senyawa dengan pelarut.
 Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Hal ini
tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.
Anggaplah bercak awal pada alumina mengandung dua senyawa,
yang satu dapat membentuk ikatan hidrogen, dan yang lainnya hanya dapat
mengambil tiap-tiap bagian interaksi van der Waals yang lemah. Senyawa
yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih
kuat dibanding senyawa lainnya. Kita mengatakan bahwa senyawa ini
terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan
pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan. Penjerapan
bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara
yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam
pelarut. Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan
selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-
untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak
tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin
kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan. Dalam contoh yang sudah
kita bahas, senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan menjerap
lebih kuat daripada yang tergantung hanya pada interaksi van der Waals, dan
karenanya bergerak lebih jauh pada lempengan.

Bagaimana jika komponen-komponen dalam campuran dapat membentuk


ikatan-ikatan hidrogen?
Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang
sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak
hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara
senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini akan
mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik oleh larutan keluar
dari permukaan silika. Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-
senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda membuat kromatogram.
Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik-termasuk
memungkinkan perubahan pH pelarut.
Pemilihan eluen merupakan faktor yang paling berpengaruh pada
sistem KLT. Eluen dapat terdiri dari satu pelarut atau campuran dua sampai
enam pelarut. Campuran pelarut harus saling sampur dan tidak ada tanda-
tanda kekeruhan.
Fungsi eluen dalam KLT :
 Untuk melarutkan campuran zat
 Untuk mengangkat atau membawa komponen yang akan dipisahkan
melewati sorben fase diam sehingga noda memiliki Rf dalam rentang yang
dipersyaratkan
 untuk memberikan selektivitas yang memadai untuk campuran senyawa
yang akan dipisahkan.

Eluen juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


 memiliki kemurnian yang cukup,
 stabil,
 memiliki viskositas rendah,
 memiliki partisi isotermal yang linier,
 tekanan uap yang tidak terlalu rendah atau tidak terlalu tinggi,
 toksisitas serendah mungkin
Pemilihan eluen yang cocok dapat dilakukan melalui tahapan
optimasi eluen. Optimasi eluen diawali dengan menentukan sifat fisika kimia
analit yang akan dianalisis dan jenis sorben fase diam yang digunakan.

3. FASA PENDUKUNG

4. MEKANISME KERJA PEMISAHAN KLT


Pelaksanaan pemisahan dengan kromatografi lapis tipis terbagi dalam tiga
tahap yaitu penotolan campuran, pengembangan dan identifikasi.
Proses kromatografi lapis tipis diawali dengan membuat garis pensil dekat
bagian bawah fasa diam yang sudah tertempel pada lempeng tipis. Campuran
ditotolkan di atas garis tersebut dengan bantuan pipa kapiler. Setelah campuran
kering, fasa diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah berisi fasa gerak
dengan posisi fasa gerak di bawah garis. Pelarut (fasa gerak) akan perlahan-lahan
bergerak naik. Komponen-komponen dalam campuran ikut bergerak dengan
kecepatan yang berbeda sehingga terpisah satu dengan yang lainnya. Pelarut (fasa
gerak) akan merembes ke dalam kertas secara lambat berdasarkan gaya kapiler.
Sambil bergerak pelarut tersebut membawa komponen-komponen campuran ikut
bergerak. Komponen-komponen dalam campuran akan bergerak pada laju yang
berbeda atau mengalami migrasi diferensial karena memiliki perbedaan kepolaran.
Hal ini menyebabkan komponen-komponen dalam campuran akan terpisah satu
sama lain.
Apabila komponen-komponen tersebut berwarna maka akan langsung
terlihat seperti noda-noda. Identifikasi komponen dapat dilakukan secara langsung
apabila noda yang ditimbulkan berwarna, sedangkan yang tidak berwarna dengan
cara mereaksikan secara kimia atau menambahkan zat pendarflour. Zat pendarfluor
ditambahkan agar ketika diberikan sinar ultraviolet (UV) maka noda-noda komponen
yang telah terpisah pada lapis tipis akan berpendar. Selanjutnya posisi noda yang
berpendar ditandai sehingga bisa terlihat tanpa penyinaran UV. Noda yang tidak
berpendar jika dikenai sinar UV dapat ditampakkan dengan cara mendedahkan
papan pengembang pada uap iod. Uap iod akan berinteraksi dengan komponen-
komponen membentuk warna-warna tertentu. Dalam beberapa kasus, noda
komponen dapat juga dimunculkan dengan cara mereaksikannya dengan zat kimia
sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebagai contoh, komponen-
komponen yang mengandung asam amino dapat dikeringkan dan disemprotkan
dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan
senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu. Sedangkan komponen-
komponen yang mengandung senyawa organik disemprotkan dengan larutan asam
sulfat, selanjutnya dipanaskan sehingga muncul noda-noda berwarna hitam.
Selanjutnya memberi tanda batas gerakan pelarut dan kertas diangkat untuk
dikeringkan. Pada tahap identifikasi, Anda menentukan harga faktor retardasi atau
faktor retensi (Rf). Besaran Rf menyatakan derajad retensi suatu komponen dalam
fasa diam. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi
dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut (fasa gerak). Besaran Rf dari setiap
komponen bersifat karakteristik, sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
noda apabila memiliki zat standar komponen tersebut.

5. STRUKTUR

Anda mungkin juga menyukai